You are on page 1of 19

REFERAT

INTOKSIKASI AKUT PADA HALUSINOGEN


(Lysergic Acid Diethylamide)

Disusun oleh :

Indri Chernovita Turnip, S.Ked


1161050164

Pembimbing :

dr. Gerald Mario Semen, Sp.KJ (K), SH

dr.Herny Taruli Tambunan, M.Ked(KJ), Sp.KJ

dr. Imelda Wijaya, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

PERIODE 12 JUNI 2016 22 JULI 2017

RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT CIBUBUR

JAKARTA

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan kasih dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul
Depresi Atipikal ini.

Penulisan referat ini dilakukan dengan tujuan sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Psikiatri Program Pendidikan Dokter Umum Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Indonesia di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta.

Terselesaikannya referat ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan banyak pihak.
Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dr. Gerald Mario Semen, Sp.KJ (K),
S.H., dr. Herny Taruli Tambunan, M.Ked(KJ) Sp.KJ, dan juga dr. Imelda Wijaya, Sp.KJ sebagai
pendamping dan pembimbing penulis dalam menyusun referat ini.

Penulis menyadari referat ini masih jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran
penulis harapkan demi penyempurnaannya. Penulis berharap referat ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca. Akhir kata, penulis menyampaikan banyak terima kasih dan Tuhan
memberkati.

Jakarta, 2 Juli 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Error! Bookmark not defined.
Pendahuluan 3

A. Intoksikasi 4
B. Definisi Error! Bookmark not defined.
C. Jenis-Jenis Halusinogen Error! Bookmark not defined.
1. LSD (lysergic Acid Diethylamide) Error! Bookmark not defined.
2. PCP (phencyclidine,Angel Dust) Error! Bookmark not defined.
3. Meskalin Error! Bookmark not defined.
4. Psilosibin Dan Psilosin Error! Bookmark not defined.
5. Ecstasy Error! Bookmark not defined.
D. Epidemiologi Error! Bookmark not defined.
E. Etiologi Error! Bookmark not defined.
F. Akibat Penggunaan Halusinogenika Error! Bookmark not defined.
1. Intoksikasi Halusinogenika Error! Bookmark not defined.
2. Gangguan Persepsi Menetap Halusinogenika Error! Bookmark not defined.
3. Gangguan Psikotik Akibat Penggunaan Halusinogenika Error! Bookmark not defined.
4. Ketergantungan Halusinogenika Error! Bookmark not defined.
5. Gangguan Kepribadian dan Afektif Error! Bookmark not defined.
6. Gangguan Ansietas Error! Bookmark not defined.
7. Delirium Error! Bookmark not defined.
8. Gangguan Non-spesifik lainnya Error! Bookmark not defined.
G. Terapi Error! Bookmark not defined.
1. Terapi Intoksikasi Halusinogenika 15
2. Terapi psikofarmaka: 15
3. Terapi Ketergantungan Halusinogenika 16
4. Terapi gangguan afektif 16
5. Terapi Delirium 16
6. Rehabilitasi 16
H. Prognosis Error! Bookmark not defined.
I. Pencegahan Error! Bookmark not defined.
Kesimpulan Error! Bookmark not defined.
Daftar Pustaka Error! Bookmark not defined.

3
BAB I

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan zaman narkoba hanya dipakai secara terbatas oleh
beberapa komunitas di berbagai negara. Obat-obatan ini digunakan untuk tujuan pengobatan,
diresepkan para dokter meskipun sudah diketahui efek sampingnya. Salah satunya dikenal
dengan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) atau istilah yang populer
dikenal masyarakat sebagai Narkoba (Narkotika dan Obat Berbahaya) adalah bahan/zat yang bila
masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat/otak, sehingga
menyebabkan gangguan fisik, psikis dan fungsi sosial. Halusinogen juga mulai menjadi
perhatian masyarakat dikarenakan akses yang mudah. Mulai dari ekstasi sampai magic
mushroom yang sudah mulai marak dibicarakan. Lysergic acid diethylamide (LSD) merupakan
salah satu contoh produk narkoba semisintesis dari asam lisergik dan merupakan halusinogen
yang kuat Hingga sekarang, penyalahgunaan narkoba di berbagai negara menjadi sulit untuk
dikendalikan hingga saat ini.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 INTOKSIKASI AKUT

