You are on page 1of 8

BAB III

METODE PENELITIAN

Kondisi Geologi

3.2.1 Kondisi Geologi Regional

Secara geologi daerah kab sigi yang merupakan salah satu cekungan tersier di

Sulawesi Tengah. Cekungan ini terletak antara mandala Sulawesi di bagian Barat dan

bagian Timur yang memisahkannya dari cekungan.

3.2.2 Kondisi Geologi Daerah Penelitian

Secara geologi daerah penyelidikan terletak di kabupaten sigi yang merupakan

salah satu cekungan tersier di Sulawesi Tengah. Menurut Semuyut Sardjono dan Lindy

Rotin Sulu (1992), cekungan ini terletak antara Mandala Sulawesi di bagian Barat dan di

bagian Timur yang memisahkannya dari cekungan.

Perkembangan cekungan dimulai dengan terbentuknya sesar Palu koro yang

menghasilkan Horst dan Graben yang. Bahan-bahan sedimen yang tererosi dari Horst

diendapkan Formasi tinombo, Selanjutnya diikuti oleh Fasa Transgresi yang

menghasilkan pengendapan sebagai Formasi molase dan Formasi tinombo. Hasil erosi

antara mandala sulawesi.

Terjadinya pengangkatan Meratus pada akhir sedimentasi ini memisahkan bagian

Timur cekungan ini dari laut terbuka dan sistem pengendapan berubah dari Sistem

Transgresi menjadi Regresi.

Statigrafi Di daerah penyelidikan satuan batuan yang dijumpai satuan batuan

Formasi Molase yang merupakan formasi pembawa batu pasir, batu lumpur dan
batugamping koral. Di dekat daerah peninjauan di jumpai juga batuan Formasi Tinombo

dan sisipan/lensa batu pasir. Kedua satuan yang pertama menempati satuan morfologi

perbukitan dan pegunungan sedangkan dua satuan terakhir menempati satuan morfologi

dataran.

1. Batuan Pra-Tersier Formasi Pitanak

Batuan ini tersusun dari lelehan larva dan Breksi Konglomerat Volkanik.

Larva berwarna kelabu dan berwarna coklat bila lapuk, bersifat firitik dengan

plagioklas. umumnya vesikuler yang terisi mineral Zeolit, Kuarsa dan Saladonit.

Setempat ditemukan larva berstruktur bantal.

Breksi/Konglomerat Volkanik (Piroklastika), umumnya berwarna coklat

karena sudah lapuk tetapi komponen yang masih segar juga terdapat secara setempat.

Umur Formasi ini adalah Kapur Bawah_Kapur Atas.

2. Formasi Molase

Bagian bawah formasi ini dicirikan oleh perselingan batupasir, batugamping

koral dan napal.batu lempung.

a. Batu Pasir Kuarsa

Batu pasir kuarsa, berwarna putih kekuningan, berbutir halus_kasar,

mengandung sedikit Feldspar dan Mika dengan perekat Silica terpilah baik,

bentuk menyudut tanggung_membulat tanggung dan pejal. Tebal lapisan antara

50 300 cm. Berstruktur sedimen gelembung dan silang siur.

b. Konglomerat

Konglomerat dijumpai sebagai alas, komponennya didominasi oleh

Kuarsa Susu dan fragmen batuan Mesozoikum lainnya, berukuran 1 5 cm yang


bertanam dalam masa dasar batupasir kuarsa, terpilah buruk, kemas terbuka,

membulat-membulat tanggung dan pejal. Tebal lapisan antara berkisar antara 50

150 cm.

c. Batu Lempung

Batu lempung, berwarna kelabu, dibeberapa tempat menyerpih, dijumpai

sebagai sisipan pada bagian atas formasi ini, dengan tebal antara 30 - 150 cm

bahkan lebih tebal lagi.

d. Batu Gamping

Batu gamping, warna kelabu kecoklatan mengandung kepingan Moluska,

Foraminifera dan Echiroid, diendapkan dalam lingkungan neritik.

Batuan formasi ini terdiri dari batu gamping dengan sisipan Napal dan Batu

Lempung. Formasi ini berumur Oligosen Tengah dan Oligosen Akhir dan diendapkan

pada lingkungan laut dangkal serta berhubungan jari-menjari dengan Formasi Molase.

Pada saat sekarang formasi ini menempati perbukitan yang memanjang dan mudah

dibedakan dari satuan batuan lain, baik yang lebih tua maupun yang lebih muda.

Lapisan batuannya juga berjurus ke Barat Daya Timur Laut dan miring ke Barat/Barat

Laut dengan kemiringan berkisar 14 45 tetapi yang umum adalah 20 30.

