Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
membantu dalam memilih jenis minyak isolasi yang tepat guna pada temperatur
tertentu dengan mengetahui viskositas ,tegangan tembus, dan arus bocor dengan
mengetahui dari minyak isolasi tersebut.
2
3. Minyak Isolasi yang digunakan Isovoltine II-T,diala B,Idimitsu, dan
Nynas
4. Tidak memperhitungkan kelembaban, medan sekitar maupun
perubahan tekanan pada udara di sekitar pengujian.
3
BAB II
TEORI
8. Tinjauan Pustaka
9.1 Sistem Isolasi dan Dielektrik[1]
Sistem isolasi merupakan paduan dari beberapa bahan isolasi yang
digunakan pada suatu peralatan listrik. Dengan demikian, dapat
didefenisikan bahwa sistem isolasi adalah gabungan dari beberapa bahan
yang dibangun untuk memisahkan bagian-bagian peratan listrik yang
berbeda potensial.
Agar suatu peralatan listrik bekerja dengan baik maka sistem isolasinya
harus baik. Dalam menentukan dimensi suatu sistem isolasi dibutuhkan
pengetahuan tentang jenis, besaran, dan durasi tekanan medan elektrik yang
akan dialami masing-masing bahan yang membentuk sistem isolasi
tersebut.
Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang
sangat kecil atau bahkan hampir tidak ada. Bahan dielektrik dapat
berwujud padat, cair, dan gas. Tidak seperti konduktor, pada bahan
dielektrik tidak terdapat elektron-elektron konduksi yang bebas bergerak
di seluruh bahan oleh pengaruh medan listrik. Medan listrik tidak akan
menghasilkan pergerakan muatan dalam bahan dielektrik. Sifat inilah yang
menyebabkan bahan dielektrik itu merupakan isolator yang baik. Dalam
bahan dielektrik, semua elektron-elektron terikat dengan kuat pada intinya
sehingga terbentuk suatu struktur regangan (lattices) benda padat, atau
dalam hal cairan atau gas, bagian-bagian positif dan negatifnya terikat
bersama-sama sehingga tiap aliran massa tidak merupakan perpindahan
dari muatan. Karena itu, jika suatu dielektrik diberi muatan listrik, muatan
ini akan tinggal terlokalisir di daerah di mana muatan tadi ditempatkan.
Masing-masing jenis dielektrik memiliki fungsi dan fungsi yang
paling penting dari suatu isolasi adalah:
4
1. Untuk mengisolasi antara penghantar dengan pengahantar yang
lain. Misalnya antara konduktor fasa dengan konduktor
fasa, atau konduktor fasa dengan tanah.
2. Menahan gaya mekanis akibat adanya arus pada konduktor yang
diisolasi.
3. Mampu menahan tekanan yang diakibatkan panas dan reaksi kimia.
Agar dielektrik mampu menjalankan tugasnya dengan baik
maka dielektrik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
5
9.2 Dielektrik Cair
Kekuatan dielektrik merupakan ukuran kemampuan suatu material
untuk bisa menahan tegangan tinggi tanpa berakibat terjadinya kegagalan
dielektrik. Kekuatan dielektrik cair tergantung pada sifat atom dan molekul
cairan itu sendiri, material dari elektroda, suhu, jenis tegangan yang
diberikan, gas yang terdapat dalam cairan, dan sebagainya yang dapat
merubah sifat molekul cairan. Dalam isolasi cair kekuatan dielektrik setara
dengan tegangan yang terjadi.[5]
Menurut hukum Paschens, kekuatan dielektrik cair berkisar antara 107
V/cm. Dielektrik cair akan mengisi volume ruang yang harus diisolasi dan
secara simultan akan mendisipasikan panas yang timbul secara konveksi.[8]
Minyak trafo adalah suatu bahan dielektrik selain memisahkan
penghantar-pengahantar yang bertegangan berfungsi juga sebagai pendingin
dari trafo itu sendiri. Minyak trafo termasuk jenis bahan dielektrik cair
berupa minyak. Dielektrik cair mempunyai kerapatan 1000 kali lebih besar
daripada dielektrik gas sehingga kekuatan dielektriknya lebih tinggi daripada
dielektrik gas. Kelebihan lain dari dielektrik cair yaitu mempunyai
kemampuan untuk memperbaiki diri sendiri jika terjadi suatu pelepasan
muatan (discharge)[3].
