You are on page 1of 8

TUGAS KHUSUS

NAMA : Hardani Pratama


NIM : 03101003097

ADSORPSI
Adsorpsi adalah suatu proses pemisahan bahan dari campuran gas atau
cair, bahan yang harus dipisahkan ditarik oleh permukaan sorben padatdan diikat
oleh gaya-gaya yang bekerja pada permukaan tersebut.
Berkat selektivitasnya yang tinggi, proses adsorpsi sangat sesuai untuk
memisahkan bahan dengan konsentrasi yang kecil dari campuran yang
mengandung bahan lain yang berkonsentrasi tinggi. Bahan yang akan dipisahkan
tentu saja harus dapat diadsorpsi. Sebaliknya, untuk memisahkan bahan dengan
konsentrasi yang besar lebih disukai proses pemisahan yang lain, karena mahalnya
regenerasi adsorben yang terbebani.
Contoh-contoh adsorpsi :
1. Pengeringan udara atau gas-gas lain
2. Pemisahan bahan yang mengandung racun atau yang berbau busuk dari udara
buang.
3. Pengambilan kembali pelarut dari udara buang.
4. Pemisahan campuran gas untuk memperoleh komponen-komponen gas.
5. Penghilangan warna larutan (misalnya sebelum kristalisasi).
6. Pemisahan bahan organic dari air (bersamaan dengan pemisahan pengotor
berbentuk koloida yang sukar disaring).
7. Pemutihan maupun perbaikan bau dan rasa bahan makanan cair (misalnya
minyak-minyak, lemak-lemak).
Sesuai dengan jenis ikatan yang terdapat antara bahan yang diadsorpsi
dan adsorbennya, maka dibedakan antara adsorpsi fisik dan adsorpsi kimia (sorpsi
kimia).
Adsorpsi fisik dan kimia juga dapat dikenali dari perubahan panas
adsorpsi yang terjadi. Panas adsorpsi pada adsorpsi kimia berada dalam orde
panas reaksi. Sedangkan panas adsorpsi fisik, khususnya pada campuran gas, lebih
besar dan seringkali besarnya 2 3 kali panas kondensasi dari bahan yang
diadsorpsi. Kecepatan adsorpsi tidak hanya tergantung pada perbedaan
konsentrasi dan pada luas permukaan absorben, melainkan juga pada suhu,
tekanan (untuk gas), ukuran partikel dan porositas adsorben. Juga tergantung
pada ukuran molekul bahan yang akan disorpsi dan pada viskositas campuran
yang akan dipisahkan (cairan, gas).
Pemilihan proses adsorpsi yang akan digunakan uuntuk pemsahan
disesuaikan dengan kondisi agregasi campuran yang akan dipisahkan (padat, cair,
gas), konsentarasi bahan yang akan dipisahkan, adsorben yang paling cocok,
metode regenerasi yang diperlukan maupun pertimbangan ekonomi.
A. Adsorben
Adsorben (untuk adsorpsi fisik) adalah bahan padat dengan luas
permukaan dalam uyang sangat besar. Permukaan yang luas ini terbentuk karena
banyaknya pori yang halus pada padatan tersebut. Biasanya luasnya berada dalam
orde 200 1000 m2/g adsorben. Diameter pori sebesar 0,0003 0,02 m.
Tergantung pada tujuan penggunaannya, adsorben dapat berupa granulat
(dengan ukuran butir sebesar mm) atau serbuk (khusus untuk absorpsi campuran
cair).
Regenerasi dilakukan untuk memperbaiki kembali daya adsorpsi dari
adsorbenyang telah dipakai meupun untuk memperoleh kembali bahan yang telah
terabsorpsi. Dalam hal ini bahan yang teradsorpsi dikeluarkan dengan cara
pemanasan, penurunan tekanan, pencucian dengan bahan yang tak dapat
diadsorpsi. Pendesakan dengan bahan yang dapat teradsorpsi lebih baik ataupun
dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut (desorpsi). Untuk mengetahui
regenerasi adsorben yang digunakan untuk adsorpsi campuran yang cair. Hanya
metode pendesakan dan metode ekstraksi yang dapat diterapkan. Bahan ini pada
hakekatnya hanya terdiri atas karbon.
Seringkali beberapa metode regenerasi digabungkan,misalnya pada
regenerasi dengan uap air (yang merupakan bahan regenerasi terpenting)
dilakukan pemanasan (desorpsi) dan pencucian (pengeluaran bahan yang telah
didesorpsi) pada waktu yang bersamaan. Setelah penggunaan uap (pengeluaran
uap), air ang tertinggal harus dibuang, biasanya dengan mengguakan gas kering
(misalnya udara panas).
Adsorben yang digunakan dalam kuantitas kecil ( misalnya dalam filter
topeng gas ) seringkali dibuang bersama dengan bahan yang diadsorpsi (misalnya
dibakar). Hal yang sama juga dilakukan bila oleh beberapa sebab, regenerasinya
(misalnya karena rumit) tidak berfaedah untuk dilaksanakan. Adsorben kemudian
