You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyaknya jenis minyak isolasi yang ada sekarang ini sehingga banyak hal
yang harus dipertimbangkan di dalam pemilihan isolasi minyak untuk keperluan
pengamanan yang lebih baik. Kekuatan dielektrik dan umur suatu tansformator
tergantung sepenuhnya pada kualitas minyak isolasi.
Perubahan suhu minyak isolasi yang melebihi batasbatas yang ditentukan
pada peralatan tegangan tinggi akan mengakibatkan pemburukan dari minyak
isolasi tersebut. Kenaikan suhu (pemanasan) dapat terjadi akibat beban lebih
yang berlangsung cukup lama dan terus menerus, serta hubung singkat pada
peralatan tegangan tinggi yang menggunakan minyak isolasi.
Minyak isolasi digunakan dalam peralatan tegangan tinggi seperti :
transformator daya, pemutus tenaga (CB), kapasitor tegangan tinggi dan kabel
daya. Pemakaian minyak isolasi pada peralatan tegangan tinggi juga berfungsi
sebagai bahan isolasi, bahan pendingin (penyerap panas) dan pemadaman busur
api.
Menurut standar IEC 156, tegangan tembus minyak trafo pada suhu 300C
adalah 30 kV pada pengujian dengan jarak sela 2,5 mm dan berdasarkan standar
dari ASTM D-445 dan IEC 296A, besar kekentalan minyak atau viskositas
kinematik yang dianjurkan adalah 16 eSt pada suhu 400 C. Viskositas kinematik
minyak trafo 10/85933 eSt . Jika tingkat kekentalan meningkat, akan menimbulkan
endapan pada inti dan kumparan inti. Lumpur ini dapat menyumbat lorong-lorong
pendingin, sehingga pembuangan panas terhambat dan temperatur minyak
meningkat. Jika dibiarkan terus menerus maka akan mempengaruhi tengan tembus
dan arus bocor pada isolasi cair .
Oleh karena itu pada tulisan ini akan membahas sejauh mana pengaruh
temperatur minyak isolasi terhadap viskositas, tegangan tembus, dan arus bocor
pada minyak isolasi. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan akan dapat

1
membantu dalam memilih jenis minyak isolasi yang tepat guna pada temperatur
tertentu dengan mengetahui viskositas ,tegangan tembus, dan arus bocor dengan
mengetahui dari minyak isolasi tersebut.

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaiamana pengaruh temperatur minyak isolasi terhadap viskositas
minyak isolasi dalam kondisi baru.
2. Bagaimana pengaruh viskositas minyak isolasi terhadap tegangan tembus
minyak isolasi .
3. Bagaimana pengaruh viskositas minyak isolasi terhadap arus bocor
minyak isolasi.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan yang ingin dicapai dari tugas akhir ini yaitu untuk mengetahui dan
menganalisis viskositas,tegangan tembus, dan arus bocor berbagai minyak isolasi
murni dalam kondisi minyak baru diambil dari tempat penyimpanan terhadap
pengaruh perubahan suhu pada minyak.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan
sebuah informasi baru dalam penentuan jenis minyak isolasi yang cocok
untuk temperatur yang dibutuhkan berdasarkan nilai viskositas, tegangan tembus
dan arus bocor minyak isolasi tersebut.

1.5 Batasan Masalah


Untuk membatasi materi yang akan dibicarakan pada tugas akhir ini,
maka penulis perlu membuat batasan cakupan masalah yang akan dibahas.
Sehingga penulis membatasi penulisan tugas akhir ini kepada hal berikut :
1. Hanya membahas mengenai pengaruh temperatur terhadap viskositas
minyak isolasi pada saat temperatur dinaikan .
2. Tegangan kerja adalah Tegangan AC.

2
3. Minyak Isolasi yang digunakan Isovoltine II-T,diala B,Idimitsu, dan
Nynas
4. Tidak memperhitungkan kelembaban, medan sekitar maupun
perubahan tekanan pada udara di sekitar pengujian.

