Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................1
LOGISISME......................................................................................................................5
1. Pengertian Intuisionisme....................................................................................26
2. Pengertian Intuisi...............................................................................................26
3. Berpikir Intuitif...................................................................................................27
4. Intuisi Matematika.............................................................................................29
5. Tokoh-Tokoh Intuisi.............................................................................................31
6. Klasifikasi Intuisi.................................................................................................37
KEBENARAN MATEMATIKA...........................................................................................48
A. Estetika...............................................................................................................98
2. Estetika Matematika...........................................................................................99
3. Nilai Estetika dalam Matematika......................................................................100
MATEMATIKA DAN BEHAVIORISME............................................................................109
1. Pengertian Behaviorisme.................................................................................109
2. Tokoh Tokoh Behaviorisme............................................................................112
3. Implementasi Behaviorisme pada Pembelajaran Matematika.........................121
4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behaviorisme................................................123
5. Perbedaan Teori Pembelajaran Konstruktivisme Dan Pembelajaran
Behaviorisme....................................................................................................125
MATEMATIKA DAN KONTRUKTIVISME........................................................................131
1. Filsafat Ilmu......................................................................................................169
2. ONTOLOGI: PENGETAHUAN..............................................................................171
a. Dimensi Ontologi..........................................................................................171
b. Aliran-Aliran Ontologi...................................................................................173
c. Kajian Metafisika..........................................................................................175
b. Pengertian Epistemologi...............................................................................182
d. Jistifikasi Epistemologi..................................................................................185
1. Pengertian Humanisme....................................................................................206
2. Humanisme menurut beberapa ahli.................................................................207
3. Tokoh-Tokoh Aliran Humanistik........................................................................209
4. Sejarah Humanisme.........................................................................................217
5. Asal Mula Gerakan Humanisme.......................................................................219
6. Teori Belajar Humanistik...................................................................................224
7. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik.......................................227
LOGISISME
Pelopor Logisisme
Filsuf dan matematikawan G. W. Leibniz (1646-1716) menyatakan
bahwa logika sebagai dasar dari semua ilmu pengetahuan. Dia
menemukan nilai dari simbol abstrak dengan logika dan dia
mengembangkan sistem simbol yang diketahui sebagai calculus ratiocinator.
Leibniz membantu meletakkan dasar dari pengembangan logika modern.
Pengembangan simbol atau matematika secara sistematik, logika tidak
mengambil tempat sampai dua abad kemudian oleh matematikawan
Inggris, George Boole (1815-1864). Boole mengembangkan Boolean aljabar,
termasuk matematika logika. Kontributor penting lainnya untuk
matematika aljabar adalah Augustus De Morgan (1806-1871), dengan
karyanya Formal Logic (1847). Selanjutnya filsuf dan logician Amerika yaitu
Charles Sanders Peirce (1839-1914), penggagas dari metode tabel
kebenaran yang banyak digunakan dalam logika. Dan German Ernst
Schroder (1841-1902), dengan karyanya Vorlesungen uber die Algebra der
Logik (1890-1905).
Logucist Awal
2. Bertrand Russell
Bertrand Russell ilmuwan populer
dalam bidang Matematika abad 20 lulusan
Universitas Cambridge Inggris jurusan
ilmu moral dan matematika. Bertrand Russell lulus pada 1894 dan
beberapa bulan kemudian diangkat menjadi atase kedutaan Inggris di
Perancis. Pemikiran-pemikirannya telah mempengaruhi analisis logis
dalam filsafat abad 20.
Pada 1901, Russell mangungkapkan apa yang kemudian dikenal
sebagai paradoks Russell (Russell Paradox), yang muncul dalam karyanya.
Principle of Mathematics (1903). Paradox ini timbul dalam kaitanya antara
suatu himpunan yang menjadi bagian dari berbagai himpunan, tetapi
bukan dari anggota itu sendiri.
Pada tahun 1901 Russell menemukan bahwa Basic Law V tidak
konsisten yang disebut dengan paradoks Russell (Russells Paradox),
yang muncul dalam karyanya Principle of Mathematics (1903).
Mengawali paradoksnya, Russell membedakan himpunan
menjadi dua, yaitu :
1) Himpunan normal yang tidak berisikan dirinya sendiri sebagai
anggota himpunan.
Contoh: himpunan semua kucing atau himpunan siswa disebut
sebagai himpunan normal karena himpunan itu sendiri
bukanlah kucing atau siswa.
2) Himpunan tak normal yang berisikan dirinya sendiri sebagai
anggota.
Contoh: himpunan yang semua bukan kucing, himpunan yang
semua bukan siswa.
Untuk memperjelas paradoks tersebut, Russell memberi puisi
yang berjudul Paradoks tukang Cukur, bunyinya : Saya mencukur
semua orang didesa, yaitu orang yang tidak mencukur dirinya
sendiri.
Berikut ini analogi paradoks Russell pada kehidupan:
Alkisah, hiduplah seorang tukang cukur di suatu kampung.
Tukang cukur itu bernadzar, Saya akan mencukur semua orang di
kampung ini yang tidak mencukur rambutnya sendiri. Kemudian ia
melaksanakan nadzarnya dengan mencukur semua orang yang
tinggal di kampungnya tersebut. Ini tidak menimbulkan masalah,
karena jika penduduk kampung itu mencukur rambutnya sendiri,
maka tukang cukur itu tidak perlu mencukur rambut penduduk
tersebut, tetapi jika seorang penduduk tidak mencukur rambutnya
sendiri, maka tukang cukur itu yang akan mencukurkan rambutnya.
3. Rudolf Carnap
Rudolf Carnap lahir pada 18 Mei 1891
di Ronsdorf, Lennep, Dsseldorf, Rhine,
Prusia, Kekaisaran Jerman. Rudolf Carnap
adalah filsuf positivisme logis kelahiran
Jerman yang memberi kontribusi penting
dalam logika, analisis bahasa, teori peluang,
dan filsafat ilmu.
Carnap mempelajari matematika,
fisika, dan filsafat di Universitas Jena dan
Freiburg im Breisgau pada tahun 1910-1914.
Di universitasnya, ia menghadiri kuliah
Gottlob Frege, seorang filsuf yang dikenal sebagai ahli logika terbesar
di abad ke-19. Dari sinilah gagasan-gagasan Frege kemudian memberi
pengaruh besar pada pemikiran Carnap. Selain dipengaruhi oleh
gagasan Frege, pemikiran Carnap juga dipengaruhi oleh Bertrand
Russell yang dulu pernah menjadi gurunya.
Carnap menyatakan: "Filsafat harus diganti dengan ilmu logika -
yang mengatakan, dengan analisis logis dari konsep dan kalimat dari
ilmu-ilmu, untuk logika ilmu tidak lain dari sintaks logis dari bahasa
ilmu pengetahuan."
Rudolf Carnap (1931) memperkenalkan desertasi para ahli logika
yang terdiri dari dua bagian:
1) Konsep-konsep matematika dapat diturunkan dari konsep-konsep
logika melalui definisi-definisi yang jelas.
2) Teorema-teorema matematika dapat diturunkan dari aksioma-
aksioma logika melalui pengambilan kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Gie, The Liang. 2006. Filsafat Matematika dan Pendidikan Matematika. (Online)
(https://lenterakediri.files.wordpress.com/
2012/.../paham_filsafat_matok.p..., diakses pada 11 Januari 2015).
TEORI FORMALISME
beliau percaya bahawa dalam alam nyata ini hanya objek-objek yang
terhingga sajalah yang terwujud.
Hal itulah yang menyebabkan Hilbert lebih suka mengabdikan
dirinya untuk kegiatan matematika lainnya, "Jenis penelitian baginya
adalah tugas yang tidak terlalu menyenangkan, beliau merasa
berkewajiban untuk melakukannya, tapi ada pekerjaan lebih menarik
lainnya yang membuatnya terganggu" (Fraenkel dan Bar-Hillel, 1958,
hal.269).
Seperti yang dikembangkan oleh Hilbert dan kolaborator (Hilbert
dan Ackermann, 1928; Hilbert dan Bernays, 1944; Bernays, 1935), lingkup
asli dari usaha tersebut diperluas, sehingga mencakup apa yang kemudian
dikenal dengan tujuan program Hilbert , tujuan ini dapat diringkas sebagai
berikut:
1. Untuk membangun setiap cabang matematika klasik (khususnya,
aritmatika, analisis, dan menetapkan teori, dan akhirnya semua
matematika) sebagai teori aksiomatik di mana, dari (berhingga)
sejumlah aksioma, semua proposisi teori lainnya dapat disimpulkan.
Bersama-sama, teori dan logika dapat disebut sebagai sistem
aksioma.
