You are on page 1of 32

ALAT TANGKAP LIFT NET

MAKALAH ALAT DAN KAPAL PENANGKAP IKAN

Oleh : Kelompok 8 / Perikanan B


Afifah Shabirah NPM.230110150085
Tanti Rinjani NPM.230110150143
Raudatu Fiqro S NPM.230110150122
M. Syaiful Islam NPM.230110150131
Indah Ayu Lestari NPM.230110150069
M. Abdul Habibii NPM.230110150133

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN

JATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah Alat dan
Kapal penangkap Ikan dengan judul : Alat Tangkap Lift Net.
Penyusunan makalah ini bertujuan guna memenuhi tugas mata kuliah Alat dan
Kapal penangkap Ikan. Kami mengharapkan dengan adanya makalah ini dapat
memberikan pengalaman maupun pelajaran yang berarti bagi siapa saja yang
membacanya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan inspirasi dan referensi dalam proses penyelesaian makalah ini. Semoga
segala amal baik terhadap penyusunan makalah ini mendapat balasan yang berlipat
dari Allah SWT.
Kami menyadari akan keterbatasan serta kemampuan yang dimiliki, sehingga
sudah tentu dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

BAB Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 4
1.2 Tujuan .......................................................................................... 5
1.3 Manfaat .......................................................................................... 5
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi dan Nama Daerah Alat Tangkap Lift Net ................... 6
2.2 Gambar Konstruksi dan Bagian Alat Tangkap ........................... 7
2.3 Bahan yang Digunakan Alat Tangkap Lift Net .......................... 7
2.4 Jumlah Nelayan dan Bagiannya................................................... 6
2.5 Ukuran Kapal (Dimensi, GT) ..................................................... 7
2.6 Alat Bantu Penangkapan ............................................................ 6
2.7 Hasil Tangkapan Menggunakan Lift Net ................................... 7
2.8 Inovasi Alat Tangkap .................................................................. 7

III KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama dilakukan oleh
manusia. Menurut sejarah sekitar 100.000 tahun yang lalu manusia Neanderthal
(Neanderthal man) telah melakukan kegiatan penangkapan dengan menggunakan
tangan kemudian profesi ini berkembang terus secara perlahan-lahan
dengan menggunakan berbagai alat yang masih sangat tradisional yang terbuat dari
berbagai jenis bahan seperti batu, kayu, tulang, dan tanduk.
Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai
2/3 dari seluruh luas wilayah Indonesia. Luas perairan yang mencapai 5,8 juta km2
yang terbagi atas perairan teritorial 0,3 juta km2, perairan nusantara 2,8 juta km2 dan
zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 2,7 juta km2. Dari data yang diperoleh, pemanfaatan
potensi sumber daya perikanan di wilyah Indonesia baru mencapai setengah dari
potensi lestari yang dimiliki. Berdasarkan hasil evaluasi, potensi lestari sumber daya
perikanan mencapai kurang lebih 4,5 juta ton/tahun dan potensi ZEE sebesar 2,1 juta
ton/tahun.
Sejak permintaan dunia akan sumber protein hewani khususnya ikan meningkat,
upaya untuk meningkatkan kemampuan tangkap alat penangkapan ikan terus
diupayakan, baik dari sisi teknologi bahan alat penangkapan ikan, metode
penangkapan ikan, maupun teknologi alat bantu penangkapan ikannya. Kompetisi
yang makin tinggi antar nelayan penangkap ikan mendorong nelayan untuk
mengoperasikan alat tangkap yang lebih efektif dan efisien.
Salah satu bentuk teknologi penangkapan ikan yang dianggap sukses dan
berkembang dengan pesat pada industri penangkapan ikan sampai saat ini adalah
penggunaan alat bantu cahaya untuk menarik perhatian ikan dalam proses
penangkapan Bagan merupakan salah satu alat tangkap yang menggunakan alat bantu
cahaya. Menurut Brandt (1984), bagan diklasifikasikan kedalam lift net atau jaring
angkat yang dalam pengoperasiannya menggunakan aktraktor cahaya lampu sehingga
ikan yang menjadi tujuan penangkapannya adalah ikan yang berfototaksis positif.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui deskripsi dan nama daerah alat tangkap Lift Net
b. Untuk mengetahui konstruksi dan bagian alat tangkap
c. Untuk mengetahui gambar konstruksi Lift Net
d. Untuk mengetahui bahan yang digunakan alat tangkap Lift Net
e. Untuk mengetahui jumlah nelayan dan bagiannya
f. Untuk mengetahui ukuran kapal (Dimensi, GT)
g. Untuk mengetahui alat bantu penangkapan
h. Untuk mengetahui hasil tangkapan menggunakan Lift Net
i. Untuk mengetahui inovasi alat tangkap

