You are on page 1of 18

LAPORAN PRAKTIKUM

ALAT DETEKSI DAN PENGUKURAN RADIASI

PENGENALAN ALAT UKUR PROTEKSI RADIASI

Disusun oleh :

Nama : Kholisa Rohmatun Nikmah


NIM : 021500438
Program Studi : Elektronika Instrumentasi
Jurusan : Teknofisika Nuklir
Tanggal Praktikum : 2 Mei 2017
Kelompok :A
Rekan Kerja : 1. Danu Itsnan Habibi
2. Moch. Syamsul Alamsyah
Asisten/Dosen : Ir. Surakhman

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2017
PENGENALAN ALAT UKUR PROTEKSI RADIASI

I. Tujuan
1.1. Tujuan umum :
Mengetahui jenis dan penggunaan instrumen radiasi untuk penanganan radiasi

1.2. Tujuan khusus :


Mengetahui beberapa alat ukur radiasi
Mengetahui cara kerja beberapa alat proteksi radiasi
Mengetahui jenis dan penggunaan instrumen radiasi
Mengetahui satuan yang digunakan dalam instrumen radiasi

II. Dasar Teori


Alat ukur proteksi radiasi terdiri dari detektor dan peralatan penunjang, seperti
sistem pengukur radiasi lainnya yang dapat memberikan informasi dosis radiasi
seperti paparan dalam roentgen, dosis serap dalam rad atau gray, dan dosis ekivalen
dalam rem atau sievert.
Alat ukur radiasi diperlukan untuk mendeteksi dan mengukur kuantitas dua
jenis potensi paparan:
Paparan eksterna untuk penetrasi
radiasi yang dipancarkan oleh
sumber diluar tubuh manusia
Paparan interna dimana sekumpulam
material radioaktif dalam suatu
bentuk mempunyai kemampuan
masuk dan berinteraksi dengan tubuh
manusia.

Gambar 1. Alat ukur radiasi

Alat ukur radiasi yang dapat digunakan di daerah kerja seperti Gambar 1.
meliputi:
Gambar A: Doserate meter (alat ukur laju dosis) digunakan untuk
mengukur potensi paparan eksternal.
Gambar B: Dosimeter (alat ukur dosis), menyangkut kumulatip paparan
eksternal.
Gambar C:Surface Contamination meter (alat ukur kontaminasi
permukaan), untuk mengukur potensi paparan interna bila substansi
radioaktif yang tersebar di permukaan.
Gambar D: Airborne contamination meter and gas monitor (Alat ukur
kontaminasi udara dan monitor gas), untuk mengukur potensi paparan
interna bila substansi radioaktif tersebar diatmosfer.

Dalam penggunaanya, alat ukur radiasi digunakan sebagai alat proteksi


radiasi, yang berarti membatasi radiasi yang diterima oleh tubuh sehingga
terlindungi dari efek yang ditimbulkan oleh radiasi. Alat proteksi radiasi dibedakan
atas: surveymeter, dosimeter personal, dan monitor radiasi.

A. SURVEYMETER
Suatu Surveymeter merupakan alat ukur laju dosis (doserate meter)
yang menyerap energi dari radiasi yang masuk. Tanggapannya proporsional
dengan laju kerusakan tissue (organ) akibat dari paparan eksterna. Alat ini
mengukur bahaya eksterna dalam satuan laju dosis ekivalen yaitu mSv per jam.
Surveymeter ini memberikan pengukuran secara langsung tanpa dapat
menyimpan hasil pengukuran.

Gambar 2. Pengukuran laju dosis radiasi

Ada beberapa jenis surveymeter tergantung dengan jenis radiasi yang


ingin dideteksi, yaitu :
a. Surveymeter Gamma:
Detektor yang sering pada surveymeter ini adalah detektor isian gas seperti
geiger muler, atau proporsional. Dapat juga digunakan untuk mengukur
radiasi sinar-x dengan nilai kalibrasi yang berebeda
b. Surveymeter Alpha/Beta :
Menggunakan detektor dengan window tipis serta penutup yang mudah
dilepas. Jika untuk mendeteksi radiasi alpha, penutup harus dibuka
sedangkan untuk radiasi beta penutup dipasang sehingga memfilter radiasi
alpha.
c. Surveymeter netron :
Menggunakan detektor proporsional yang diisi dengan gas BF3 atau
surveymeter biasa (untuk gamma) yang windownya dilapisi dengan boron.
Dilengkapi dengan parafin sebagai penahan radiasi atau polietilen untuk
membedakan energi neutron.