2. Untuk menunjukkan bahwa setiap sistem aksiomatik tersebut
konsisten dalam arti bahwa ia bebas dari kontradiksi. Ini berarti
bahwa kontradiksi tidak bisa menjadi konsekuensi dari pengurangan
terbuat dari aksioma melalui penggunaan logika dirumuskan dalam
contoh sistem untuk, aksioma tidak bisa menghasilkan kedua
proposisi P dan tidak -P.
3. Untuk menunjukkan bahwa sistem aksiomatik selesai dalam arti
bahwa setiap proposisi sejati dari sistem yang dapat dikurangkan
dari aksioma melalui penggunaan f logika dirumuskan dalam sistem.
Hal ini kadang-kadang diungkapkan dengan mengatakan bahwa
setiap proposisi sejati sistem ini dapat dibuktikan dalam sistem.
4. Untuk menunjukkan bahwa cabang matematika klasik kategoris
dalam arti bahwa hal itu merupakan dasarnya satu-satunya
penafsiran sistem aksiomatik yang sesuai dengan atau, lebih
tepatnya, yang isomorfik untuk setiap interpretasi lain dapat
dimasukkan ke dalam satu-ke korespondensi -satu yang
mempertahankan hubungan dalam aksioma.
5. Untuk mencari prosedur keputusan, yaitu, untuk prosedur umum
yang, dalam jumlah terbatas langkah, dapat menghasilkan keputusan
b. Formalisme Permainan
Adalah pengetahuan tentang aturan-aturan permainan atau
pengetahuan bahwa langkah-langkah tertentu yang sesuai dengan
aturan-atuaran itu telah dibuat. Versi radikal dari pandandangan ini
menyatakan secara langsung bahwa simbol-simbol dalam matematika
tidak bermakna. Sedangkan versi yang lebih modern dari formalisme
permainan mengakui bahwa bahasa-bahasa matematika mungkin
memiliki suatu jenis makna tertentu, tetapi jika pun demikian, makna
ini tidak relevan dengan praktek matematika. Akan tetapi kedua
pandangan itu sepakat tentang ketiadaan interpretasi matematis
untuk karakter-karakter tipografis dari suatu cabang matematika.
b. Finitisme
Pada peralihan ke abad ke-20, perkembangan-perkembangan
dalam analisis real dari para matematikawan mangatasi permasalahan
infinitsimal dan memberikan landasan kokoh bagi kalkulus. Meski
terdapat perkembangan yang luar biasa, timbul suatu keresahan
tentang krisis fondasional. Tanggapan Hilbert terhadap
perkembangan itu menggabungkan aspek-aspek dari deduktivisme,
formalisme istilah, dan formalisme permainan. Apapun keuntungan
filosofisnya, the Hilbert Programme menimbulkan era subur meta-
matematika yang bertahan sampai sekarang. Tujuan dari teori saya
adalah untuk mengukuhkan kepastian dari metode-metode
matematis (Hilbert 1925: 184). Gagasan di balik program ini yaitu
memformulasikan secara teliti dan ketat tiap cabang matematika,
berikut logikanya, kemudian mengkaji koherensi dari sistem-sistem
formalnya.
Program tersebut, yang kadang-kadang disebut aritmetika finit,
tidak dipahami sebagai suatu permainan yang tak bermakna
(misalnya catur), atau sebagai deduksi dari konsekuensi-konsekuensi
dari aksioma-aksioma yang tak bermakna. Pertanyaan-pertanyaan
dari aritmetika finit itu bermakna, dan mereka memiliki suatu bidang
kajian. Tampaknya bidang kajian dari aritmetika finit adalah bilangan-
bilangan asli. Hilbert sepakat dengan para filsuf khususnya Kant yang
memandang bahwa matematika membahas suatu bidang kajian yang
ditentukan secara lepas dari logika. Matematika, dengan demikian,
tidak dapat didasarkan pada logika semata.
c. Teorema Ketidaklengkapan
Sebelum computer ada, David Hilbert mencoba menciptakan
algoritma umum yang membuktikan(seluruh) persoalan matematika
secara otomatis. Teori ini bertujuan untuk membuat program yang
mampu menentukan salah dan benarnya sebarang proporsi
matematika.
Pada tahun 1931, Kurt Godel mempublikasikan teorema
ketidaklengkapan yang terkenal untuk membuktikan bahwa
prosedur/ algoritma yang dikehendaki David Hilbert tersebut tidak
akan pernah ada.
Usaha untuk mendapatkan sebuah teori yang lengkap yang
tersusun atas semua teori adalah sia sia.
Godel membangun rumus di kalkulus predikat yang diterapkan
pada bilangan bulat yang memiliki pernyataan pernyataan definisi
yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya maupun yang tidak dapat
dibantah di dalam sistem logika yang mungkin dibangun manusia.
Formalisasi argumen teorema ketidak lengkapan Godel serta
penjelasan dan formalisasi selanjutnya secara intuisi merupakan salah
satu pencapaian intelektual terbesar abad 20, dimana formalisasi
berkembang semarak.
d. Haskell Curry
Setiap filsafat matematika kontemporer yang sangat bersandar
pada formalisasi ketat terhadap teori-teori matematis menunjukkan
pengaruh formalisme, dan barangkali berpedoman kepada program
Hilbert. Meski formalisme masih mendapatkan dukungan, setelah
periode 1940-an hanya sedikit filsuf dan logikawan yang
mempertahankannya. Salah satu pengecualian mencolok adalah
Haskell Curry.
Filsafat Curry dimulai dengan pengamatannya, saat sebuah
cabang matematika, cabang itu semakin ketat metodologinya, dan
hasil akhirnya berupa kodifikasinya dalam suatu sistem deduktif
DAFTAR PUSTAKA
INRTUISIONISME
Pengertian Intuisionisme
Intuisionisme adalah suatu aliran filsafat yang menganggap adanya
satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi.
Pengertian Intuisi
Secara etimologi, intuisi berasal dari istilah intuition dalam
bahasa Inggris dan Intueri dalam bahasa latin, yang secara harfiah
berarti melihat jauh lebih ke dalam. Jadi, dapat dikatakan bahwa
intuisi merupakan pendangan seseorang terhadap suatu hal tidak
hanya dengan menggunakan panca indra, tetapi menggunakan suatu
pemikiran yang lebih mendalam, sehingga makna tersirat pun dapat
dipahami.
Berikut beberapa pendapat tentang intuisi:
Berpikir Intuitif
Oliver(dalam Chapman,1972:42) mengatakan bahwa
Intuisi Matematika
Pengertian intuisi matematika dibedakan menjadi dua, yaitu
pengertian intuisi matematika dalam pandangan intuisionis klasik
dan pengertian intuisi matematika dalam pandangan intuisionis
inferensial.
Intuisi menurut pandangan Intuisionis klasik
Menurut intuisionis klasik, intuisi merupakan suatu
bawaan, tidak diperoleh melalui sekolah atau tutorial. Misalnya
intuisi anak pra sekolah dalam melakukan perhitungan
aritmetika sederhana seperti menghitung dan menjumlah.
Sedangakan intuisi matematika sendiri adalah kemampuan
memahami dan memecahkan masalah matematika secara
langsung tanpa memerlukan penalaran matematika formal.
Intuisi merupakan antitesis dari penalaran. Pengetahuan yang
diperoleh melalui intuisi tidak dapat diuji, didukung atau
dipahami secara intelektual. Pengetahuan berpikir intuitif tidak
praktis dan tidak dapt diterapkan, serta bersifat apriori dan
tidak bergantung pada pengetahuan sebelumnya. Pandangan
intuisionis klasik di atas dianut oleh kalangan ilmuwan, antara
lain:
Tokoh-Tokoh Intuisi
Intuisionisme adalah suatu aliran filsafat yang menganggap adanya
satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi.Tokoh
Intuisionisme ada dua, yaitu Henri Louis Bergson dan Luitzen Egbertus
Jan Brouwer.
a. Henri Louis Bergson
18 Oktober1859
Paris, Perancis
Lahir
Continental philosophy
Aliran Penghargaan Nobel dalam Sastra
1927
Duration, Intuition,
Gagasan
lan Vital,
penting
Open Society
1. Karakteristik-Karakteristik Intuisi
Fischbein (2002:6) mengemukakan bahwa intuisi merupakan
proses mental (kognisi) segera yang disetujui secara langsung
tanpa pembenaran dan bukti-bukti. Berikut karakteristik-
karakteristik tertentu yang dimiliki intuisi menurut Fischbein
(2002:4256) diantaranya sebagai berikut:
a) Direct, self-evident yang menunjukkan bahwa hasil pemikiran
secara intuitif dianggap benar dengan sendirinya, tanpa
membutuhkan pembenaran.
Contoh, seseorang yang menyimpulkan bahwa keseluruhan
selalu lebih besar dibandingkan dengan bagian-bagiannya,
interpretasi suatu hal yang benar dan telah terbukti secara logis.