diganti dengan yang segar.
Adsorben yang sering digunakan ialah karbon aktif, silica gel, tapis molekuler
(molecular sieve), tanah kelantang (bleaching earth) dan alumunium oksida.
a. Karbon aktif
Karbon aktif dibuat dari bahan organic yang dapat dikarbonisasi, misalnya
kayu, humus, batu bara coklat, tempurung kelapa. Pada proses seng-khlor,
material yang tidak terkabonisasi direndam dalam larutan seng-khlor. Kemudian
larutan dipanaskan, sehingga baign bahann yang bukan karbon terpisahkan.
Pada proses gas, gas yang dapat mengoksidasi (misalnya kukus pada suhu yang
sangat tinggi) dialirkan ke dalam produk yang telah terkarbonisasi. Hal ini
membuat bahan karbon menjadi longgar.
Pada kedua proses di atas, sorben yang terbentuk mempunyai pori yang halus
dengan luas permukaan yang amat besar. Bahan ini pada hakekatnya hanya terdiri
atas karbon.
Untuk mengatasi masalah adsorpsi yang begitu beragam diperlukan berbagai
jenis karbon aktif, misalnya :
1. Karbon aktif untuk adsorpsi gas dan uap dalam skala teknik
2. Karbon penghilang warna untuk meniadakan warna (maupun untuk
menjernihkan dan memperbaiki rasa) cairan.
3. Karbon topeng gas untuk membersihkan udara bagi pernafasan dari gas dan
uap yang mengandung racun.
4. Karbon pembersih air untuk pengolahan air minum.
5. Karbon obat untuk tujuan terapi
6. Dari segi bentuknya, karbon aktif terbagi atas karbon cetak (misalnya granulat
berbentuk silinder), karbon bongkahan (bentuknya tak teratur) dan karbon
serbuk.yang terakhir ini terutama dimanfaatkan untuk adsorpsi cairan
(penghilangan warna). Karena sifatnya yang hidrofobik, karbon aktif
khususnya sangat sesuai untuk adsorpsi pelarut yang tidak dapat bercampur
dengan air (misalnya benzena).
b. Silika gel
Silika gel terdiri atas silisium dioksida (SiO2) yang berbentuk koloida, hampir
tidak mengandung air dan mempunyai banyak sekali pori yang halus. Bahan ini
dibuat secara sintetik dengan mengolah silikat alkali dengan asam sulfat.
Kemampuan adsorpsi terhadap uap air sangat besar dn karena itu seringkali
digunakan untuk pengeringan gas yang lembab, contohnya pada instalasi
pengeringan udara. Silica gel juga acapkali digunakan untuk menjaga agar kmasan
dan instrumen yang peka terhadap kelembaban tetap kering.
Silica gel yang dilengkapi dengan indicator kelembaban disebut sebagai gel
biru. Dengan indicator ini, yang mempunyai warna reversible yaitu biru (kering)
dan merah jambu (lembab), dapat diketahui apakah adsorben sudah terbebani dan
sudah waktunya harus diregenerasi atau diganti.
Silica gel dapat diregenerasi dengan cara yang sederhana, yaitu dengan
pemanasan pada 120 180 oc. Pemanasan dapat dilakukan secara langsung,
misalnya denganmengalirkan udara panas. Atau secara tidak langsung dengan
perantaraaan alat penukar panas.
c. Tapis molekuler
Tapis molekuler adalah silikat alkali atau silikat alumunium alkali tanah
dengan ukuran lubang dan rongga yang telah tertentu sesuai dengan struktur
kristal bahan. Tapis ini dibuat secara sintetik, misalnya dari natrium silikat, tanah
liat dan natrium hidroksida.
Diameter pori pada tapis molekuler berkisar antara 0,3 1 nm (3 10 Ao) dan
merupakan besaran karakteristik terpenting dari adsorben ini.
Untuk kebutuhan teknik biasanya digunakan tapis molekuler dalam bentuk
batang. Tapis ini dimanfaatkan untuk pengeringan, untuk pembersihan gas dan
cairan, maupun untuk pemisahan campuran gas atau cairan.
Adsorben tunggal (misalnya alumunium oksida) juga dapat bertindak sebagai
pendukung katalis (catalys support). Hal ini disebabkan oleh strukturnya yang
berpori yang membuat luas permukaan kontak menjadi besar, dan juga oleh
terjadinya pengayaan pada permukaan katalis dari komponen-komponen yang
diambil bagian dalam reaksi.
B. Alat- alat Adsorbsi
Sebagian besar adsorpsi teknik dilaksanakan dengan menggunakan unggun
adsorben yang diam (unggun diam). Unggun diam biasanya terdapat dalam
sebuah tangki silinder vertical (adsorber). Unggun dilewati oleh campuran yang
akan dipisahkan (gas atau cair) yang mengalir dari bawah ke atas.
Letak terjadinya proses adsorpsi bergeser dari bawah ke atas unggun, seiring