Tiga langkah penting yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan


surveimeter adalah:
1. Memeriksa baterai.
Hal ini dilakukan untuk menguji kondisi catu daya tegangan tinggi
detektor. Bila tegangan tinggi detektor tidak sesuai dengan yang dibutuhkan,
maka detektor tidak peka atau tidak sensitif terhadap radiasi yang
mengenainya, akibatnya survaimeter akan menunjukkan nilai yang salah.
2. Memeriksa sertifikat kalibrasi.
Pemeriksaan sertifikat kalibrasi harus memperhatikan faktor kalibrasi
alat dan memeriksa tanggal validasi sertifikat. Faktor kalibrasi merupakan
suatu parameter yang membandingkan nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur
dan nilai dosis sebenarnya.
Dsebenarnya = Dterukur x Faktor Kalibrasi
Bila sertifikat kalibrasinya sudah melewati batas waktunya, maka
survaimeter tersebut harus dikalibrasi ulang sebelum dapat digunakan lagi.
3. Mempelajari pengoperasian dan pembacaan.
Langkah ini perlu dilakukan, khususnya bila akan menggunakan
survaimeter analog. Setiap survaimeter mempunyai tombol-tombol dan
saklar-saklar yang berbeda-beda, biasanya terdapat beberapa faktor
pengalian misalnya x1; x10; x100 dan sebagainya. Sedang display-nya juga
berbeda-beda, ada yang berskala rontgent / jam ; rad / jam ; Sievert /jam
atau mSievert / jam atau bahkan masih dalam cpm (counts per minutes).
B. DOSIMETER
Dosimeter mengukur kumulatif energi yang diserap sebagai akibat terhadap
paparan radiasi pengion.
Dosimeter personal harus
dipakai pekerja radiasi untuk mengukur
paparan radiasi kumulatif yang telah
diterima pekerja radiasi selama
melakukan pekerjaanya. Dosimeter
menyediakan pembacaan seketika, dan
mungkin juga memberikan alarm bila
dosis yang terukur mencapai nilai yang
telah diatur (setting) oleh pemakai atau
Gambar 3. Personal Dosimeter
pekerja.
Integrasi doserate meter dan dosimeter digunakan untuk menaksir/
memperkirakan paparan eksterna yang cepat berubah. Personal dosimeter dan
integrasi doseratemeter mengukur dosis ekivalen bahaya eksternal yang
berubah terhadap waktu.

Tiga jenis dosimeter perorangan yang banyak digunakan:


a. Dosimeter saku
Dosimeter ini menggunakan detektor kamar ionisasi, dan prinsip
kerjanya sama dengan detektor kamar ionisasi tetapi tidak menghasilkan
respon yang langsung. Konstruksi alat ini berupa silinder berupa gas.
Dinding silinder berfungsi sebagai katoda, sedang sumbu logam dengan
jarum quartz sebagai anoda (bermuatan positif). Radiasi yang memasuki
detektor akan mengionisasi gas. Ion akan bergerak ke anoda dan katoda
yang akan mengurangi beda potensial pada jarum quartz dan dinding
silinder, sehingga terjadi penyimpangan jarum penunjuk. Penyimpangan
jarum sebanding dengan banyaknya dosis yang diterima detektor. Jarum
penunjuk dapat dikembalikan ke nol dengan cara charging.
Keuntungan alat ini dapat dibaca langsung, tidak membutuhkan
peralatan tambahan, kecuali alat charger. Kelemahannya, alat ini tidak
dapat menyimpan informasi dosis dalam waktu lama, karena kebocoran
elektrostatis detektor, kurang teliti serta mempunyai rentang energi
tertentu.
b. Film Badge
Detektor yang digunakan adalah film fotografi. Film Bage terdiri dari
film dan tempat film (Holder). Holder terpasang beberapa filter seperti
plastik dengan tebal 0,5 mm, 1,5 mm dan 3 mm, Aluminium 0,6 mm,
tembaga 0,3 mm stanium (Sn) 0,8 mm , Pb 04 mm dan campuran Cd 0,8
mm. Masing-masing filter berfungsi untuk menyaring jenis radiasi dan
energi radiasi. Tanggapan film dipengaruhi oleh energi radiasi.
Keuntungan dari alat ini dapat membedakan jenis radiasi dan
mempunyai rentang energi yang lebih lebar dari dosimeter saku. Disamping
itu film yang telah diproses dapat digunakan untuk perhitungan yang teliti
dan dapat digunakan sebagai dokumen. Kekurangan film badge adalah
perlu proses fil dan perlu alat baca film yang disebut densitometer.
c. Thermoluminisensi Doser (TLD)/Radiophoto Luminisensi Dose (RPLD)
Detektor yang digunakan adalah kristal anorganik thermoluminisensi
seperti LiF. Bila radiasi mengenai bahan ini, akan terjadi proses seperti
scintilasi, perbedaan cahaya akan dipercikkan setelah bahan dipanaskan,
tidak langsung seperti bahan scintilator. Jumlah elektron yang tereksitasi
dan terperangkap dalam pita konduksi sebanding dengan dosis radiasi yang
mengenai kristal. Dosis radiasi dihitung dengan jumlah percikan transisi
dari pita konduksi ke keadaan dasar. Dalam praktek, pembacaan
pengukuran dilakukan dengan alat yang disebut TLD reader, yang
harganya cukup mahal. Keuntungan alat ini, setelah dibaca alat dapat
digunakan kembali.
Seperti halnya TLD, RPLD juga menggunakan kristal anorganik,
hanya proses pembacaannya berbeda. Jika TLD pada saat pembacaannya
dilakukan dengan pemanasan sedangkan RPLD dengan cara disinari
menggunakan sinar ultraviolet.

C. ALAT UKUR KONTAMINASI PERMUKAAN


Alat ukur kontaminasi permukaan
digunakan untuk mendeteksi
keberadaan substansi radioaktif pada
permukaan dengan batas/ nilai yang
dapat diterima (accessible). Pengukuran
harus dilakukan menggunakan
instrumen yang telah dikalibrasi dan
efisiensi untuk kontaminan telah
ditentukan sebelum nya. Pengukuran
dalam Count (cacah) per detik (cps),
selanjutnya dikonversi menjadi
Bq/cm2. Banyak alat kontaminasi
permukaan dibuat programable. Gambar 4. surface contamination
meter
Beberapa jenis monitor kontaminasi antara lain adalah:
a. Monitor tangan dan kaki (Hand and Foot monitor) yang digunakan untuk
mengukur tingkat kontaminasi pada tangan dan kaki setelah selesai
melaksanakan tugas.
b. Monitor seluruh tubuh (Whole body monitor) digunakan untuk mengukur
tingkat kontaminasi seluruh tubuh. Biasanya ditempatkan di pintu keluar
fasilitas yang mempunyai potensi kontaminasi sangat tinggi, dan setiap
pekerja radiasi harus mengukur tingkat kontaminasi seluruh tubuh.
D. KONTAMINASI UDARA DAN MONITOR GAS
Alat ukur kontaminasi udara digunakan untuk mendeteksi kemungkinan
keberadaan aerosol radioaktif di atmosfer, sedangkan monitor gas digunakan
untuk mendeteksi dan mengukur gas-gas radioaktif di atmosfer.

Gambar 5. Sampler statis dan monitor gas untuk memonitor kontaminasi udara

Radioaktif mungkin terdispersi dalam debu, asap atau kabut. Alat ukur
kontaminasi udara dan monitor gas digunakan untuk memperkirakan
kontaminasi udara di ruang kerja. Personal Air Samplers (PAS) digunakan
untuk memonitor resiko/ bahaya yang lebih signifikan di daerah pekerja.
Instrumen ini mampu mendeteksi akumulasi material radioaktif pada filter.
Monitor gas terdiri dari detektor radiasi dan secara terus menerus
menyampling udara secara langsung, untuk mengukur keberadaan gas
radioaktif. Kontaminan harus diidentifikasi, dan selanjutnya menentukan
aktivitas konsentrasi dalam Bq/m3.