3
BAB II
TEORI

8. Tinjauan Pustaka
9.1 Sistem Isolasi dan Dielektrik[1]
Sistem isolasi merupakan paduan dari beberapa bahan isolasi yang
digunakan pada suatu peralatan listrik. Dengan demikian, dapat
didefenisikan bahwa sistem isolasi adalah gabungan dari beberapa bahan
yang dibangun untuk memisahkan bagian-bagian peratan listrik yang
berbeda potensial.
Agar suatu peralatan listrik bekerja dengan baik maka sistem isolasinya
harus baik. Dalam menentukan dimensi suatu sistem isolasi dibutuhkan
pengetahuan tentang jenis, besaran, dan durasi tekanan medan elektrik yang
akan dialami masing-masing bahan yang membentuk sistem isolasi
tersebut.
Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang
sangat kecil atau bahkan hampir tidak ada. Bahan dielektrik dapat
berwujud padat, cair, dan gas. Tidak seperti konduktor, pada bahan
dielektrik tidak terdapat elektron-elektron konduksi yang bebas bergerak
di seluruh bahan oleh pengaruh medan listrik. Medan listrik tidak akan
menghasilkan pergerakan muatan dalam bahan dielektrik. Sifat inilah yang
menyebabkan bahan dielektrik itu merupakan isolator yang baik. Dalam
bahan dielektrik, semua elektron-elektron terikat dengan kuat pada intinya
sehingga terbentuk suatu struktur regangan (lattices) benda padat, atau
dalam hal cairan atau gas, bagian-bagian positif dan negatifnya terikat
bersama-sama sehingga tiap aliran massa tidak merupakan perpindahan
dari muatan. Karena itu, jika suatu dielektrik diberi muatan listrik, muatan
ini akan tinggal terlokalisir di daerah di mana muatan tadi ditempatkan.
Masing-masing jenis dielektrik memiliki fungsi dan fungsi yang
paling penting dari suatu isolasi adalah:

4
1. Untuk mengisolasi antara penghantar dengan pengahantar yang
lain. Misalnya antara konduktor fasa dengan konduktor
fasa, atau konduktor fasa dengan tanah.
2. Menahan gaya mekanis akibat adanya arus pada konduktor yang
diisolasi.
3. Mampu menahan tekanan yang diakibatkan panas dan reaksi kimia.
Agar dielektrik mampu menjalankan tugasnya dengan baik
maka dielektrik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi, agar dimensi


sistem isolasi menjadi kecil dan pengunaan bahan dielektrik
semakin sedikit, sehingga harganya semakin murah.
2. Rugi-rugi dielektrik yang rendah, agar suhu bahan isolasi
tidak melebihi batas yang ditentukan.
3. Memiliki kekuatan kerak tinggi, agar tidak terjadi erosi
karena tekanan elektrik permukaan.
4. Memiliki konstanta dielektrik yang tepat dan cocok,
sehingga membuat arus pemuatan tidak melebihi yang diijinkan.
Peralatan-peralatan listrik akan mengalami kenaikan temperatur selama
beroperasi baik pada kondisi kerja normal maupun pada kondisi
mengalirkan arus lebih sehingga bahan isolasi peralatan listrik harus
memiliki sifat thermal sebagai berikut :
1. Kerentanan terhadap perubahan bentuk pada keadaan panas.
2. Kemampuan menahan panas tinggi (daya tahan panas).
3. Konduktivitas panas yang tinggi.
4. Koefisien muai panas yang rendah.
5. Tidak mudah terbakar.
6. Tahan terhadap busur api.
7. Daya serap air yang rendah.
Tetapi dalam prakteknya tidak ada dielektrik yang mampu memenuhi
semua syarat-syarat diatas. Sehingga diperlukan kompromi tentang sifat-
sifat apa saja yang lebih diutamakan.

5
9.2 Dielektrik Cair
Kekuatan dielektrik merupakan ukuran kemampuan suatu material
untuk bisa menahan tegangan tinggi tanpa berakibat terjadinya kegagalan
dielektrik. Kekuatan dielektrik cair tergantung pada sifat atom dan molekul
cairan itu sendiri, material dari elektroda, suhu, jenis tegangan yang
diberikan, gas yang terdapat dalam cairan, dan sebagainya yang dapat
merubah sifat molekul cairan. Dalam isolasi cair kekuatan dielektrik setara
dengan tegangan yang terjadi.[5]
Menurut hukum Paschens, kekuatan dielektrik cair berkisar antara 107
V/cm. Dielektrik cair akan mengisi volume ruang yang harus diisolasi dan
secara simultan akan mendisipasikan panas yang timbul secara konveksi.[8]
Minyak trafo adalah suatu bahan dielektrik selain memisahkan
penghantar-pengahantar yang bertegangan berfungsi juga sebagai pendingin
dari trafo itu sendiri. Minyak trafo termasuk jenis bahan dielektrik cair
berupa minyak. Dielektrik cair mempunyai kerapatan 1000 kali lebih besar
daripada dielektrik gas sehingga kekuatan dielektriknya lebih tinggi daripada
dielektrik gas. Kelebihan lain dari dielektrik cair yaitu mempunyai
kemampuan untuk memperbaiki diri sendiri jika terjadi suatu pelepasan
muatan (discharge)[3].
Kelebihan lain dari dielektrik cair murni yaitu mempunyai kemampuan
untuk memperbaiki diri sendiri jika terjadi suatu pelepasan muatan
(discharge). Salah satu kekurangan dielektrik cair yaitu mudah
terkontaminasi. Sifat-sifat fisika isolasi cair menjelaskan sifat isolasi cair
secara umum yang nantinya digunakan dalam proses perencanaan peralatan.
Sifat-sifat fisika yang terpenting adalah[1] :
a. Kejernihan (Appearance)
b. Massa jenis ( Density)
c. Viskositas kinematik (Kinematic viscosity)