Contoh, seorang individu awalnya menerima konsep bahwa
jika dilakukan operasi perkalian pada suatu bilangan, akan
menghasilkan bilangan yang lebih besar, sedangkan operasi
pembagian terhadap suatu bilangan akan menghasilkan
bilangan yang lebih kecil. Tetapi, setelah memahami bilangan
rasional, konsep yang diterima sebelumnya tidak berlaku.
e) Theory status, untuk karakteristik intuisi ini memberikan makna
bahwa intuisi ini memberikan makna bahwa intuisi merupakan
suatu pernyataan teori (mini theory), bukan hanya kemampuan
atau persepsi dari fakta yang diberikan. Jadi, ketika seorang
individu menggunakan intuisinya maka akan muncul
karakteristik intuisi ini sehingga ia menyatakan fakta yang
diberikan sebagai suatu teori bukan hanya dinyatakan
berdasarkan hasil pengamatan alat indera belaka (persepsi).
Contohnya, pernyataan dua garis yang saling berpotongan
menentukan sepasang sudut berlawanan yang sama besar
disebut juga dengan persepsi. Untuk contoh pernyataan yang
memenuhi karakteristik intuisi ini, terbukti secara intuitif
adalah melalui sebuah titik di luar garis, hanya dapat dibuat
satu dan hanya satu garis yang tegak lurus dengan garis
tersebut.
f) Extrapolativeness, manunjukkan bahwa melalui intuisi seseorang
dapat menangkap secara umum sifat-sifat umum prinsip,
hubungan, aturan khusus. Contoh, ketika seseorang
mengatakan Juni, Juli maka ia akan dapat menebak secara
benar bahwa berikutnya adalah Agustus.
g) Globality and implicitness, menekankan bahwa intuisi merupakan
pandangan global dan berlawanan kutub dengan berpikir
analitis yang sifatnya discursive (langkah demi langkah). Sifat
global intuisi ini menunjukkan bahwa seseorang yang berpikir
intuitif lebih memandang keseluruhan objek dibandingkan
dengan detilnya. Intuisi juga ditampilkan secara implisit, yaitu
langkah-langkah penarikan suatu kesimpulan tidak dinyatakan
langkah demi langkah.
Klasifikasi Intuisi
1 1
sin 105sin 150=2 cos (105+ 150 ) sin ( 10515 )
2 2
2 cos 60 sin 45
1 1
2 2
2 2
1
2
2
1
artinya nilainya kurang dari . Terus saya gabung saja
2
1
dan 2.
2
Contoh 2 :
Berfikir intuitif dapat menjadi analitik misalnya, seorang siswa diberi
soal oleh gurunya tentang trigonometri. Pertama guru meminta siswa
untuk menduga-duga jawabannya, kemudian setelah siswa dapat
menjawab ternyata siswa dapat menuliskan tahapan-tahapan
penyelesaiiannya secara analitik baik nanti jawaban itu benar atau salah.
Tidak semua siswa yang berpikir intuitif yang bersifat liar, sedangkan yang
ada di sekolah adalah intuitif yang ada polanya artinya dengan pola-pola
yang ada siswa dapat melakukan lompatan berpikir yang tanpa mereka
sadari darimana asal jawaban tersebut keluar dan hal itulah yang perlu
diajarkan di sekolah. Misalkan materi eksponen :
32.33= 3.3.3.3.3 = 35
24.25 = 2.2.2.2.2.2.2.2.2 = 29
Am.An = Am+n, A 0
Contoh 3:
Berikut ini hasil dari penelitian yang mendeskripsikan karakteristik
berpikir intuitif siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Untuk
memperoleh gambaran tentang karakteristik berpikir intuitif siswa, peneliti
berusaha melakukan pemeriksaan secara teliti dan detail mengenai apa
yang mereka lakukan dan pikirkan ketika menyelesaikan soal matematika
melalui wawancara. Subjek penelitian ini adalah siswa yang duduk
dibangku SMA, yang terdiri atas 1 orang termasuk prestasi tinggi dengan
inisial AKF dan 1 orang termasuk kelompok prestasi sedang dengan inisial
MSP. Masalah matematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pada suatu segitiga siku-siku ABC, diketahui perbandingan panjang sisi-sisi yang
saling tegak lurus adalah 3 : 4. Jika luas segitiga tersebut 54 cm 2. Hitunglah
keliling segitiga ABC tersebut !
1) Kebenaran epistemologikal
Kebenaran epistemologikal adalah pengertian kebenaran dalam
hubungannya dengan pengetahuan manusia, disebut dengan istilah
veritas cognitionis atau juga veritas logika.
2) Kebenaran ontologikal
Kebenaran ontologikal adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang
melekat pada segala sesuatu yang ada ataupun diadakan. Apabila
dihubungkan dengan kebenaran epistemologikal, disebut juga
kebenaran sebagai sifat dasar yang ada didalam objek pengetahuan
itu sendiri.
3) Kebenaran semantikal
Kebenaran semantikal adalah kebenaran yang terdapat serta melekat
didalam tutur bahasa dan kata. Kebenaran semantikal disebut juga
kebenaran moral (veritas moralis), hal tersebut tidak tergantung
apakah tutur kata atau bahasa itu menghianati atau tidak terhadap
kebenaran epistemologikal ataupunkebenaran ontologikal, semua itu
tergantung pada manusia yang mempunyai kemerdekaan untuk
tutur kata ataupun bahasa itu.
Teori-teori Kebenaran
1. Sifat Kebenaran
Kebenaran Matematika
Contoh :
Keterangan:
T: True (Benar)
F: False (salah)
Contoh:
Tentukan nilai kebenaran dari pernyataan majemuk pq berikut ini:
a. p: 100 + 500 = 800
q: 4 adalah factor dari 12
b. p: pulau Bali dikenal sebagai pulau Dewata
q: 625 adalah bilangan kuadrat
jawaban:
a. p salah, q benar
p q: 100 + 500 = 800 dan 4 adalah factor dari 12 (Salah)
Jadi, (p q) = F
b. (p) = T, (q) = T
(p q): pulau Bali dikenal sebagai pulau Dewata dan 625 adalah
bilangan kuadrat (benar).
Jadi, (p q) = T
2. Disjungsi
Definisi Disjungsi :
Misalkan A dan B adalah proposisi A atau B adalah proposisi
yang bernilai salah jika nilai A dan B keduanya salah , jika lainnya
pasti benar. Proposisi ini dinamakan disjungsi A dan B
Operasi disjungsi juga ditunjukkan dengan hubungan rangkaian
parallel pada rangkaian listrik seperti gambar berikut ini:
Keterangan:
T: True (Benar)
F: False (salah)
Contoh:
Tentukan nilai kebenaran untuk disjungsi dua pernyataan yang diberikan!
a. p: 3 + 4 = 12
q: dua meter sama dengan 200 cm
b. p: 29 adalah bilangan prima
q: Bandung adalah ibu kota Provinsi Jawa Barat
jawaban:
a. (p)= F, (q)= T
p V q: 3 + 4 = 12 atau dua meter sama dengan 200 cm (benar)
Jadi, (p V q) = T
b. (p) = T, (q) = T
3. Negasi
Definisi Negasi :
Misalkan A adalah proposisi . Pernyataan Ini Bukan A adalah
proposisi yang lain, disebut negasi dari A, dan dibaca bukan A.
Table Kebenaran
4. Implikasi
Definisi Implikasi :
Misalkan A dan B adalah proposisi. Implikasi A implikasi B
adalah proposisi yang bernilai salah jika nilai A bernilai benar dan B
bernilai salah , jika lainnya pasti benar. Implikasi ini A dinamakan
antecedent (hipotesis atau premis) dan B disebut Consequence
( kesimpulan)
Ilustrasi berikut untuk memahami implikasi. Misalnya, Elzan
berjanji pada Gusrayani, Jika Sore nanti tidak hujan, maka saya
akan mengajakmu nonton. Janji Elzan ini hanya berlaku untuk
kondisi sore nanti tidak hujan. Akibatnya, jika sore nanti hujan, tidak
ada keharusan bagi Elzan untuk mengajak Gusrayani nonton.
Misalkan sore ini tidak hujan dan Elzan mengajak Gusrayani
nonton, Gusrayani tidak akan kecewa karena Elzan memenuhi
janjinya. Akan tetapi, jika sore ini hujan dan Elzan tetap mengajak
Gusrayani menonton, Gusrayani tentu merasa senang sekali. Jika
sore ini hujan dan Gusrayani tidak mengajak Elzan menonton,
tentunya Gusrayani memakluminya. Jika sore ini tidak hujan dan
Elzan tidak mengajak Gusrayani menonton tentu Gusrayani kecewa
menganggap Elzan sebagai pembohong yang tidak menepati
janjinya.
