You are on page 1of 7

Hand Out

A. SENGKETA INTERNASIONAL
1. Sebab-Sebab Sengketa Internasional

Sebuah kenyataan yang menyedihkan bahwa selama 3.400 tahun sejarah


yang tertulis, umat manusia hanya mengenal 250 tahun, perdamaian.

Mochtar Kusumaatmadja

Sejarah perang sama tuanya dengan sejarah manusia. Begitu banyak


peradaban dunia dibangun diatas darah dan air mata peperangan. Perang bisa
disebabkan oleh nafsu berkuasa dan perbedaan ideologi. Yang jelas, perang
disebabkan oleh perbedaan kepentingan yang bermuara pada kepentingan
politik. Dewasa ini kita menyaksikan perang yang disebut-sebut sebagai
pertahaan atau perlawanan terhadap ancaman terorisme dan senjata
pemusnahan massal, meskipun sebenarnya penyebab sesungguhnya adalah
perbedaan ideologi.

Kendati perang seringkali hanya menguntungkan dan demi kepentingan


pihak yang berkuasa, rakyat sipil yang tidak bersalah kerap menjadi tumbal.
Perang Suci atas nama agama pun, dalam sejarah, sering tanpa ampun
memusnahkan ras manusia, dan melecehkan martabat manusia. Padahal,
jangankan rakyat sipil dan orang-orang tak berdaya, tahanan perang pun
adalah manusia. Mereka memiliki hak asasi sebagai manusia yang tidak
berbeda dengan para pemenang perang. Inilah mengapa diperlukan suatu
hukum perang (law of war) yang dapat melindungi orang sipil dan tawanan
perang.

Mochtar Kusumaatmadja membagi hukum perang atas jus od bellum


(hukum tentang perang), yang mengatur justifikasi penggunaan kekerasan
senjata oleh Negara; dan jus in bello (hukum yang berlaku dalam perang),
yang dapat dibedakan atas cara melakukan perang (conduct of war; lazim
disebut Hague Laws, atau Hukum Den Haag), dan yang mengatur
perlindungan orang-orang yang menjadi korban perang (lazim disebut
Geneva Laws, atau Hukum Jenewa).

Hukum perang dibuat dengan tujuan agar pihak-pihak yang bertikai


memberi perlindungan atas penduduk sipil dan tawanan perang. Hukum
tersebut menjadi landasan bagi Pengadilan Internasional dan Mahkamah
Internasional untuk mengadili tindak pidana yang akibat perang.

2. Batas Negara, Daerah Perbatasan, dan Sengketa


a. Batas negara dan daerah perbatasan

Sejak awal peradabannya, manusia merasa perlu membagi dunia atas


bagian-bagian teritorial yang menyatukan kelompok mereka dan memisahkan
kelompok lain. Pembagian awal ini sering didasarkan atas luas tanah
pertanian atau pengaruh pusat kota atas daerah sekitarnya. Kemudian, begitu
kelompok-kelompok menjadi terbagi atas kerajaan dan mengembangkan
teritorialnya, mereka melanggar batas kerajaan lain. Perang pun pecah dan
akhirnya diikuti oleh perdamaian. Hasilnya, sepanjang suatu kerajaan tidak
sepenuhnya mengambil alih, adalah daerah transisi antardua wilayah sejenis
daerah perbatasan.

b. Sengketa

Dengan didirikannya Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1919 (akhir perang


dunia ke I), Negara-negara memiliki organisasi yang netral untuk
menyelesaikan sengketa dengan cara damai dan legal, untuk menghindari
perang. Liga ini mencatat lebih dari 60 sengketa. Organisasi ini kemudian
digantikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setelah Perang Dunia II.
Bentrokan militer karena masalah perbatasan masih terjadi saat ini, tetapi
Negara-negara sekarang lebih memilih mencari jalan damai melalui PBB dan
Mahkamah Internasional. Di samping itu, tekanan kekuatan nagara-negara
besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan China, serta aliansi seperti PBB,
NATO, Organisasi Persatuan Afrika (Organization of African Union), dan
organisasi lainnya membantu dalam menekan sengketa.

