You are on page 1of 4

PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN

MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI

Hambatan atau Kendala yang dihadapi Dalam Menerapkan Sistem


Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi

HAMBATAN DALAM PENERAPAN MUTU INTERNAL DARI


PELAKSANAAN PENJAMINAN MUTU DI AKADEMI
KEBIDANAN ISLAM AL HIKMAH KABUPATEN JEPARA

RESTY PRIMA KARTIKA *

*AKBID ISLAM AL HIKMAH JEPARA, SEKRETARIS SPMI

Abstract

HAMBATAN DALAM PENERAPAN MUTU INTERNAL DARI PELAKSANAAN PENJAMINAN


MUTU DI AKADEMI KEBIDANAN ISLAM AL HIKMAH KABUPATEN JEPARA
Resty Prima Kartika
ABSTRAK Salah satu dampak Pasar Bebas adalah meningkatnya peluang kerja tetapi bersamaan
juga dengan semakin ketatnya persaingan dalam memperoleh pekerjaan. Perguruan tinggi secara
kontinyu perlu mengantisipasi dinamika perubahan kebutuhan pangsa pasar agar lulusannya
mempunyai daya saing tinggi. Keadaan ini menggarisbawahi pentingnya penerapan sistem
penjaminan mutu dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan penerapan penjaminan mutu adalah penyusunan evaluasi diri Prodi Kebidanan yang
akurat. Untuk mendukung tercapainya hal tersebut maka mulai tahun 2010, Akademi Kebidanan
Islam Al Hikmah Jepara menerapkan penyusunan evaluasi diri Prodi Kebidanan. Hasil Evaluasi Mutu
Internal Prodi Kebidanan menunjukkan bahwa capaian standar terendah terjadi pada Standar
Pembiayaan, Standar Penelitian dan Standar PKM.
Kata Kunci : Hambatan, Penjaminan Mutu, Perguruan Tinggi.
PENDAHULUAN Pasar bebas adalah suatu wadah untuk menampung yang dihasilkan oleh
setiap individu yang berpangkal pada paham kebebasan yang diberikan kepada pelaku pelaku
ekonomi untuk menjalankan kegiatan ekonomi sesuai dengan keinginan mereka tanpa ada campur
tangan pemerintah. Dampak lain dari pasar bebas adalah meningkatkan peluang kerja. Hal ini
terjadi melalui 2 situasi. Pertama, peningkatan peluang kerja di negara-negara berkembang dimana
proses produksinya lebih didasarkan pada knowledged-base. Kedua,terjadinya peningkatan peluang
kerja di negara-negara sedang berkembang akibat dari meningkatnya investasi asing dan
perkembangan perusahaan-perusahaan swasta (private enterprises). Namun, peningkatan peluang
kerja tersebut bersamaan dengan semakin kaburnya batas negara, yang memungkinkan pekerja
untuk bekerja di dalam maupun di luar negeri. Akibatnya, persaingan akan terus meningkat. Pekerja
yang trampil dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki daya kompetisi yang tinggi
daripada pekerja yang kurang trampil. Dari sisi sumberdaya manusia, bangsa Indonesia memiliki
daya saing yang lemah.Data dari The Global Competitiveness Index menunjukkan tingkatan daya
saing bangsa Indonesia berada pada urutan 37 dari 140 Negara yang dinilai pada tahun 2015-2106
bulan lalu. Urutan ini masih berada di bawah Singapura yang berada di peringkat 2, Malaysia di
peringkat 18 dan Thailand yang berada di peringkat 32. Sementara itu, data tentang Human
Development Index (HDI )menunjukkan bahwa pada tahun 2015 ,Indonesia berada Indonesia
menempati peringkat ke 110 dari 187 negara, dengan nilai indeks 0,684. Jika dihitung dari sejak
tahun 1980 hingga 2014, berarti IPM Indonesia mengalami kenaikan 44,3 persen. Rendahnya daya
saing dan Indeks Pengembangan Sumberdaya Manusia tersebut memberi indikasi adanya masalah
dalam sistem penyelenggaraan pendidikan, terutama pendidikan tinggi, di Indonesia. Masalah-
masalah yang teridentifikasi dalam sistem penyelenggaraan pendidikan tinggi adalah sebagai
berikut: (1) masalah keterbatasan daya tampung perguruan tinggi bermutu; (2) masalah
keterjangkauan biaya pendidikan tinggi; (3) relevansi pendidikan tinggi dengan kebutuhan dunia
kerja dan industri; dan (4) postur anggaran pendidikan dalam APBN tidak optimal(3). Masalah
kurang relevannya pendidikan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja merupakan salah satu penyebab
tingginya tingkat pengangguran tenaga kerja terdidik. Data menunjukkan bahwa jumlah
pengangguran pada Agustus 2015 sebanyak 7,56 juta orang, bertambah 320 ribu orang
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 7,24 juta jiwa.. Dari jumlah tersebut 11.59%
lulusan diploma dan 9,95% lulusan universitas. Mengingat persyaratan kerja akan terus berubah
dan persaingan untuk memperoleh pekerjaan akan semakin ketat akibat globalisasi, maka sistem
penyelengaraan pendidikan tinggi harus mampu mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut agar
lulusannya mempunyai daya saing yang tinggi. Keadaan ini menggarisbawahi pentingnya penerapan
sistem penjaminan mutu di dalam proses penyelenggaraan pendidikan tinggi. Salah satu kebijakan
pemerintah untuk mengatasi masalah relevasi pendidikan adalah mewajibkan semua satuan
pendidikan formal dan non-formal untuk melaksanakan penjaminan mutu pendidikan (PP 19/2005,
pasal 91 ayat 1). Berkaitan dengan penjaminan mutu pendidikan tinggi, UU RI No 12 Tahun 2012,
Pasal 53,menyatakan bahwa sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi terdiri atas: (1) sistem
penjaminan mutu internal yang dikembangkan oleh perguruan tinggi, dan (2) sistem penjaminan
mutu eksternal yang dilakukan melalui akreditasi. Sistem penjaminan mutu perguruan tinggi
tersebut harus didasarkan pada pangkalan data perguruan tinggi (pasal 52 ayat 4). Akademi