Intoksikasi akut merupakan suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan
alcohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi,
afek atau perilaku, atau fungsi dan respons psikofisiologis lainnya. Intensitas intoksikasi akan
berkurang dengan berlalunya waktu dan pada akhirnya efeknya menghilang bila tidak terjadi
penggunaan zat lagi. Dengan demikian orang tersebut akan kembali ke kondisi semula, kecuali
jika ada jaringan yang rusak atau terjadi komplikasi (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2010; Maslim, 2001).
Zat psikoaktif adalah zat kimia yang memiliki efek psikologis. Banyak zat psikoaktif
yang beredar secara luas di masyarakat, baik yang digunakan secara sengaja ataupun tidak. Ada
beberapa jenis zat psikoaktif yaitu; (1) Golongan ilegal dan terlarang: kokain, mariyuana, dan
heroin; (2) Golongan yang dapat diperoleh dengan permintaan: tembakau dan alkohol; dan (3)
Tergolong legal: kafein (Nevid, et al., 2005).
Ada 3 kelompok besar dari zat psikoaktif yang disalahgunakan, yaitu depresan, stimulant
dan halusinogen (psychedelics). Depresan adalah obat yang menghambat atau mengekang
aktivitas system saraf pusat. Obat ini mengurangi rasa tegang dan cemas, menyebabkab gerakan
melambat dan merusak proses kognitif. Dalam dosis tinggi, obat dapat menahan fungsi vital dan
menyebabkan kematian. Contoh depresan: alcohol, barbiturate, opioid/narkotik. Stimulan
merupakan obat yang meningkatkan aktivitas system saraf. Beberapa jenis obat ini menyebabkan
perasaan euphoria dan percaya diri. Jenis dari stimulant adalah amfetamin, ekstasi, kokain dan
nikotin. Sedangkan zat halusinogen adalah obat yang menghasilkan distorsi sensoria atau
halusinasi, termasuk perubahan besar dalam persepsi warna dan pendengaran. Contoh obat:
lysergic acid diethylamide/LSD, phencyclidine/PCP dan mariyuana (Nevid, et al., 2005).

5
2.2 DEFINISI
Halusinogen (psychedelics) adalah zat psikoaktif yang kuat mengubah persepsi, suasana hati,
dan sejumlah proses kognitif. Halusinogen dianggap fisiologis aman dan tidak menghasilkan
ketergantungan atau kecanduan. Halusinogen dipakai untuk budaya awal dalam berbagai konteks
sosial budaya dan ritual. Pada tahun 1950, setelah penemuan hampir se-jaman dari kedua
serotonin (5-HT) dan diethylamide asam lysergic (LSD-25), pada awal penelitian difokuskan
intens pada kemungkinan bahwa LSD atau halusinogen memiliki dasar serotonergik aksi dan
diperkuat ide bahwa 5-HT merupakan neurotransmitter penting di otak. Ide-ide ini akhirnya
terbukti, dan hari ini diyakini bahwa halusinogen merangsang reseptor 5-HT2A, terutama yang
diekspresikan pada sel piramidal neokorteks. Aktivasi reseptor 5-HT2A juga menyebabkan
peningkatan kadar glutamat kortikal mungkin dengan siaran yang dimediasi reseptor presinaptik
dari aferen thalamic.1

Temuan ini telah menyebabkan perbandingan efek halusinogen klasik dengan aspek-aspek
tertentu dari psikosis akut dan fokus pada interaksi talamokortikal sebagai kunci untuk
memahami baik tindakan zat ini dan situs neuroanatomical terlibat dalam keadaan kesadaran
yang berubah. Reseptor 5-HT2A jelas memainkan peran penting dalam pengolahan kognitif,
termasuk memori bekerja, dan ligan untuk reseptor ini dapat menjadi alat yang sangat berguna
untuk masa depan penelitian neuroscience kognitif. Selain itu, tampaknya mungkin bahwa
utilitas masih mungkin muncul untuk penggunaan halusinogen untuk mengobati kecanduan
alkohol, penyalahgunaan zat, dan gangguan kejiwaan tertentu.1

LSD (Lysergic acid diethylamide) termasuk golongan psikotropika, dimana psikotropika


adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis, bukan narkoba yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada penyusunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada
aktifitas mental dan perilaku. (BNN RI, 2008).

2.3 JENIS-JENIS HALUSINOGEN

LSD (lysergic Acid Diethylamide)

LSD adalah halusinogen paling terkenal. Ini adalah narkoba sintetis yang disarikan dari
jamur kering (ergot) yang tumbuh pada rumput gandum. LSD adalah cairan tawar/serbuk

6
habluran yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sering diserap ke dalam zat yang cocok
seperti kertas pengisap dan dan larut dalam air dan alcohol atau dapat dipadukan dalam tablet,
kapsul atau kadang-kadang gula-gula.