III. Pembahasan
Dalam praktikum alat ukur proteksi radiasi ini memiliki tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum dilakukannya praktikum ini adalah mengetahui jenis
dan penggunaan instrumen radiasi untuk penanganan radiasi, sedangkan tujuan
khususnya yaitu: mengetahui beberapa alat ukur radiasi, mengetahui cara kerja
beberapa alat proteksi radiasi, mengetahui jenis dan penggunaan instrumen radiasi,
serta mengetahui satuan yang digunakan dalam instrumen radiasi. Peralatan yang
digunakan meliputi film badge, pendose, surveymeter, monitor kontaminasi
permukaan, monitor tangan dan kaki, serta charger dari pendose. Dalam
pemanfaatannya, alat ukur radiasi dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
Untuk kegiatan proteksi radiasi, dan untuk kegiatan aplikasi/penelitian radiasi
nuklir. Alat ukur radiasi yang digunakan untuk kegiatan proteksi radiasi harus
memiliki kemampuan untuk menunjukan nilai intensitas atau dosis radiasi yang
mengenai alat tersebut. Nilai intensitas atau besaran dosis radiasi yang
ditunjukkannya itu dapat dijadikan sebagai bahan acuan oleh seorang pekerja
radiasi untuk dapat langsung mengambil tindakan tertentu. Alat ukur radiasi
digunakan sebagai alat proteksi radiasi berarti membatasi radiasi yang diterima oleh
tubuh sehingga terlindungi/ mencegah dari efek yang ditimbulkan oleh radiasi.
Dalam percobaan pengenalan alat ukur radiasi ini, praktikan menggunakan
beberapa alat proteksi radiasi dengan spesifikasi, prinsip kerja, cara kaibrasi, serta
langkah dalam menggunakan alat tersebut.

A. Surveymeter
Surveymeter merupakan alat ukur laju dosis pada suatu area yang
menunjukkan hasil pengukuran langsung. Survaimeter harus bersifat portable.
Konstruksi surveymeter terdiri atas detektor dan peralatan penunjang seperti
amplifier, ratemeter, serta speaker. Cara pengukuran yang diterapkan adalah cara
arus (current mode) sehingga nilai yang ditampilkan merupakan nilai intensitas
radiasi. Secara elektronik, nilai intensitas tersebut dikonversikan menjadi skala
dosis, misalnya dengan satuan roentgent/jam. Detektor yang digunakan seperti
detektor isian gas, sintilasi dan semikonduktor.
a. Surveymeter Analog

Gambar 6. Surveymeter Analog


Surveymeter ini digunakan untuk mengukur radiasi Alpha, Beta maupun
Gamma. Surveymeter ini menggunakan detektor Geiger Muller. Untuk
mengukur radiasi Alpha, maka penutup pada window yang berwarna merah
harus dilepas. Sedangkan untuk mengukur radiasi energi Beta maupun
Gamma, penutup pada window harus di tutup untuk menyaring energi Alpha,
sebab radiasi alpha akan terfilter oleh penutup, sedangkan beta masih akan
diloloskan.
Hal penting yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan surveymeter
analog:
1. Memeriksa baterai. Dengan menekan tombol bat yang ada pada posisi
berdekatan dengan tombol reset, kita dapat mengetahui kelayakan baterai.
Apabila jarum bergerak dan berhenti pada tulisan baterai OK, berarti
baterai masih layak untuk digunakan. Sedangkan apabila jarum bergerak
dan berhenti tidak pada tulisan baterai OK, berarti baterai harus diganti.
Dalam memeriksa baterai, surveymeter harus dalam keadaan ON agar
jarum dapat bergerak. Adapun baterai yang digunakan ialah baterai
berukuran D berjumlah 2 buah. Tegangan catu yang baik akan
memberikan detektor peka atau sensitif terhadap radiasi yang masuk
detektor.
2. Memeriksa sertifikat kalibrasi yaitu berupa tanggal kalibrasi dan juga
faktor kalibrasi. Fator kalibrasi merupkan suatu parameter yang
membandingkan nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur dan nilai dosis
sebenarnya.
Dsebenarnya = Dterukur X Faktor Kalibrasi
Bila sertifikat kalibrasinya sudah melewati batas waktunya, maka
surveymeter tersebut harus dikalibrasi ulang sebelum dapat digunakan
lagi. Sedangkan untuk faktor kalibrasinya, harus berada direntang angka
0,8 hingga 1,2.
3. Memperhatikan faktor pengali (skala yang digunakan) dan satuan
pengukuran. Skala yang biasa digunakan yaitu skala x0,1 ; x1 ; x10 ;
ataupun x100. Dalam menentukan skala yang digunakan, kita
menggunakan ukuran skala yang paling besar, jika tidak terbaca barulah
diturunkan nilai skalanya. Sedangkan untuk satuan, perlu diperhatikan
skala apa yang ingin digunakan, apakah mikro Sv/jam ataukah mR/Jam.