3.2.3 Struktur Geologi

Struktur geologi yang menonjol di daerah peninjauan adalah struktur Homoklin

dimana lapisanlapisan miring ke Barat dan Barat Laut. Di Selatan gunung

Kumbayangkaci terlihat tanda-tanda hadirnya sesar mendatar yang berarah Barat barat
Daya (WSW) Timur-timur (ENE). Di ujung Selatan, kedudukan jurus dan

kemiringannya lapisan sedikit tidak teratur. Hal tersebut tentu di akibatkan oleh hadirnya

sejumlah sesar tetapi lokasi dan arah belum terlihat selama peninjauan ini.

Para pemeta terdahulu menafsirkan hadirnya sesar-sesar naik yang berarah Barat

Daya Timur Laut dan miring ke Barat. Mereka menduga bahwa naiknya batuan Pra-

Tersier dan batuan Formasi Tanjung yang membawa batubara adalah akibat sesar naik

tersebut. Sesar naik tersebut tidak hanya satu tetapi beberapa dan antara lain

mengakibatkan naiknya Coal Belt 4 di sebelah Timur.

3.1 Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang digunakan pada kerja praktik ini antara lain :

1. Tas lapangan, hendaknya praktis sehingga tidak repot jika dibawa. Tas dilapangan

berfungsi untuk membawa alat tulis ataupun benda-benda lain yang diperlukan dalam

kerja praktik ini.

2. Buku lapangan, berukuran kecil sehingga tidak menyulitkan pada saat digunakan.

Buku lapangan untuk mencatat data-data yang diperlukan dalam kerja praktik.

3. Alat tulis, berfungsi untuk mencatat data-data yang diperlukan dilapangan.

4. Kamera, berfungsi untuk memotret proses kegiatan yang sedang berlangsung

dilapangan

5. Perlengkapan pendukung lainnya.


3.4.1 Langkah Kerja

Kegiatan praktik akan didahului dengan persiapan atau mempelajari buku-buku

literatur dan buku penunjuk atau buku panduan yang tersedia. Dalam pelaksanaan kerja

praktik kami akan mengikuti semua prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Berkaitan dengan terbatasnya pengetahuan kami tentang Produktivitas Alat, maka

untuk kerja praktik ini kami berharap diberi kesempatan bersama dengan teknisi

perusahaan yang dapat membimbing serta mengajarkan kami praktek langsung tentang

aktifitas penambangan dan Produktivitas Alat yang dilakukan perusahaan.

3.4.2 Metode

Penulisan laporan Kerja Praktik didasarkan pada tiga ( 3 ) metode, yaitu :

1. Metode Pustaka atau Studi Literatur

Metode ini dilakukan dengan cara mengambil bahan atau sumber bacaan dari buku

buku resmi atau referensi sebagai masukan utama.

2. Metode Interview (wawancara)

Metode ini dilakukan dengan cara diskusi atau menanyakan hal-hal yang

berhubungan dengan data-data apa saja yang berhubungan dengan judul yang

diajukan kepada Pembimbing Lapangan (dari perusahaan).

3. Pengumpulan data :

a. Data primer, adalah data yang diperoleh setelah mengadakan observasi langsung

di lapangan pada objek penelitian.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh pada bagian produksi dan juga

wawancara langsung dengan pengawas serta karyawan PT. Sumber Kurnia


Buana, sehubungan dengan penulisan laporan Kerja Praktik dan data-data yang

dianggap perlu.
3.4.3 Bagan Alir

Start

Study Literatur

Pengambilan Data

Data Primer : Data Sekunder :


1. Data Cycle Time Alat Gali 1. Profil Perusahaan
Muat dan Alat Angkut 2. Peta Lokasi Daerah
2. Data Kapasitas Nyata Alat Penelitian
Gali Muat dan Alat 3. Data Geologi Daerah
Angkut Penelitian
3. Data Swell Factor Material 4. Iklim dan Curah Hujan
5. Data Kesediaan Alat dan
Spesifikasi

Pengolahan dan Analisis Data

Saran dan
Kesimpulan

End

Gambar 3.2 Diagram Alir Kerja Praktik


3.4.4 Waktu Penelitian

Kegiatan Penelitian dilakukan selama 2 minggu pada PT. Sumbe. Waktu

pelaksanaan Kerja Praktik selama 3 minggu, yaitu dimulai awal minggu ke 2 pada bulan

2012, dengan perincian kegiatan sebagai berikut :

Tabel 3.2 Waktu Penelitian Kerja Praktik

Tahun 2012
Bulan Oktober Bulan November
No. Kegiatan
Minggu Ke- Minggu Ke-
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penetapan pembimbing
2. Studi literatur
3. Orientasi lapangan
4. Pengambilan data
5. Pengolahan data
6. Penyusunan draft

Keterangan : 1 minggu; 5 hari (senin jumat) waktu efektif kegiatan. 2 hari (sabtu

minggu) waktu luang, waktu luang ini dipergunakan untuk penataan

kembali data yang didapat, dokumentasi, dan kegiatan lain yang menunjang.

You might also like