You are on page 1of 13

GERAKAN MASJID (GM)

A. DASAR GERAKAN

GM didasarkan pada patokan didalam Tadib yang kemudian disesuaikan dengan logika
struktur dan perkembangannya berdasarkan satu kurun waktu tertentu dengan indikator
indikator nyata yang terpetakan dan terukur berdasarkan manajemen yang diambil dari
pelajaran aktifitas sholat di masjid.
GM didasarkan atas pemahaman terhadap Tadib sebagai sesuatu yang integral dan mesti
dipahami secara menyeluruh. Artinya , Tadib tidak dipahami sebatas training atau training
sebagai intinya. Tapi bagaimana memahami Tadib dengan training, taklim, kursus dan
proses struktur sebagai satu proses dan rangkaian yang melengkapi dan mengokohkan.
Selain itu Tadib pun dipahami ( dengan asumsi kader hanya mengikuti proses kaderisasi di
PII saja) sebagai sebuah proses yang integral. Artinya dari mulai pra batra sampai pasca
advantra itu adalah satu rangkaian. Yang mana dari akhir rangkaian itulah kader telah
melewati satu sistem kaderisasi dan dianggap lulus dan paham tentang tugasnya sebagai
seorang kader Umat Islam.
Jadi, saat kader mengikuti Batra, maka ia harus dan berarti siap hingga ke jenjang pasca
Advantra. Dengan demikian Batra sampai pasca Advantra itu adalah satu rangkaian yang
tiada terputus sebagai satu jalur peng-adab-an kader.
GM kemudian memahami Tadib sebagai satu yang bergandengan dengan struktur dan
targetnya. Berikut GM memahami proses Tadib tersebut:

a. Prabatra/ maprata
Proses rekruitmen dan perkenalan pelajar terhadap PII. Pelajar diposisikan untuk percaya
dan nyaman serta tertarik kepada PII. Pelajar merasa bahwa ia mendapatkan manfaat di PII
dan di PII ada sesuatu yang sangat memacu rasa ingin tahunya.

b. Batra
Batra bukanlah rekruitmen, tetapi peserta Batra adalah kader yang sudah siap dan memilih
untuk beraktifitas di PII. Pilihannya dibuat berdasar interaksinya selama mengikuti masa pra
anggota. Di Batra kader dipacu untuk kritis dan mencari pertanyaan (konsep Iqro) atas suatu
hal. Dan kader dihadapkan pada proses pencariaan jati diri yang lebih dalam sebagai seorang
Muslim.

c. LMD dan Talim Awwal


Di LMD kader diberi keahlian memanej, baik dirinya maupun komisariat yang diembannya.
Dan didalam Talim Awwal kader dikenalkan dan dipahamkan terhadap Dienul Islam
sekaligus mendapat jawaban atas segala pertanyaan tentang jati dirinya. Konsep-konsep
Islamic Worldview sudah diberikan sesuai dengan kurikulum yang terdapat dalam talim
awwal.

d. Intra

Page 1 of 13
Dilakukan setelah materi Talim Awwal selesai dan kader berinteraksi dengan masyarakat
dan pelajar dalam aktifitasnya di komisariat. Di Intra kader bertanya tentang realitas sosial
atau Umat yang dihadapinya. Kader dipacu tuk memahami masyarakat dan proses sosialisasi
didalamnya.
Dalam beberapa kondisi, Talim Awwal bisa dianggap selesai dengan melakukan assessment
terhadap kader terkait dengan materi-materi yang ada di dalam kurikulum talim. Namun,
harus dipahami meskipun fokus talim itu adalah pada transfer informasi atau pengetahuan,
tapi sesungguhnya tradisi ilmu penting dibangun disana. Oleh karena itulah, talim harus
benar-benar dipahami sebagai sebuah upaya untuk tetap menjaga tradisi keilmuan dalam diri
kader. Oleh karena itu, yang diutamakan adalah kader tetap mengikuti talim meskipun
berdasarkan assessment pengetahuan sudah dianggap tuntas.

e. Talim Wustho,Latihan Manajemen Strategis, KP3 dan Pendidikan Mualim serta


PKP
Latihan Manajemen Strategis merupakan pengembangan kemampuan manajemen dasar yang
telah dimiliki ke dalam fungsi-fungsi manajemen yang lebih khusus.
Talim Wustho memberi pemahaman sekaligus menjawab pertanyaan tentang realitas umat.
Memberikan pemahaman tentang dawah dan Islam sebagai aturan sosial dan aturan lainnya
dalam kehidupan.
KP3 memberikan keahlian sekaligus motivasi agar kader memahami proses pengelolaan
SDM sekaligus praktek dawah dan pembuktian atas nilai-nilai yang telah diyakininya.
Pendidikan Mualim kader diberi keahlian dan motivasi untuk mengelola Talim Awwal. Dan
justru dari pengelolaan terhadap Talim Awwal inilah kader lebih dekat kepada Ulama dan
memahami tentang perkembangan manusia ( SDM ).
Kemudian didalam PKP kader mengikat emosi dengan masyarakat. Hingga kedekatan kader
terhadap masyarakat ini menjadikan pembacaan kader terhadap realitas semakin tajam.

