Professional Documents
Culture Documents
dengan teliti, sistematis, serta memahami dengan baik fisiologi dari setiap hormon
maka kesulitan akan dapat dihindarkan. Informasi dikumpulkan dari klien maupun
dari keluarga tentang riwayat penyakit dan kesehatan yang akan menjadi dasar
tubuh, karena efek hormon bekerja secara sistemik. Pengkajian pada sistem
A. Data Biografi
Data biografi yang penting dalam kaitannya dengan sistem endokrin yang
merupakan data dasar, diantaranya umur pasien, jenis kelamin, hal ini
diabetes melitus tipe I atau II, dan data dari lainnya seperti nama, alamat,
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status, suku
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
(eksoptalmus), masalah tulang dan sendi, kolik renal dan batu, tetani,
penyakitnya, mulai kapan tanda dan gejala muncul, jika ada nyeri
bagaimana karakteristik nyerinya, penyebarannya, upaya yang sudah
metode PQRST:
gejala.
dari rasa nyeri yang dialami klien? Apakah nyeri yang dirasakan
sehari-hari?
klien?. Skala nyeri ini juga dapat dibuat rentang tersendiri oleh
oleh klien. Apakah pagi hari, siang hari, ataukah malam hari.
Perawat perlu mencatat riwayat penyakit yang pernah dialami oleh pasien
dan lain-lain.
2. Berat badan yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus
waktu kejadiannya.
ini mencakup obat yang diperoleh dari dokter atau petugas kesehatan
genogram.
e. Riwayat diit
makan yang salah dapat menjadi faktor penyebab, oleh karena itu kondisi
kelenjar tiroid.
Karena status sosial ekonomi nerupakan aspek yang sangat peka bagi
dalam perawatan, kebiasan seperti merokok, latihan, diet, dan pola tidur.
dan handai taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan
2. Apakah ideal antara berat badan dan tinggi badannya, berapa yang
b. Pola eliminasi:
2. Apakah ada perubahan BAK, BAB, lebih dari normal? BAK sering
tidak sadar.
orang lain.
3. Peran diri: sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari
g. Pola peran-hubungan:
lingkungan sekitarnya.
h. Pola seksualitas:
Menanyakan nilai dan kepercayaan yang dianut oleh klien, dan kebiasaan
D. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
endokrin, oleh karena itu dalam melakukan pemeriksaan fisik, perawat tetap
digunakan.
berat, sedang, dan ringan, serta sekaligus amati bentuk dan proporsi tubuh.
ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang dan bibir. Pada mata amati
adanya edema periorbita dan exoptalmus serta apakah ekspresi wajah datar
atau tumpul. Amati lidah klien terhadap kelainan bentuk dan penebalan, ada
tidaknya tremor pada saat diam atau bila digerakkan. Kondisi ini biasanya
hipopigmentasi) pada leher, apakah merata dan catat lokasinya dengan jelas
bila dijumpai kelainan pada kulit leher lanjutkan dengan memeriksa lokasi
bersisik, dan ptechiae lebih sering dijumpai pada klien dengan hiperfungsi
dan ekstremitas. Penumpukan masa otot yang berlebihan pada leher bagian
belakang yang biasa disebut bufflow neck atau leher/punuk kerbau dan terus
perubahan tanda seks sekunder, oleh sebab itu amati keadaan rambut aksila
dan dada. Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada dada dan wajah wanita
disebut hirsutisme. Pada buah dada amati bentuk dan ukuran, simetris
tidaknya, pigmentasi dan adanya pengeluaran cairan. Striae pada buah dada
skrotum dan penis juga klitoris dan labia terhadap kelainan bentuk.
Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa melalui rabaan.
Pada kondisi normal, kelenjar tiroid tidak teraba namun isthmus dapat
perlobus dan kaji ukuran, nodul tunggal atau multipel, apakah ada rasa nyeri
pada saat dipalpasi. Pada saat dilakukan pemriksaan, klien duduk atau
posisi duduk. Untuk hasil yang lebih baik, dalam melakukan palapasi
pemeriksaan berada dibelakang klien dengan posisi kedua ibu jari perawat
dibagian belakang leher dan keempat jari-jari lain ada diatas kelenjar tiroid.
Palpasi testes dilakukan denganm posisi tidur dan tangan perawat harus
dalam keadaan hangat. Perawat memegang lembut dengan ibu jari dan dua
jari lain, bandingkan yang satu dengan yang lainnya terhadap ukuran atau
testes teraba lembut, peka terhadap sinar dan kenyal seperti karet.
Auskultasi
pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate jantung
a. Tanda vital seperti pernapasan, suhu, tekanan darah dan nadi. Adanya
hiperlipidemia.
pada hipotiroid.
syndrome.
rahang dan pertumbuhan gigi tidak rata. Perubahan bentuk yang terjadi
hipertiroid.
e. Leher, adakah pembesaran, simetris atau tidak, adakah gangguan
dengan hipertiroid.
DM.
ekstremitas kecil).
E. Pemeriksaan Diagnostik
bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang digunakan serta
pemeriksaannya sendiri. Dua hal pertama menjadi tugas dan tanggung jawab
Begitu halnya pada klien yang diduga atau yang menderita gangguan sistem
penting.
Normal: 10-35%
hipotiroidisme
2. T3 dan T4 serum
T4 6-12 mg/dl
T3 : 180-240 mg/dl
3. Up take T3 Resin
binding globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormone
specimen darah vena sebanyak 5 cc. Klien puasa selama 6-8 jam.
waktu.
6. Scanning Tyroid
tiroid tunggal atau majemuk dan apakah panas atau dingin (berfungsi
ganas.
1. Percobaan Sulkowitch
dari 20 detik
2. Percobaan Elworth-Howard
parathormon.
4. Pemeriksaan Radiologi
normal.
1. Pemeriksaan hematologi
misalnya pada pagi atau sore hari, untuk menilai fungsi kortek
6.00 8.00 dan menurun pada malam hari. Nilai normal pada
terlentang _ 3-10 ng/dl dan posisi berdiri, duduk lebih dari 2 jam
: 50 ng/dl.
Serum ACTH, untuk mengetahui fungsi pituitari anterior. Nilai
normal pada pagi hari kurang dari 80 pg/ml dan sore hari kurang
dari 50 pg/ml.
ng/ml/jam. Pada diet normal sodium nilsi normal pada usia 20-
ng/ml/jam.
2. Pemeriksaan urin
1. Pemeriksaan hematologi
mg/100ml serum
sebelum test dan selama test, boleh minum air putih, tidak
peningkatan (N:5-6 %)
lemak, dan ini akan menumpuk pada darah dan urine. Jumlah
keton yang besar pada urin akan merubah pereaksi pada strip
ketoasidosis