1.3 Manfaat
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat:
a. Mengetahui deskripsi dan nama daerah alat tangkap Lift Net
b. Mengetahui konstruksi dan bagian alat tangkap
c. Mengetahui gambar konstruksi Lift Net
d. Mengetahui bahan yang digunakan alat tangkap Lift Net
e. Mengetahui jumlah nelayan dan bagiannya
f. Mengetahui ukuran kapal (Dimensi, GT)
g. Mengetahui alat bantu penangkapan
h. Mengetahui hasil tangkapan menggunakan Lift Net
i. Mengetahui inovasi alat tangkap
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi dan Nama Daerah Alat Tangkap Lift Net


Jaring angkat (lift net) adalah suatu alat penangkapan yang pengoprasiannya di
lakukan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal, Alat ini terbuat dari
nilon yang menyerupai kelambu, ukuran mata jaringnya relative kecil yaitu 0,5cm.
Bentuk alat ini menyerupai kotak, dalam pengoprasiannya sering menggunakan alat
bantu lampu atau umpan sebagai daya tarik ikan. Berdasarkan wilayah dan
kebutuhannya, Jaring angkat memiliki berbagai bentuk diantaranya yaitu :
Bagan tancap (stationary lift nets)
Bagan tancap adalah alat penangkap ikan terdiri dari susunan bambu berbentuk
persegi empat yang ditancapkan dengan konstruksi tetap sehingga berdiri kokoh di
atas perairan dan pada bagian tengah bangunan dipasang jaring yang berfungsi
sebagai alat untuk menangkap ikan, dioperasikan dengan cara diangkat. Alat tangkap
ini pertama kali diperkenalkan olah nelayan Bugis Makasar pada tahun 1950_an.
Berdasarkan cara pengoprasiannya, bagan tancap dikelompokkan kedalam jaring
angkat (Lift net) (Subani dan barus, 1989).
Alat tangkap bagan tancap dioperasikan pada perairan dangkal sekitar pantai.
Konstruksi dasar perairannya harus berupa pasir atau lumpur karena sebagai
penancap tiang pancang dari bagan tersebut. Kedalaman perairan itu sendiri berkisar
antara 8 hingga 15 meter dari permukaan laut. Untuk daerah pengoperasian yang
sering menggunakan bagan tancap ini adalah di Teluk Banten, Pelabuhan Ratu di
Sukabumi, Utara Jawa, dan sebagian ada di Sulawesi Selatan (Subani dan Barus,
1989).

Gambar 1. Bagan Tancap


Image 2012
Bagan perahu (boat lift nets)
Bagan perahu (boat lift nets) adalah alat penangkap ikan yang dioperasikan
dengan cara diturunkan ke kolom perairan dan diangkat kembali setelah banyak ikan
di atasnya, dalam pengoperasiannya menggunakan perahu untuk berpindah-pindah ke
lokasi yang diperkirakan banyak ikannya. Bagan perahu diklasifikasikan ke dalam
kelompok jaring angkat (lift nets) (Subani dan Barus 1989).