b. Surveymeter Digital

GambarSurveymeter Digital Digital


7. Surveymeter
Surveymeter ini digunakan untuk mengukur laju dosis/paparan radiasi
pada suatu lokasi secara langsung. Surveymeter ini merupakan jenis
surveymeter digital, sehingga tampilannya secara otomatis muncul hasil
berupa angka dan satuan yang digunakan. Surveymeter digital ini
menggunakan detektor proporsional sehingga dapat digunakan untuk
mengukur radiasi gamma, alpha, dan beta.
Hal penting yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan surveymeter
digital:
1. Memeriksa baterai. Pada saat dinyalakan, surveymeter ini akan
menunjukan jumlah baterai yang ada. Surveymeter ini juga akan
mengeluarkan suara alarm sebagai indikasi baterai telah habis. Namun
untuk menghemat baterai biasanya setelah selesai digunakan, baterai akan
dilepas.
2. Terlebih dahulu mengecek tanggal kalibrasi dan juga faktor kalibrasi. Jika
tanggal kalibrasi telah melewati tanggal saat ini, maka alat tersebut tidak
boleh digunakan lagi dan harus dikalibrasi ulang. Sedangkan untuk faktor
kalibrasinya, harus berada direntang angka 0,8 hingga 1,2.
3. Memperhatikan satuan yang digunakan, apakah mikro Sv/jam ataukah
mR/Jam.
Cara penggunaan alat ini adalah dengan mendekatkan Surveymeter pada
sumber radioaktif. Ada catatan tertentu dalam penggunaan Surveymeter ini,
yaitu lubang penyaring detektor pada surveymeter tidak boleh mengenai
sumber radioaktif. Jika sumber radioaktif mengenai lubang penyaring
detektor, maka surveymeter akan terkontaminasi radiasi sehingga pembacaan
surveymeter menjadi tidak akurat lagi. Dalam pembacaan Surveymeter, harus
dikalikan antara hasil yang terbaca pada surveymeter dengan faktor
kalibrasinya.

c. Surveymeter Netron

Gambar
Surveymeter
8. Surveymeter
Netron Netron
Surveymeter ini digunakan untuk mengukur radiasi netron. Surveymeter
ini menggunakan detektor proporsional yang diisi dengan gas BF3 atau
surveymeter biasa (untuk gamma) yang windownya dilapisi dengan boron.
Surveymeter netron ini juga dilengkapi dengan bahan polieteilen yang
berfungsi untuk memoderasi neutron sehingga dapat diketahui laju paparan
radiasi sesuai jenis neutronnya, yaitu neutron cepat, thermal serta lambat.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaan surveymeter ini
sama halnya dengan penggunaan surveymeter analog. Dan dalam
penggunaanya sumber radiasi didekatkan dengan surveymeter. Sedangkan
untuk pembacaan Surveymeter sendiri, harus dikalikan antara hasil yang
terbaca pada surveymeter dengan faktor kalibrasinya.

