Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
I. Tujuan
1.1. Tujuan umum :
Mengetahui jenis dan penggunaan instrumen radiasi untuk penanganan radiasi
Alat ukur radiasi yang dapat digunakan di daerah kerja seperti Gambar 1.
meliputi:
Gambar A: Doserate meter (alat ukur laju dosis) digunakan untuk
mengukur potensi paparan eksternal.
Gambar B: Dosimeter (alat ukur dosis), menyangkut kumulatip paparan
eksternal.
Gambar C:Surface Contamination meter (alat ukur kontaminasi
permukaan), untuk mengukur potensi paparan interna bila substansi
radioaktif yang tersebar di permukaan.
Gambar D: Airborne contamination meter and gas monitor (Alat ukur
kontaminasi udara dan monitor gas), untuk mengukur potensi paparan
interna bila substansi radioaktif tersebar diatmosfer.
A. SURVEYMETER
Suatu Surveymeter merupakan alat ukur laju dosis (doserate meter)
yang menyerap energi dari radiasi yang masuk. Tanggapannya proporsional
dengan laju kerusakan tissue (organ) akibat dari paparan eksterna. Alat ini
mengukur bahaya eksterna dalam satuan laju dosis ekivalen yaitu mSv per jam.
Surveymeter ini memberikan pengukuran secara langsung tanpa dapat
menyimpan hasil pengukuran.
Gambar 5. Sampler statis dan monitor gas untuk memonitor kontaminasi udara
Radioaktif mungkin terdispersi dalam debu, asap atau kabut. Alat ukur
kontaminasi udara dan monitor gas digunakan untuk memperkirakan
kontaminasi udara di ruang kerja. Personal Air Samplers (PAS) digunakan
untuk memonitor resiko/ bahaya yang lebih signifikan di daerah pekerja.
Instrumen ini mampu mendeteksi akumulasi material radioaktif pada filter.
Monitor gas terdiri dari detektor radiasi dan secara terus menerus
menyampling udara secara langsung, untuk mengukur keberadaan gas
radioaktif. Kontaminan harus diidentifikasi, dan selanjutnya menentukan
aktivitas konsentrasi dalam Bq/m3.
III. Pembahasan
Dalam praktikum alat ukur proteksi radiasi ini memiliki tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum dilakukannya praktikum ini adalah mengetahui jenis
dan penggunaan instrumen radiasi untuk penanganan radiasi, sedangkan tujuan
khususnya yaitu: mengetahui beberapa alat ukur radiasi, mengetahui cara kerja
beberapa alat proteksi radiasi, mengetahui jenis dan penggunaan instrumen radiasi,
serta mengetahui satuan yang digunakan dalam instrumen radiasi. Peralatan yang
digunakan meliputi film badge, pendose, surveymeter, monitor kontaminasi
permukaan, monitor tangan dan kaki, serta charger dari pendose. Dalam
pemanfaatannya, alat ukur radiasi dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
Untuk kegiatan proteksi radiasi, dan untuk kegiatan aplikasi/penelitian radiasi
nuklir. Alat ukur radiasi yang digunakan untuk kegiatan proteksi radiasi harus
memiliki kemampuan untuk menunjukan nilai intensitas atau dosis radiasi yang
mengenai alat tersebut. Nilai intensitas atau besaran dosis radiasi yang
ditunjukkannya itu dapat dijadikan sebagai bahan acuan oleh seorang pekerja
radiasi untuk dapat langsung mengambil tindakan tertentu. Alat ukur radiasi
digunakan sebagai alat proteksi radiasi berarti membatasi radiasi yang diterima oleh
tubuh sehingga terlindungi/ mencegah dari efek yang ditimbulkan oleh radiasi.
Dalam percobaan pengenalan alat ukur radiasi ini, praktikan menggunakan
beberapa alat proteksi radiasi dengan spesifikasi, prinsip kerja, cara kaibrasi, serta
langkah dalam menggunakan alat tersebut.
A. Surveymeter
Surveymeter merupakan alat ukur laju dosis pada suatu area yang
menunjukkan hasil pengukuran langsung. Survaimeter harus bersifat portable.