Gambar 2. Bagan Perahu


Image 2013

Jaring Angkat Anco (Portable lift nets)


Jaring Angkat Anco (Portable lift net) adalah jaring angkat yang dipasang
menetap di perairan, berbentuk empat persegi panjang, terdiri dari jaring yang
keempat ujungnya diikat pada dua bambu yang dibelah dan kedua ujungnya
dihaluskan (diruncingkan) kemudian dipasang bersilangan satu sama lain dengan
sudut 90 derajat. Berdasarkan cara pengoperasiannya, anco tetap diklasifikasikan ke
dalam kelompok jaring angkat (lift nets) (Subani dan Barus 1989).
Anco atau portable lift net termasuk alat tangkap yang sangat sederhana,terbuat
dari bambu sebagai alat untuk menaik dan merunkuan jaring,mata jarring anco
relative lebih kecil karena tujuan penangkapan ikan adalah ikan- ikan kecil seperti
ikan petek, lebar jaring anco sangat bervariasi dari 1 m dan ada pula yang sampai 5
m. Alat ini bila di oprasikan harus dengan bantuan lampu atau umpan untuk menarik
ikan (Subani dan Barus 1989).
Gambar 3. Jaring angkat anco
Image 2013

Jaring Angkat Bandrong (Bouke ami)


Jaring bandrong adalah jaring angkat berbentuk empat persegi panjang atau
bujur sangkar yang ujung-ujung salah satu sisinya diikat pada patok atau tiang
pancang, sementara ujung yang lain dipasang tali untuk proses pengangkatan.
Berdasarkan cara pengoperasiannya, jaring bandrong diklasifikasikan ke dalam
kelompok jaring angkat (lift nets). Alat tangkap ini berbentuk jaring persegi empat,
berukuran mulai dari 8-12 m yang cara pengoprasiannya dilakukan dengan
menurunkan dan mengangkatnya secara vertical dari sisi kapal. Dalam
pengoprasiannya menggunakan alat tangkap bantu lampu dan umpan sebagai alat
bantu untuk mengumpulkan gerombolan ikan,dengan tujuan menangkap ikan
fototaksis positif,alat ini mempunyai mata jaring yang relative kecil (Subani dan
Barus 1989).

Gambar 4. Jaring Bandrong


Image 2010
Bagan rakit (raft lift net)
Bagan rakit (raft lift net) adalah suatu alat penangkap ikan yang dioperasikan
dengan cara menurunkan jaring ke kolom perairan kemudian diangkat apabila sudah
banyak ikan di atasnya, bagian bawah berbentuk rakit seingga dapat berpindah-
pindah ke lokasi yang terdapat banyak ikan. Bagan rakit diklasifikasikan ke dalam
kelompok jaring angkat (lift nets) (Subani dan Barus 1989).

Gambar 5. Bagan apung rakit


Image 2012

2.2 Gambar Konstruksi dan Bagian Alat Tangkap


Konstruksi alat tangkap jaring angkat memiliki berbagai macam sesuai jenis
alat tangkap jaring angkat (lift net) yang digunakan. Diantaranya yaitu :
Bagan tancap (stationary lift nets)
Bagan tancap pada umumnya tersusun atas dua bagian yaitu bangunan bagan
dan jarring bagan.Bangunan bagab biasanya terdiri dari rumah bagan,pelataran bagan
dan tiang pancang.Semua bangunan bagan terbuat dari bambu karena bahan ini
memiliki keunggulan yaitu tahan terhadap resapan air laut sehingga umur bangunan
bagan dapat bertahan lama.Biasanya bagian bagan berukuran 9x9 meter, namun ada
juga yang berukuran hingga 12x12 meter, sedangkan tinggi bangunan dari permukaan
air laut rata-rata 12 meter (Iskandar 2001).
Kontruksi bagan tancap yang selanjutnya adalah jaring bagan, jaring bagan di
letakkan di tengah bangunan bagan, jaring bagan ini terbuat dari poly prophylene atau
yang di sebut dengan waring.Ukuran jarring bagan sendiri yaitu 7x7 meter dengan
ukuran mata jarringnya yaitu 0,4 cm,jaring bagan di lengkapi dengan binkai yang
terbuat dari bambu dan gelang pengikat jaring yang berfungsi untuk memudahkan
papada saat pengoprasian alat tangkap (Ayodyoa,1981).