Kelebihan lain dari dielektrik cair murni yaitu mempunyai kemampuan
untuk memperbaiki diri sendiri jika terjadi suatu pelepasan muatan
(discharge). Salah satu kekurangan dielektrik cair yaitu mudah
terkontaminasi. Sifat-sifat fisika isolasi cair menjelaskan sifat isolasi cair
secara umum yang nantinya digunakan dalam proses perencanaan peralatan.
Sifat-sifat fisika yang terpenting adalah[1] :
a. Kejernihan (Appearance)
b. Massa jenis ( Density)
c. Viskositas kinematik (Kinematic viscosity)
6
d. Titik nyala (Flash point)
e. Titik tuang ( Pour point)
f. Angka Kenetralan
Adapun sifat-sifat kelistrikan dari isolasi cair antara lain[12] :
1. Tegangan tembus atau gagal ( Breakdown Voltage)
2. Resistivitas (Resistivity)
3. Faktor Kebocoran Dielektrik (Dielektric Dissipation Factor)
4. Permitivitas (Permitivity)
............................. (9.1)
dengan
= viskositas (poise)
r = jari-jari bola ukur (cm)
g = gaya grafitasi
v = kecepatan bola ukur (cm/s)
= massa jenis bola ukur (g/cm3)
1 = massa jenis isolasi cair (g/cm3)
7
persamaan:
............................. (9.2)
dengan :
V = viskositas kinematik (St)
= viskositas dinamis (poise)
1 = massa jenis isolasi cair (g/cm3) 1 St = 100 cSt
1. Terpaan elektrik yang dipikul dielektrik harus lebih besar atau sama
dengan kekuatan dielektriknya (E Ek).
8
merupakan beban bagi dielektrik yang menekan dielektrik agar berubah
menjadi konduktor dengan cara memberikan gaya kepada elektron-
elektron agar terlepas dari ikatannya menjadi elektron bebas. Jika medan
elektrik E yang dipikul dielektrik melebihi kekuatan dielektrik dengan
waktu yang melebihi atau sama dengan waktu tunda tembus, maka
dielektrik tembus listrik (breakdown).
Secara teknis, sistem isolasi harus mampu memikul arus bocor tanpa
menimbulkan pemburukan pada isolator atau setidaknya pemburukan pada
arus bocor tersebut dapat dibatasi. Arus bocor menimbulkan panas pada
permukaan isolator, dan efek samping yang ditimbulkannya adalah
penguraian bahan kimia yang melapisi permukaan isolator.
Efek yang sangat nyata dari penguraian kimia ini adalah timbulnya
jejak arus pada permukaan isolator. Jejak arus inilah yang disebut kerak
9
dielektrik. Kerak dielktrik pada bahan isolasi dapat membentuk suatu jalur
konduktif. Keberadaan jalur konduktif ini menimbulkan peninggian tekanan
medan elektrik pada bahan isolasi. Panas yang ditimbulkan arus rambat
dapat juga menimbulkan erosi dielktrik tanpa didahului adanya kerak
konduktif.
