Professional Documents
Culture Documents
kehamilan
Kehamilan adalah peristiwa sementara dalam kehidupan wanita,
tetapi kehamilan dengan penyakit jantung dapat menimbulkan
perubahan yang mempunyai akibat yang nyata. Kehamilan akan
menimbulkan perubahan pada system kardiovaskuler.
Penyakit kardiovaskuler dapat dijumpai pada wanita hamil
atau tidak hamil. Jelaslah bahwa wanita dengan penyakit
kardiovaskuler dan menjadi hamil, akan terjadi pengaruh
timbal balik yang dapat mengurangi kesempatan hidup wanita
tersebut.
EPIDEMIOLOGI
Hampir semua kelainan kardiovaskular, baik yang bawaa maupun
yang diperoleh, baik yang organik maupun yang fungsional, dapat
dijumpai pada wanita hamil, hanya frekuensi masing-masing tidak
sama.
Meskipun banyak kasus penyakit jantung dengan kehamilan
dijumpai diklinik dan rumah sakit di Indonesia, akan tetapi hanya
sedikit yang pernah dilaporkan dalam tulisan ilmiah. Dalam
KOPAPDI-IV, Johan S. Masjhur melaporkan 15 kasus pasien
penyakit jantung postpartum di rumah sakit Dr. Hasan Sidikin,
Bandung dan Aryanto Suwondo mengemukakan 50 kasus
kardiomiopati peripartum di rumah sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta. Budi Susetyo melaporkan 36 kasus
kardiomiopati peripartum di rumah sakit Dr.Sutomo, Surabaya,
antara tahun 1976-1980. Sedangkan Thamrin A. Mohammad Di
bagian Kebidanan rumah sakit Dr.Cipto Mangunkusumo,
melaporkan antara bulan januari 1969- juni 1982 adanya 77
kasus kelainan jantung pada 10.322 kehamilan (0,74%). Pada 77
kasus ini, 67 orang menderita kelainan katup mitral dan 2 orang
dengan kelainan katup aorta.
Aspek fisiologis
Perubahan hemodinamik
Pada wanita hamil akan terjadi perubahan hemodinamik karena
peningkatan volume darah sebesar 30-50% yang dimulai sejak
trimester pertama dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan
32-34 minggu dan menetap sampai aterm. Sebagian besar
peningkatan volume darah ini menyebabkan meningkatnya
kapasitas rahim, mammae, ginjal, otot polos dan system vascular
kulit dan tidak memberi beban sirkulasi pada wanita hamil yang
sehat. Peningkatan volume plasma (30-50%) relatif lebih besar
dibanding peningkatan sel darah (20-30%) mengakibatkan
terjadinya hemodilusi dan menurunya konsentrasi hemoglobin.
Peningkatan volume darah ini mempunyai 2 tujuan yaitu pertama
mempermudah pertukaran gas pernafasan, nutrien dan metabolit
ibu dan janin dan kedua mengurangi akibat kehilangan darah
yang banyak saat kelahiran.
Aspek fisiologis
Perubahan hemodinamik
Pada wanita hamil akan terjadi perubahan hemodinamik karena
peningkatan volume darah sebesar 30-50% yang dimulai sejak
trimester pertama dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan
32-34 minggu dan menetap sampai aterm. Sebagian besar
peningkatan volume darah ini menyebabkan meningkatnya
kapasitas rahim, mammae, ginjal, otot polos dan system vascular
kulit dan tidak memberi beban sirkulasi pada wanita hamil yang
sehat. Peningkatan volume plasma (30-50%) relatif lebih besar
dibanding peningkatan sel darah (20-30%) mengakibatkan
terjadinya hemodilusi dan menurunya konsentrasi hemoglobin.
Peningkatan volume darah ini mempunyai 2 tujuan yaitu pertama
mempermudah pertukaran gas pernafasan, nutrien dan metabolit
ibu dan janin dan kedua mengurangi akibat kehilangan darah
yang banyak saat kelahiran.
Edema
Pada sebagian besar wanita hamil cairan edema akan terkumpul
di tungkai, pergelangan kaki, dapat juga timbul di muka, tangan
dan bagian-bagian lain badan. Mekanisme terjadinya edema pada
wanita hamil normal belum diketahui. Diduga terjadi peninggian
tekanan hidrostatik vena sesuai dengan peningkatan volume
plasma. Tambahan pula tekanan onkotik plasma menurun
disebabkan oleh pengenceran darah, namun demikian observasi
ini tidaklah adekuat untuk menjelaskan terjadinya edema.
Anemia
Anemia dapat terjadi secara fisiologis pada wanita hamil. Kadang-
kadang wanita hamil akan mengalami kesulitan karena adanya
anemia sebelum hamil ataupun yang baru terjadi setelah hamil.
Wanita hamil yang menderita anemia dapat menimbulkan
keluhan sesak napas, mudah lelah, takikardia, ekstrasistol,
peningkatan aliran darah, yang terutama jelas terlihat pada waktu
bekerja. Dapat timbul bising sistolik fungsional. Seringkali
keadaan jantung pasien dapat pulih hanya dengan mengatasi
anemianya saja.
Penerapan klinis
Penerapan klinis berdasarkan data fisiologik di atas sangat efektif
untuk mengurangi angka mortalitas dan morbiditas selama
kehamilan. Jantung yang normal dapat dengan mudah
mengadakan kompensasi melalui mekanisme seperti peningkatan
stroke volume akibat beban jantung yang timbul pada kehamilan
tunggal. Pada kehamilan kembar, masa peningkatan kerja jantung
menjadi lebih lama, walaupun kerja jantung tidak banyak
bertambah. Pada fase aterm, mekanisme yang kurang efisien
seperti takikardia timbul juga untuk mempertahankan curah
jantung.