f. Advantra
Kader mengakumulasikan semua pengalamannya di training ini. Lalu dipacu untuk berfikir
mendalam dan memahami transformasi dan rekayasa menuju masyarakat baru ( Islam ). Di
Advantra kader memahami missi dan eksistensi PII dan menjadi pengawal missi dan
eksistensi tersebut.

g. PID dan Talim Ali


PID memberi keahlian dan kesadaran untuk mengelola dan menumbuhkan kader kader
Umat. Setelah PID kader mengisi Batra dengan ditopang oleh pengalamannya dalam
mengisi pra Batra dan semua pengalamannya di PII. Maka saat Batra, kader PID memainkan
peranannya dalam emosi dan fikir dan mentransfernya secara baik kepada peserta Batra.
Hingga bila kenyataannya demikian, Batra akan menjadi pengalaman yang begitu membekas
dalam memori peserta ataupun instruktur Batra.
Sedang di Talim Ali kader memahami Islam secara Kaffah dan Syumul. Maksudnya ialah
benar-benar memahami struktur pandangan dunia Islam dalam setiap konsep-konsep yang
membangunnya. Sehingga garis pemisah (furqon) sudah diketahui dengan terang benderang.

Page 2 of 13
Di Talim inilah kader memahami Islam lebih jauh dan sudah siap siap untuk mengcounter
pemikiran lain yang merongrongnya.

Tapi memang realitas menunjukan bahwa hari ini kader tidak selalu melewati proses dan
tahapan pembelajaran seperti itu di PII. Bahkan ada kader yang tidak mengikuti Talim
Awwal dan tidak paham pula materi tentangnya tapi sudah mengikuti Advantra. Haingga
hasilnya, kader jauh dari Islam dan jati dirinya, yakni ilmu dan amalnya, tidak juga terbangun
oleh nilai-nilai kepribadian Islam.
Oleh karena itulah perjalanan kader dalam proses kaderisasi itu harus didampingi oleh proses
struktur yang memberi fasilitas dan wadah bagi terlaksanaya proses tersebut. Ini adalah satu
prasyarat yang harus diingat selain sinergisitas dengan gerakan Islam lainnya dan pasca
training yang konsisten.
Berikut penjelasan terkait bagaimana GM menempatkan proses struktur sebagai pendamping
proses kaderisasi. (Hal ini sesuai Tadib, namun dalam tulisan ini dihubungkan dengan
kepentingan sesuai dengan rumusan GM ini).

@ Generasi Gerakan Satu ( G1 )

No Manajemen Aktifitas Waktu


Gerakan Masjid
1 Adzan prabatra utama , talim bebas/populis1 -
2 Itikaf dan interaksi intensif lewat beragam kegiatan antara maks selama 3
tahiyatul masjid kader prabatra dengan PD atau PK2 bulan dari
prabatra utama
3
3 Iqomah Batra -
4
4 Ada imam pembentukan komisariat , muskom , dan Satu bulan
pembinaan intensif dari PD
5 Sempurna sof komisariat terbentuk, LMD, kursus manajemen 2 bulan
komisariat5, dan pelaksanaan Talim Awwal6
dan publikasi serta sosialisai PK
6 Takbir sampai pelaksanaan program, silaturahim, persiapan 3 bulan
salam (solat) prabatra utama diakhir bulan ketiga

Keterangan
Diasumsikan bahwa seluruh proses berjalan dari titik awal, bukan mengesampingkan kader-
kader yang sebelumnya sudah ada. Namun ini adalah suatu tahapan normative per 9 bulan
yang harus ditegaskan untuk dilaksanakan sesuai asas kelenturan yang diperlukan.

1. prabatra utama ialah prabatra yang telah memperhitungkan dan memepetakan pelajar
yang akan direkrut sekaligus juga sudah disiapkan rencana follow up (beragam
kegiatan) yang dilakukan oleh PD atau PK selama 3 bulan kedepan. Bukan berarti
bahwa beragam kegiatan prabatra lainnya, terutama yang sifatnya mikro dan fardiyah