LSD juga dikenali sebagai lysergide dan LSD-25. Dalam bentuk aslinya, LSD tidak
berbau, kristal larut dalam air putih atau yang jelas yang dapat dihancurkan menjadi bubuk dan
dilarutkan. Bentuk yang paling umum dari LSD adalah "asam tinta" - lembar kertas yang telah
dicampur dengan LSD. Tablet yang dikenal sebagai "microdots" juga sangat umum. LSD juga
ditemukan sebagai bubuk atau kristal, kering pada lembar gelatin atau gula batu, atau dalam
bentuk kapsul atau cair. Potensi masing-masing LSD tablet atau pil adalah antara 20 dan 80
mikrogram, dan biasanya dikunyah atau ditelan, yang memungkinkan obat yang akan diserap
melalui saluran pencernaan.2

Bentuk LSD yang paling popular adalah kertas pengisap yang terbagi menjadi empat
persegi dan dipakai dengan cara ditelan. Efek LSD dimulai dalam satu jam pertama setelah
memakai dosis, lalu bertambah antara 2-8 jam dan berangsur hilang secara perlahan-lahan
setelah kurang lebbih 12 jam (Harmle L dkk, 2012).

LSD juga bisa dihirup atau disuntikkan. Pengguna merasakan efek dari LSD dalam waktu
30 sampai 90 menit setelah konsumsi, dan efek ini dapat bertahan selama 12 jam. LSD
menyebabkan efek halusinogen dengan mengganggu interaksi neurotransmitter serotonin dan sel
saraf. Serotonin terlibat dalam pengendalian perilaku, persepsi, dan peraturan sistem, seperti
suasana hati, lapar, suhu tubuh, perilaku seksual, dan kontrol otot. dampak LSD pada serotonin
juga mempengaruhi area otak yang mendeteksi rangsangan eksternal dari seluruh tubuh,
sehingga lebih responsif terhadap masukan dari lingkungan.3

PCP (phencyclidine,Angel Dust)

Phencyclidine (PCP) dikembangkan pada tahun 1950-an sebagai anestesi umum untuk
operasi. Ini tidak lagi digunakan untuk tujuan ini karena efek samping yang serius. Sementara
PCP dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, termasuk tablet atau kapsul, cair dan bubuk kristal
putih adalah bentuk yang paling umum. PCP memiliki berbagai nama lain, seperti Angel Dust,
Hog, Love Boat, dan Pil Perdamaian. PCP yang dihisap sebanyak 2-3 mg akan memperlihatkan

7
efek setelah 5 menit dan memuncak pada 30 menit. Waktu paruh kerjanya adalah 20 jam. Efek
toleransi pada PCP akan muncul meskipun ketergantungan secara umum tidak terlihat. Efek
pemakaian PCP adalah euphoria, tingling, perasaan mengambang (fly), depersonalisasi, bingung,
talkactive, nystagmus, hipertensi, hiperthermia.
Pada efek jangka pendek yang bertahan selama 3-6 jam akan memberikan depresi ringan
dimana pemakai akan menjadi iritabel, paranoid, pembunuhan dan bunuh diri. Biasanya efeknya
akan hilan setelah 1- 2 hari. PCP akan menetap di urin dan darah lebih dari 1 minggu.4
Meskalin

Meskalin diperoleh daripada kaktus peyote yang mula-mula digunakan oleh orang India
Aztec di Mexico beribu-ribu tahun dahulu. Ia masih digunakan dengan sah oleh orang Indian
Amerika yang menjadi ahli Native Amerikan Church kerana Perlembagaan Amerika Syarikat
tidak membenarkan penganiayaan (persecution) mana-mana dan penggunaannya adalah dengan
cara dimakan. Terdapat juga analog-analog meskalin yaitu derivatif amfetamin yang mempunyai
kesan serupa seperti meskalin yaitu TMA(3,4,5 trimethoxyamphetamine). TMA-2(2,4,5-
trimethoxyamphetamine), DOM(2,5-dimetoxy-4-methylamphetamine) dan MDA(3-metoxy-4,5-
methylene-dioxyamphetamine). Analog-analog ini mempunyai kesan beberapa kali ganda lebih
kuat daripada meskalin.5
Psilosibin Dan Psilosin

Psilosibin dan psilosin berasal daripada sejenis cendawan bernama Psilochbe Mexicana
yang ditanam di Mexico. Ia juga digunakan oleh Orang Indian Amerika yang menjadi ahli
Native American Church.Psilosibin juga dikeluarkan secara sintetik dan terdapat dalam bentuk
serbuk putih atau sebagai larutan jernih.