Misalkan, p: sore tidak hujan
q: Elzan mengajak Gusrayani menonton.
5. Biimplikasi
Definisi Biimplikasi:
Misalkan A dan B adalah proposisi. Ekuivalensi A Jika dan
hana jika B adalah proposisi yang bernilai benar jika nilai A bernilai
benar dan B bernilai benar , demikian juga jika nilai A dan B bernilai
salah, jika lainnya pasti salah.
a. Fakta
Fakta adalah pemfaktaan atau konvensi yang diungkapkan lewat
simbol tertentu.
Contoh fakta:
Simbol bilangan 1 secara umum telah dipahami sebagai bilangan
tiga. Jika disajikan 3 maka orang sudah dapat memahami
maksudnya yaitu tiga, begitupun sebaliknya jika orang ingin
bilangan tiga maka orang tersebut dapat menyimbolkan dengan
simbol bilangan 3. Fakta lain dapat berupa gabungan dari
beberapa simbol seperti penjumlahan pada 1+2 orang
memahaminya sebagai satu ditambah dua kemudian dalam
perkalian 2 3=6 orang memahami bahwa dua dikali tiga
adalah enam.
Contoh fakta yang lebih komplek:
Dalam perkalian 2 3=3+ 3=6 yang dipahami sebagai dua
dikali tiga adalah tiga ditambah tiga. Dalam perpangkatan
33=3 3 3 yang dipahami sebagai tiga pangkat empat sama
dengan tiga dikali tiga dikali tiga. 3,14 yang dipahami
Contoh miskonsepsi:
Penggunaan yang kurang tepat terhadap simbol =. Siswa sering
kali memahami simbol = tidak hanya berarti sama dengan
tetapi juga memberi hasil. Bila pengertian yang terakhir ini
melekat pada pikiran siswa, mungkin ia akan menulis seperti
Definisi
Konsep berhubungan erat dengan definisi. Definisi adalah ungakapan
yang membatasi konsep. Dengan adanya definisi orang dapat membuat
ilustrasi, gambar, skema, simbol, atau lambang dari konsep yang
didefinisikan. Sehingga menjadi semakin jelas apa yang dimaksud
dengan konsep tertentu.
Contoh:
d. Prinsip
Prinsip adalah objek matematika yang komplek, yang terdiri atas
beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi atau
operasi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa prinsip adalah
hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Prinsip dapat
berupa aksioma, teorema, atau dalil, collar, atau sifat, dan
sebagainya.
Contoh:
Sifat komutatif dan sifat asosiatif dalam aritmatika merupakan
suatu prinsip. Begitu pula dengan Theorema Pythagoras. Contoh
aksioma antara lain melalui satu titik A di luar sebuah garis g
dapat dibuat tepat sebuah garis yang sejajar dengan garis g.
Siswa dapat dianggap telah memahami suatu prinsip bila ia
memahami bagaimana prinsip tersebut dibentuk dan dapat
menggunakannya dala situasi yang cocok. Bila demikian, berarti
bahwa ia telah memahami fakta, konsep, definisi, serta operasi atau
relasi yang termuat dalam prinsip tersebut.
Contoh:
Lambang bilangan yang digunakan sekarang: 1, 2, 3, dan seterusnya
merupaka contoh sederhana sebuah kesepakatan dalam
matematika. Secara tidak sadar siswa menerima kesepakatan itu
ketika mempelajari tentang angka atau bilangan. Termasuk
penggunaan kata satu untuk lambang 1, atau sama dengan
untuk = merupakan kesepakatan.
Dalam matematika kesepakatan atau konvensi merupakan
tumpuan yang penting. Kesepakatan yang amat mendasar adalah
aksioma (postulat, pernyataan yang tak perlu dibuktikan) dan
konsep primitif (pernyataan yang tak perlu didefinisikan. Aksioma
diperlukan untuk menghindari berputar-putar dalam pembuktian.
Contoh :
1. Seorang siswa telah memahami konsep dari lingkaran. Ketika
berada di dapur, dia dapat menggolongkan mana peralatan
1
Sehingga S= n 2 n=n2
2
Contoh :
Huruf-huruf yang digunakan dalam model persamaan, misalnya x
+ y = z belum tentu bermakna atau berarti bahwa x, y, dan z adalah
bilangan. Secara sederhana, bilangan bilangan yang biasa
digunakan dalam pembelajaran pun bebas dari arti atau makna real.
Bilangan tersebut dapat berarti panjang, jumalah barang, volume,
nilai uang, dan lain lain tergantung pada konteks dimana bilangan
itu diterapkan. Bahkan tanda + belum tentu berarti operasi tambah
untuk dua bilangan bisa jadi opersai untuk vector, matriks, dan lain
- lain.
Jadi secara umum, model atau symbol matematika
sesungguhnya kosong dari arti. Ia akan bermakna sesuatu bila kita
mengkaitkannya dengan konteks terntentu. Secara umum, hal ini
pula yang membedakan simbol matematika dengan simbol bukan
matematika. Kosongnya arti dari model model matematika itu
merupakan kekuatan matematuka, yang dengan sifat tersebut ia
bisa masuk pada berbagai macam bidang kehidupan, dari masalah
teknis, ekonomi, hingga psikologis.
Contoh :
1. Dalam semesta pembicaraan bilangan bulat, terdapat model 2x =
5. Adakah penyelesaiannya? Kalau diselesaikan seperti biasa,
tanpa menghiraukan semestanya akan diperoleh hasil x = 2,5.
Contoh :
Di dalam aljabar terdapat sitem aksioma dalam grup, system
aksioma dalam ring, system aksioma dalam lapangan (field), dan
lain lain. Di dalam geometri terdapat system geometri netral,
system geometri insidensi, system geometri Euclides, system
geometri Lobachevski, dan lain lain.
Contoh :
Di dalam system geometri Euclid (geometri datar, yaitu geometri
yang biasa dipelajari di sekolah) dikenal teorema berikut ini,
Jumlah besar sudut sudut sebuah segitiga adalah seratus delapan
puluh derajat. Sementara di dalam system geometri Riemann
(geometri lengkung bola, salah satu system geometri non-
Euclides), salah satu teorema berbunyi, Jumlah besar sudut sudut
sebuah segitiga lebih (besar) dari seratus delapan puluh derajat.
Fathani, Abdul Halim. 2009. Matematika Hakikat & Logika. Jogjakarta: Ar-
ruzz Media
Soejadi,R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional
Sumardyono. Diakses di
p4tkmatematika.org/downloads/ppp/PPP04_KarMtk.pdf. Diakses pada 6
Maret 2015
Tujuan institusional
Tujuan institusional adalah tujuan pendidikan matematika secara
khusus pada setiap jenjang sekolah. Setiap jenjang sekolah SD, SMP
dan SMA atau SMK memiliki tujuan khusus dalam pengajaran
matematikanya. Tujuan khusus setiap jenjang sekolah secara umum
dapat dibedakan menjadi 2:
a. Tujuan yang bersifat formal yaitu menekankan kepada menata
penalaran dan membentuk kepribadian
b. Tujuan yang bersifat material yaitu lebih menekankan kepada
kemampuan menerapkan matematika dan keterampilan
matematika
Contoh SMA
C. Keterbatasan Semesta
Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa, maka
matematika yang disajikan dalam jenjang pendidikan juga
menyesuaikan dengan kekomplekan semestanya. Semakin meningkat
tahap perkembangan intelektual siswa, maka semesta matematikanya
semakin diperluas. Sebagai akibat dipilihnya unsur atau elemen
matematika untuk matematika sekolah dengan memperhatikan aspek
pendidikan, dapat terjadi "penyederhanaan" dari konsep matematika
yang kompleks. Pengertian semesta pembicaraan tetap diperlukan,
namun mungkin lebih dipersempit. Selanjutnya semakin meningkat usia
siswa, yang berarti meningkat juga tahap perkembangannya maka
semesta itu berangsur diperluas lagi.
Contoh di SD:
Dalam hal pembelajaran tentang bilangan, mulai dari kelas 1
berturut-turut hingga kelas 5 misalnya, di kelas 1 siswa secara berturut-
Contoh di SMP
1. Dari mulai tingkat SD hingga SMA hanya dikenal bilangan prima
yang positif. Ini berarti semesta untuk bilangan prima masih
dibatasi. Dalam hal segi banyak, segiempat misalnya, yang
didalami terbatas pada segiempat yang konveks, tidak memberi
nama kepada segi empat yang konkaf. Tentang persamaan yang
ruas kirinya berupa suku banyak, hanya dibatasi pada suku
banyak yang berderajat dua atau yang mudah dikembalikan
kepada bentuk itu.
