You are on page 1of 4

Pembangunan dibidang kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang ditata

dalam Sistem Kesehatan Nasional diarahkan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan
produktif sebagai perwujudtan dari kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam pembukaan
undang-undang dasar 1945 dan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap penduduk, pelayanan kesehatan harus
dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu dalam pelayanan kesehatan perorangan, pelayanan
kesehatan keluaraga maupun pelayanan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006).
Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti
membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang
terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil
dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun (Rasmaliah, 2008).
Sebagai upaya mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, pemerintah telah menyusun berbagai
program pembangunan dalam bidang kesehatan antara lain kegiatan Pemberantasan Penyakit
Menular (P2M) baik yang bersifat promotif preventif, kuratif dan rehabilatif di semua aspek lingkungan
kegiatan pelayanan kesehatan (WHO, 2003).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian yang
paling banyak terjadi pada anak di negara sedang berkembang. Infeksi Saluran Pernapasan Akut ini
menyebabkan 4 dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap
tahunnya sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi (WHO, 2003).
Penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan
sampai pada masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic
obstructive pulmonary disease (WHO, 2003). Infeksi saluran Pernapasan Atas (ISPA) dapat
menyebapkan demam, batuk, pilek dan sakit tenggorokan (Bidulh, 2002).
Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran
pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik
dinegara berkembang maupun dinegara maju (WHO, 2003 ).
Di Indonesia terjadi lima kasus diantara 1000 bayi atau Balita, ISPA mengakibatkan 150.000
bayi atau Balita meninggal tiap tahun atau 12.500 korban perbulan atau 416 kasus perhari, atau 17
anak perjam atau seorang bayi tiap lima menit (Siswono, 2007).
Faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab penyakit ISPA yaitu antara lain: Umur, Jenis
Kelamin, Keadaan Gizi, Kekebalan, Lingkungan, Imunisasi Yang Tidak Lengkap dan Pemberian Asi
Ekslusif yang tidak sesuai (Depkes, 2002).
Kurangnya pengetahuan ibu tentang Imunisasi pertusis menyebapkan banyaknya balita
terkena ISPA, Imunisasi pertusis yakni imunisasi yang diberikan agar balita tidak rentan terkena
Infeksi Saluran Pernapasan. Diperkirakan kasus pertusis sejumlah 51 juta dengan kematian lebih dari
600.000 orang, namun hanya 1,1 juta penderita dilaporkan dari 163 negara dalam tahun 1983.
Hampir 80 % anak- anak yang tidak di imunisasi menderita sakit pertusis sebelum umur 5 tahun.
Kematian karena pertusis, 50 % terjadi pada bayi (umur < 1 tahun).
Anak berumur di bawah 2 tahun mempunyai risiko terserang Infeksi Saluran Pernafasan Akut
lebih besar dari pada anak di atas 2 tahun sampai 5 tahun, keadaan ini karena pada anak di bawah
umur 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya relatif sempit (Daulay,
2008).
Di sumatera Selatan Khususnya Di Kota Palembang jumlah penderita ISPA di seluruh
puskesmas kota palembang mencapai 8.999 penderita. Masyarakat yang terkena penyakit ISPA
banyak terjadi pada balita dan anak2
(Noerdin, 2006)
Begitu juga dengan kasus ISPA di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau dari
sepuluh penyakit terbesar di Kota Lubuklinggau, penyakit ISPA selalu menduduki peringkat teratas
setiap tahunnya
Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Jumlah Penderita Berdasarkan Penyakit
di Puskesmas Kota Lubuklinggau Tahun 2014 dan 2015