Selain itu, yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain : jamur tahi sapi, ganja,
kecubung, dll. Jenis halusinogenik yang sering disalahgunakan dalam kelompok ini adalah zat
yang diperoleh dari pohon ganja dan dari sejenis jamur yang banyak tumbuh di Bali yang dikenal
sebagai wong tai sampi atau jamur tahi sapi. Efek dari pemakaian psilosibin berkisar 20-60
menit setelah dikunyah atau ditelan, dan akan menghilang setelah 6-8 jam.

Kelompok zat ini mempengaruhi otak manusia yaitu merangsang beberapa zat aktif saraf,
khususnya beberapa jenis serotonin dan dopamin, sehingga merubah persepsi panca indera, yang

8
dikenal sebagai halusinasi. Efek akut pemakaian psilosibin yaitu pengalaman positif sampai
negatif. Dari hasil penelitian pemakaian psilosibin sebanyak (0,5,10,20,30mg/70kg)
menghasilkan pengalaman mistikal dan menetap (persisting), terdapat juga perubahan pada
sikap, mood dan perilaku.6

Ecstasy

Adalah zat yang termasuk ke dalam golongan psikotropika dengan nama kimianya yaitu
methylene-dioxi-methamphetamin (MDMA). Obat ini memiliki sifat sebagai stimulantia atau zat
yang dapat meningkatkan daya tahan psikis dan juga fisik. Jenis obat-obatan ini merupakan
pengembangan dari unsur-unsur amphetamin yaitu penambahan atau perubahan gugus radikal
sehingga tidak hanya bersifat stimulantia tapi memiliki juga sifat halusinogen, yaitu
menimbulkan khayalan-khayalan yang nikmat menyenangkan bagi pemakainya.

Ecstasy merupakan pil yang mempunyai reaksi relatif cepat, sekitar 40 menit setelah
menelan efeknya akan terasa. Pemakainya kemudian akan merasa hangat, energik, dan bahagia
baik secara fisik maupun mental. Tergantung dari kemampuan toleransi pemakainya, perasaan-
perasaan tersebut akan berakhirnya setelah 2 hingga 6 jam. Buruknya setelah efek berakhir akan
berubah seperti kekacauan, tubuh mengalami kelelahan dan menjadi mudah tersinggung.7

MDMA juga memiliki efek terhadap otak, yaitu mempengaruhi kadar serotonin, sebuah
neurotransmitter di otak yang terkait dengan suasana hati (mood), tidur, dan detak jantung. Bila
tertelan dalam tubuh, MDMA menyebabkan otak untuk membanjiri dirinya dengan serotonin,
yang menyebabkan tubuh untuk meningkatkan sensitivitas dan individu menjadi sangat
emosional dan empati.

Namun, ketika efek ekstasi tersebut hilang, maka pasokan serotonin di otak akan habis.
Depresi adalah umum setelah efek dari penggunaan MDMA. MDMA juga telah terbukti
merusak beberapa pemikiran dan memori penting fungsi otak, bersama dengan kontribusi
terhadap degenerasi neuron serotonin-memproduksi dan pemancar dopamin. Kerusakan ini
mungkin jangka panjang.8

9
2.4 EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologis berikut ini berasal dari National Institute on Drug Abuse (NIDA):
Orang dewasa muda ( berusia 18-25 th) jauh lebih mungkin dibandingkan remaja (berusia 12-17
th) atau dewasa tua untuk melaporkan bahwa mereka pernah menggunakan halusinogen. Di
tahun 2012 diperkirakan 13,1% dewasa muda, 7,8% dewasa yang lebih tua, dan 3,3% remaja
melaporkan bahwa mereka pernah menggunakan halusinogen. Angka pemakaian diantara
anggota populasi selama hidupnya paling tinggi di tahun 2010 untuk dewasa muda dan remaja
dan menurun setelahnya. Angka pemakaian seumur hidup terus meningkat diantara dewasa yang
lebih tua dari tahun 2000 sampai 2010.1 Peningkatan angka seumur hidup tersebut diantara orang
dewasa yang berusia lebih dari 25 tahun telah diperkirakan, karena angka tersebut mencerminkan
pengalaman kelompok tersebut dalam tahun-tahun sebelumnya, dimana angka penyalahgunaan
zat adalah tinggi. Antara tahun 2010 dan 2012 presentasi masing-masing kelompok usia yang
menggunakan halusinogen didalam hidupnya relative stabil. Walaupun presentasi pemakaian
bulan terakhir sedikit meningkat pada dewasa muda yang berusia 18-25 th (dari 0,8% menjadi
1,2%), tidak terdapat perubahan yang bermakna untuk tiap kelompok usia. 9

2.5 ETIOLOGI

Faktor psikologik seperti konflik, suatu pertentangan batin,frustasi, gagal dalam mencapai
tujuan, tidak terpenuhi kebutuhan psikologis seperti rasa aman, nyaman, perhatian, dan kasih sayang dan
juga faktor kepribadian seseorang cenderung mempengaruhi apakah ia akan tergantung pada
suatu obat atau tidak. Orang yang merasa mantap serta mempunyai sifat tergantung dan pasif
lebih cenderung menjadi ketergantungan pada obat.