Page 3 of 13
tidak ada. Tapi prabatra utama ini salah satunya justru sebagai akumulasi yang mikro
dan fardiyah itu untuk mengikatnya dalam sebuah solidaritas sosial.
2. pada tahap ini kader mengenal PII dan mampu memutuskan untuk memilih dan
hingga siap mengikuti kaderisasi di PII lebih lanjut. Ikatan teman sebaya dan PII
sebagai ingroup dalam proses perkembangan psikologis diantara sesama kader
berlangsung dalam proses ini. Inilah yang membedakannya dengan proses sebelum
Adzan yang masih bersifat personal. Inilah yang dimaksud solidaritas sosial itu.
3. peserta Batra ialah kader yang terseleksi dari proses sebelumnya. Sehingga sebelum
mengikuti Batra diadakan kontrak atau sebagainya untuk siap aktif sampai 2 tahun
kedepan (terutama aktif di komisariat) atau dengan asumsi bahwa hingga mencapai
Advance training bisa selesai ditempuh selama 2 tahun.
4. komisariat yang terbentuk bisa satu, dua atau lebih. Dengan patokan tiap komisariat
terdapat minimal 3 kader Batra. Maka penyeleksian kader Batra pun
memperhitungkan hal ini. Komisariat tetap diperlukan sebagai sebuah struktural
territorial baik berbasis ikatan komunitas maupun territorial.
5. untuk kader yang belum Batra tapi terdapat di PK maka boleh mengikuti manajemen
komisariat. Kursus manajemen komisariat adalah sebuah kursus tambahan dalam
rangka penguatan struktur di tingkat komisariat. Meskipun ada irisan dengan LMD,
akan tetapi itu bukan suatu masalah.
6. Talim Awwal ini diawali dengan kegiatan bermalam atau yang sesuai dengan tujuan
itu dengan tujuan untuk memberikan pemahaman tentang proses talim dan untuk
membagi kelompok sekaligus taaruf dan membangun kesepakatan dengan mualim.

@ Generasi Gerakan Dua ( G2)

Kader batra di komisarit disebut generai satu (g1) dan akan membentuk dan membina
generasi dua (g2) dangan pengelola g1. sedang PD akan lebih berperan dalam usaha
pengawalan terhadap kegiatan PK.

No Manajemen aktifitas Waktu/


Gerakan Masjid pengelola
1
1 Adzan Prabatra utama - /g1
2 Itikaf dan Sama dengan G1, g1 mencontoh pada proses 3 bulan / -
tahiyatul masjid di G1 dengan kreasi dan inovasi
3 iqomah Pengajuan Batra kader g2 (diajukan - /-
komisariat) dan kader g1 mengikuti Intra
4 Ada Imam g1 membelah komisariatnya, g2 sebagian Satu bulan / -
tetap di komisariat (g2 dalam)2 dan sebagian
bentuk yang baru (g2 luar).
5 Sempurna sof seperti kegiatan G1, g1 mendampingi g2 2 bulan /-
dalam dan membantu g2 luar3 sekaligus

Page 4 of 13
persiapan muskom
6 Takbir sampai sama dengan G1 3 bulan /-
salam ( solat)

Keterangan :
1. saat adzan ini g1 bisa mengikuti intra bila saja memang sudah selesai mengikuti
proses pasca batra
2. g2 dalam diberi pemahaman tentang hasil muskom g1, arah gerakan kedepan dan
kegiatan yang sudah dilakukan. Hingga dalam muskom di G2 tinggal melakukan
inovasi, kreasi tambahan dan penyempurnaan
3. g2 luar menjadi tanggung jawab dari PD sebagaimana juga proses di G1. namun
bedanya dibantu oleh g1 sebagai induknya ( yang membelah).

Catatan tambahan: bahwa g1 setelah mengikuti Intra maka langsung mengikuti kegiatan KP3
dan kursus Mualim hingga bisa langsung mengelola di G3. juga g1 langsung di kondisikan
untuk mengikuti talim wustho yang dikondisikan oleh PD.

@ Generasi Gerakan Tiga (G3)

Terbentuknya generasi 3 (g3) dan g2 mengikuti proses seperti g1 di G2 dan g1 di G3 ini


mengikuti Advantra.

No Manajemen Aktifitas Waktu/


Gerakan Masjid pengelola
1 Adzan Pra batra utama dan g1 yang mengisi, g2 - / g1 dan g2
bisa Intra
2 Itikaf dan Sama dengan G1 dan berpusat kegiatan di 3 bulan / g1
tahiyatul masjid PK dengan panduan dari g1 yang mulai dan g2
memandu kegiatan
3 Iqomah g3 Batra, g2 Intra, g1 PKP dan bisa - /-
Advantra
4 Ada imam g2 seperti g1 dalam G2 dan g1 terus Satu bulan / -
membelah komisariatnya dan sebagian g1
naik ke daerah. g3 berproses sama seperti
dalam G1
5 Sempurna sof g1 sampai g3 berproses seperti G Dua bulan / -
sebelumnya
6 Takbir sampai g1 Advantra sedang lainnya sesuai G Tiga bulan / -
salam (solat) sebelumnya

Keterangan :

Page 5 of 13
G3 ini berproses sebagaimana G1 dan G2 dan dengan proses g1 sampai advance tarining itu
sekitar satu satu tahun 3 bulan dari Intra. Karena pasca intra terdapat proses kaderisasi yang
relatif banyak jenjangnya. Sedang proses ke Intra itu bisa dicapai dengan 6-9 bulan. G3
kemudian akan melahirkan kembali G4, akan tetapi proses di G4 itu hampir sama dengan
proses sebelumnya sehingga tak perlu untuk dibahas. Kesamaan terletak karena g1 telah
memasuki proses struktur di PD dan mungkin sebagian sudah ada di PW.
Proses g1 dari Intra ke Advantra selama 1 1,25 tahun itu adalah hitungan yang tercepat.
Kemungkinan bisa lebih lama dari itu mengingat proses internalisasi dan jadwal yang tidak
tepat. Akan tetapi, waktu yang telah kami sebutkan itu tetap penting ditulis untuk
mengingatkan bahwa proses efektif dari kaderisasi memungkinkan pencapaian seperti itu.