Tahun 2014 Tahun 2015


No Penyakit Jumlah Jumlah
% %
Penderita Penderita
1 Infeksi Saluran Pernapasan Atas 16.187 30,09 15.245 27,41
2 Hipertensi 6.504 12,09 8.292 14,91
3 Sistem Otot & Jaringan
5.936 11,03 6.873 12,35
Pengikat
4 Diare (Termasuk Tersangka
5.541 10,30 5.232 9,41
Kolera)
5 Tonsilitis 4.199 7,81 4.673 8,40
6 Penyakit Kulit alergi 3.568 6,63 3.591 6,45
7 Infeksi Penyakit Usus Lainnya 3.183 5,92 4.384 7,88
8 Penyakit Pulpa & Jaringan
3.079 5,72 1.796 3,22
Periapikal
9 Ginggivitis & Penyakit
2.831 5,26 2.690 4,83
Prodental
10 Malaria Tanpa pemeriksaan Lab 2.770 5,15 2.833 5,09
Total 53.798 100,00 55.603 100,00
Sumber : Laporan Dinkes Kota Lubuklinggau.
Tabel di atas menunjukan bahwa penyakit terbanyak yang diderita oleh penduduk di kota
Lubuklinggau tahun 2014 dan 2015 di dominasi oleh Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan
persentase 30,09 % pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 yakni 27,41 % .

Tabel 1.2
Distribusi Frekuensi Jumlah Balita dan Penderita ISPA
Berdasrkan Puskesmas Kota Lubuklinggau
tahun 2014 dan 2015

Tahun 2014 Tahun 2015


Puskesmas Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
% %
Balita Penderita Balita Penderita
Taba 2950 2286 30 2173 1427 23,89
Sp. Periuk 3536 1500 19,66 2547 1491 24,96
Megang 4051 1078 14,14 2900 1125 18,83
Perumnas 4323 1342 17,61 3435 1104 18,48
Sidorejo 2408 713 9,35 1898 365 6,11
Citra Medika 3920 325 4,26 2547 430 7,19
Petanang 1864 52 0,68 1494 26 0,43
Sb.Waras 1866 24 0,31 1163 5 0,08
JUMLAH 24918 7620 100 18157 5973 100
Sumber : Dinkes Kota Lubuklinggau 2015.

Tabel 1.3
Distribusi Frekuensi Balita dan ISPA Berdasarkan Kelurahan
Diwilayah Kerja Puskesmas Simpang Periuk Kota Lubuklinggau
Januari-Maret Tahun 2017

Kunjungan Balita
No Kelurahan Januari Februari Maret
Berkunjung ISPA % Berkunjung ISPA % Berkunjung ISPA %
1 Taba 23 19 19.38 33 20 20.20 25 22 20.75
Pingin
2 Moneng 2 1 1.02 3 2 2.02 1 0 0
Sepati
3 Marga 25 16 16.32 29 19 19.19 30 20 18.86
Rahayu
4 Marga 44 34 34.69 34 23 23.23 30 17 16.03
Mulya
5 Tanah 7 19 19.38 15 26 26.26 27 24 22.64
Periuk
6 Simpang 67 34 34.69 70 29 29.29 52 35 33.01
Periuk
7 Siring 7 4 4.08 5 5 5.05 6 6 5,66
Agung
8 Karang 4 1 1.02 2 3 3.03 2 1 0,94
KEtuan
9 Eka Marga 5 4 4.08 2 1 1.01 4 2 1,88
Jumlah 184 98 100 193 99 100 177 106 100

Dari tabel 1.3 dapat dilihat tingginya pengunjung balita yang menderita ISPA di puskesmas
Simpang Periuk ini, banyak hal yang telah dilakukan untuk mungurangi jumlah penderita ISPA, baik
dari penyuluhan ISPA, ASI ekslusif dan Pemberian Imunisasi, namun hal tersebut belum juga
membuahkan hasil terbukti masih tinginya penderita ISPA dari januari - maret 2010 pada Balita
yakni 54,69 % (Dinkes Kota Lubuklinggau, 2010).
Salah satu upaya peningkatan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif adalah
program Imunisasi yang terdekat dengan masyarakat. Walaupun pada saat ini fasilitas pelayanan
imunisasi telah tersedia dimasyarakat, tetapi tidak semua balita dibawah untuk mendapatkan
imunisasi (Ikhsan, 2006).
Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Umur
Dan Satatus Imunisasi Terhadap Kejadian ISPA Pada Balita 0-5 Tahun Di Puskesmas Simpang
Periuk Kota Lubuk Linggau Tahun 2010

You might also like