Faktor sosiobudaya seperti problem keluarga, problem dengan lingkungan, pendidikan,


pekerjaan, perumahana, ekonomi, akses pelayanan kesehatan, problem hukum/criminal dan problem
psikososial lainnya juga tidak kalah penting dan saling mempengaruhi dengan faktor kepribadian.
Di Indonesia banyak penderita ketergantungan obat berasal dari golongan sosioekonomi
menengah. Faktor fisik dan badaniah seseorang menentukan efek fisik obat itu seperti hilangya
rasa nyeri dan ketidakenakkan badaniah yang lain, berkurangnya dorongan sexual, rasa lapar dan
mengantuk atau justru berkurangnya hambatan terhadap dorongan-dorongan.

Faktor kebiasaan yang dikemukakan dalam hipotesis kebiasaan bekerja sebagai


berikut: karena obat itu mengurangi ketegangan dan perasaan dan tidak enak, maka kebiasaan
10
diperkuat dengan tiap kali pemakaian. Ketergantungan obat merupakan hasil saling pengaruh
dan mempengaruhi yang komplex berbagai faktor tadi ditambah dengan mudah sukarnya obat
itu diperoleh dan kesempatan untuk mengunakannya. Pemberian obat oleh dokter juga dapat
meninmbulkan ketergantungan.10

2.6 AKIBAT PENGGUNAAN HALUSINOGENIK


Intoksikasi Halusinogenika LSD
- Perubahan perilaku maladaptif
- Perubahan persepsi (dalam keadaan sadar dan terjaga)
- Tanda-tanda fisiologis:
Takikardi
Dilatasi pupil
Palpitasi
Peningkatan tekanan darah
Berkeringat
Suhu badang meningkat
Mual
Pusing
Penglihatan kabur
Tremor
Kelemahan
Gangguan koordinasi

- Gejala-gejala psikologi:
Perubahan suasana perasaan (mood)
Gangguan persepsi
Gangguan proses pikir
Gangguan perilaku
Euforia
Keras kepala
Paranoia
Serangan panik
11
Waham
Ide bunuh diri
Anestesia
Derealisasi
Depersonalisasi
Disorientasi

Gambaran khas intoksikasi LSD adalah onsetnya yang cepat dalam mempengaruhi mood,
kognitif, dan persepsi. Memori umumnya tetap terpelihara. Distress psikologik menandakan
seseorang yang menggunakan halusinogen perlu mendapat pertolongan psikiatrik.

Diagnostik untuk intoksikasi halusinogen adalah:


a) Riwayat baru saja menggunakan halusinogen
b) Gangguan atau perubahan psikologikal atau perilaku maladaptif yang signifikan, yang
meningkat dengan penggunaan halusinogen
c) Perubahan persepsi yang terjadi pada keadaan sadar penuh dan awas-waspada, misalnya
depersonalisasi, persepsi subjektif, derealisasi, ilusi, halusinasi, sinkronisasi, yang terjadi
dan meningkat selama atau sesaat sesudah menggunakan halusinogen.
d) Dua atau lebih gejala berikut, yang muncul selama atau sesaat setelah penggunaan
halusinogen:
- Dilatasi pupil
- Takikardi
- Berkeringat
- Palpitasi
- Gangguan penglihatan
- Tremor
- Inkoordinasi gerak

Gejala yang ada tidak disebabkan oleh kondisi medis tertentu dan bukan merupakan
gangguan mental lainnya.11

12
Gangguan Persepsi Menetap LSD (Kilas Balik/Flashback) :
Akibat Gangguan Halusinogenika
Kriteria diagnostik untuk gangguan persepsi menetap akibat halusinogen, yaitu:
a) Adanya pengalaman yang sama, saat menggunakan halusinogen, satu atau lebih gejala
persepsi terkait halusinogen (misalnya halusinasi geometrik, persepsi adanya gerakan
pada lapang pandang perifer, disorientasi warna, gambar bergerak, makropsia dan
mikropsia.
b) Gejala pada kriteria a) menyebabkan distres atau gangguan dalam interaksi sosial,
pekerjaan, atau fungsi lainnya.
c) Gejala yang ada bukan merupakan akibat medikasi lain. Selain kriteria ini, dapat pula
ditemukan:
Delirium Intoksikasi Halusinogenika (Intoksikasi Halusinogenika Akut dengan
Delirium)
Penggunaan Halusinogenika bersama zat lain dapat menimbulkan delirium
tetapi relatif jarang.12