2. Di SMP belum diperkenalkan teantang bilangan Imajiner
kompleks. Hal ini juga berimplikasi pada penyelesaian soal
matematika yang dibatasi pada himpunan bilangan real.
D. Tingkat Keabstrakan
Obyek matematika adalah abstrak. Sifat abstrak obyek matematlka
tersebut tetap ada pada matematika sekolah. Hal itu merupakan salah
satu penyebab sulitnya seorang guru mengajarkan matematika sekolah.
seorang guru matematika harus berusaha untuk mengurangi sifat
abstrak dari obyek matematika itu sehingga memudahkan siswa
menangkap pelajaran matematika di sekolah. Dengan demikian, seorang
guru matematika harus mengusahakan agar "fakta"' "konsep", "operasi"
Contoh SD:
1. Tingkat SD
Fakta 3 misalnya, tidak langsung kepada simbol tiga itu, tetapi
diawali dengan benda kongkrit, misalnya kelereng sebanyak tiga.
Setelah menangkap makna tiga barulah dikenalkan dengan
simbolnya, yang jelas adalah lebih abstrak. Demikian juga halnya
dengan bangun-bangun geometri, diawali dengan bangun-
bangun geometri yang dibuat dari karton, kertas, dan
sebagainya. Diikuti dengan segitiga yang dibentuk dengan tiga
buah lidi, baru kemudian meningkat kepada gambarnya
kemudian bila perlu simbolnya atau hanya kata-katanya (nama
konsep), misalnya segitiga, segiempat, dan sebagainya.
2. Dalam pembelajaran fakta mengenai bilangan di SD, siswa tidak
langsung diperkenalkan symbol, 2, 3, beserta sifat
urutannya, tetapi dimulai dengan mengunakan benda-benda
kongret dan menyuguhkan sifat urutan/ relasi sebagai sifat
lebih banyak atau kurang banyak
Contoh di SMP
1. Dalam membuktikan teorema Pythagoras, tidak langsung
diarahkan pada bukti deduktif yang bersifat abstrak/formal
dengan menggunakan lambang-lambang aljabar.
Diawali dengan alat peraga berupa beberapa Iuasan segitiga
yang memenuhi ukuran sesuai dengan bilangan Pythagoras.
Baru kemudian disajikan teoremanya serta bukti yang lebih
abstrak. Bukti secara geometris akan sangat membantu siswa
dalam memahami Teorema Pythagoras dan kebenarannya.
Banyak sekali bukti Teorema Pythagoras secara geometris yang
cukup menarik dan mudah dimengerti siswa.
Contoh di SMA
Estetika
The Liang Gie dalam bukunya Garis Besar Estetik (1983) menyusun
pembagian Estetik dalam bentuk skema sebagai berikut:
2. Estetika Matematika
Nada Musik
Berkaitan dengan nilai estetika matematika dalam
nada musik khususnya pada gitar, Pythagoras juga
menemukan interval-interval utama tangga nada yang
dapat diekspresikan dengan perbandingan bilangan-
bilangan. Ketika senar ditekan pada sisi panjang 3/5,
yang berarti sisi panjang yang lainnya 2/5, akan
didapatkan dua nada yang disebut seperlima sempurna.
Nada yang dianggap mempunyai relasi musikal paling
kuat dan berpengaruh. Perbedaan perbandingan akan
menyebabkan perbedaan nada yang bisa menyejukkan atau
menggelisahkan. Pythagoras juga mengatakan bahwa semuanya
tergantung pada bilangan.
Kupu-Kupu
Sekilas tampak sempurna, tetapi jika
diperhatikan dengan seksama akan tampak
kesimetrian pada kedua sayapnya. Jika sayapnya
diukur maka akan meyakinkan bahwa kedua
sayapnya persis sama kecuali pada bagian badan dan kumisnya
yang agak asimetris.
Sarang Lebah
Segitiga Pascal
Unsur seni dalam segitiga
pascal adalah keteraturan dan
keterurutan bilangan-bilangan
sehingga terdapat beberapa
konsep matematika yang sangat
menarik, yaitu:
Romanesco
Romanesco Broccoli adalah kuncup
bunga yang bisa dikonsumsi dan
merupakan salah satu jenis kol dari genus
Brassica. Berwarna hijau muda, sayuran ini
juga masih satu famili dengan kol,
kembang kol, dan brokoli. Ditemukan pertama kali di Italia,
sayuran unik tersebut memiliki bentuk geometris fraktal yang
sangat indah. Bentuknya begitu rumit layaknya piramida yang
semakin mengerucut ke atas dengan skala yang benar-benar
sempurna dari bagian bawah hingga atas. Juga berbentuk spiral
yang jumlahnya sesuai dengan bilangan Fibonacci bila dilihat dari
kaca pembesar.
Snowflake
Sebuah fraktal snowflake Koch dibentuk dengan membuat
penambahan secara terus menerus bentuk yang sama pada sebuah
segitiga sama sisi. Penambahan dilakukan dengan membagi sisi-sisi
segitiga menjadi tiga sama panjang dan membuat segitiga sama sisi
baru pada tengah-tengah setiap sisi (luar). Jadi, setiap frame
menunjukkan lebih banyak kompleksitas, namun setiap segitiga
baru dalam bentuk tersebut terlihat persis seperti bentuk semula.
Refleksi bentuk yang lebih besar pada bentuk-bentuk yang lebih
Lukisan Monalisa
Leonardo Da Vinci (1452-1519) adalah
pelukis Monalisa yang berasal dari Italia.
Uniknya, ia sering memasukkan konsep-
konsep matematika dalam karya seninya
meskipun tidak pernah menerima pelatihan
matematika secara formal. Pada lukisan
Monalisa, ketidaksesuaian antara latar
belakang kiri dan kanan menciptakan ilusi
perspektif dan kedalaman. Banyak yang
meyakini bahwa Leonardo secara sengaja menciptakan lukisan ini
sesuai dengan golden rectangle sebagai penyatuan matematika dan
seni. Golden rectangle adalah sebuah segiempat yang salah satu
panjang sisinya memiliki nilai golden ratio (1,618). Sebuah golden
rectangle dapat dibentuk pada lukisan ini. Untuk membentuk
segiempat dapat diambil garis dari pergelangan tangan kanan,
menuju ke siku kiri, kemudian garis ditarik ke atas sampai puncak
kepala. Dapat dilihat setiap garis dari segiempat tersebut memotong
titik-titik yang penting pada lukisan Monalisa, yaitu dagu, mata,
hidung dan senyum pada bibirnya. Sekali lagi, hal ini menunjukkan
seni dan matematika memang berkaitan.
Golden Ratio
Golden ratio, yang secara harfiah diterjemahkan sebagai rasio
emas merupakan sebuah angka yang sangat spesial dalam
matematika. Golden ratio adalah bilangan irasional yang nilainya
mendekati 1,618. Golden ratio biasanya disimbolkan dengan huruf
Yunani . Angka ini sering muncul dalam konsep geometri, seni,
arsitektur, hingga struktur makhluk hidup.
Gie, The Liang. 1983. Garis Besar Estetik (Filsafat Keindahan) Cetakan III.
Yogyakarta: Supersukses
Perpustakaan Digital ITB. 2010. Model Aliran Darah Pada Tubuh Manusia.
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?
mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-diniedyaha-19455
(Online) (diakses pada 21 maret 2015 pukul 11:44)
Pengertian Behaviorisme
1) Menurut Websters II New College Dictionary (halaman 100)
Behavior: [1]The manner in which one behaves, [2]Ones actions or
reactions under specified circumtances.
Konstruktivisme Behaviorisme
Konstruktivis Behaviorisme
Konstruktivis Behaviorisme
Konstruktivis Behaviorisme
Konstruktivis Behaviorisme
NN. 2014. Teori dan Tokoh aliran Behaviorisme dalam Sejarah Psikologi,
Psikologi Islam (online) (http://www.psikologiku.com/teori-dan-
tokoh-aliran-behaviorisme-dalam-sejarah-psikologi/, diakses pada 24
Maret 2015.
Solso, Robert L, dkk. 2007. Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga
FILSAFAT KONSTRUKTIVISME
Skema/Skemata
Equilibration
2. Pengetahuan matematis-logis
Pengetahuan matematis-logis adalah pengetahuan yang
dibentuk dengan berpikir tentang pengalaman dengan suatu
objek atau kejadian tertentu. Pengetahuan ini didapatkan dari
abstraksi berdasarkan koordinasi, relasi, ataupun penggunaan
objek. Pengetahuan matematis-logis dapat berkembang hanya
bila si anak bertindak terhadap benda itu. Tetapi peran tindakan
dan benda itu berbeda. Anak itu membentuk atau menciptakan
pengetahuan matematis logis karena pengetahuan itu tidak ada
dalam objek sendiri seperti pengetahuan fisis. Pengetahuan itu
harus dibentuk dari perbuatan berpikir si anak terhadap benda
itu. Benda disini hanya menjadi medium untuk membiarkan
konstruksi itu terjadi. Misalnya, pengetahuan tentang konsep
bilangan. Si anak dapat bermain dengan himpunan 10 keping
uang. Ia mengatur uang itu berderet dan menghitungnya
sepuluh. Ia meletakkan keeping-keping uang itu di gelas, ia
dapat menyusunnya vertikal, ia meletakkannya dalam bakul.