Sejak diadopsinya Piagam PBB, muncul anggapan bahwa penggunaan


kekerasan atau perang telah diharamkan dalam praktik hubungan
internasional. Dasar hukum yang berhubungan dengan penggunaan cara-cara
damai terdapat dalam Piagam PBB Pasal 33. Pasal ini memperkuat tuntutan
bagi Negara-negara untuk menggunakan alat-alat penyelesaian damai.

Alat-alat penyelesaian damai yang dimaksud dalam pasal 33 tersebut adalah


piagam sebagai upaya mencari jalan keluar dengan negosiasi, mediasi,
konsiliansi, arbitrasi, penyelesaian pengadilan, atau penyelesaian melalui
agen-agen regional atau cara-cara menurut pilihan Negara masing-masing.

c. Jenis sengketa
Ada empat jenis sengketa batas Negara yaitu sengketa posisi, sengketa
territorial, sengketa sumber daya, dan sengketa budaya. Dalam sengketa
posisi, lokasi batas dipertentangkan oleh satu atau lebih kelompok. Suatu
Negara bisa tidak sepakat tentang suatu batas Negara kerana survey yang
tidak akurat atau catatan yang sudah tua, atau karena alasan lain. Cirri-ciri
geografis seperti sungai dan pegunungan sering digunakan sebagai batas alam
karena posisinya yang pasti.
Sengketa territorial terjadi jika suatu Negara mengklaim sebuah wilayah
Negara lain atau ketika batasnya dipersengketakan. Sengketa sumber daya
sangat lazim akhir-akhir ini. Sengketa blok Ambalat antara Indonesia dan
Malaysia juga disebabkan oleh sumber daya minyak bumi yang terdapat di
wilayah itu. Sengketa budaya, meski tidak hanya dsebabkan oleh batas
Negara, sering menjadi penyebab sengketa.
3. Cara Menyelesaikan Sengketa Internasional
a. Metode-metode diplomatik
1) Negosiasi, merupakan metode penyelesaian sengketa yang paling
tradisional dan sederhana. Dalam metode negosiasi, penyelesaian
sengketa tidak memerlukan pihak ketiga.
2) Mediasi, merupakan bentuk lain dari negosiasi. Perbedaanya, mediasi
melibatkan pihak ketiga yang bertindak sebagai pelaku mediasi
(mediator).
3) Inquiry, metode ini digunakan untuk mencapai penyelesaian sebuah
sengketa dengan cara mendirikan sebuah komisi atau badan yang
bersifat internasional untuk mencari dan mendengarkan semua bukti-
bukti yang relevan dengan permasalahan.
4) Konsoliasi, merupakan metode penyelesaian pertikaian yang bersifat
internasional dalam suatu komisi yang dibentuk oleh pihak-pihak baik
sifatnya permanen atau sementara berkaitan dengan proses
penyelesaian pertikaian.

b. Metode-metode legal
Metode ini merupakan cara penyelesaian sengketa internasional
secara yudisial (hukum) dalam hukum internasional, yang tentu saja
berbeda dengan sistem hukum nasional.
1) Arbitrase. Metode ini digunakan dalam hukum nasional dan
internasional. Secara tradisional arbitrase digunakan bagi persoalan-
persoalan hukum, biasa persengketaan mengenai perbatasan dan
wilayah.
2) Mahkamah Internasional, merupakan pengadilan yang memiliki
yurisdiksi atas berbagai macam persoalan internasional. Fungsi
Mahkamah Internasional dinyatakan dalam Piagam PBB Pasal 38 (1),
yaitu memutus perkara sesuai dengan hukum internasional atau
berlandaskan pada sumber-sumber hukum internasional.
3) Pengadilan-pengadilan lainnya. Salah satu persoalan hukum yang
acapkali timbul dalam era globalisasi adalah persengketaan dalam
perdagangan internasional.

4. Penyelesaian Sengketa melalui Organisasi Internasional


a. Organisasi Regional
Dalam Deklarasi Manila (1982) tentang penyelesaian sengketa secara
damai, dinyatakan bahwa sengketa dapat diselesaikan melalui organisasai
regional.
b. PBB
Sebagaimana amanat Pasal 1 Piagam PBB, salah satu tujuan PBB adlah
mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional. Tujuan
tersebut sangat terkait erat dengan upaya penyelesaian sengketa secara
damai.