Gangguan Psikotik Akibat Penggunaan LSD


Apabila terdapat gejala psikotik dengan hilangnya daya realitas, maka diagnosis
psikosis dapat ditegakkan. Selain itu, adanya waham dan halusinasi juga dapat menjadi
pertimbangan tambahan. Karena halusinogen dapat memicu toksisitas mental yang serupa
dengan psikosis, maka perlu adanya pembeda antara keduanya, yaitu bahwa gangguan
psikotik paska-penggunaan halusinogen berlangsung lebih dari 48 jam setelah obat
dikonsumsi.
Pasien dapat mengalami psikosis sesaat setelah menggunakan halusinogen atau dapat
pula mengalami periode tanpa gejala hingga beberapa bulan sebelum onset timbul.
Ditandai terutama oleh gejala halusinasi atau waham. Selain itu juga ada bad trip,
berkhayalan buruk, reaksi panik yang berakhir bila efek halusinogenika hilang.
Gangguan Suasana Perasaan (Mood) Akibat Penggunaan Halusinogenika
Gejalanya mirip gejala gangguan manik dan depresi. Gejala-gejalanya mereda setelah efek
halusinogenika hilang.
Gangguan Ansietas Akibat Penggunaan Halusinogenika

13
Gangguan ansietas bervariasi. Pasien-pasien yang datang ke ruang gawat darurat
menunjukkan gejala panik dengan agorafobia.

Ketergantungan Halusinogenika LSD


1. Toleransi dosis
2. Peningkatan konsumsi zat
3. Kegagalan penghentian penggunaan zat
4. Craving halusinogenika
5. Penurunan fungsi psikososial

Pasien yang mengkonsumsi zat halusinogen dapat memberikan gambaran klinis yang
muncul mendadak, adanya halusinasi visual, dan ide-ide paranoid terkait toksisitas
halusinogen. Gambaran klinis ini sering kali sulit untuk dibedakan dengan gambaran klinis
akibat toksisitas agen lainnya, misalnya fensiklidin, antikolinergik, inhalansia, dan sejumlah
obat lainnya. Skrining laboratorium untuk amfetamin, tetrahidrokanabinol, opiat, kokain,
bezodiazepin, dan barbiturat sudah dapat dilakukan untuk membedakan jenis agen.
Halusinasi visual atau pseudohalusinasi hampir selalu terjadi pada berbagai toksisitas,
metabolik, vaskular, epileptik, atau neoplastik pada susunan saraf pusat, disamping
skizofrenia. Hal ini penting untuk membedakan halusinasi yang terjadi adalah akibat bahan
halusinogen atau dari agen lainnya.

Gangguan Kepribadian dan Afektif


Gejala maniakal dengan waham kebesaran atau depresi atau berupa campuran
keduanya. Juga dapat menimbulkan keinginan untuk bunuh diri. Kategori diagnostik untuk
gangguan ini sesuai dengan kriteria untuk gangguan afektif. Semua gejala yang ada
berkenaan dengan penggunaan halusinogen. Tidak seperti gangguan afektif yang dipicu
kokain dan amfetamin, gejala gangguan afektif pada pengguna halusinogen dapat bervariasi.
Pengguna dapat mengalami gejala manik dengan waham kebesaran, atau mengalami
keadaan depresi dengan gejala campuran. Seperti gangguan psikotik akibat halusinogen,
gangguan afektif biasanya mereda bila zat dieliminasi dari tubuh.

14
Gangguan Ansietas
Setelah menimbulkan efek yang menyenangkan, halusinogenika menyebabkan
ketakutan dan gangguan panik.

Delirium
Jarang terjadi akibat penggunaan halusinogenika tunggal, biasanya akibat interaksi
dengan penggunaan zat lain dan timbulnya bersamaan dengan intoksikasi.