6
d. Titik nyala (Flash point)
e. Titik tuang ( Pour point)
f. Angka Kenetralan
Adapun sifat-sifat kelistrikan dari isolasi cair antara lain[12] :
1. Tegangan tembus atau gagal ( Breakdown Voltage)
2. Resistivitas (Resistivity)
3. Faktor Kebocoran Dielektrik (Dielektric Dissipation Factor)
4. Permitivitas (Permitivity)

Viskositas atau biasa disebut kekentalan sangat penting pada isolasi


cair. Hal ini dikarenakan viskositas berpengaruh pada kemurnian isolasi cair
(banyaknya kontaminan partikel padat) dan pendinginan suatu peralatan
listrik. Selain sebagai media isolasi biasanya isolasi cair juga berfungsi
dalam proses pendinginan. Isolasi cair yang baik haruslah mempunyai
viskositas yang rendah sehingga kemungkinan isolasi cair terkontaminasi
akan kecil. Selain itu jika viskositas isolasi cair rendah, proses sirkulasi
isolasi cair pada peralatan listrik akan berlangsung dengan baik sehingga
akhirnya pendinginan inti dan belitan trasformator dapat berlangsung
dengan sempurna.
Viskositas dinamis dalam isolasi cair dinyatakan dalam persamaan[7] :

............................. (9.1)
dengan
= viskositas (poise)
r = jari-jari bola ukur (cm)
g = gaya grafitasi
v = kecepatan bola ukur (cm/s)
= massa jenis bola ukur (g/cm3)
1 = massa jenis isolasi cair (g/cm3)

Sedangkan nilai viskositas pada minyak trafo dinyatakan dengan satuan


cSt, yaitu satuan untuk viskositas kinematik yang dinyatakan dengan

7
persamaan:
............................. (9.2)

dengan :
V = viskositas kinematik (St)
= viskositas dinamis (poise)
1 = massa jenis isolasi cair (g/cm3) 1 St = 100 cSt

9.3 Pengertian Tegangan Tembus[1]


Kekuatan dielektrik Ek adalah terpaan tertinggi yang dapat dipikul
suatu dielektrik. Dan Tegangan tembus (breakdown voltage) suatu
isolator adalah tegangan minimum yang dibutuhkan untuk membuat
dielektrik menjadi tembus listrik (break down). Jika dielektrik telah tembus
listrik maka dielektrik telah gagal menjalankan fungsinya (rusak).
Ada dua syarat agar dielektrik tembus listrik yaitu :

1. Terpaan elektrik yang dipikul dielektrik harus lebih besar atau sama
dengan kekuatan dielektriknya (E Ek).

2. Lama terpaan elektrik berlangsung lebih besar atau sama dengan


waktu tunda tembus.
Hal tersebut disebabkan oleh proses ionisasi berantai yang
membutuhkan waktu untuk membuat dielektirk tembus listrik. Waktu
yang dibutuhkan untuk membuat dielektrik tembus listrik disebut waktu
tunda tembus (time lag) yang tidak tentu dan bersifat statistik dan
berlangsung dalam orde mikro detik. Jadi kedua syarat tersebut hanya
berlaku untuk tegangan impuls, sedangkan untuk tegangan searah dan
sinusoidal yang waktu puncak dalam orde millidetik hanya memerlukan
satu syarat saja yaitu syarat nomor satu diatas.
Pada gambar 5 berikut ditunjukan suatu bahan dielektrik yang
ditempatkan diantara dua elektroda sejajar. Bila elektroda diberi
tegangan searah V maka timbul medan elektrik E. Medan elektrik ini

8
merupakan beban bagi dielektrik yang menekan dielektrik agar berubah
menjadi konduktor dengan cara memberikan gaya kepada elektron-
elektron agar terlepas dari ikatannya menjadi elektron bebas. Jika medan
elektrik E yang dipikul dielektrik melebihi kekuatan dielektrik dengan
waktu yang melebihi atau sama dengan waktu tunda tembus, maka
dielektrik tembus listrik (breakdown).