Dari penjelasan G1 sampai G3 hal terpenting yang harus diingat adalah adanya Masjid dan
Menara. Masjid dan Menara ini adalah perumpamaan dari agen / utusan dan PD.
Masjid ialah personil pengurus daerah yang mengerti dan paham tentang GM. Sehingga akan
menjadi pusat dari gerakan ini. GM ini sepenuhnya bergantung kepada kualitas Masjid.
Metode Masjid ini mengambil pelajaran dari apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Yaitu
mengirimkan Mushaib bin Umair ke Madinah. Kualitas Masjid ini bisa diperumpamakan
seperti ini:
Sof itu tergantung kepada kemegahan dan menarik tidaknya masjid. Megah artinya
berkualitas dan menarik artinya cakap kreatif. Maka kondisi masjid dengan
memperhitungkan kecakapan dan kualitasnya akan menemui kondisi seperti berikut;
1. kalau sofnya (komisariat) sedikit, tapi banyak yang berjamaah (kader), berarti megah
tapi tidak menarik
2. kalau sofnya banyak tapi sedikit yang berjamaah, berarti tidak megah tapi menarik.
3. kalau sofnya sedikit dan jamaahnya sedikit, berarti masjidnya tidak megah dan tak
menarik.
4. kalau sofnya banyak dan jamaah banyak, berarti masjidnya megah dan menarik.

Fungsi masjid sangat vital karena ialah yang menampung sof dan mendidik atau diangkatnya
imam. Artinya masjid harus mengerti peta komisariat sekaligus memetakan kepemimpinan
yang akan muncul.
Sedang menara ialah struktur pengurus daerah. Maksud dari menara ialah yang memanggil
dan menyeru jamaah tuk berkumpul. Maka PD atau PK itu harus bisa mengadakan dan
mempunyai kemampuan merekrut.
Setiap generasi gerakan itu mempunyai waktu 9 bulan. Dan setiap 3 bulan dari 9 bulan
tersebut terdapat targetan yang harus dicapai. Dan setiap generasi itu terawasi secara
bertingkat seperti sistem ring. Sehingga generasi satu diawasi dan dipetakan oleh PD,
generasi dua oleh generasi satu dan generasi tiga oleh generasi dua dan seterusnya berputar.
Sebelum kepada pembahasan tentang hal tersebut maka ada tiga kata penting yang harus
kembali diingat. Ketiga kata tersebut ialah prinsip pelaksanaan GM. Dan ketiga prinsip itu
tak dapat dipisahkan dan mesti dipahami dengan baik. Sehingga kerangka dan alur gerakan
GM menjadi jelas dan tetap terjaga. Ketiga prinsip itu adalah:

Page 6 of 13
1. ranting, yaitu tempat menempelnya dedaunan. Kedudukannya tersembunyi dan mudah
patah. Tapi justru jika saja ia tak ada maka pohon tidak akan berdaun dan akhirnya mati
karena tak bisa berfotosintesis.
Ranting dalam GM ini mempunyai arti tertutup, tersembunyi, terlindungi, terkontrol dan yang
menyebabkan rimbun. Maksudnya, GM ini harus dilaksanakan sebagai sebuah gerakan
yang terkontrol, terawasi, dan terlindungi. Selain itu ranting berarti bahwa GM harus tertutup
dan tersembunyi. Maksudnya kerahasian data ( yang dianggap rahasia) harus terjaga juga
taktik atau informasi yang rahasia harus terjaga pula.

2. BEAR, kepanjangan dari Bola Es Akar Rumput. Bola es disini maksudnya adalah
longsoran salju dari gunung salju yang terus menggelinding ke bawah dan semakin
membesar. Namun bola es saja tidak cukup, karena ia tak terkontrol dan ada satu titik dimana
gaya potensi yang menjadi geraknya habis. Maka disempurnakanlah oleh akar rumput. Yaitu
akar rumput yang terus menyebar di bawah tanah. Awalnya rumput itu hanya satu pohon,
akan tetapi akarnya menjalar dan menumbuhkan pohon baru dan setiap pohon itu
berhubungan satu sama lain membentuk satu kesatuan yang saling mengokohkan.
Jadi maksud BEAR dalam GM ini adalah GM mempunyai indikator keberhasilan
sebagaimana kondisi BEAR. Yang kian hari kian terus berkembang dan menumbuhkan
rumput baru. Rumput itu adalah perumpamaan dari komisariat, sedang akarnya itu adalah
kader. Dan dengan akar yang saling berhubungan, maka saat ada komisariat yang akan
tercerabut, komisariat yang lain mengokohkannya. Namun saat kondisinya tak lagi bisa
dipertahankan, maka rumput itu harus pula direlakan untuk tercerabut dan diputuskan
hubungan dengan pohon yang lainya sehingga rumput yang lainnya tidak ikut pula tercerabut.
Maka disinilah Masjid berfungsi.