Waktu ia menghitungnya, selalu didapatkan 10. Melalui berbagai
kegiatan itu, si anak membentuk konsep akan bilangan 10 yang
tetap, meskipun keping-keping itu diletakkan di tempat yang
berbeda-beda bentuknya. Konsep 10 sendiri tidak terdapat dalam
keeping uang itu, tetapi diciptakan si anak (Suparno, 1997;
Wadsworth, 1989; Althouse, 1988).
3. Pengetahuan sosial
Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari
kelompok budaya dan sosial yang secara bersama menyetujui
sesuatu. Contoh pengetahuan ini ialah aturan, hukum, moral,
nilai, sistem bahasa, dan lain-lain. Pengetahuan ini muncul dalam
kebudayaan tertentu maka dapat berbeda antara kelompok yang
satu dengan yang lain. Pengetahuan sosial tidak dapat dibentuk
dari suatu tindakan seseorang terhadap suatu objek, tetapi
dibentuk dari interaksi seseorang dengan orang lain.
3. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil
akhir.
pengetahuan pengetahuan
Keberhasilan atau
ketidakmampuan
dikategorikan sebagai
bentuk perilaku yang
pantas dipuji dan diberi
hadiah.
a. Kelebihan konstruktivisme
b. Kelemahan konstruktivisme
1. Siswa membuat pengetahuan dengan ide mereka masing-
masing, oleh karena itu pendapat mereka seringkali berbeda
dengan pendapat para ahli
2. Konstruktivisme menanamkan supaya siswa membangun
pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu
yang lama apalagi untuk siswa yang malas
3. Teori ini menjadikan guru merasakan mereka tidak mengajar.
Ini kerena pembelajaran konstruktivis menekankan
pembelajaran berpusatkan murid aktif dalam proses
pengajaran dan pembelajaran. Mereka tidak sadar bahwa
justru tugas guru lebih berat karena harus memikirkan
bagaimana cara menciptakan suasana agar murid aktif
membentuk pengetahuan mereka.
4. Situasi dan kondisi setiap sekolah tidak sama, karena tidak
semua sekolah memiliki sarana dan prasarana yang dapat
membantu keaktifan dan kreativitas siswa.
Dalam situasi ini, kita tidak perlu melaksanakan prinsip secara
ketat. Kita perlu memilih hal-hal yang dapat dilakukan untuk
membuat siswa aktif membangun pengetahuan mereka
sendiri.
Implikasi Kontruktivisme
Jadi 10n =
2. Penguasaan bahan
Peran guru sangat menuntut penguasaan bahan yang luas dan
mendalam. Pengetahuan tersebut memungkinkan seorang guru menerima
pandangan dan gagasan yang berbeda dari murid dan juga memungkinkan
untuk menunjukkan apakah gagasan itu jalan atau tidak. Selain itu
penguasaan bahan juga memungkinkan untuk mengerti macam-maca jalan
dan model untuk sampai pada suatu pemecahan persoalan tanpa terpaku
pada suatu model.
Dari pengalaman mengjaar cukup jelas bahwa ada beberapa guru
yang menjadi dictator dengan mengklaim bahwa jalan yang ia berikan
adalah satu-satunya jalan yang benar. Akibatnya mereka menganggap
bahwa salah semua pemikiran yang digunakan oleh murid bila tidak cocok
dengan pemikiran guru. Cara tersebut akan mematikan kreativitas dan
pemikiran murid dan ini tentu berlawanan dengan prinsip konstruktivisme.
3. Strategi Mengajar
Strategi mengajar perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan siituasi
murid untuk membantu agar siswa mampu mengkonstruksi
Filsafat Pendidikan Matematika 153
pengetahuannya sesuai dengan situasi yang kongkret. Mengajar adalah
suatu seni yang memnuntut bukan hanya penguasaan teknik, melainkan jua
intuisi.
Driver dan Oldham dalam Mattews (1994) menjalankan beberapa cici
mengajar konstruktivis sebagai berikut.
a. Orientasi
Murid diberi kesempatan untuk mengembangkan
motivasi dalam mempelajari suatu topik. Murid diberi
kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang
hendak dipelajari.
b. Elicatasi
Murid bibantu untuk mengungkapkan idenya dengan
jelas dengan berdikusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain.
Murid diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang
diobservasikan, dalam wujud tulisan, gambar, ataupun poster.
c. Rekonstrukturisasi ide.
Dalam hal ini ada tiga hal, yaitu :
i. Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain
atau teman lewat diskusi ataupun lewat pengumpulan ide.
ii. Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu
idenya bertentangan dengan ide lain atauidenya tidak dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan teman-temannya.
iii. Mengevaluasi ide barunya dengan eksperiment. Jika
dimungkinkan, ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk
itu diuji dengan suatu percobaan yang baru.
d. Penggunaan ide dalam banyak situasi.
Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa
perlu diaplikasika pada bermacam-macam situasi yang
dihadapi. Hal inj akan membuat pengetahuan murid lebih
lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam
pengecualiannya.
e. Review, bagaimana ide itu berubah.
Dapat terjadi bahwa dalam aplikasi pengetahuannya
pada situasi yang dihadapi sehari-hari, seseorang perlu
merevisi gagasannya entah dengan menambahkan suatu
keterangan ataupun mungkin dengan mengubahnya menjadi
lengkap.
De Vries dan Kohlberg mengikhtisarkan beberapa prinsip
konstruktivisme Piaget yang perlu diperhatikan dalam mengajar
matematika.
a. luas b.keliling
a. tinggi b. alas
Ls = p l
Ls = .................... .....................
Ls = ................... .....................
Ls = .....................
Lp = r2 + ...................... + ........................
= ........................... + .............................
2 r (r +t)
4.3 SMA
Kegiatan I:
Catatan :
Kegiatan II
2, 5, 8, 11, 14
10. Siswa diminta untuk menentukan beda dan suku awal dari
barisan aritmetika pada no 6
Beda = .
Suku awal = ..
u1 =
u2 = + = u1 +
u3 = + = u1 +
u4 = + = u1 +
u5 = + = u1 +
un = + .
12. Dari pola keteraturan yang telah didapat pada nomor 10, siswa
diminta untuk menentukan suku ke- 8 tanpa mencari suku ke-6
dan suku ke-7 terlebih dahulu.
u8 = .
u9 = .
Filsafat Ilmu
A. Robert Ackerman
Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang
pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingn terhadap
pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam
kerangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-
pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian bukan suatu
cabang yang bebas dari praktek ilmiah senyatanya
B. Peter Caws
Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat yang mencoba berbuat
bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh
pengalaman manusia.
C. Lewis White Beck
Filsafat ilmu mempertanyakan dan menilai metode-metode
pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya
usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
D. John Macmurray
Filsafat ilmu terutama bersangkutan dengan pemeriksaan kritis
terhadap pandangan-pandangan umum, prasangka-prasangka
alamiah yang terkandung dalam asumsi-asumsi ilmu atau yang
berasal dari keasyikan dengan ilmu.
Ruang lingkup
Bidang garapan Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada
komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi
ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Ontologi Ilmu
Akslologi Ilmu
Dimensi Ontologi
1. Sejarah Munculnya Ontologi
2. Pengertian-Pengertian Ontologi.
Aliran-Aliran Ontologi
Aliran Monoisme
Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak
mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal,
baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Plato adalah
tokoh filsuf yang bisa dikelompokkan dalam aliran ini, karena
menyatakan bahwa alam ide merupakan kenyataan yang
sebenarnya. Istilah monisme oleh Thomas Davidson disbeut dnegan
Block Universe, paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran.
Materialisme
Aliran Dualisme
Aliran Pluralisme
Aliran Nihilisme
Aliran Agnostisisme
c. Kajian Metafisika
Metafisika menunjukkan sebuah pemikiran, dan merupakan
refleksi filosofis mengenai kenyataan yang secara mutlak paling
mendalam dan paling ultimate. Sedangkan ontologi yang yang
menjadi objek material bagi filsafat pertama itu terdiri dari segala hal
yang ada. Metafisika juga sering disebut sebagai filsafat pertama
yaitu ilmu yang menyeldiki apa hakikat dibalik alam nyata ini.
Secara umum, metafisika adalah suatu pembahasan filsafati yang
komprehensif mengenai seluruh realitas atau tentang segala sesuatu
yang ada.