Gambar 5. Medan elektrik dalam dielektrik

9.4 Arus Bocor pada Isolator[5]


Bila suatu bahan isolasi dikenai medan elektrik, arus akan mengalir
pada permukaan bahan isolasi tersebut. Arus ini sering disebut arus bocor
atau arus rambat. Besarnya arus bocor ini ditentukan oleh resistansi
permukaan bahan isolasi. Mudah dipahami bahwa besarnya arus bocor
dipengaruhi oleh kondisi udara di sekitar isolator, yaitu temperatur, tekanan,
kelembaban, dan kandungan polusi di sekitar isolator tersebut.

Secara teknis, sistem isolasi harus mampu memikul arus bocor tanpa
menimbulkan pemburukan pada isolator atau setidaknya pemburukan pada
arus bocor tersebut dapat dibatasi. Arus bocor menimbulkan panas pada
permukaan isolator, dan efek samping yang ditimbulkannya adalah
penguraian bahan kimia yang melapisi permukaan isolator.

Efek yang sangat nyata dari penguraian kimia ini adalah timbulnya
jejak arus pada permukaan isolator. Jejak arus inilah yang disebut kerak

9
dielektrik. Kerak dielktrik pada bahan isolasi dapat membentuk suatu jalur
konduktif. Keberadaan jalur konduktif ini menimbulkan peninggian tekanan
medan elektrik pada bahan isolasi. Panas yang ditimbulkan arus rambat
dapat juga menimbulkan erosi dielktrik tanpa didahului adanya kerak
konduktif.
Pada percobaan ini akan diukur besar arus bocor yang mengalir melalui
permukaan isolator. Arus bocor yang akan diukur diperkirakan berada
dalam kisaran mikroampere (A) sehingga pengukuran dengan
menggunakan amperemeter praktis akan menghasilkan pembacaan yang
tidak akurat. Oleh karena itu untuk mengukur arus bocor, di dalam
eksperimen ini ditambahkan suatu rangkaian sederhana yang memanfaatkan
hukum Ohm. Pada kabel pembumian rangkaian percobaan dipasang tahanan
dengan nilai yang telah diketahui, selanjutnya akan disebut sebagai tahanan
uji. Tahanan uji kemudian dihubungkan pada voltmeter, sehingga pada saat
tegangan kerja diberikan, pada voltmeter akan terbaca nilai tegangan yang
dialami tahanan. Dari nilai tegangan tersebut, diperoleh besar arus bocor
yang mengalir melalui tahanan uji dengan menggunakan persamaan berikut
ini:
2
= .(9.3)

Dimana :

Ibocor = Arus Bocor (Ampere)


V2 = Pembacaan V2 (Volt)
R = Tahanan uji (Ohm)

9.5 Teori kegagalan isolasi

Teori kegagalan isolasi yang terjadi pada minyak transformator


dibagi menjadi empat jenis sebagai berikut:[10]

1. Teori kegagalan elektronik


Teori ini merupakan perluasan dari teori kegagalan pada gas, artinya
proses kegagalan yang terjadi dalam dielektrik cair karena adanya
banjiran elektron (electron avalanche) pada gas. Pancaran medan

10
elektron dari katoda di asumsikan bertabrakan dengan atom
dielektrik cair. Jika energi medan yang dihasilkan dari tabrakan
sudah cukup besar, sebagian elektron akan terlepas dari atom dan
akan bergerak menuju anoda bersama dengan elektron bebas.
Banjiran elektron ini serupa dengan peluahan yang terjadi pada gas
dan peristiwa ini akan mengawali proses terjadinya kegagalan.
2. Teori kegagalan karena adanya gelembung gas
Yaitu ketakmurnian (misalnya gelembung udara) mempunyai
tegangan gagal yang lebih rendah dari zat cair, disini adanya
gelembung udara dalam cairan merupakan awal dari pencetus
kegagalan total dari pada zat cair. Kegagalan gelembung merupakan
bentuk kegagalan isolasi cair yang disebabkan oleh gelembung-
gelembung gas didalamnya.
3. Teori kegagalan partikel padat
Partikel debu atau serat selulosa yang ada disekeliling isolasi
padat (kertas) seringkali ikut tercampur dengan minyak. Selain itu
partikel padat ini pun dapat terbentuk ketika terjadi pemanasan dan
tegangan lebih. Pada saat terjadi medan listrik, partikel partikel ini
akan terpolarisasi dan membentuk jembatan. Arus akan mengalir
melalui jembatan dan menghasilkan pemanasan local serta
menyebabkan terjadinya kegagalan.
4. Teori kegagalan bola cair
Air dan uap air terdapat pada minyak, terutama pada minyak yang
telah lama digunakan. Jika terdapat medan listrik, maka molekul uap
air yang terlarut memisah dari minyak dan terpolarisasi membentuk
suatu dipole. Jika jumlah molekul molekul uap air ini banyak, maka
akan tersusun semacam jembatan yang menghubungkan kedua
elektroda, sehingga terbentuk suatu kanal peluahan. Kanal ini akan
merambat dan memanjang sampai terjadi tembus listrik.