3. SEL, maksudnya ialah membelah dan tiap membelah itu sel baru mempunyai juga inti
baru. Maksud sel disini ialah komisariat, dan maksud dari inti sel itu adalah kualitas dari
pengampu komisariatnya. Jadi komisariat yang membelah/lama dengan komisariat baru
mempunyai kualitas yang relatif sama.
Selain itu maksud dari sel ini adalah mengambil pelajaran dari struktur sel yang mempunyai
inti sel, plasma sel dan dinding sel. Inti sel ialah kader inti, plasma ialah kader yang
mendukung kader inti, sedang dinding sel ialah image building yang dibentuk lewat GM yang
juga melindunginya. Maka GM harus mempunyai kemampuan tuk membangun opini
sekaligus mempunyai pula kemampuan untuk melindungi diri (dana, manajemen organisasi
dan SDM dan lainnya ).
Itulah dasar dari gerakan GM yang disusun dengan tujuan untuk melaksanakan fungsi PII
sebagai organisasi yang mengkader pemimpin Umat untuk masa depan hingga tercapailah
cita-cita terbentuknya masyarakat baru ( Islam).
Dengan GM inilah maka PII akan kembali diposisikan secara kokoh sebagai organisasi kader
dan massa. Dan GM ini akan menguatkan struktur dan kualitas kader PII sehingga program
lainnya (eksternal) bisa dilakukan secara terencana. Di sisi yang lainnya, program eksternal
pun dilakukan untuk mendukung pencapaian kuantitas dan kualitas kader. Itu adalah

Page 7 of 13
hubungan yang saling timbal balik. Dan untuk menjelaskan itu semua, maka akan kembali
dijelaskan tentang apa yang dimaksud dengan generasi gerakan (G).
Generasi gerakan merupakan dasar dari gerakan GM selain dari Masjid dan Menara. Generasi
gerakan itu mempunyai maksud untuk memperkokoh kualitas PII sebagai organisasi kader
melalui proses seleksi yang terencana dengan ukuran waktu tertentu. Sehingga perkembangan
kader bisa berjalan lebih cepat tanpa membuatnya prematur. Karena setiap proses dialalui
sesuai dengan pedoman dari Tadib.
Jadi sebenarnya GM ini bukanlah hal yang baru dalam tradisi PII. Akan tetapi GM adalah
pembahasaan yang diperbaharui dan mencoba memberikan sebuah solusi alternatif untuk
pelaksanaan Tadib yang ideal.
GM mengidentifikasi kader kedalam tiga kelompok. Ketiga kelompok itu bisa dilihat dalam
gambar di bawah ini.

inti
Transisi
simpatisan

Tampak samping tampak atas

Simpatisan ialah pelajar yang mengenal PII tapi masih lepas dan tak terikat oleh institusi PII.
Yaitu pelajar yang belum mengikuti Batra dan masih tetap mengikuti maprata. Sedang kader
transisi ialah kader yang sudah mengikuti Batra dan mengikuti proses pasca Batra. Disebut
transisi karena belum sepenuhnya kader memahami Islam dan kewajiban dawah ( ingat,
dengan asumsi kader hanya mengikuti kaderisasi yang intensif di PII saja ). Dan kader inti
ialah kader yang sudah mengikuti Intra dan sedang mengikuti kegiatan pasca Intra.
Meski kita ketahui bahwa proses pembelajaran kader tidak saja dilakukan di PII, tapi dalam
rangka untuk memelihara sistem dan tradisi dalam proses kaderisasi maka setiap kader
haruslah mengikuti semua proses rangkaian dalam kaderisasi PII. Hal itu bukan berarti bahwa
GM kaku dalam memahami Tadib dan mengabaikan substansi dari kaderisasi itu sendiri.
Tapi justru untuk mempertahankan kaderisasi itu tak hanya sekedar kader memahami materi,
tapi juga ada unsur emosi, tradisi, dan proses yang harus dilalui. Sehingga justru dengan
demikian substansi itu tetap terjaga.
Untuk penjelasan lebih lanjut baiklah kita bahas menurut masing- masing generasi gerakan.

@ Generasi Gerakan Satu ( G1 )

Untuk lebih memudahkan penggambaran tentang G1 maka kita posisikan subjek aktor
sebagai PD yang sudah pasca Intra.
Dalam G1 kader simpatisan itu terbagi dalam 3 kelompok:
1. kader yang mengikuti Prabatra utama
2. kader yang mengikuti maprata/prabatra karena direkrut, diajak oleh kader yang
mengikuti Prabatra utama.

Page 8 of 13
3. kader yang direkrut dalam Prabatra dan tak ada hubungan dengan kader Prabatra
utama.

