You are on page 1of 4

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE

KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN


TA. 2016

Program : Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin

Hasil (Outcome) : Terselenggaranya pelaksanaan Kegiatan Upaya


Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
Kegiatan : Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada
Puskesmas Megang
Indikator Kinerja Kegiatan : Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
Jenis Keluaran : Terlaksananya Jaminan Kesehatan Nasional
Puskesmas Megang
Volume Keluaran : 1 (Satu) kali kegiatan
Satuan Keluaran : Dokumen / Laporan Kegiatan

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
1. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
3. Kepmenkes RI No.374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan
Nasional
4. Kepmenkes RI No. HK.03.01/160/I/2010 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan tahun 2010-2015
5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2010-2015 dan
RKP tahunan.
6. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015
7. Ketentuan Pasal 7 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004
tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Kementerian Negara/Lembaga
(RKA-KL).
8. Permenkes 21 Tahun 2016

2. Gambaran Umum Singkat

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program Pemerintah yang bertujuan


memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia
untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera.

1. Apa Latar Belakang dan Tujuan JKN?

Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan. UUD 1945 mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat,
khususnya yang miskin dan tidak mampu, adalah tanggung jawab pemerintah pusat dan
daerah. Pada UUD 1945 Perubahan, Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara
mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah
menjalankan UUD 1945 tersebut dengan mengeluarkan UU No 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) untuk memberikan jaminan sosial menyeluruh bagi
setiap orang dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya
masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Dalam UU No 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan juga ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

Sesuai dengan UU No 40 Tahun 2004, SJSN diselenggarakan dengan mekanisme


Asuransi Sosial dimana setiap peserta wajib membayar iuran guna memberikan perlindungan
atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya. Dalam
SJSN, terdapat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan bentuk komitmen
pemerintah terhadap pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat Indonesia seluruhnya.
Sebelum JKN, pemerintah telah berupaya merintis beberapa bentuk jaminan sosial di bidang
kesehatan, antara lain Askes Sosial bagi pegawai negeri sipil (PNS), penerima pensiun dan
veteran, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek bagi pegawai BUMN dan swasta,
serta Jaminan Kesehatan bagi TNI dan Polri. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu,
sejak tahun 2005 Kementerian Kesehatan telah melaksanakan program jaminan kesehatan
sosial, yang awalnya dikenal dengan nama program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi
Masyarakat Miskin (JPKMM), atau lebih populer dengan nama program Askeskin (Asuransi
Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin). Kemudian sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013,
program ini berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

Seiring dengan dimulainya JKN per 1 Januari 2014, semua program jaminan kesehatan
yang telah dilaksanakan pemerintah tersebut (Askes PNS, JPK Jamsostek, TNI, Polri, dan
Jamkesmas), diintegrasikan ke dalam satu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
(BPJS Kesehatan). Sama halnya dengan program Jamkesmas, pemerintah bertanggungjawab
untuk membayarkan iuran JKN bagi fakir miskin dan orang yang tidak mampu yang terdaftar
sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI).

2. Bagaimana Prinsip Pelaksanaan Program JKN?

Sesuai dengan UU No 40 Tahun 2004 tentang SJSN, maka Jaminan Kesehatan Nasional
dikelola dengan prinsip :

1. Gotong royong. Dengan kewajiban semua peserta membayar iuran maka akan terjadi
prinsip gotong royong dimana yang sehat membantu yang sakit, yang kaya membantu
yang miskin
2. Nirlaba. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tidak diperbolehkan mencari untung.
Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil
pengembangannya harus dimanfaatkan untuk kepentingan peserta.
3. Keterbukaan, kehati hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip
manajemen ini mendasari seluruh pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta
dan hasil pengembangan
4. Portabilitas. Prinsip ini menjamin bahwa sekalipun peserta berpindah tempat tinggal
atau pekerjaan, selama masih di wilayah Negara Republik Indonesia tetap dapat
mempergunakan hak sebagai peserta JKN
5. Kepesertaan bersifat wajib. Agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat
terlindungi. Penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan
pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.
6. Dana Amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan penyelenggara untuk dikelola sebaik baiknya demi kepentingan peserta.
7. Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar besar kepentingan peserta.