B. Dosimeter
1. Pen Dose

Gambar 9. Pen Dose

Alat ini merupakan alat untuk mengukur dosis akumulatif yang telah
diterima oleh pekerja radiasi. Serta memiliki ukuran yang kecil layaknya
pulpen dan dalam penggunaannya dapat dimasukan ke dalam saku pakaian
atau celana.
Pen Dose menggunakan detektor Isian Gas berupa kamar ionisasi,
dengan dinding tabung sebagai katoda, sumbu logam berupa jarum quartz
bermuatan positif.
Sebelum digunakan, dosimeter ini diberi muatan menggunakan charger
yaitu suatu catu daya dengan tegangan tertentu. Jarum quartz pada sumbu
detektor akan menyimpang karena adanya perbedaan potensial. Dengan
mengatur nilai tegangan pada waktu melakukan charging maka
penyimpangan jarum tersebut dapat diatur agar menunjukan angka nol.
Dalam pemakaian di tempat kerja, bila ada radiasi yang memasuki detektor
maka radiasi tersebut akan mengionisasi gas isian, sehingga akan terbentuk
ion-ion positif dan negatif. Ion-ion ini akan bergerak menuju anoda atau
katoda sehingga mengurangi perbedaan potensial antara jarum dan dinding
detektor. Perubahan perbedaan potensial ini menyebabkan penyimpangan
jarum berkurang. Jumlah ion-ion yang dihasilkan di dalam detektor sebanding
dengan intensitas radiasi yang memasukinya, sehingga penyimpangan jarum
juga sebanding dengan intensitas radiasi yang telah memasuki detektor. Skala
dari penyimpangan jarum tersebut kemudian dikonversikan menjadi nilai
dosis

Gambar 10. Konstruksi dosimeter Gambar 11. Charger Pen Dose


. saku
Dalam penggunaannya, harus diperhatikan skala satuan yang tertera
dalam alat ini. Salah pembacaan skala dapat berakibat salah penafsiran dan
dapat berakhir fatal. Dengan alat ini kita dapat mengetahui dosis kumulatif
yang telah kita terima selama bekerja didaerah radiasi, sehingga kita dapat
mengetahui akumulasi maksimal dosis yang boleh diterima pekerja radiasi
selama satu tahun yaitu sebesar 20mSv.

Gambar 12. Tampilan Pembacaan Pen Dose

Alat ini harus dibaca seketika itu juga setelah bekerja dan tidak dapat
menyimpan hasil pengukuran dalam waktu yang lama karena adanya
kebocoran elektrostatik pada detektor yang menyebabkan jarum quartz bisa
jadi sudah tidak lagi menunjukkan hasil pengukuran, sehingga alat ini tidak
memiliki ketelitian yang tinggi. Jadi, meskipun tidak sedang dikenai radiasi,
nilai yang ditunjukan jarum akan berubah. Untuk menghindari kebocoran
yang seperti ini, diperlukan adanya sistem isolasi yang bagus pada
elektrodanya.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jarum quartz dapat
dikembalikan pada posisi nol dengan cara dicharger. Jika jarum sudah
menunjukkan angka maksimal, maka harus dinolkan, ataupun jika jarum
sudah hampir di posisi maksimal, maka harus dinolkan untuk menghindari
kesalahan pengukuran dosis yang diserap.
2. Film Badge
Film badge juga merupakan alat ukur dosis perorangan sama seperti
pendose, dimana menggunakan detektor berupa film fotografi, serta
memanfaatkan sifat radiasi ionisasi yaitu menghitamkan pelat film yang
dilewatinya. Film badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder.
Detektor film dapat menyimpan dosis radiasi yang telah mengenainya
secara akumulasi selama film belum diproses. Semakin banyak dosis radiasi
yang telah mengenainya atau telah mengenai orang yang memakainya
maka tingkat kehitaman film setelah diproses akan semakin pekat.

Gambar 13. Film Badge dan proses pembacaannya


Holder film selain berfungsi sebagai tempat film ketika digunakan juga
berfungsi sebagai penyaring (filter) energi radiasi. Dengan adanya beberapa
jenis filter pada holder, maka dosimeter film badge ini dapat membedakan
jenis dan energi radiasi yang telah mengenainya.