Pada percobaan ini akan diukur besar arus bocor yang mengalir melalui
permukaan isolator. Arus bocor yang akan diukur diperkirakan berada
dalam kisaran mikroampere (A) sehingga pengukuran dengan
menggunakan amperemeter praktis akan menghasilkan pembacaan yang
tidak akurat. Oleh karena itu untuk mengukur arus bocor, di dalam
eksperimen ini ditambahkan suatu rangkaian sederhana yang memanfaatkan
hukum Ohm. Pada kabel pembumian rangkaian percobaan dipasang tahanan
dengan nilai yang telah diketahui, selanjutnya akan disebut sebagai tahanan
uji. Tahanan uji kemudian dihubungkan pada voltmeter, sehingga pada saat
tegangan kerja diberikan, pada voltmeter akan terbaca nilai tegangan yang
dialami tahanan. Dari nilai tegangan tersebut, diperoleh besar arus bocor
yang mengalir melalui tahanan uji dengan menggunakan persamaan berikut
ini:
2
= .(9.3)
Dimana :
10
elektron dari katoda di asumsikan bertabrakan dengan atom
dielektrik cair. Jika energi medan yang dihasilkan dari tabrakan
sudah cukup besar, sebagian elektron akan terlepas dari atom dan
akan bergerak menuju anoda bersama dengan elektron bebas.
Banjiran elektron ini serupa dengan peluahan yang terjadi pada gas
dan peristiwa ini akan mengawali proses terjadinya kegagalan.
2. Teori kegagalan karena adanya gelembung gas
Yaitu ketakmurnian (misalnya gelembung udara) mempunyai
tegangan gagal yang lebih rendah dari zat cair, disini adanya
gelembung udara dalam cairan merupakan awal dari pencetus
kegagalan total dari pada zat cair. Kegagalan gelembung merupakan
bentuk kegagalan isolasi cair yang disebabkan oleh gelembung-
gelembung gas didalamnya.
3. Teori kegagalan partikel padat
Partikel debu atau serat selulosa yang ada disekeliling isolasi
padat (kertas) seringkali ikut tercampur dengan minyak. Selain itu
partikel padat ini pun dapat terbentuk ketika terjadi pemanasan dan
tegangan lebih. Pada saat terjadi medan listrik, partikel partikel ini
akan terpolarisasi dan membentuk jembatan. Arus akan mengalir
melalui jembatan dan menghasilkan pemanasan local serta
menyebabkan terjadinya kegagalan.
4. Teori kegagalan bola cair
Air dan uap air terdapat pada minyak, terutama pada minyak yang
telah lama digunakan. Jika terdapat medan listrik, maka molekul uap
air yang terlarut memisah dari minyak dan terpolarisasi membentuk
suatu dipole. Jika jumlah molekul molekul uap air ini banyak, maka
akan tersusun semacam jembatan yang menghubungkan kedua
elektroda, sehingga terbentuk suatu kanal peluahan. Kanal ini akan
merambat dan memanjang sampai terjadi tembus listrik.
11
pemburukan atau belum adalah dengan melakukan pengujian-pengujian
yang sifatnya tidak merusak. Kegagalan minyak isolasi sebagai bahan
dielektrik pada peralatan tegangan tinggi, biasanya terrjadi karena
pemburukan dari minyak isolasi itu sendiri.
12
4. Korona
Percikan bunga api dari korona akan meningkatkan kadar karbon
pada minyak isolasi dan menimbulkan gelembung-gelembung
gas yang bisa membuat minyak isolasi mengalami tembus listrik.
5. Faktor Alamiah
Dalam hal ini adalah faktor umur dari minyak isolasi, biasanya
semangkin lama minyak isolasi digunakan, maka kualitas dari
minyak isolasi tersebut akan berangsur-angsur menurun.
Sehingga pemburukan minyak isolasi lebih mudah terjadi.