Gambar 6. Konstruksi Bagan Tancap


Image 1975

Bagan perahu (boat lift nets)


Secara umum konstruksi unit penangkapan bagan perahu terdiri atas kerangka
kayu, waring atau jaring (dari bahan polyethylene) serta perahu bermotor sebagai alat
transportasi di laut. Pada bagan terdapat alat penggulung atau roller yang berfungsi
untuk menurunkan atau mengangkat jaring (Subani dan Barus 1989 diacu dalam
Takril 2005). Ukuran untuk alat tangkap bagan perahu beragam mulai dari panjang =
13 m; lebar = 2,5 m; tinggi = 1,2 m hingga panjang = 29 m; lebar = 29 m; tinggi = 17
m.
Mata jaring bagan perahu umumnya berukuran 0,5 cm (Sudirman 2003 diacu
dalam Takril 2005). Ukuran mata jaring ini berkaitan erat dengan sasaran utama ikan
yang tertangkap, yaitu teri yang berukuran kecil. Jika ukuran mata jaring terlalu
besar, maka ikan tersebut tidak tertangkap. Menurut kelompok kami, parameter
utama dari bagan perahu adalah ukuran mata jaring.
Ukuran alat tangkap jaring angkat perahu sangat beragam mulai dari panjang =
13 m, lebar = 2,5 m, tinggi = 1,2 m hingga panjang = 29 m,lebar = 29 m, tinggi = 17
m, mata jaring bagan perahu umumnya perukuran 0,5 cm, Sedangkan ukuran mata
jaring berkaitan erat dengan sasaran utama ikan yang mau di tangkap, Ketika mau
menangkap teri yang berukuran kecil harus menggunkan mata jaring yang lebih kecil,
Jika mata jaring terlalu besar maka ikan tersebut tidak akan tertangkap (Subani W.
1970).

Gambar 7. Konstruksi Bagan Perahu


Image 2012
Jaring Angkat Anco (Portable lift nets)
Anco adalah jaring angkat yang bentuknya sederhana sekali. Tersebut pertama
(pecak) untuk perikanan laut memang tidak ada artinya apa-apa, tetapi yang tersebut
kedua masih banyak digunakan yaitu di pantai-pantai, muara sungai dan teluk-teluk
yang relatif dangkal. Disebut cross nets(cross.lift-nets) atau kruis net (bahasa
Belanda) karena dalam hal terbukanya jaring menggunakan dua buah belahan bambu
yang kedua ujungnya dihaluskan (diruncingkan) kemudian dipasang bersilangan satu
sama lain dengan sudut 90 derajat yang selanjutnya pada ujung-ujungnya diikatkan
jaring tersebut. Jaring berbentuk bujur sangkar yang besar kecilnya ukuran tergantung
dari kebutuhan. Namun untuk anco (hancau) umumnya berukuran 3 x 3 rn. Bahan
jaring unumnya dibuat dari benang katun, dengan besar mata (#) 1 cm untuk
bagian yang di tengah dan 1,5 cm untuk yang di pinggir. Pada waktu penangkapan
pada anco ini rnasih dilengkapi tangkai panjang 3 inci, jumlahnya l-2 buah
tergantung besar-kecilnya anco yang digunakan. Disamping itu juga tali untuk
pengangkatan. Penangkapan dilakukan di tepi-tepi pantai, muara-muara sungai.
Kadang-kadang anco ini dipasang pada rakit bambu yang dengan demikian daerahnya
bisa berpindah-pindah.