9.6 Faktor-Faktor Pemburukan Minyak Isolasi


Untuk mengetahui apakah minyak isolasi sudah mengalami

11
pemburukan atau belum adalah dengan melakukan pengujian-pengujian
yang sifatnya tidak merusak. Kegagalan minyak isolasi sebagai bahan
dielektrik pada peralatan tegangan tinggi, biasanya terrjadi karena
pemburukan dari minyak isolasi itu sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemburukan dari minyak isolasi


adalah :
1. Panas
Pemanasan yang berlangsung cukup lama dan berlangsung secara
terus-menerus dapat merubah struktur kimia dari minyak isolasi
tersebut, sehingga merubah sifat-sifat dasarnya sebagai bahan
isolasi.
2. Kemurniaan bahan isolasi
Ketidakmurniaan dari bahan dielektrik cair mempunyai pengaruh
besar tehadap sifat isolasi bahan tersebut. Hal ini dapat kita
lihat pada minyak transformator. Jumlah uap air yang ada pada
minyak transformator akan mempengaruhi tegangan tembusnya.
Pengukuran minyak transformator yang terkontaminasi dengan
material pengotor biasanya mempunyai tegangan gagal (Ebd)
berkisar antara 0 25 kV/mm. Oleh karena itu minyak
transformator yang sudah lama dipakai, harus diuji secara
periodik untuk mengetahui kemampuannya. Minyak
transformator yang diuji adalah minyak bagian atas, tengah, dan
bawah dan diuji dengan elektroda standard dengan jarak sela 2,5
mm. Jika Ebd lebih besar daripada 20 kV ( Ebd >> 20 kV) maka
minyak transformator masih dikatakan baik. Namun bila Ebd
lebih kecil daripada 20 kV (Ebd << 20 kV), maka minyak
transformator dikatakan sudah rusak.
3. Kontak dengan udara
Jika minyak isolasi mengalami kontak dengan udara, maka minyak
isolasi akan teroksidasi. Jika hal ini terus terjadi akan
menyebabkan penurunan kualitas minyak yang berdampak pada
turunannya kekuatan dielektrik minyak isolasi.

12
4. Korona
Percikan bunga api dari korona akan meningkatkan kadar karbon
pada minyak isolasi dan menimbulkan gelembung-gelembung
gas yang bisa membuat minyak isolasi mengalami tembus listrik.
5. Faktor Alamiah
Dalam hal ini adalah faktor umur dari minyak isolasi, biasanya
semangkin lama minyak isolasi digunakan, maka kualitas dari
minyak isolasi tersebut akan berangsur-angsur menurun.
Sehingga pemburukan minyak isolasi lebih mudah terjadi.

9.7 Minyak Trafo Sebagai Bahan Isolasi


Minyak trafo yang sering digunakan dalam peralatan tegangan
minyak akan menjadi lebih gelap karena adanya zat pengotor dan resin atau
lumpur pada minyak.tinggi. Minyak trafo merupakan jenis minyak organik.
Minyak trafo hampir tidak berwarna yang tersusun dari senyawa
hidrokarbon yang terdiri dari paraffin, iso-parafin, naphthalene dan
aromatic.
Minyak isolasi yang digunakan pada suatu trafo harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
Mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi
Mempuyai daya hantar panas yang baik
Mempunyai berat jenis yang rendah
Memiliki kekentalan yang rendah
Memiliki titik tuang rendah
Mempunyai titik nyala yang tinggi
Tidak merusak material isolasi dan material lain trafo
Unsur kimianya harus stabil agar usia pemakaiannya panjang
Adapun spesifikasi minyak isolasi yang baik menurut SPLN 49-1-1982,
terlihat pada tabel berikut ini.