Golongan sianotik
Golongan asianotik
DIAGNOSIS
Anamnesis
:
PENATALAKSANAAN
Penanganan wanita hamil dengan penyakit jantung, yang
sebaiknya dilakukan dalam kerjasama dengan ahli penyakit dalam
atau kardilogi, banyak ditentukan oleh kemampuan fungsionil
jantungnya.
Dalam kehamilan
Dalam persalinan
Masa laktasi
Pembedahan jantung
PROGNOSIS
Bagi ibu
Kelas I 0,17%
Kelas II 0.28%
Kelas III 5,52%
Kelas
5,84%
IV
Bagi bayi
Etiologi
Lesi kongenital bertanggung jawab pada > 50 % penyakit jantung dalam
kehamilan.
Penyebab lainnya antara lain : arteri koroner, hipertensi, disfungsi tiroid (8)
Klasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan
a. Kelas I
Tanpa pembatasan kegiatan fisik
Tanpa gejala penyakit jantung pada kegiatan biasa
b. Kelas II
Sedikit pembatasan kegiatan fisik
Saat istirahat tidak ada keluhan
Pada kegiatan fisik biasa timbul gejala isufisiensi jantung seperti: kelelahan, jantung
berdebar (palpitasi cordis), sesak nafas atau angina pectoris
c. Kelas III
Banyak pembatasan dalam kegiatan fisik
Saat istirahat tidak ada keluhan
Pada aktifitas fisik ringan sudah menimbulkan gejala insufisiensi jantung
d. Kelas IV
- Tidak mampu melakukan aktivitas fisik apapun
Penanggulangan
Bagi penderita yang penyakitnya tidak berat dan tidak mempunyai riwayat
obstetric buruk cukup dikuasai dengan diet saja dan diharapkan dapat lahir aterm.
Lebih dari itu, sebaiknya dilakukan induksi persalinan karena prognosis jadi lebih
buruk. Jika diabetes lebih berat dan memerlukan pengobatan insulin, sebaiknya
kehamilan diakhiri lebih dini sekitar pada umur kehamilan 36 38 minggu. Dan
jika disertai komplikasi maka diakhiri lebih dini lagi dengan induksi maupun sectio
Caesarea.
Secara garis besar penatalaksanaan mencakup mengurangi beban kerja jantung
dengan tirah baring, (9)
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan klasifikasinya yaitu :
Kelas I
Tidak memerlukan pengobatan tambahan
Kelas II
Umumnya tidak memerlukan pengobatan tambahan, hanya harus menghindari
aktifitas yang berlebihan, terutama pada UK 28-32 minggu. Pasien dirawat bila
keadaan memburuk.
Kedua kelas ini dapat meneruskan kehamilan sampai cukup bulan dan melahirkan
pervaginam, namun harus diawasi dengan ketat. Pasien harus tidur malam cukup 8-
10 jam, istirahat baring minimal setengah jam setelah makan, membatasi
masuknya cairan (75 mll/jam) diet tinggi protein, rendah garam dan membatasi
kegiatan. Lakukan ANC dua minggu sekali dan seminggu sekali setelah 36
minggu. Rawat pasien di RS sejak 1 minggun sebelum waktu kelahiran. Lakukan
persalinan pervaginam kecuali terdapat kontra indikasi obstetric. Metode anastesi
terpilih adalah epidural
Kala persalinan biasanya tidak berbahaya. Lakukan pengawasan dengan ketat.
Pengawasan kala I setiap 10-15 menit dan kala II setiap 10 menit.
Pada kala II dapat spontan bila tidak ada gagal jantung. Bila berlangsung 20 menit
dan ibu tidak dapat dilarang meneran akhiri dengan ekstraksi cunam atau vacum
dengan segera
Tidak diperbolehkan memakai ergometrin karena kontraksi uterus yang bersifat
tonik akan menyebabkan pengembalian darah ke sirkulasi sistemik dala jumlah
besar
Kelas III
Dirawat di RS selam hamil terutama pada UK 28 minggu dapat diberikan diuretic
Kelas IV
Harus dirawat di RS
Kedua kelas ini tidak boleh hamil karena resiko terlalu berat. Pertimbangkan
abortus terapeutik pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Jika kehamilan
dipertahankan pasien harus terus berbaring selama hamil dan nifas. Bila terjadi
gagal jantung mutlak harus dirawat dan berbaring terus sampai anak lahir. Dengan
tirah baring, digitalis dan diuretic biasanya gejala gagal jantung akan cepat hilang.
Pemberian oksitosin cukup aman. Umumnya persalinan pervaginam lebih aman
namun kala II harus diakhiri dengan cunam atau vacuum. Setelah kala III selesai,
awasi dengan ketat, untuk menilai terjadinya decompensasi atau edema paru.
Laktasi dilarang bagi pasien kelas III dan IV.
Operasi pada jantung untuk memperbaiki fungsi sebaiknya dilakukan sebelum
hamil. Pada wanita hamil saat yang paling baik adalah trimester II namun
berbahaya bagi bayinya karena setelah operasi harus diberikan obat anti
pembekuan terus menerus dan akan menyebabkan bahaya perdarahan pada
persalinannya. Obat terpilih adalah heparin secara SC, hati-hati memberikan obat
tokolitik pada pasien dengan penyakit jantung karena dapat menyebabkan edema
paru atau iskemia miocard terutama pada kasus stenosis aorta atau mitral.
Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi : gagal jantung kongestif, edema paru, kematian, abortus.
Pada janin dapat terjadi : prematuritas, BBLR, hipoksia, gawat janin, APGAR
score rendah, pertumbuhan janin terhambat. (7)