Gambar 8. Konstruksi Bagan Anco


Image 2013
Jaring Angkat Bandrong (Bouke ami).
Secara garis besar, konstruksi utama jaring bandrong dibagi menjadi dua
bagian, yaitu jaring dan bangunan. Jaring bandrong berbentuk trapezium dan cekung
seperti mangkuk. Jaring terbuat dari benang kapas atau polyethylene dengan
diameter benang 0,5-2 mm. Pada jaring bandrong terdapat jaring tambahan
berbentuk segi empat panjang yang dipasang pada sisi kanan dan kiri jaring utama
yang disebut jala-jala, berfungsi sebagai pintu penutup sebelum bibir jaring utama
terangkat ke permukaan air. Ukuran mata jala-jala antara 10-12 cm. Untuk
menambah kecepatan tenggelamnya jaring, di bagian tengah jaring utama diikatkan
beberapa buah pemberat yang terbuat dari timah atau batu sungai dengan massa tiap-
tiap pemberat yaitu 0,5-1,5 kg dan jumlahnya bervariasi sesuai dengan besarnya
jaring (Assir 1986).
Jaring bandrong dibuat dari waring (banding rebon) atau waring karuna, atau
dari benang katun (banrong). Jaring bandrong berbentuk bujur sangkar, umumnya
berukuran 18 x 18 m. Pada waktu pengoperasian, jaring bandrong dilengkapi tali
untuk pengangkatan jaring (Subani dan Barus 1989). Menurut kelompok, kami
parameter utama pada jaring bandrong adalah ukuran mata jaring.

Gambar 9. Konstruksi Bouke Ami


Image 2012
Bagan Rakit (raft lift net)
Bagan rakit adalah jaring angkat yang dalam pengoperasiannya dapat
dipindah-pindah di tempat-tempat yang diperkirakan banyak ikannya. Seperti halnya
bagan tancap pada bagan rakit ini juga terdapat anjang-anjang. Pada kanan-kiri
bagian bawah rumah bagan ditempatkan rakit dan bambu sebagai alas (landasan)
rumah bagan sekaligus merupakan alat apung. Disarnping rakit dan bambu dapat juga
digunakan dua buah prahu yang selanjutnya ia apat disebut sebagai bagan perahu
beranjang-anjang (Subani, 1989).
Konstruksi bagan rakit biasanya terbuat dari bambu. Masing-masing rakit
dibuat dari 32 batang bambu yang dirangkai menjadi empat lapis tersusun dari atas ke
bawah, sehingga tiap-tiap lapis terdiri dari delapan bambu. Bambu untuk rakit
biasanya berdiameter 10-12 cm dan panjang 8 m. Pada tiap rakit dipasang lima buah
tiang bambu keatas, tingginya 2 m berderet dari muka ke belakang. Kedua baris tiang
ini saling dihubungkan dengan bambu yang panjangnya 8 m sehingga di atas rakit ini
terbentuklah sebuah pelataran (Dulgofar et al. 1988).
Untuk menjaga keseimbangan serta memperkokoh kedua buah rakit ini,maka
disisi kiri dan kanan rakit dihubungkan dengan dua buah bambu yang berukuran agak
besar atau dapat dilakukan dengan merangkapkan bambu yang menghubungkan
kedua rakit tersebut (Dulgofar et al. 1988).
Komponen alat tangkap ikan bagan rakit terdiri dari jaring bagan dan rumah
bagan (anjang-anjang). Pada bagan terdapat alat penggulung atau roller yang
berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring (Subani dan Barus 1989).
Ukuran untuk alat tangkap bagan rakit beragam mulai dari panjang = 13 m; lebar =
2,5 m; tinggi = 1,2 m hingga panjang = 29 m; lebar = 29 m; tinggi = 17 m. Menurut
kelompok kami, parameter utama dari bagan rakit adalah ukuran mata jaring.