Kader simpatisan ini mengikuti kegiatan Itikaf dan Tahiyatul Masjid di PII selama 3 bulan
untuk kemudian terseleksi mengikuti Batra. Dan untuk kader yang tak mengikuti Batra maka
akan mengikuti proses Itikaf dan Tahiyatul Masjid yang kedua. Pemantauan terhadap kader
ini dilakukan melalui absenbsi (presensi) / intensitas kehadiran dalam acara PII maupun
bentuk interaksi secara kualitatif lainnya.
Pemantauan itu bisa dilakukan oleh 2 pihak yaitu PD melalui kegiatan kegiatan PD. Dan
oleh PK melalui kegiatan kegiatan PK. Untuk mengikat mereka, maka kader simpatisan
mendapat fomulir anggota atau kartu anggota kader muda. Dan PD atau PK haruslah
memiliki data base berikut jurnal kegiatan mereka di PII sehingga bisa dilihat kemungkinan
dari kader simpatisan untuk memasuki tahap kader transisi.
Sedangkan kader transisi ialah kader yang mengikuti kegiatan pasca Batra dan aktif di
kepengurusan PK. Atau bisa juga dalam beberapa hal kader transisi ini adalah seorang kader
yang mempunyai motivasi tinggi, paham tentang Islam, aktif di komisariat meski belum
mengikuti Batra tapi belum mengerti tentang logika struktur dan kaderisasi di PII. Kader
transisi dipantau oleh PD melalui kartu menuju Shaleh (KMS) atau kartu perkembangan
kader yang dibuat PD. Kader transisi mengikuti tahap ini selama minimal 6 bulan.
Kemudian yang dimaksud dengan kader inti ialah kader yang telah menyelesaikan pasca
Batra, yaitu LMD dan Talim Awwal ( dari segi materi dan pemahaman terhadap materi
tersebut ) dan siap aktif dengan berdasar kesadarannya di PII sampai di daerah atau bahkan
Wilayah dan Pusat.
Komitmen kader untuk siap aktif sampai wilayah atau Pusat itu sangat penting. Karena itu
sangat erat kaitannya dengan proses kaderisasi dan tatanan yang telah dibangun. Sehingga
semua yag telah kokoh tak lagi roboh. Arsip dan data tentang ketiga pembagian kader itu
harus rapi dan lengkap. Karena hal itu akan sangat berpengaruh dan bermanfaat bagi setiap
keputusan yang diambil berkaitan dengan GM dan perkembangannya.
Kader inti akan melakukan pembinaan terhadap kader transisi dan terutama terhadap kader
simpatisan. Bentuk dari pembinaan itu berupa kegiatan prabatra atau pendampingan terhadap
kelompok talim dari kader transisi. Sedang kader inti sendiri mengikuti kegiatan pasca Intra.
Dengan sistem seperti ini maka setiap kader akan memiliki aktifitas untuk mengadakan
pembinaan kader. Dan kader- kader PII akan melakukan pendekatan fardiyah secara nyata di
lapangan sebagai sebuah konsekwensi atas pemantauan kader yang intens tapi tetap wajar dan
tanpa kekerasan atau paksaan. Dan untuk melaksanakan itu, kader inti tentu membutuhkan
ilmu dan motivasi. Maka kader inti pun akan selalu memacu dirinya untuk tetap istiqomah
dan terus menambah ilmunya. Hal itu pada akhirnya akan menjadikan PII sebagai sebuah
organisasi yang teguh dan kuat di dalam dan simpati dalam penampilan. Dengan tradisi
keilmuan yang baik serta ikatan solidaritas sosial yang kuat.
Hal lain yang harus diperhatikan yaitu berkaitan dengan kader simpatisan yang tak juga
memasuki tahap kader transisi. Maka kader ini harus senantiasa dijaga keberadaanya yaitu
melalui kegiatan- kegiatan, apapun itu yang penting bisa melibatkan mereka. Sehingga PII
bisa tetap menjadi organisasi massa. Maksudnya adalah PII menjadi sebuah organisasi yang
mampu dan memiliki akses terhadap suatu komunitas yang secara kuantitatif banyak.

Page 9 of 13
@ Generasi Gerakan 2 ( G2 )

Perbedaan antara G1 dan G2 adalah berkaitan dengan tempat aktifitas yang tak lagi berpusat
di PD, tapi sudah dibagi ke PK. Jadi keterkaitan antara g2 dengan PD tak lagi seerat PD
dengan g1. dan itu adalah hal yang positif karena akan menempatkan PK sebagai ujung
tombak kegiatan yang semakin mandiri dan kreatif.
PK akan memantau g2 hanya di tahap simpatisan saja. Sedang setelah menjadi kader transisi,
maka dipantau oleh PD. Terkecuali pada beberapa kondisi yang memang tidak
memungkinkan. Seperti misalnya karena faktor keterisolasian geografis.
Kader g2 mengikuti kegiatan di komisariat atau kader g2 (yang transisi) membentuk
komisariat baru sebagai pusat kegiatanya. Komisariat baru tersebut harus terus berhubungan
dengan komisariat tempat awal mereka mengikuti kegiatan PII. Hal itu penting karena
berkaitan dengan prinsip BEAR. Dan hubungan tersebut berfungsi agar komisariat baru
mendapat contoh kinerja PK dari orang-orang terdekatnya.