Metafisika dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
Metafisika umum (yang disebut ontologi)
Berbicara tentang segala sesuatu sekaligus. Perkataan ontologi
berasal dari bahasa Yunani yang berarti yang ada . Pertanyaan-
pertanyaan dari Ontologi misalnya:
Apakah kenyataan merupakan kesatuan atau tidak?
Apakah alam raya merupakan peredaran abadi di mana semua
gejala selalu kembali, seperti dalam siklus musim-musim, atau
justru suatu proses perkembangan?
Metafisika khusus (yang disebut kosmologi)
Merupakan ilmu pengetahuan tentang struktur alam semesta
yang membicarakan tentang ruang, waktu, dan gerakan. Kosmologi
berasal dari kata kosmos = dunia atau ketertiban, lawan dari
chaos atau kacau balau atau tidak tertib dan logos = ilmu atau
b. Masalah empiris
Pengertian Epistemologi
Menurut Kattsofff, bahwa ontologi danepistemologi merupakan
hakikat kefilsafatan, artinya keduanya membicarakan mengenai kenyataan
yang terdalam dan bagaimana mencari makna dan kebenaran. Secara
etimologis, epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme dan
logos. Episteme artinya pengetahuan; logos biasanya dipakai untuk menunjuk
pengetahuan sistematik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa epistemologi
adalah pengetahuan sistematik tentang pengetahuan. Istilah ini pertama kali
dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat,
yaitu epistemology dan ontology.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar
yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara
ilmiah. Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tidak
ilmiah. Adapun yang tergolong ilmiah adalah yang disebut ilmu
pengetahuan atau singkatnya ilmu saja, yaitu akumulasi pengetahuan yang
telah disistematisasi dan diorganisasi sedemikian rupa sehingga memenuhi
asas pengaturan sesuai prosedural, metologis, teknis, dan normatif
akademis. Dengan demikian teruji kebenaran ilmiahnya, sehingga
memenuhi kesahian atau validitas ilmu, atau secara ilmiah dapat
dipertanggungjawabkan.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa epistemologi merupakan salah
satu cabang filsafat yang mempersoalkan mengenai masalah hakikat
pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi merupakan disiplin filsafat
yang secara khusus hendak memperoleh pengetahuan tentang pengetahuan.
Sedangkan pengetahuan yang tidak ilmiah adalah masih tergolong
prailmiah. Dalam hal ini berupa pengetahuan hasil serapan inderawi yang
secara sadar diperoleh, baik yang telah lama maupun baru didapat.
Epistemologi juga disebut sebagai cabang filsafat yang berelevansi
dengan sifat dasar dan ruang lingkup pengetahuan, pra anggapan, dan
dasar-dasarnya, serta rehabilitas umum dari tuntutan akan pengetahuan.
2. Rasionalisme
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada
akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan
pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi
pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan
terletak didalam ide kita, dan bukannya didalam diri barang sesuatu. Jika
kebenaran mengandung makna dan mempunyai ide yang sesuai dengan
atau menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada
didalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.
3. Fenomenalisme
4. Intusionisme
Menurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui
secara langsung dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh
dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan
secara langsung dari pengetahuan intuitif.
Salah satu diantara unsur-unsur yang berharga dalam intuisionisme
Bergson ialah paham ini memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman
disamping pengalaman yang dihayati oleh indera. Dengan demikian data
yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi pengetahuan
disamping pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan. Kant masih
tetap benar dengan mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada
pengalaman, tetapi dengan demikian pengalaman harus meliputi baik
pengalaman inderawi maupun pengalaman intuitif.
d. Jistifikasi Epistemologi
1. Evidensi
Evidensi adalah cara bagaimana kenyataan itu dapat hadir atau
perwujutan dari yang ada bagi akal. Konsekuensi dari pengetahuan itu
adalah bahwa evidensi sangatlah bervariasi. Akibat lebih lanjut adalah
persetujuan yang dijamin oleh kehadiran ada yang bervariasi ini juga akan
bervariasi. Seorang positivis mungkin menyatakan pengandaian bahwa
masa depan adalah mirip dengan masa lampau. Namun evidensi yang
menjamin kepastiannya bukanlah kepastian yang sedemikian rupa sehingga
kejadian sebaliknya tidak terbayangkan.
2. Kepastian
Kepastian dalam hal ini memuat kebenaran dasar atau yang disebut
sebagai kebenaran-kebenaran primer. Prinsip pertama adalah suatu
kepastian dasar yang mengungkapkan eksitensi subyek. Subyek yang
mengetahui tidak mesti identik dengan kegiatannya, ada perbedaan subyek
dan aktivitasnya.
Kepastian dasar ini tidak saja merupakan jawaban yang mendasar
terhadap berbagai macam sikap dan ajaran seperti skeptisisme dan
relativisme, tetapi karena kepastian dasar merupakan dasarnya segala
kepastian.
3. Keraguan
Ada dua bentuk aliran yang mempertanyakan kepastian mengenai
adanya kebenaran. Keduanya dapat dianggap sebagai aliaran yang
mempermasalahkan, meragukan, dan mempertanyakan kebenaran dan
adanya kebenaran.
Pertama aliran Skeptisisme Doktriner berkeyakinan bahwa
pengetahuan dan kebenaran itu tidak ada, yang kurang ekstrem
mengatakan sesungguhnya tidak ada cara untuk mengetahui bahwa kita
mempunyai pengetahuan. Misalnya, ajaran ini menganjurkan agar orang
tidak melibatkan diri dalam kegiatan intelektual tertentu karena
mempunyai pendapat tentang sesuatu, maka hal itu mengandung
Pengertian Aksiologi
Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai
dan logos artinya teori atau ilmu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia
aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia,
kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Dalam Encyclopedia of
Philosophy (dalam Amsal:164) dijelaskan aksiologi disamakan dengan value
and valuation
Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang
lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian
yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban,
kebenaran dan kesucian.
Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata
sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu
yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.
Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi
nilai atau dinilai. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang
mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi
adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai
atau wajar.
Sedangkan logos yang berarti ilmu. Menurut John Sinclair, dalam
lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem
seperti politik, sosial dan agama. sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu
yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan.
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa
permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah
sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan
tentang apa yang dinilai.
Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika
dan estetika. Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif
dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana
dijumpai dalam kehidupan, yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti
kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik material. (Koento, 2003: 13).
Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai. Berikut ini dijelaskan beberapa
definisi aksiologi :
a. Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh.
Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek
yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran
pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai
menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian;
kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian nilai
subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi
manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak
suka, senang atau tidak senang.
Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum
dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif.
Salah satu faktor yang membedakan antara peryataan ilmiah dengan
anggapan umum ialah terletak pada objektifitasnya.Seorang ilmuan harus
melihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat
idiologis, agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam
Filsafat Pendidikan Matematika 188
menentukan topik penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen.
Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah
dan tujuannya agar penelitiannya be rhasil dengan baik. Nilai objektif hanya
menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat pada nilai subjektif yang
ada.
Pengertian Humanisme
Carl R. Rogers
Arthur Combs
Sejarah Humanisme
Pada zaman renaisans ini manusia Barat mulai berpikir secara baru,
dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja
yang selama ini telah membelenggu kebebasan dalam mengemukakan
kebenaran filsafat dan ilmu Pemikir yang dapat dikemukakan dalam tulisan
ini antara lain Nicholas Copernicus (1473-1543) dan Francis Bacon (1561-
1626).
1. COPERNICUS (1473-1543)
2. TYCHO BRAHE
3. JOHANNES KEPLER
4. GALILEO
5. NAPIER
6. DESARQUE
Rasionalisme
PLATO
Nama asli Plato (427-347 SM) adalah Aristokles, sementara nama Plato
itu sendiri adlah julukan yang diberikan oleh guru senamnya yang sedikit
mengejek karena dahi Aristokles lebar, sehingga ia dipanggil Plato
( platos=lebarnya). Dan panggilan inilah yang kemudian lebih dikenal
sampai sekarang.
Objek Pikiran/Pemahaman
Doxa
Keterangan :
Pistis, lebih tinggi karena objeknya adalah zooya atau realitas yang
tampak. Pengamatan tentang benda/objek fisis ini sesungguhnya
juga hanya tiruan karenanya tidak sempurna.