Gangguan Non-spesifik lainnya


Penggunaan halusinogen LSD dilaporkan menyebabkan gangguan lobus temporal,
termasuk hiperreligius, disfungsi seksual, dan halusinasi pada umumnya. 12,13

2.4 TERAPI
1) Terapi Intoksikasi Halusinogenika LSD
a) Konseling suportif
i) Mengajak pasien untuk berbicara, meyakinkan pasien, melindungi pasien terhadap
perbuatan yang membahayakan dirinya dan orang lain.
ii) Meyakinkan pasien bahwa gejala-gejala yang disebabkan oleh zat yang digunakannya
akan mereda.
iii) Berikan semangat dengan meyakinkan dan memberitahu tentang orientasi secara
terus-menerus.
b) Tempatkan pasien dalam ruangan yang tenang dan ditemani
c) Observasi tanda vital dan pemeriksaan laboratorium yang menunjang, khususnya
berkaitan dengan skrining toksikologis urine dan darah
d) Terapi simtomatis terhadap gejala fisik
e) Fiksasi bila pasien agitatif
2) Terapi psikofarmaka
a) Obat penenang bila perlu: derivat benzodiazepin misalnya Lorazepam 1-2 mg per
oral untuk pasien yang tidak begitu gelisah, dan secara parenteral untuk pasien
yang sangat agitatif atau paranoid karena biasanya menolak minum obat.
b) Bila agitasi tetap bertahan: antipsikotik Haloperidol 2-5 mg per oral/im.

15
3) Terapi Ketergantungan Halusinogenika LSD
a) Edukasi dan motivasi.
b) Terapi gangguan anxietas
c) Seperti terapi intoksikasi halusinogenika dengan Benzodiazepin.

4) Terapi gangguan afektif


Hentikan pemakaian halusinogenika. Bila perlu diberikan antimanik atau anti depresan.

5) Terapi Delirium
Sama dengan terapi intoksikasi halusinogenika.10
Kasus intoksikasi dapat mengancam nyawa, walaupun tidak ditemukan kegawatan,
setiap kasus intoksikasi harus diperlakukan seperti pada keadaan kegawatan yang
mengancam nyawa.
Penilaian terhadap tanda vital seperti tanda jalan napas, pernapasan sirkulasi dan
penurunan kesadaran harus dilakukan secara cepat dan seksama sehingga tindakan
resusitasi tidak terlambat.

6) Rehabilitasi
Rencana rehabilitasi merupakan kesepakatan antara pecandu narkotika, orang tua, wali atau
keluarga pecandu narkotika dan pimpinan IPWL. Rehabilitasi adalah suatu proses kegiatan
pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.

Proses rehabilitasi medis meliputi asesmen, penyusunan rencana rehabilitasi, program


rehabilitasi rawat jalan atau rawat inap dan program pasca rehabilitasi. Rawat inap sesuai dengan
rencana rehabilitasi yang telah disusun dengan mempertimbangkan hasil asesmen yang meliputi
intervensi medis. Intervensi medis antara lain melalui program detoksifikasi, terapi simtomatik,
dan/atau terapi rumatan medis, serta terapi penyakit komplikasi. Intervensi psikososial dilakukan
melalui konseling adiksi narkotika, wawancara motivasional, terapi perilaku dan kognitif, dan
pencegahan kekambuhan. Pelaksanaan rawat inap meliputi intervensi medis melalui program
detoksifikasi, terapi simtomatik, dan terapi penyakit komplikasi. Intervensi psikosial antara lain
melalui konseling individual, kelompok, keluarga atau vokasional.

16
Terkait putusan pengadilan yang diselenggarakan di fasilitas rehabilitasi medis milik
pemerintah dilaksanakan melalui tahapan program rawat inap awal, program lanjutan dan
program pasca rawat. Program rawat inap awal dilaksanakan minimal 3 (tiga) bulan untuk
kepentingan asesmen lanjutan, serta penatalaksanaan medis untuk gangguan fisik dan mental.
Program lanjutan meliputi rawat inap jangka panjang atau program rawat jalan yang
dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional. Program rawat jalan dilaksanakan sekurang-
kurangnya dua kali seminggu dan dilakukan pemeriksaan urin berkala atau sewaktu.

Keamanan pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika yang sedang dalam proses
peradilan yang sedang menjalani rehabiltasi medis menjadi tanggung jawab penyidik, penuntut
umum atau hakim sesuai tingkat pemeriksaan perkara.10

2.7 PROGNOSIS

Keberhasilan dari penatalaksanaan penyalahgunaan obat/zat memerlukan proses yang sangat


panjang. Resiko tinggi untuk relaps selama terapi hampir selalu ada.

2.8 PENCEGAHAN

Tidak ada metode pencegahan yang sempurna, yang dapat diterapkan untuk seluruh populasi.
Populasi yang berbeda memerlukan tindakan pencegahan yang berbeda pula. Pembagian metode
pencegahan adalah sebagai berikut:

Pencegahan universal, ditujukan untuk populasi umum baik untuk keluarga maupun anak.
Pencegahan selektif, ditujukan bagi keluarga dan anak dengan risiko tinggi. Risiko
tersebut dapat berupa risiko demografis, lingkungan psiko-sosial dan biologis.
Pencegahan terindikasi, ditujukan terhadap kasus yang mengalami berbagai faktor risiko
dalam suatu keluarga yang disfungsional.