Gambar 14. Filter pada Film Badge

Dalam penggunaan film badge, perlu diperhatikan dua hal penting


yaitu batas saturasi tingkat kehitaman film dan masalah fadding. Apabila
film telah mencapai batas saturasinya, maka penambahan dosis radiasi tidak
akan mempengaruhi tingkat kehitaman film. Oleh karena itu, film badge
harus sudah diproses sebelum dosis radiasi yang mengenainya mencapai
nilai saturasinya. Beberapa jenis film memiliki tingkat saturasi dosis 2 rad
(0,02 gray). Sedangkan masalah fadding adalah peristiwa perubahan tingkat
kehitaman film karena pengaruh temperatur dan kelembaban.
Keuntungan Film badge adalah memiliki sifat akumulatif yang lebih
baik daripada dosimeter saku dan dapat menyimpan nilai pengukuran
sehingga dapat disimpan sebagai dokumen serta dapat digunakan unutk
perhitungan yang lebih teliti. Serta film badge dapat membedakan jenis
radiasi yang mengenainya dan memiliki rentang pengukuran energi yang
lebih besar daripada dosimeter saku.
Kelemahannya adalah untuk mengetahui dosis yang telah
mengenainya harus diproses terlebih dahulu secara khusus sehingga tidak
dapat dibaca langsung serta membutuhkan peralatan tambahan untuk
membaca tingkat kehitaman film, yaitu densitometer.
Biasanya film badge dibaca 3 buan sekali di BPFK (Balai Pengaman
Fasilitas Kesehatan ). Selain itu, alat ini hanya dapat digunakan sekali saja.
3. TLD (Termoluminisensi Dosimeter)

Gambar 15. TLD


Dosimeter ini sangat menyerupai dosimeter film badge, hanya detektor
yang digunakan ini adalah kristal anorganik thermoluminisensi, misalnya
bahan LiF. Proses yang terjadi pada bahan ini bila dikenai radiasi adalah
proses termoluminisensi. Senyawa lain yang sering digunakan untuk TLD
adalah CaSO4.
Dosimeter ini digunakan selama jangka waktu tertentu, misalnya satu
bulan, baru kemudian diproses untuk mengetahui jumlah dosis radiasi yang
telah diterimanya. Pemrosesan dilakukan dengan memanaskan kristal TLD
sampai temperatur tertentu, kemudian mendeteksi percikan-percikan cahaya
yang dipancarkannya. Alat yang digunakan untuk memproses dosimeter ini
adalah TLD reader.
Keunggulan TLD dibandingkan dengan film badge adalah terletak pada
ketelitiannya. Selain itu, ukuran kristal TLD relatif lebih kecil dan setelah
diproses kristal TLD tersebut dapat digunakan lagi.
Kelemahannya adalah biaya awalnya mahal, dan data dosis akan hilang
setelah proses pembacaan.
Selain TLD, ada juga RPLD yang sama seperti TLD, hanya saja cara
pembacaanya yang berbeda. Jika TLD dibaca dengan cara pemanasa, RPLD
dibaca dengan menyinarinya dengan sinar UV.
C. Monitor Permukaan

Gambar 16. Monitor Kontaminasi (digital)

Alat ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya zat radiaktif di permukaan,
seperti meja kerja dan permukaan lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan alat ini adalah memeriksa faktor dan tanggal kalibrasi dari alat. Selain
itu, penggunaan alat ini jangan dikontakkan langsung dengan permukaan melainkan
diletakkan sedekat mungkin dengan permukaan untuk menghindari alat
terkontaminasi dengan zat radioaktif.
Pada monitor permukaan terdapat jenisnya tergantung digunakan dimana.
Ada monitor tangan dan kaki yang digunakan untuk memeriksa adanya substansi zat
radioaktif yang menempel pada tangan atau kaki pekerja radiasi yang mungkin
terbawa. Selain itu, ada juga monitor seluruh tubuh, dimana ia akan memeriksa
apakah pekerja terkontaminasi tubuhnya oleh radioaktif. Monitor seluruh tubuh
bentuknya mirip seperti alat pendeteksi logam yang ada di bandara untuk manusia.
Alarm akan berbunyi jika ada zat radioaktif yang melewatinya.