13
No Sifat Kelas 1 Kelas 2 Metode Uji
1 Kejernihan Jernih Jernih IEC 296
2 Massa Jenis 20 C (gr/cm3) 0.895 0.895 IEC 296
Viskositas (40C) 45 25
3 Kinematika - 15 C (cST) 1800 - IEC 3104
Kinematika - 30C ( cST) - 1800
4 Titik tuang (C) - 35 IEC 296
5 Titik Bakar (C) 140 IEC 296A
6 Angka Kenetralan (mg KOH/gr) 0.03 IEC 296
Tidak

7 Korosi Belerang - IEC 296


Korosi
Tegangan Tembus (KV/2.5mm)
8 a. Sebelum Diolah 30 30 IEC 296
b. Setelah Diolah 50 50
9 Faktor kebocoran Dielektrik - 0.05 IEC 474
Ketahanan Oksidasi IEC 474
10 Angka Kenetralan (mgKOH/gr) 0.4 0.4 &
Kotoran (%) 0.1 0.1 IEC 74

Tabel 3. Spesifikasi Minyak Isolasi Baru


Ketika diaplikasikan untuk jangka waktu tertentu, minyak trafo
difungsikan untuk mengalirkan panas dan pada suhu 950C akan
mengakibatkan proses penuaan pada minyak serta mengakibatkan proses
penuaan pada minyak serta mengakibatkan warna minyak akan menjadi
lebih gelap karena adanya zat pengotor dan resin atau lumpur pada minyak.
Beberapa pengotor mempunyai sifat korosif terhadap material isolasi
padat dan bagian-bagian konduktor pada trafo. Lumpur yang menumpuk
pada inti trafo, lilitan dan didalam saluran minyak akan menghambat
sirkulasi minyak sehingga proses aliran panas akan terhambat[1]

14
BAB IV
PENGUJIAN

II.1 UMUM
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh viskositas terhadap tegangan

tembus dan arus bocor minyak isolasi maka, dilakukan pengujian tegangan

tembus minyak isolasi sebagai fungsi berbagai tingakatan viskositas yang

dilakukan di Laboratrium Teknik Tegangan Tinggi USU.

Sebagai sampel yang diambil adalah minyak isolasi Idimitsu, Nynas, Shell

Diala B, dan Isovoltine-II. Cara yang dilakukan dalam pegujian tegangan tembus

minyak isolasi sebagai fungsi kenaikan suhu ini adalah sesuai dengan metode

pengujian yang dilakukan pada standart JIS.

Pada bagian ini akan diuraikan tentang peralatan yang digunakan,

prosedur pengujian, data hasil pengujian, dan analisis data hasil pengujian.

7.1 Peralatan dan Bahan


Adapun peralatan dan bahan yang digunakan adalah :
a. Pengukuran viskositas
a. Hotplate (1 unit)
b. Viskosimeter (1 unit)
c. Piknometer (1 unit)
d. Neraca Elektrik (1 unit)
b. Pengukuran tegangan tembus dan arus bocor
1. High Voltage Test Set Model ET-51D (1 unit)
2. Tahanan peredam 43 k (1 unit)
3. Tahanan dielektrik (1 unit)
4. Elektroda standar VDE 0370 (1 unit)
5. Mikrometer skrup (1 unit)
6. Barometer digital (1 unit)

15
7. termometer alkohol(1 unit)
8. mikro amperemeter(1unit)
9. Kabel (secukupnya)
10. Multimeter Digital (1unit)
11. Kompor listrik (1 unit)
12. Kawat tembaga (secukupnya)
13. Minyak Transformator

7.2 Pengukuran viskositas

Gambar 1. Viskosimeter

16
Gambar 2. Piknometer

Langkah-langkah pengukuran viskosits minyak isolasi :

1. Kalibrasi viskosimeter dengan menggunakan air . air dimasukkan


ke viskosimeter catat waktu alir air . ulangi lagi sampai 3 kali
setelah itu diambil rata-rata waktu alir air .
2. Menghitung densitas dengan piknometer .
- hitung densitas air
- hitung densitas minyak isolasi

3. hitung Spesifik gravity dengan rumus,

Densitas Minyak
Spesifik gravity =
Densitas Air

4. hitung konstanta kalibrasi viskosimeter dengan rumus


=
.