13
No Sifat Kelas 1 Kelas 2 Metode Uji
1 Kejernihan Jernih Jernih IEC 296
2 Massa Jenis 20 C (gr/cm3) 0.895 0.895 IEC 296
Viskositas (40C) 45 25
3 Kinematika - 15 C (cST) 1800 - IEC 3104
Kinematika - 30C ( cST) - 1800
4 Titik tuang (C) - 35 IEC 296
5 Titik Bakar (C) 140 IEC 296A
6 Angka Kenetralan (mg KOH/gr) 0.03 IEC 296
Tidak
14
BAB IV
PENGUJIAN
II.1 UMUM
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh viskositas terhadap tegangan
tembus dan arus bocor minyak isolasi maka, dilakukan pengujian tegangan
Sebagai sampel yang diambil adalah minyak isolasi Idimitsu, Nynas, Shell
Diala B, dan Isovoltine-II. Cara yang dilakukan dalam pegujian tegangan tembus
minyak isolasi sebagai fungsi kenaikan suhu ini adalah sesuai dengan metode
prosedur pengujian, data hasil pengujian, dan analisis data hasil pengujian.
15
7. termometer alkohol(1 unit)
8. mikro amperemeter(1unit)
9. Kabel (secukupnya)
10. Multimeter Digital (1unit)
11. Kompor listrik (1 unit)
12. Kawat tembaga (secukupnya)
13. Minyak Transformator
Gambar 1. Viskosimeter
16
Gambar 2. Piknometer
Densitas Minyak
Spesifik gravity =
Densitas Air
=
.
17
= k.s.t
Viskositas Minyak
V =
Densitas Minyak
Dimana :
K= Konstanta kalibrasi viskosimeter (kg/m.detik2)
N= viskositas (kg/m.s)
S = spesifik gravity
t= waktu alir dari batas atas ke batas bawah (detik)
V = viskositas kinematik (St)
= viskositas dinamis (poise)
18
Gambar 4. Rangkaian Percobaan Arus Bocor
Keterangan :
S1 : Saklar 1 Rp : Tahanan Peredam
S2 : Saklar 2 V : Voltmeter
AT : Auto Transformator Rd : Tahanan dielektrik
B : Bejana Uji V1 : Voltmeter
19
6. Dipasang konduktor bejana ke elektroda trafo uji sesuai
polaritasnya.
Catatan : Jika harga rata-rata yang diperoleh sama dengan atau lebih besar
daripada 25 kV, maka kualitas minyak adalah baik.
20
1. Selanjutnya setelah selesai, minyak yang telah dipakai dikembalikan
ke tempatnya masing-masing.
2. Peralatan dimatikan dan multimeter dicabut.
21
gelembung udara yang muncul.
22
MULAI
Input
viskositas
minyak
Input
viskositas
minyak
SELESAI
23
Data hasil percobaan
Viskositas (mm2/s)
Jenis minyak Visko 1 Visko 2 Visko 3 Visko 4
Nynas
Diala-B
Isovoltine
Idimitsu
24
Diala-B
Isovoltine
Idimitsu
25
Universitas Sumatera Utara
10. S. Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan,
Jakarta : UIPress
11. Test Certificate Power Oil TO-1020
12. Malik, N.H., Al-Arainy, A.A and Qureshi, M.I., Electrical Insulation
in Power System, Marcel Dekker. Inc., New York. 1998
13. Manjang, S., Utina, A., Analisa Ketidakmurnian Minyak Trafo
Terhadap Kekuatan Isolasinya Pada Berbagai Kondisi Penuaan,
Makalah Seminar Nasional Ketenagalistrikan
14. Abduh, Syamsir, Teori Kegagalan Isolasi Seri Teknik Tegangan
Tinggi, Universitas Trisakti, Jakarta, 2003
15. Wibowo, W.K., Yuningtyastuti, dan Syakur,A., Analisis
Karaktersiatik Breakdown Voltage Pada Dielektrik Minyak Shell
Diala B Pada Suhu 300C-1300C , Teknik Elektro Universitas
Diponegoro Semarang. 2008.
16. Junaidi, A., Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Tegangan Tembus
Pada Bahan Isolasi Cair. Teknoin, Volume 13, Nomor 2, Desember
2008,1-
26
27