D. Monitor Kontaminasi Ruangan atau Monitor Gas


Alat ini digunakan untuk mengetahui keberadaan radioaktif di ruangan atau di
atmosfer. Cara pengukuranya adalah dengan menyedot udara diruangan sambil
disaring udaranya menggunakan kertas filter khusus. Setelh itu kertas filter ini akan
dideteksi. Zat yang akan terdeteksi adalah alfa dan beta, sedangkan gamma tidak.
Sebab radiasi gamma adalah radiasi non partikel sehingga gamma tidak akan
tersaring oleh filter, sedangkan alfa serta beta akan tersaring sebab keduanya
merupakan partikel.

Tiga hal yang menjadi parameter mengapa alat proteksi radiasi perlu dikalibrasi :
1. Kalibrasi rutin sesui tanggal kalibrasi
2. Alat proteksi radiasi tersebut baru
3. Alat proteksi radiasi tersebut setelah diperbaiki karena terjadi kerusakan.
IV. Kesimpulan
Alat ukur proteksi radiasi terdiri dari alat ukur dosis, laju dosis, serta monitor
kontaminasi permukaan dan ruangan/gas.
1. Surveymeter yang merupakan alat ukur laju dosis radiasi dimana akan
menunjukkan pengukuran secara langsung tanpa bisa menyimpan hasil
pengukurannya. Hasil pengukuran surveymeter ini adalah dalam mSv per
jam. Sebelum menggunakan surveymeter ini, harus memperhatikan sertifikat
kalibrasi yang meliputi tanggal kalibrasinya dan kalibrasi ulang, kondisi
baterai, serta memperhatikan faktor pengali (skala yang digunakan) dan
satuan pengukuran.
2. Alat ukur dosis adalah pendose, TLD/RPLD, serta Film Badge. Pendose
dapat menampilkan pengukuran langsung sehingga dapat dibaca saat itu
juga, sedangkan TLD/RPLD dan film badge bisa dibaca setelah jangka
waktu tertentu. Alat yang memeiliki tingkat keakuratan paling tinggi dalam
mengukur dosis adalah TLD/RPLD. Ketiga alat ini memilik kelebihan dan
kelemahan masing-masing dimana ketiganya menampilkan hasil
pengukuran berupa dosis akumulatif yang diterima oleh pekerja radiasi
dalam satuan dosis ini adalah Roetgen.
3. Monitor permukaan yang terdiri dari monitor tangan dan kaki, serta monitor
seluruh tubuh. Alat ini mendeteksi keberadaan zat radioaktif yang ada pada
permukaan.
4. Monitor kontaminasi ruangan atau gas yang mendeteksi keberadaan zat
radiokatif dalam rungana ataua atmosfer. Namun, biasanya yang mampu
dideteksi adalah radiasi partikel seperti alfa dan beta, sedangkan gamma
tidak karena non partikel.
5. Hasil yang terbaca pada setiap instrumen radiasi harus dikalikan dengan
faktor kalibrasinya.
6. Tiga hal yang menjadi parameter mengapa alat proteksi radiasi perlu
dikalibrasi:
Kalibrasi rutin sesui tanggal kalibrasi
Alat proteksi radiasi tersebut baru
Alat proteksi radiasi tersebut setelah diperbaiki karena terjadi
kerusakan.
V. Daftar Pustaka
- Anonim, Workplace Monitoring For Radiation and Contamination, IAEA,
Vienna, 1995.
- Anonim, Alat Ukur Radiasi. Batan.-.
- Tim Asisten ADPR.2017.Petunjuk Praktikum Alat Deteksi & Proteksi Radiasi.
Yogyakarta : STTN-BATAN
- http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/Proteksi_05.htm

Yogyakarta, 7 Mei 2017


Asisten, Praktikan,

Ir. Surakhman Kholisa Rohmatun Nikmah


(021500438)

You might also like