Konstruksi surveymeter terdiri atas detektor dan peralatan penunjang seperti
amplifier, ratemeter, serta speaker. Cara pengukuran yang diterapkan adalah cara
arus (current mode) sehingga nilai yang ditampilkan merupakan nilai intensitas
radiasi. Secara elektronik, nilai intensitas tersebut dikonversikan menjadi skala
dosis, misalnya dengan satuan roentgent/jam. Detektor yang digunakan seperti
detektor isian gas, sintilasi dan semikonduktor.
a. Surveymeter Analog
b. Surveymeter Digital
c. Surveymeter Netron
Gambar
Surveymeter
8. Surveymeter
Netron Netron
Surveymeter ini digunakan untuk mengukur radiasi netron. Surveymeter
ini menggunakan detektor proporsional yang diisi dengan gas BF3 atau
surveymeter biasa (untuk gamma) yang windownya dilapisi dengan boron.
Surveymeter netron ini juga dilengkapi dengan bahan polieteilen yang
berfungsi untuk memoderasi neutron sehingga dapat diketahui laju paparan
radiasi sesuai jenis neutronnya, yaitu neutron cepat, thermal serta lambat.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaan surveymeter ini
sama halnya dengan penggunaan surveymeter analog. Dan dalam
penggunaanya sumber radiasi didekatkan dengan surveymeter. Sedangkan
untuk pembacaan Surveymeter sendiri, harus dikalikan antara hasil yang
terbaca pada surveymeter dengan faktor kalibrasinya.
B. Dosimeter
1. Pen Dose
Alat ini merupakan alat untuk mengukur dosis akumulatif yang telah
diterima oleh pekerja radiasi. Serta memiliki ukuran yang kecil layaknya
pulpen dan dalam penggunaannya dapat dimasukan ke dalam saku pakaian
atau celana.
Pen Dose menggunakan detektor Isian Gas berupa kamar ionisasi,
dengan dinding tabung sebagai katoda, sumbu logam berupa jarum quartz
bermuatan positif.
Sebelum digunakan, dosimeter ini diberi muatan menggunakan charger
yaitu suatu catu daya dengan tegangan tertentu. Jarum quartz pada sumbu
detektor akan menyimpang karena adanya perbedaan potensial. Dengan
mengatur nilai tegangan pada waktu melakukan charging maka
penyimpangan jarum tersebut dapat diatur agar menunjukan angka nol.
Dalam pemakaian di tempat kerja, bila ada radiasi yang memasuki detektor
maka radiasi tersebut akan mengionisasi gas isian, sehingga akan terbentuk
ion-ion positif dan negatif. Ion-ion ini akan bergerak menuju anoda atau
katoda sehingga mengurangi perbedaan potensial antara jarum dan dinding
detektor. Perubahan perbedaan potensial ini menyebabkan penyimpangan
jarum berkurang. Jumlah ion-ion yang dihasilkan di dalam detektor sebanding
dengan intensitas radiasi yang memasukinya, sehingga penyimpangan jarum
juga sebanding dengan intensitas radiasi yang telah memasuki detektor. Skala
dari penyimpangan jarum tersebut kemudian dikonversikan menjadi nilai
dosis
Alat ini harus dibaca seketika itu juga setelah bekerja dan tidak dapat
menyimpan hasil pengukuran dalam waktu yang lama karena adanya
kebocoran elektrostatik pada detektor yang menyebabkan jarum quartz bisa
jadi sudah tidak lagi menunjukkan hasil pengukuran, sehingga alat ini tidak
memiliki ketelitian yang tinggi. Jadi, meskipun tidak sedang dikenai radiasi,
nilai yang ditunjukan jarum akan berubah. Untuk menghindari kebocoran
yang seperti ini, diperlukan adanya sistem isolasi yang bagus pada
elektrodanya.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jarum quartz dapat
dikembalikan pada posisi nol dengan cara dicharger. Jika jarum sudah
menunjukkan angka maksimal, maka harus dinolkan, ataupun jika jarum
sudah hampir di posisi maksimal, maka harus dinolkan untuk menghindari
kesalahan pengukuran dosis yang diserap.
2. Film Badge
Film badge juga merupakan alat ukur dosis perorangan sama seperti
pendose, dimana menggunakan detektor berupa film fotografi, serta
memanfaatkan sifat radiasi ionisasi yaitu menghitamkan pelat film yang
dilewatinya. Film badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder.