3. Siapa saja yang menjadi peserta JKN?

Sebagaimana telah dijelaskan dalam prinsip pelaksanaan program JKN di atas, maka
kepesertaan bersifat wajib. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja
paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta JKN terdiri
dari Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Peserta Non Penerima Bantuan Iuran (Non
PBI).

4. Bagaimana Prosedur Berobat Peserta JKN?

Prosedur pelayanan pasien JKN adalah, peserta harus berobat ke Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) baik itu Puskesmas, Klinik Swasta, Dokter Praktek, Klinik TNI/POLRI yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan sesuai dengan tempat peserta terdaftar. Apabila
penyakit yang diderita tidak dapat diselesaikan di FKTP, maka pasien diberikan rujukan
untuk melakukan pemeriksaan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan yakni Rumah Sakit
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada FKTP tempat peserta terdaftar, kecuali
berada di luar wilayah FKTP tempat peserta terdaftar atau dalam keadaan kegawatdaruratan
medis.

Hanya pasien dalam kondisi Gawat Darurat yang dapat langsung dilayani di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan.

B. PENERIMA MANFAAT

Penanggungjawab UAKPA
Petugas SAI dan Simak BMN
Pengelola dan penanggung jawab JKN Puskesmas
Pengelola Program Puskesmas

C. Strategi Pencapaian Keluaran

1. Metode pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan secara swakelola, yaitu dalam
bentuk pertemuan dan Rapat Koordinasi dengan mengundang pengelola dan
penanggung jawab JKN Puskesmas, Anggota Monev dan Satker Lubuklinggau.
2. Tahap dan waktu pelaksanaan
Tahapan pelaksanan kegiatan perencanaan ini akan dilaksanakan 2 (Dua) Kali
dengan tahapan adalah sebagai berikut :
Persiapan
Pelaksanaan
Desk Perencanaan JKN Puskesmas dengan TIM Sekretariat JKN Dinkes
Laporan pelaksanaan Kegiatan.
D. TAHAPAN WAKTU PELAKSANAAN

Pada Tahap pertama akan diadakan pertemuan di Puskesmas yang terdiri dari
Pengelola JKN dan Pimpinan Puskesmas , beserta staf Puskesmas sebanyak 71 Orang
untuk mengikuti pertemuan perencanaan JKN. Materi yang akan disampaikan yaitu
tentang kebijakan dana JKN Tahun 2016, Format pengajuan perencanaan serta
Mekanisme penyampaian Perencanaan JKN 2016.
Pada Tahap Kedua akan diundang peserta pertemuan kembali yang terdiri dari
Pimpinan Puskesmas, Pengelola JKN Puskesmas , Sekretariat dan Tim Monev untuk
menelaah hasil Perencanaan JKN Puskesmas. Kegiatan ini dilaksanakan dengan
metode Rapat Koordinasi perencanaan selama 1 satu hari. Hasil yang diharapkan
adalah didapatkannya Dokumen Perencanaan JKN yang sesuai dengan Juknis.

E. KURUN WAKTU YANG DIPERLUKAN

Waktu Pencapaian Keluaran untuk menghasilkan Dokumen JKN adalah 1 Tahun


Anggaran dari sejak bulan Januari 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016.

F. BIAYA YANG DIPERLUKAN

Perkiraan total biaya untuk pelaksanaan kegiatan perencanaan JKN melalui DIPA
Satuan Dinas Kesehatan Lubuklinggau sebesar Rp. 733.026.219,00- sebagaimana RAB
terlampir.

Kepala UPTD Puskesmas Megang


Kota Lubuklinggau,

AH. Rosyidi, SKM


Nip.19620106 198812 1 001

You might also like