Dianoya, pengetahuan ini sudah mengarah pada episteme, seperti
matematika. Objek matematika bukan objek fisis yang partikular,
akan tetapi sesuatu yang diselidiki akal budi murni. Namun ,
pengetahuan ini belum mencapai tingkat episteme(dunia idea),
walaupun sudah bergulat dengan hal yang pasti, abadi, akan tetapi
masih dibawah tataran arkhai atau noesis. Cara kerja pengetahuan
Dianoya adalah bertolat dari postulat, hipotesis-hipotesis yang
diperoleh melalui bantuan hal yang partikular, lalu meningkat ke hal
universal. Meskipun Plato sangat menghargai matematika, namun
pengetahuan ini belum mencapai prinsip utama. (penghargaan Plato
terhadap matematika ia tunjukkan melalui semboyannya yang
ditulis di pintu gerbang Akademiannya, Ageometritos mydeis
eicito: yang tidak mengeri matematika dilarang memasuki akademi
ini).
Noesis, adlah tingkatan pengetahuan yang paling tinggi , yang
objeknya adalah arkhai (prinsip utama, idea). Cara kerja Noesis
adalah bertolak dari postulat dan hipotesis, akan tetapi tidak
diturunkan dari hal-hal yang partikular seperti pada dianoya. Akan
tetapi, rasio langsung menukik dengan kemampuan intuisi untuk
meraih pengetahuan, dengan menggunakan ide-ide yang murni
abstrak. Rasio (akal) berupaya untuk menemukan pengetahuan sejati
itu. Dengan ketajaman intuisi dan rasio. Seseorang dapat
memperoleh pengetahuan yang sejati dan benar. Seseorang yang
memiliki pemahaman tentang ide-ide tertinggi itu, akan mencintai
hal-hal yang baik dan bertindak bijaksana. Jadi , ada kesejajaran
antara orang yang berpengetahuan dengan tindakan yang bijaksana (
adil,jujur, profesional). Atas dasar pertimbangan inilah, Plato
Bagi Plato ada tiga elemen kodrat (esensi) dasar manusia, yaitu : akal
budi, jiwa, dan hasrat. Akal budi bersifat teoritis dan praktis sekaligus.
Akal budi bersifat teoritis dimana umat manusia secara umum berbagi
dengan Tuhan, akal budi adalah alat untuk memperoleh pengetahuan
yang benar tentang alam semesta dan bersifat teoritis. Jiwa merupakan
sumber energi psikologis yang dapat mengungkapkan dirinya dalam
emodi; kemarahan,keberagaman, rasa hormat, kebanggaan, ambisi.
Tabel Tiga Fungsi Jiwa dan Tiga Kelas dalam masyarakat Menurut Plato
Rene Descartes
Spinoza lahir pada tahun 1632 dan meninggal di tahun 1677 Masehi.
Lahir dalam keluarga Yahudi, Spinoza mengucilkan diri dari agama
Yahudi dan melarikan diri ke Amsterdam serta mengubah namanya
menjadi Benedictus de Spinoza. Ia kemudian dipaksa untuk
meninggalkan Amsterdam sebagai akibat pemikiran bebasnya.
Ketidaksenangan atas pemikirannya juga ditunjukkan oleh kaum Kristen
ortodoks yang menganggap pemikiran Spinoza sebagai ateis. Di luar hal
tersebut, Spinoza adalah orang jujur, sopan, dan seorang pemikir bebas
yang menolak pembatasan.
Spinoza mencoba menulis tentang etika dan berusaha untuk
menyusun satu geometri filsafat. Dalam etikanya, ia mencoba
menjelaskan secara matematis bagaimana menjalani hidup yang baik dan
bermoral, menerima konsep ide yang terpilah sebagai sesuatu yang
benar. Sistem filsafat Spinoza disusun berdasarkan definisi dan aksioma-
aksioma.
3. Taraf intuisi
Idealisme
Johann Gottlieb Fichte adalah filsuf dari Jerman. Ia belajar di Jena tahun
1780 1788 M. Ia menulis Critique of Revelation pada zaman Imanuel Kant,
dan buku itu dipersembahkan untuk Kant. Pada tahun 1810 1812 M ia
menjadi rektor Universitas Berlin.
Filsafat Fichte disebut Wissenschaftlehre (ajaran ilmu pengetahuan).
Melalui metode deduktif Fichte mencoba menerangkan hubungan Aku (Ego)
dengan adanya benda-benda (non-Ego). Secara dialektif (berpikir dengan
metoda: tese, anti-tese, sintese) Fichte mencoba menjelaskan adanya benda-
benda.
Tese: Ego atau Aku meneguhkan diri bahwa ia ada. Antitese: meneguhkan
diri sebagai ada baru mungkin jika Ego (Aku) membedakan diri dengan
yang non-Ego (benda-benda), jadi Ego meneguhkan adanya yang non-Ego.
Sintese: Oleh karena Ego sekarang tidak lagi tunggal, maka Ego dalam
kesadarannya berhadapan dengan suatu dunia. Ego dan non-Ego (dunia)
Schelling telah menjadi guru besar di Universitas Jena saat usianya baru
23 tahun. Sampai akhir hidupnya pemikiran Schelling selalu berkembang.
Pada periode terakhir dalam hidupnya ia mencurahkan perhatiannya pada
agama dan mistik. Ia adalah filsuf idealis Jerman yang telah meletakkan
dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan idealisme Hegel. Schelling
adalah idealis Jerman terbesar. Pemikirannya merupakan mata rantai antara
Fichte dan Hegel.
Dalam pandangan Schelling, realitas adalah identik dengan gerakan
pemikiran yang berevolusi secara dialektis. Pada Schelling, realitas adalah
proses rasional evolusi dunia menuju realisasi berupa suatu ekspresi
kebenaran terakhir. Kita dapat mengetahui dunia secara sempurna dengan
cara melacak proses logis perubahan sifat dan sejarah masa lalu. Tujuan
proses itu adalah suatu keadaan kesadaran diri yang sempurna. Schelling
menyebut proses ini sebagai identitas absolut.
Pada akhir hidupnya Schelling membantah panteisme yang pernah
dianutnya. Ia menjadi voluntaris dan melancarkan kritik terhadap semua
bentuk Rasiopalisine. Alam semesta ini menurut Schelling, tidak pernah
dibayangkan sebagai sistem rasional. Sejak tahun 1809 M ia berusaha
mengembangkan metafisika empirisme.
Filsafat Schelling secara ringkas adalah: Bahwa Yang Mutlak atau Rasio
Mutlak adalah sebagai Identitas Murni atau Indiferensi, dalam arti tidak
mengenal perbedaan antara yang subjektif dengan yang objektif. Yang
Mutlak menjelmakan diri dalam dua potensi yaitu yang nyata (alam sebagai
objek) dan ideal (gambara alam yang subjektif dari subjek). Yang Mutlak
sebagai Identitas Mutlak menjadi sumber roh (subjek) dan alam (objek) yang
subjektif dan yang objektif, yang sadar dan yang tak sadar. Tetapi Yang
Mutlak itu sendiri bukanlah roh dan bukan pula alam, bukan yang objektif
Empirisme
Pengertian Empirisme
Locke menyatakan bahwa tanpa mata tidak akan ada warna, tanpa
telinga tidak akan ada suara, tanpa hidung tidak akan ada bau. Jadi, sifat-
sifat yang kita tangkap harus disatukan di dalam substansi material (objek),
karena itu materi harus ada. Pada Locke dimungkinkan untuk mengetahui
diri melalui observasi. Kita menangkap ide tapi bukan bendanya.
Akibatnya ilmu pengetahuan pada akhirnya ternyata didasarkan pada
keyakinan atau dugaan. Dengan demikian, kebenaran ilmu pengetahuan
didasarkan pada persepsi yang saling bersinggungan. Jadi, persepsi
diandaikan sama pada setiap orang dan tidak menipu kita sebagaimana
dikemukakan Plato dan Descartes.
Pengetahuan
Intuitif
Pengetahuan
Demonstratif
Perception
Perception
Impression
Impression Ideas
Ideas
Simple
Simple Complex
Complex Simple
Simple Complex
Complex
Impression
Impression Impression
Impression Ideas
Ideas Ideas
Ideas
Pragmatisme
Pengertian Pragmatisme
Menurut James, ada dua hal kebenaran yang pokok dalam filsafat yaitu
Tough Minded dan Tender Minded. Tough Minded dalam mencari
kebenaran hanya lewat pendekatan empiris dan tergantung pada fakta-fakta
yang dapat ditangkap indera. Sementara, Tender Minded hanya mengakui
kebenaran yang sifatnya berada dalam ide dan yang bersifat rasional.
a. Bahwa dunia tidak hanya terlihat menjadi spontan, berhenti dan tak
dapat di prediksi tetapi dunia benar adanya.
d. Bahwa nilai akhir kebenaran tidak merupakan satu titik ketentuan yang
absolut, tetapi semata-mata terletak dalam kekuasaannya mengarahkan
kita kepada kebenaran-kebenaran yang lain tentang dunia tempat kita
tinggal didalamnya (Horton dan Edwards, 1974:172).
Mustansyir,Rizal&Munir,Misnal.2013.Filsafat Ilmu.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.