5. hitung Viskositas dinamik minyak dengan rumus,

17
= k.s.t

6. hitung viskositas kinematik dengan rumus ,

Viskositas Minyak
V =
Densitas Minyak

Dimana :
K= Konstanta kalibrasi viskosimeter (kg/m.detik2)
N= viskositas (kg/m.s)
S = spesifik gravity
t= waktu alir dari batas atas ke batas bawah (detik)
V = viskositas kinematik (St)
= viskositas dinamis (poise)

7.3 Pengukuran tegangan tembus dan arus bocor

A. Gambar rangkaian Percobaan

Gambar 3. Rangkaian Percobaan voltage breakdown

18
Gambar 4. Rangkaian Percobaan Arus Bocor

Keterangan :
S1 : Saklar 1 Rp : Tahanan Peredam
S2 : Saklar 2 V : Voltmeter
AT : Auto Transformator Rd : Tahanan dielektrik
B : Bejana Uji V1 : Voltmeter

B. Langkah-langkah pengukuran tegangan tembus

1. Disiapkan bejana penguji dan dipastikan keadaan kosong


dan tidak kotor/berair/berdebu

2. Disiapkan termoter dan diukur temperatur minyak .


dinaikkan temperatur minyak hingga tingkat viskositas yang
ditentukan.

3. Diatur jarak sela elektroda penguji sejauh 2,5 mm

4. Minyak trafo yang baru lalu dituang kedalam bejana


dengan hati-hati sampai ketinggian minyak mencapai
garis batas.
5. Minyak diaduk untuk memastikan tidak ada lagi gelembung
udara yang tertinggal didalamnya.

19
6. Dipasang konduktor bejana ke elektroda trafo uji sesuai
polaritasnya.

7. Dipasang multimeter pada terminal tegangan trafo uji sesuai


polaritasnya.

8. MCB autotrafo/trafo uji dinyalakan.

9. dipasastikan nilai tegangan bernilai nol lalu dinyalakan trafo


uji.

10. Dilakukan pengujian dengan menaikkan tegangan secara


bertahap dengan kecepatan penaikan sebesar 1 kV/detik
agar pengukuran akurat.
11. Ketika minyak mengalami tembus listrik, dicatat nilai
tegangan yang tertera pada multimeter, lalu diturunkan
tegangan dan dimatikan TU.
12. Minyak diaduk untuk melarutkan zat hidrokarbon serta
gelembung udara yang muncul.

13. Setelah minyak tampak bersih, kembali dilakukan


percobaan dari step ke 8 sampai 11 sebanyak 5 kali.

14. Diganti sampel minyak trafo dengan tingkat viskositas


yang ditentukan .

15. Kembali dilakukan percobaan dari step 1 sampai 14 untuk


jenis minyak yang lain .

Tabel 3. Data Tembus Dielektrik Cair Kondisi Minyak A


T = x C
Tegangan Tembus (kV)
1 2 3 4 5 Rata-rata

Catatan : Jika harga rata-rata yang diperoleh sama dengan atau lebih besar
daripada 25 kV, maka kualitas minyak adalah baik.

20
1. Selanjutnya setelah selesai, minyak yang telah dipakai dikembalikan
ke tempatnya masing-masing.
2. Peralatan dimatikan dan multimeter dicabut.

C. Langkah-langkah pengukuran tegangan tembus dan arus bocor

1. Disiapkan bejana penguji dan dipastikan keadaan kosong


dan tidak kotor/berair/berdebu

2. Disiapkan termoter dan diukur temperatur minyak .


dinaikkan temperatur minyak hingga mencapai viskositas
yang ditentukan .

3. Diatur jarak sela elektroda penguji sejauh 2,5 mm

4. Minyak trafo yang baru lalu dituang kedalam bejana dengan


hati-hati sampai ketinggian minyak mencapai garis batas.

5. Minyak diaduk untuk memastikan tidak ada lagi gelembung


udara yang tertinggal didalamnya.

6. Dipasang konduktor bejana ke elektroda trafo uji sesuai


polaritasnya.

7. Dipasang multimeter pada terminal tegangan trafo uji sesuai


polaritasnya.

8. MCB autotrafo/trafo uji dinyalakan.

9. dipasastikan nilai tegangan bernilai nol lalu dinyalakan trafo


uji.

10. Dilakukan pengujian dengan menaikkan tegangan secara


bertahap dengan kecepatan penaikan sebesar 1 kV/detik agar
pengukuran akurat.

11. Ketika Tegangan samapai 10 Kv, dicatat nilai arus bocor


yang tertera pada voltmeter, lalu diturunkan tegangan dan
dimatikan TU.

12. Minyak diaduk untuk melarutkan zat hidrokarbon serta

21
gelembung udara yang muncul.

13. Setelah minyak tampak bersih, kembali dilakukan percobaan


dari step ke 8 sampai 11 dengan tegangan 15, 20 dan 25 Kv .

14. Diganti sampel minyak trafo dengan minyak jenis lain .

15. Kembali dilakukan percobaan dari step 1 sampai 14 untuk


jenis minyak yang lain .