Kebidanan Islam AL Hikmah Jepara mulai merintis pelaksanaan sistem penjaminan mutu pada
tahun 2010 .Pada tahun 2005, Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara membentuk lembaga
baru yang khusus menangani perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan sistem penjaminan
mutu. Nama lembaga baru tersebut adalah Unit Penjaminan Mutu. Tujuan Akademi Kebidanan Islam
Al Hikmah Jepara melakukan Sistem Penjaminan Mutu Internal adalah untuk memastikan bahwa
sistem pengelolaan pendidikan Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah mampu menghasilkan lulusan
yang memenuhi persyaratan pasar kerja dan persyaratan peraturan pemerintah. Keberhasilan
Sistem Penjaminan Mutu Internal sangat dipengaruhi oleh kecermatan Program Studi Kebidanan
dalam melaksanakan evaluasi diri. Evaluasi diri yang benar akan mampu menampilkan kelemahan,
kekuatan, peluang dan ancaman yang dimiliki dan dihadapi Prodi dan ini merupakan dasar yang
tepat untuk pengembangan Prodi. Penjaminan mutu internal yang dikembangkan oleh perguruan
tinggi, dan sistem penjaminan mutu eksternal yang dilakukan melalui akreditasi. Sistem penjaminan
mutu perguruan tinggi tersebut harus didasarkan pada pangkalan data perguruan tinggi (pasal 52
ayat 4).
ISI Ada beberapa kendala yang teridentifikasi selama pelaksanaan Evaluasi Mutu Internal. Kendala-
kendala tersebut adalah sebagai berikut: (1)rendahnya minat Prodi untuk mempelajari instrumen
Evaluasi Mutu Internal; (2) kurangnya pemahaman tentang prinsip-prinsip Evaluasi Mutu Internal,
dan (3) perbedaan standar Evaluasi Mutu Internal dan standar Sistem Penjaminan Mutu Internal,
yang berlaku di Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara. Secara lebih rinci kendala-kendala
tersebut dideskripsikan di bawah ini. Rendahnya minat untuk mempelajari instrumen Evaluasi Mutu
Internal karena masih menganggap bahwa kegiatan penjaminan mutu merupakan tugas tambahan
yang menambah beban kerja . Meskipun penjaminan mutu bersifat wajib namun sanksi bagi yang
tidak melaksanakan belum diatur secara tegas. Keadaan ini menyebabkan rendahnya minat untuk
mempelajari hal-hal baru terkait kegiatan penjaminan mutu termasuk mempelajari instrumen
Evaluasi Mutu Internal. Untuk mengatasi masalah ini, maka mulai tahun depan Akademi Kebidanan
Islam Al Hikmah Jepara akan menyelenggarakan lebih banyak kegiatan motivasional bagi semua
unsur di Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara , dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran
tentang pentingnya pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan. Kurangnya pemahaman tentang
prinsip-prinsip Evaluasi Mutu Internal yang menyebabkan Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah
Jepara mengalami kesulitan dalam mengisi borang Evaluasi Mutu Internal secara akurat. Meskipun
untuk mengatasi masalah ini telah dilakukan pengarahan dan pendampingan namun tampaknya
kegiatan tersebut kurang efektif. Hal ini karena Wakil Direktur I tidak bisa sepenuhnya mengikuti
kegiatan tersebut, akibat beban kerja administrasi yang cukup padat. Pada akhirnya,keadaan ini
mengakibatkan pengisian borang Evaluasi Mutu Internal menjadi kurang optimal. Untuk mengatasi
masalah ini, Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara akan melakukan sosialisasi Evaluasi Mutu
Internal secara berkala. Perbedaan standar Evaluasi Mutu Internal dan standar Sistem Penjaminan
Mutu Internal, yang diterapkan di Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara, merupakan masalah
yang cukup rumit untuk diselesaikan. Standar Sistem Penjaminan Mutu Internal Akademi Kebidanan
Islam Al Hikmah Jepara sebenarnya merupakan adaptasi dari standar LAM PT Kes. Di lain pihak,
meskipun standar Evaluasi Mutu Internal juga bersumber dari standar LAM PT Kes, tapi standar
Evaluasi Mutu Internal juga diturunkan dari standar-standar yang berasal dari sumber lain. Keadaan
ini menyebabkan perbedaan antara standar Evaluasi Mutu Internal dan standar Sistem Penjaminan
Mutu Internal. Akibatnya skor Evaluasi Mutu Internal yang merupakan gambaran tingkat capaian
standar Evaluasi Mutu Internal, tidak sepenuhnya menggambarkan tingkat capaian standar Sistem
Penjaminan Mutu Internal Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara. Oleh sebab itu, penggunaan
instrumen Evaluasi Mutu Internal baik sebagai alat untuk monitoring dan evaluasi atau sebagai alat
untuk menyusun evaluasi diri Prodi Kebidanan masih memerlukan penyesuaian-penyesuaian khusus.
PENUTUP Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1.
Penggunaan borang Evaluasi Mutu Internal di Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara
memerlukan penyesuaian khusus sebab standar Evaluasi Mutu Internal dan Standar Sistem
Penjaminan Mutu Internal, yang berlaku di Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara, mempunyai
perbedaan.
2. Hasil Evaluasi Mutu Internal menunjukkan perlunya memberi perhatian khusus pada Standar
Pembiayaan, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat dalam pengembangan Prodi Kebidanan
ke depan.
3. Korelasi skor Evaluasi Mutu Internal dan status akreditasi kurang konsisten pada Prodi
Kebidanan.
4. Evaluasi Mutu Internal perlu diterapkan di Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara
sebagai bagian dari sistem penjaminan mutu internal dan sebagai masukan dalam pengembangan
Prodi .

