You are on page 1of 3

DIAGNOSIS KARSINOMA REKTUM

a. Anamnesis
Seringkali gejala awal yang timbul tidak signifikan, sehingga pasien cenderung tidak
melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan diagnosis terlambat untuk ditegakkan. Gejala awal
dari kanker rektum adalah perdarahan, tenesmus, dan diare terutama pada dini hari. Perdarahan
merupakan gejala awal yang paling sering terjadi, dan tidak ada waktu spesifik kapan gejala
ini timbul. Perdarahan sering kali hanya sedikit, dan timbul di akhir defekasi. Seringkali hanya
diketahui dari adanya flek pada pakaian dalam. Tenesmus atau perasaan ingin defekasi
biasanya terjadi beberapa kali dalam sehari, disertai flatus dan sedikit mukus bercampur darah.
Tenesmus ini kemudian dapat berlanjut sebagai diare bercampur darah terutama pada dini hari
. Tenesmus biasanya berkatian dengan tumor pada distal rektum, sedangkan diare pada dini
hari berkaitan dengan tumor pada ampula rektum (Williams, 2013).
Gejala lanjutan dari kanker rektum adalah nyeri yang biasanya berkaitan dengan tumor
pada rektosigmoid dan timbul karena adanya obstruksi usus. Ketika tumor sudah berupa ulcer
dan menginvasi prostat atau kandung kemih, maka nyeri yang timbul akan semakin berat.
Nyeri punggung atau skiatika muncul ketika tumor sudah menginvasi pleksus sakralis.
Penurunan berat badan menandakan adanya metastasis ke hepar (Williams, 2013).
b. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk menilai adanya gejala obstruksi usus besar yang
biasanya ditemukan bila tumor sudah mencapai rectosigmoid junction. Dalam tingkatan yang
lebih jauh, dapat dipalpasi adanya metastasis ke hepar. Beberapa kasus neoplasma dapat
diketahui dari permeriksaan rectal toucher. Dalam pemerikaan bimanual, kanker yang terdapat
pada rectosigmoid junction dapat teraba, dan ketika jari sudah kontak langsung dengan kanker,
biasanya akan tampak bercak darah atau cairan mukopurulen bercampur dengan darah. Pada
kanker yang berbentuk ulcer di 1/3 distal rektum dan menginvasi nodus limfe, biasanya akan
teraba sedikit keras, mesorektum bengkak di posterior atau posterolateral, di atas tumor. Pada
wanita, pemeriksaan vagina juga perlu dilakukan ketika tumor dicurigai berada pada dinding
anterior vagina, dengan satu jari masuk di vagina, dan satu jari lainnya di rektum (Williams,
2013).
Gambar 4. Posisi pada Pemeriksaan Rectal Toucher.

Proktosigmoidoskopi selalu dilakukan pada kasus karsinoma dengan memastikan bahwa


rektum bebas dari feses sebelum melakukan pemeriksaan. Biopsi dilakukan dengan
menggunakan forsep biopsi melalui sigmoidoskopi. Jaringan yang dibiopsi adalah yang berada
di tepi tumor, namun jika memungkinkan dapat diambil jaringan pada bagian tengah tumor.
Pemeriksaan kolonoskopi dapat dilakukan apabila memungkinkan untuk membedakan
adenoma dan karsinoma (Williams, 2013).

Gambar 5. Proktoskopi dan Sigmoidoskopi.

Pemeriksaan ini memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi polip dengan
ukuran yang kecil sekalipun (<1 cm) dan memungkinkan untuk dilakukan biopsi, polipektomi,
kontrol perdarahan, dan dilatasi striktur. Sebelum dilakukan kolonoskopi perlu dilakukan
persiapan untuk membersihkan kolon terlebih dahulu. Jika ditemukan karsinoma, maka
investigasi lebih lanjut dengan kolonoskopi untuk melihat kolon proksimal tidak dapat
dilakukan. Dapat juga dilakukan pemeriksaan menggunakan CT kolonografi, barium enema,
CEA (Carcionembrionic Antigen), faal hepar dan ginjal, Transrectal Ultrasonography
(TRUS), MRI, dan fecal occult bleeding test (Williams, 2013).
Gambar 6. Pemeriksaan Rektum dan Pencapaiannya.

You might also like