B. PERAN MAHKAMAH INTERNASIONAL DALAM


MENYELESAIKAN SENGKETA

1. Peran Mahkamah Internasional


Mahkamah Internasional (MI) merupakan organ hukum utama
PBB. Didirikan pada tahun 1945 di bawah Piagam PBB sebagai
kelanjutan Mahkamah Permanen Keadilan Internasional Liga Bangsa-
Bangsa. Lembaga ini bertugas memutuskan kasus hukum antarnegara dan
memberikan pendapat hukum bagi PBB dan lembaga-lembaganya tentang
hukum internasional. Markas besar MI terletak di Den Haag, Belanda.
Seluruh anggota PBB secara otomatis menjadi anggota MI. Sebuah
Negara yang bukan anggota MI bisa menjadi pihak statuta MI atau
menggunakan MI jika menerima syarat-syarat yang ditetapkan oleh PBB
dan setuju memberikan kontribusi dana bagi MI.
Sengketa bisa dibawa ke MI dalam dua cara. Pertama melalui
kesepakatan khusus antarpihak, dimana seluruh pihak setuju mengajukan
persoalan kepada MI. Kedua melalui permohonan sendiri oleh suatu pihak
yang bertikai.
Pemeriksaan perkara dilakukan melalui : (1) pemeriksaan naskah dan
pemeriksaan lisan untuk menjamin setiap pihak dalam mengemukaan
pendapatnya; (2) sidang-sidang mahkamah terbuka untuk umum,
sedangkan sidang-sidang arbitrase tertutup. Rapat-rapat hakim-hakim
mahkamah diadakan dalam sidang tertutup.
2. Hakim dalam Mahkamah Internasional
MI terdiri atas 15 hakim, yang masing-masing dipilih melalui
sistem mayoritas absolut oleh Dewan Keamanan dan Majelis Umum,
yang masing-masing mengambil suara secara independen. Para hakim
dipilih untuk jangka waktu sembilan tahun dan dapat dipilih kembali;
tidak boleh ada dua hakim MI dari Negara yang sama.
3. Dukungan Keputusan Mahkamah Internasional dalam
Menyelesaikan Sengketa internasional
Piagam PBB menciptakan mesin untuk menjaga perdamaian
keamanan serta menyelesaikan konflik antarbangsa. Piagam PBB juga
secara khusus mengarahkan Majelis Umum untuk mendorong
perkembangan berkelanjutan dan kodifikasi hukum internasional. Komisi
Hukum Perdagangan Internasional merumuskan hukum tentang
perdagangan internasional dan perkembangan ekomoni.
Setelah disetujui oleh Majelis Umum, draf dari komisi ini biasanya
diajukan ke konferensi internasional yang diadakan oleh PBB untuk
pelaksaan konvensi.
C. PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL
MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL
Sengketa internasional dapat diselesaikan oleh Mahkamah
Internasional dengan melalui prosedur berikut.
1. Telah terjadi pelanggaran HAM atau kejahatan humaniter (kemanusiaan)
di suatu Negara terhadap Negara lain atau rakyat Negara lain.
2. Ada pengaduan dari korban (rakyat) dan pemerintahan Negara yang
menjadi korban terhadap pemerintahan dari Negara yang bersangkutan
karena didakwa telah melakukan pelanggaran HAM atau kejahatan
humaniter lainya.
3. Pengaduan disampaikan ke Komisi Tinggi HAM PBB atau melalui
lembaga-lembaga HAM internasional lainnya.
4. Pengaduan ditindaklanjuti dengan penyelidikan, pemeriksaan, dan
penyidikan.
5. Dimulai proses peradilan sampai dijatuhkan sanksi.
Mahkamah Internasional memutuskan sengketa berdasarkan
hukum. Keputusan dapat dilakukan berdasarkan kepantasan dan kebaikan
apabila disetujui oleh Negara yang bersengketa. Keputusan Mahkamah
Internasional berdasarkan keputusan suara mayoritas hakim. Apabila
jumlah suara sama maka keputusan ditentukan oleh Presiden Mahkamah
Internasional.

You might also like