Detektor film dapat menyimpan dosis radiasi yang telah mengenainya
secara akumulasi selama film belum diproses. Semakin banyak dosis radiasi
yang telah mengenainya atau telah mengenai orang yang memakainya
maka tingkat kehitaman film setelah diproses akan semakin pekat.
Alat ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya zat radiaktif di permukaan,
seperti meja kerja dan permukaan lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan alat ini adalah memeriksa faktor dan tanggal kalibrasi dari alat. Selain
itu, penggunaan alat ini jangan dikontakkan langsung dengan permukaan melainkan
diletakkan sedekat mungkin dengan permukaan untuk menghindari alat
terkontaminasi dengan zat radioaktif.
Pada monitor permukaan terdapat jenisnya tergantung digunakan dimana.
Ada monitor tangan dan kaki yang digunakan untuk memeriksa adanya substansi zat
radioaktif yang menempel pada tangan atau kaki pekerja radiasi yang mungkin
terbawa. Selain itu, ada juga monitor seluruh tubuh, dimana ia akan memeriksa
apakah pekerja terkontaminasi tubuhnya oleh radioaktif. Monitor seluruh tubuh
bentuknya mirip seperti alat pendeteksi logam yang ada di bandara untuk manusia.
Alarm akan berbunyi jika ada zat radioaktif yang melewatinya.
Tiga hal yang menjadi parameter mengapa alat proteksi radiasi perlu dikalibrasi :
1. Kalibrasi rutin sesui tanggal kalibrasi
2. Alat proteksi radiasi tersebut baru
3. Alat proteksi radiasi tersebut setelah diperbaiki karena terjadi kerusakan.
IV. Kesimpulan
Alat ukur proteksi radiasi terdiri dari alat ukur dosis, laju dosis, serta monitor
kontaminasi permukaan dan ruangan/gas.
1. Surveymeter yang merupakan alat ukur laju dosis radiasi dimana akan
menunjukkan pengukuran secara langsung tanpa bisa menyimpan hasil
pengukurannya. Hasil pengukuran surveymeter ini adalah dalam mSv per
jam. Sebelum menggunakan surveymeter ini, harus memperhatikan sertifikat
kalibrasi yang meliputi tanggal kalibrasinya dan kalibrasi ulang, kondisi
baterai, serta memperhatikan faktor pengali (skala yang digunakan) dan
satuan pengukuran.
2. Alat ukur dosis adalah pendose, TLD/RPLD, serta Film Badge. Pendose
dapat menampilkan pengukuran langsung sehingga dapat dibaca saat itu
juga, sedangkan TLD/RPLD dan film badge bisa dibaca setelah jangka
waktu tertentu. Alat yang memeiliki tingkat keakuratan paling tinggi dalam
mengukur dosis adalah TLD/RPLD. Ketiga alat ini memilik kelebihan dan
kelemahan masing-masing dimana ketiganya menampilkan hasil
pengukuran berupa dosis akumulatif yang diterima oleh pekerja radiasi
dalam satuan dosis ini adalah Roetgen.
3. Monitor permukaan yang terdiri dari monitor tangan dan kaki, serta monitor
seluruh tubuh. Alat ini mendeteksi keberadaan zat radioaktif yang ada pada
permukaan.
4. Monitor kontaminasi ruangan atau gas yang mendeteksi keberadaan zat
radiokatif dalam rungana ataua atmosfer. Namun, biasanya yang mampu
dideteksi adalah radiasi partikel seperti alfa dan beta, sedangkan gamma
tidak karena non partikel.
5. Hasil yang terbaca pada setiap instrumen radiasi harus dikalikan dengan
faktor kalibrasinya.
6. Tiga hal yang menjadi parameter mengapa alat proteksi radiasi perlu
dikalibrasi:
Kalibrasi rutin sesui tanggal kalibrasi
Alat proteksi radiasi tersebut baru
Alat proteksi radiasi tersebut setelah diperbaiki karena terjadi
kerusakan.
V. Daftar Pustaka
- Anonim, Workplace Monitoring For Radiation and Contamination, IAEA,
Vienna, 1995.
- Anonim, Alat Ukur Radiasi. Batan.-.
- Tim Asisten ADPR.2017.Petunjuk Praktikum Alat Deteksi & Proteksi Radiasi.
Yogyakarta : STTN-BATAN
- http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/Proteksi_05.htm