Semua upaya pencegahan pada umumnya ditujukan untuk memperbaiki/mengurangi faktor


risiko dan memperkuat faktor protektif dari individu, keluarga dan lingkungannya. Faktor risiko
mempermudah seseorang untuk menjadi pengguna sedangkan faktor protektif membuat
seseorang cenderung tidak menggunakan obat.

17
BAB III
KESIMPULAN

Halusinogen merupakan zat yang dapat menimbulkan efek halusinasi. Efek halusinasi
yang ditimbulkan bukan efek halusinasi sejati. Halusinasi sejati adalah jika penderita percaya
bahwa benda-benda tidak normal yang dilihat dan didengar adalah ada. Pada pengguna zat
adiktif ini mereka masih mengerti bahwa perasaan tidak normal yang timbul pada dirinya adalah
hal yang tidak nyata dan disebabkan oleh obat yang dikonsumsinya. Karena kemampuan dari
zat-zat golongan halusinogen dalam menirukan psikosis-psikosis yang muncul secara alami
sehingga golongan zat halusinogen disebut juga sebagai psikotomimetik, sekalipun keadaan yang
diinduksi oleh bahan-bahan ini tidak betul-betul menyerupai skizofrenia. Halusinogen juga di
kenal sebagai psikedelik, bertindak pada susunan saraf pusat untuk membuat perubahan yang
bermakna dan sering radikal pada keadaan kesadaran pengguna; juga dapat mengacaukan
perasaan kenyataan, waktu dan emosi para pengguna.
Halusinogen terdiri dari psilocybin, LSD,meskalin, PCP,dan masih banyak lagi. Gejala
yang ditimbulkan dari penyalahgunaan halusinogen berupa gejala dari intoksikasi halusinogen,
gangguan persepsi akibat halusinogen, delirium bisa sampai kematian pada penggunaan
berlebihan.
Pengobatan pada pengguna halusinogen lebih diarahkan kepada detoksifikasi dan
rehabilitasi. Dimana pada pengoatan tersebut lebih diutamakan agar terjadinya abstinensia yang
panjang sehingga menyadarkan pengguna bahwa mereka tetap bisa hidup tanpa halusinogen.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Kedua. Universitas Indonesia. P 228-243.


2. Hoffer A, Osmond H. The hallucinogens. Elsevier; 2013 Oct 22.
3. Brezina C. The Truth about Lsd and Hallucinogens. The Rosen Publishing Group; 2013
Dec 15.
4. Marona-Lewicka D, Nichols CD, Nichols DE. An animal model of schizophrenia based
on chronic LSD administration: old idea, new results. Neuropharmacology. 2011 Sep
30;61(3):503-12.
5. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Synopsis of psychiatry. In : Behavioral Sciences/
Clinical Psychiatry. 11th ed. Wolter Kluwer, New York; 2015; 648-56.
6. Kyzar EJ, Collins C, Gaikwad S, Green J, Roth A, Monnig L, El-Ounsi M, Davis A,
Freeman A, Capezio N, Stewart AM. Effects of hallucinogenic agents mescaline and
phencyclidine on zebrafish behavior and physiology. Progress in Neuro-
Psychopharmacology and Biological Psychiatry. 2012 Apr 27;37(1):194-202.
7. Triasmarasari, Joewana, Satya, Wresniwiro. Pusat rehabilitasi bagi pengguna narkoba.
2009. Diunduh pada 30 May 2016. Available from URL: e-
journal.uajy.ac.id/2983/3/2TA12153.pdf
8. NIDA. Drug facts: MDMA (Ecstacy or Molly). Retrieved May 30, 2016, from
https://teens.drugabuse.gov/sites/default/files/drugfacts_mdma_0.pdf
9. Cunningham N. Hallucinogenic plants of abuse. Emerg Med Australas. 2013;20(2):167
174.

10. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Textbook of psychiatry. 9th ed. Wolter Kluwer, New
York; 2009; 1331-40
11. Halberstadt AL. Recent advances in the Neuropsychopharmacology of serotonergic
hallucinogens. Behav Brain Res. 2015 Jan 12;277:99-120.

12. Hermle L, Simon M, Ruchsow M, Geppert M. Hallucinogen-persisting perception


disorder. Ther Adv Psycopharmacol. 2012 .2(5):199-205.
13. First MB, Tasman A. Clinical guide of diagnosis and treatment of mental disorder. 2nd ed.
Wiley Blackwell.USA. 2013. Hal 197-220.

19

You might also like