dengan naiknya pembebanan. Artinya daerah adsorpsi bergerak melewati seluruh
unggun selama berlangsungnya pembebanan. Jika daerah tersebut telah mencapai
ujung atas unggun, terjadilah apa yang disebut penerobosan (breakthrough).
Dalam hal ini kapasitas adsorber telah habis dan konsentrasi bahan yang disorpsi
pada aliran keluar naik secara nyata (perubahan konsentrasi ini harus dicatat
dengan alat ukur).
Jika diinginkan agar adsorpsi berlangsung kontinu, campuran yang akan
dipisahkan harus dialihkan pada adsorber yang kedua (dengan adsorben yang
belum terbebani).adsorber yang pertama bila perlu dapat diregenerasi atau (jika
adsorben yang terbebani itu diinginkan agar dibuang) adsorber dikosongkan dan
diisi baru.
Contoh instalasi adsorpsi untuk mendapatkan kembali pelarut dari gas buang
adalah gas buang yang mengandung pelarut dialirkan melewati sebuah adsorber
yang diisi dengan karbon aktif. Aliran berlangsung dari bawah ke atas dengan
bantuan penghembus. Dalam hal ini pelarut akan diadsorpsi oleh karbon aktif dan
udara yang telah bersih keluar dari atas.
Setelah terjadi penerobosan, yang berarti uap pelarut tidak lagi diadsorpsi dan
aliran gas yang keluar telah mengandung pelarut, maka aliran gas dialihkan
keadsorber yang kedua. Adsorber yang telah terbebani dibilas oleh uap air yang
mengalir secara berlawanan dengan arah pembebanan. Dalam hal ini suhu karbon
aktif naik hingga di atas 100 oC, sehingga pelarut yang telah diadsorpsi dilepaskan
dalam bentuk uap.
Campuran uap air dan uap pelarut diembunkan di luar adsorber. Jika system
menyangkut pelarut yang tidak dapat larut dalam air, pemisahan dapat dilakukan
dengan meggunakan alat pemisah yang dihubungkan dibelakangnya.
C. Absorpsi
Absorpsi ialah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara
pengikatan bahan tersebut pada permukaan sorben cair yang diikuti dengan
perlarutan. Bidang utama penggunaan absorpsi adalah pembersihan gas (misalnya
gas buang) dan pemisahan campuran gas (bertujuan untuk memperolah kembali
komponen). Absorpsi juga memainkan peranan penting dalam kaitannya dengan
proses-proses kimia, misalnya pada pembuatan asam sulfat (absorpsi SO3) dan
asam nitrat (absorpsi NO dan NO2).
D. Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi
pada permukaannya, baik secara fisik ataupun dengan reaksi kimia.
Absorben (juga sering disebut cairan pencuci)harus memenuhi persyaratan yang
sangat beragam. Misalnya bahan itu harus:
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diadsorpsi yang sebesar mungkin
(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil)
2. Sedapat mungkin sangat selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Sedapat mungkin tidak korosif
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis
7. Murah
Absorben yang sering digunakan adalah air (untuk gas-gas yang dapat larut,
atau untuk pemisahan pertikel debu dan tetesan cairan), natrium hidroksida (untuk
gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asamsulfat (untuk gas-gas yang
dapat bereaksi seperti basa).
E. Alat-alat absorpsi
Alat absorpsi, disebut juga absorber, adalah tempat campuran gas dan
absorben dikontakkan satu sama lain secara intensif, biasanya dalam arah yang
berlawanan.
Besarnya absorber (juga kuantitas absorben yang diperlukan) tidak hanya
ditentukan oleh jumlah gas yang akan diolah, melainkan juga oleh daya
melarutkan dari absorben dan kecepatan pelarutan.
Absorpsi kimia misalnya sering berlangsung begitu cepatnya, sehingga
diperlukan jumlah tahap yang lebih sedikit daripada absorpsi fisik (alat menjadi
lebih kecil).
Alat-alat absorpsi yang terpenting adalah alat pencuci,. contoh:
1. Menara pencuci dan menara linang
2. Pencuci pusaran
3. Pencuci pancaran
4. Pencuci rotasi
5. Pencuci venturi
6. Alat pemisah loncatan tekanan
DAFTAR PUSTAKA

Bismar, 2012,kerja praktek , [pdf],


(syelviapoe3.wordpress.com/2008/07/10/kerja-praktekkerja-praktek/ diakses
tanggal 1 April 2013)

Munhar , 2011, adsorpsi, [pdf], (www.oocities.org/mandor01/adsorpsi.pdf


/ diakses tanggal 1 April 2013)

You might also like