@ Generasi Gerakan 3 ( G3 )

Bila dlihat dari segi kwantitasnya maka perbandingan antara G1 Sampai G3 itu seperti
piramida dengan G1 sebagai puncaknya. G3 akan memperlihatkan jumlah kader yang lebih
banyak dari G2 dan G1. Dan berkaitan dengan kualitasnya pun demikian. Berhubung dengan
semakin banyaknya komisariat, maka organisasi pun semakin dinamis dan hal tersebut
membuat kualitas kader semakin baik.
Karakteristik yang khas dari G3 ini adalah kedekatan kader dengan PK dan renggangnya
hubungan mereka dengan PD. Tapi hal itu sungguh positif, karena itu artinya PK telah
menjadi ujung tombak dari gerakan PII. Asalkan terus saja dijaga tradisi dari PII yang
independent dan mempunyai semangat kekeluargaan.
Di G3 ini PD tetap melaksnakan kegiatannya sebagaiman di G1, namun PD lebih terkuras
perhatiannya untuk pemantauan kondisi PK dan pemantauan terhadap perkembangan GM
yang sudah semakin meluas. Juga untuk mengurusi program yang sifatnya lebih taktis atau
menjadi stimulus untuk tetap menjaga dinamisasi PD yang telah berkembang.
Bila diamati dari pembahasan sejak awal, maka kata pemantauan banyak kita jumpai. Hal itu
wajar karena arti pemantauan di sini bukanlah seperti pemantauan militer yang kaku yang
tidak ada proses diskusi. Tapi maksudnya ialah satu proses dimana setiap kader memainkan
peranannya untuk bertanggung jawab terhadap kondisi dan perkembangan kader. Selain itu
pemantauan itu sangat penting karena berkaitan dengan prinsip RANTING. Sehingga
penarikan massa ke dalam kader ini bisa berjalan dengan teratur.

Dengan konsep G ini maka setiap kader akan memiliki keterikatan dengan kader lainnya.
Sehingga kaderisasi itu dilaksanakan sebagai bagian dari hidup dan bukan hanya karena tugas
organisasi saja. Dan pada akhirnya kondisi tersebut akan menciptakan budaya organisasi dan
kaderisasi yang positif. Sehingga menjadi solusi terhadap kondisi krisis kader ( yang sering
mempertanyakan tentang keberadaannya di PII , mengenai kemanfaatannya dan manfaatnya
di PII ) karena setiap kader PII akan melakukan kaderisasi ( mengkader dan dikader ).

Page 10 of 13
Hal tersebut juga berimplikasi positif untuk membangun kedekatan dengan keluarga kader
PII terhadap PII atau tepatnya kader-kader PII lainnya. Karena hal itu akan menjadi sebuah
jaminan bagi keluarga kader bahwa PII adalah sebuah tempat belajar dan pergaulan antara
sesama teman sebaya yang baik dan bermanfaat.
Dan untuk melakukan ini semua maka tentu, dibutuhkan keseriusan dari tiap kader. Hal lain
yang juga perlu diperhitungkan ialah berkenaan dengan fitalitas kader dalam melaksanakan
GM ini. Maka, selain dari pemenuhan keilmuan juga mesti dipenuhi kebutuhan jasmani.
Jangan sampai proses terhambat karena kader tidak paham terhadap kesehatan dan
mengabaikan kondisi fisiknya. Maka sudah menjadi hal yang mutlak bagi kader untuk
mengikuti kegiatan olahraga. Misalnya beladiri, selain karena beladiri meningkatkan kondisi
ketahanan tubuh juga beladiri akan membentuk pula karakter kader melalui serangkain proses
latihan dan disiplinnya.
Satu hal lagi yang juga jangan dilupakan ialah berkaitan dengan sesuatu yang sering kita
anggap kecil. Misalkan penyediaan aksesoris PII, stiker PII, penyediaan buku saku yang
berisi AD/ART dan yang lainnya. Hal itu tentu akan sangat membantu, terutama untuk
kepentingan terhadap kader simpatisan.