Tabel 4. Data Arus Bocor Cair Kondisi Minyak A

Dihiitung nilai arus bocor dengan rumus :


1 = .
1
=

Arus bocor (mA)
1 2 3 4 5 Rata-rata

7.4 Flowchart Pengujian

22
MULAI

Alat dan Bahan Dipersiapkan

Pengukuran temperatur minyak dan


Penuangan Minyak Isolasi Ke Wadah

Input
viskositas
minyak

Pengukuran viskositas dan Catat Nilai


temperatur tiap viskositasr minyak yang
di input

Input
viskositas
minyak

Pengujian tegangan tembus


dan arus bocor

Nilai tegangan tembus dan arus


Bocor Setiap Temperatur

SELESAI

Gambar 5. Flowchart Percobaan


7.5 Tempat dan Waktu
Eksperimen dilakukan di Laboratorium Tegangan Tinggi Departemen
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dan
Laboratorium kimia dasar Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara .
7.6 Hasil yang Diharapkan

23
Data hasil percobaan

Tabel 1. Viskositas terhadap temperatur

Viskositas (mm2/s)
Jenis minyak Visko 1 Visko 2 Visko 3 Visko 4
Nynas
Diala-B
Isovoltine
Idimitsu

Tabel 2. Viskositas terhadap tegangan tembus


Teganangan tembus ( Kv )
Jenis minyak Visko 1 Visko 2 Visko 3 Visko 4
Nynas
Diala-B
Isovoltine
Idimitsu

Tabel 3. Viskositas terhadap arus bocor


Viskositas = (mm2/s)
Arus bocor ( mA )
Jenis minyak 10 kv 15 kv 20 kv 25 kv
Nynas

24
Diala-B
Isovoltine
Idimitsu

10. Daftar Pustaka

1. Nelson, J. K. and Lee, M. J., "Electrokinetic phenomena in dielectric


liquids", IEEE Int. Sym. on Electrical Insulation, Washington, DC,
1986, pp. 90-94
2. Jayaram, S.,effects of thermal and viscous drag forces on ac
breakdown characteristics of transformer oil,IEEE Dept. of Elec. and
Comp. Engineering University of Waterloo Waterloo, Ontario, Canada
N2L 3G1
3. Korenev, M.S.,Hight voltage breakdown of irradiated transformer
oil,IEEE Inc., 552 N. Batavia Avenue, Batavia, IL 60510, USA
4. Oommen, T. V. and Grune, G. L.,Low temperature viscosity
behaviour of transformer oils,IEEE ABB Power T & D Company Inc.
Transmission Technology Institute 1021 Main Campus Drive Raleigh,
North Carolina 27606
5. Bonggas L. Tobing, Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,2003.
6. Bonggas L. Tobing, Peralatan Tegangan Tinggi, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta,2003.
7. Naidu, M. S., V. Kamaraju, High Voltage Engineering, Tata Mc
Graw- Hill Publishing, Seven Reprint, New Delhi, 1990.
8. Panggabean, Samuel.2008, Pengaruh Suhu terhadap kekuatan
dielektrik berbagai minyak isolasi transformator, Tugas Akhir
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik USU, Medan.
9. Angelina.2012. Pengaruh Kelembaban Udara Terhadap Arus
Bocor Isolator Post 20 kV Terpolusi. Medan : Tugas Akhir

25
Universitas Sumatera Utara
10. S. Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan,
Jakarta : UIPress
11. Test Certificate Power Oil TO-1020
12. Malik, N.H., Al-Arainy, A.A and Qureshi, M.I., Electrical Insulation
in Power System, Marcel Dekker. Inc., New York. 1998
13. Manjang, S., Utina, A., Analisa Ketidakmurnian Minyak Trafo
Terhadap Kekuatan Isolasinya Pada Berbagai Kondisi Penuaan,
Makalah Seminar Nasional Ketenagalistrikan
14. Abduh, Syamsir, Teori Kegagalan Isolasi Seri Teknik Tegangan
Tinggi, Universitas Trisakti, Jakarta, 2003
15. Wibowo, W.K., Yuningtyastuti, dan Syakur,A., Analisis
Karaktersiatik Breakdown Voltage Pada Dielektrik Minyak Shell
Diala B Pada Suhu 300C-1300C , Teknik Elektro Universitas
Diponegoro Semarang. 2008.
16. Junaidi, A., Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Tegangan Tembus
Pada Bahan Isolasi Cair. Teknoin, Volume 13, Nomor 2, Desember
2008,1-

26
27

You might also like