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonimous. 2015. The Global Competitiveness Index 2015-2016. World Economic Forum.
URL: http://www.weforum.org/report/global-competitiveness-report-2015-2016. Diunduh pada
tanggal 01 Desember 2016.
2. Anonimous. 2015. Summary of Human Development Report 2015. United Nation Development
Program, New York.
3. Azwar, R.Ch. 2011. Permasalahan, Arah Kebijakan dan Tatakelola Perguruan Tinggi di
Indonesia. Bahan seminar disampaikan pada Saresehan ITB 2020 & Beyond; Sinergi Pemerintah-
ITB-Industri, Sabtu 14 Juni 2011, Bandung. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2012 Tentang Pendidikan Tinggi.
4. Pandie B.W. David. 2010. Kendala Dan Prospek Penerapan Evaluasi Mutu Internal Sebagai
Bagian Dari Pelaksanaan Penjaminan Mutu Di Universitas Nusa Cendana. Bahan Seminar
disampaikan di Undana Kupang.
5. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. 6.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Satuan Pengawasan Intern
di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi.
8. Varghese, N.V. 2009.Globalization, Economic Crisis And National Strategies For Higher
Education Development.International Institute for Educational Planning. UNESCO, Paris. [1]

[1] Resty Prima Kartika,Sekretaris Penjaminan Mutu, Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara,
HP. 085640541884, Email : humairoh.kartika@gmail.com

You might also like