Beberapa pertanyaan tentang GM

@ Dengan penjelasan itu nampak dengan terang bahwa GM adalah gerakan kaderisasi. Lalu
bagaimana dengan internal dan eksternal publish PII

JAWABAN
Memang GM ini menjadikan kaderisasi sebagai mainstream gerakan. Tapi bukan berarti
bahwa secara eksternal PII tak kan tergarap. Justru dengan adanaya GM ini, maka proses
kaderisasi menuntut keterbukaan yang lebih dan kesempatan yang luas bagi pelajar untuk
mengakses PII.
Begitu pun dengan internal PII, pemahaman bahwa Tadib itu adalah juga menggunakan
proses struktur sebagai komponennya menjadi jawaban yang jelas. Jadi sebuah keniscayaan
saat hendak membuat kursus, talim dan training berjalan ideal, kondisi struktur pun mesti
ideal. Ini adalah salah satu prasyarat yang harus dipenuhi.
Bila kita gambarkan maka akan tampak seperti berikut ini :

Gambar 1 gambar 2

Pada gambar satu, garis lurus itu adalah kaderisasi. Sedang cincin cincin itu adalah eksternal.
Dan kaderisasi itu tidak akan bisa lurus dan terjaga bila saja tak ada eksternal itu. Jadi
kaderisasi tersebut ditopang oleh eksternal PII.

Page 11 of 13
Pada gambar dua, disana terdapat cawan yang kemudian dalam cawan itu terdapat gelas. Nah
kemudian ke dalam gelas tersebut dituangkan air. Air itu terus dituangkan ke dalam gelas
hingga meluber dan mengisi cawan. Karena gelas sudah penuh oleh air, maka air yang
memenuhi cawan tersebut tidak akan mengombag ambing gelas sehngga gelas tetap terjaga
dan tidak pecah. Tapi sebaliknya saat air dituangkan ke cawan sedang air di gelas itu hanya
terisi sepertiga atau lebih kecil dari itu, maka gelas akan terombang ambing dan kemudian
pecah terjatuh dari cawa.
Seperti itu pula GM memahami proses eksternal PII. Bila saja fokus kepada eksternal, sedang
internal/struktur dan kaderisasi minim. Maka itu hanya akan menghancurkan tatanan struktur
dan kaderisasi saja. Pada akhirnya akan membuat PII secara keseluruhan menjadi rusak.

@ Melihat dengan adanya prinsip ranting bear sel, maka GM itu justru membuat PII semakin
kaku dan tertutup. Bahkan mungkin hendak kembali ke karakteristiknya sewaktu era
informal.

JAWABAN
GM ini bukanlah sebuah bentuk introvetnya PII, justru sebaliknya membuat PII semakin
terbuka. Namun sebagai organisasi kader, keterbukaan itu ada dalam batas-batas yang jelas.
Sehingga missi dan eksistensi PII masih akan tetap terjaga. Dan tentunya untuk menjaga
missi dan eksistensi itu dibutuhkan kader yang memang teruji dan dipercaya.
Selain itu, perlu dipahami bahwa kader itu lahir dari suatu kuantitas yang jumlahnya banyak
dan mungkin merupakan suatu massa mengambang. Maka PII harus mempunyai agenda dan
itu untuk memastikan targetan yang jelas. Sehingga keberadaan massa tersebut bukan hanya
sebagai sumber daya terbengkalai. Tetapi menjadi SDM yang berpotensi. Maka dari itulah
konsep ranting bear sel itu diadakan.
Kekhawatiran seperti itu tidak perlu ada. Namun yang diperlukan itu adalah menempatkan
sesuatu sesuai tempatnya, berdasarkan kebutuhan dan tujuannya. Karena itulah, hal
terpenting untuk menghilangkan kekhawatiran itu dengan cara memahami kebutuhan dan
tujuan pergerakan PII saat ini dan untuk saat yang akan datang.

@ salah satu dasar terpenting dari adanya GM ialah adanya masjid. Apakah hal tersebut tidak
akan menjadi bumerang karena bisa jadi menjadi potensi konflik internal karena ada kader
yang menganggap dirinya sebagai masjid, dan kemudian memandang inferior kepada yang
dianggap bukan masjid.

JAWABAN
kemungkinan itu memang ada. Tapi justru karena tidak setiap kader bisa menjadi masjid,
maka itu adalah jawaban dari kekhawatiran itu sendiri. Kader yang menjadi masjid bukan
menjadi masjid karena kepahaman terhadap GM secara dangkal. Sehingga mengabaikan nilai
dan akhlak dalam sebuah gerakan. Justru, ia menjadi masjid karena memiliki akhlak yang dan
kapasitas yang layak. Selain itu di penjelasan tentang GM akan dibahas tentang hal itu.

Page 12 of 13
@ jika melihat kondisi PII sekarang dengan segala realitasnya, apakah GM itu akan realistis
untuk dijalankan.

JAWABAN
Justru adanya GM ini sebagai jawaban terhadap realitas PII hari ini. Sebuah organisasi mesti
memiliki perencanaan strategis. Perencanaan strategis secara sederhana bisa diartikan sebagai
prediksi atas kondisi yang akan dihadapi kedepan dan disertai dengan persiapan untuk
menghadapinya. Jadi bila saja kita melihat GM sebagai kerja hari ini, maka mungkin itu tak
realistis. Tapi justru GM itu adalah bagian dari sebuah perencanaan strategis untuk
membangun sebuah tatanan masa yang akan datang, tanpa lari dari kondisi hari ini. Dan
berkaitan dengan hal itu, kiranya sudah terjawab dalam pendahuluan dari GM ini.

Page 13 of 13

You might also like