Gambar 10. Konstruksi Bagan Rakit


Image 1975
2.3 Bahan dan Alat yang Digunakan Alat Tangkap Lift Net
Alat tangkap lift net menggunakan beberapa bahan untuk membangun
konstruksi alat tangkap yang baik sesuai jenisnya, diantaranya yaitu:
Bagan tancap (stationary lift nets)
Bagan tancap merupakanbagan yang dipasang secara menetap di perairan
terdiri dari bambu yang dipasan g secara membujur dan melintang.bammbumeupakan
komponen utama dari bangunan bagan tancap. Bahan tersebut mudah diperoleh
nelayan dan harganya pun tergolong murah. Jumlah bamboo yang digunakan
bergantung pada kedalaman perairan bagan tersebut beroperasi. semakin dalam
perairan maka jumlah bamboo yang digunakan semakin banyak karena bamboo
tersebut harus disambung. Secara umum jumlah bervariasi antara 135-200 batang.
Bambu tersebut merupakan komponen utama dalam menopang berdirinya alat
tangkap bagan tancap di perairan.
Komponen lain yang dugunakan adalah waring. Waring dipasang pada bagian
tengah bagan yang berfungsi untuk menangkap ikan yang masuk ke catchable area.
Bahan waring ini terbuat dari bahan polypropylene (PP) yang mudah diperoleh di
toko - toko nelayan, dari sudut kelestarian sumber daya ikan maka salah satu masalah
yang timbul dalam pemanfaatan alat tangkap bagan tancap adalah penggunaan waring
dengan ukuran mata jarring (mesh size) yang sangat kecil yaitu 0,5 cm sehingga alat
tangkap ini menangkap ikan dalam berbagai jenis dan ukuran. Dari sudut konservasi
hal ini dapat minimbulkan permasalahan lingkungan karena dinilai kurang selektif.
Oleh sebab itu, perlunya dilakukan penelitian yang mendalam pada bagan tancap
terutama hal -hal yang berhubungan dengan keramahan lingkungannya.
Bagan perahu (boat lift nets)
Komponen-komponen tersebut adalah perahu / kapal, katir (tangan bagan),
roller / putaran, jaring, bingkai jaring dan tenaga penggerak. Kapal / perahu pada
bagan perahu terbuat dan kayu. Kayu untuk membuat kapal / perahu berasal dari
daerah setempat seperti kayu jati (Tectol1a gral1dis) , mentanggar laut I tau
(Calophyllum il1ophyllum), medang air I pancar (Alseodaphl1e umbelliflora) dan
kesambi (Schleichera oleosa). Ukuran kapal / perahu bagan perahu yaitu panjang 13 -
14,5 m, lebar 2 - 3 m dan dalam 1 - 1,5 m. Kapal / perahu dilengkapi dengan ruang
kemudi dan ruang tidur. Kapal / perahu digerakkan dengan menggunakan mesin
Yanmar TS dan Kubota berkekuatan antara 15,5 - 25 PK. Pada bagan perahu terdapat
lima batang balok kayu sebagai tangan katir yang membentang melebar kapal/perahu.
Tangan katir diperkuat dengan balok kayu yang dipasang memanjang pada ujung dan
bagian tengah tangan katir. Di bawah ujungujung tangan katir terpasang eadik yang
terbuat dari bahan bambu. Cadik dan katir dihubungkan oleh kayu siku (tengko).
Pemutar pada bagan perahu ada empat yaitu pemutar jaring, pemutar jangkar,
pemutar tali pepuru dan pemutar tempat menyimpan jaring. Jaring pada bagan perahu
ada dua yaitu jaring monofilamen Garing biasa) terbuat dari bahan polyethylene (PE)
dengan mesh size 0,6 em dan jaring multifilament Garing pukat) terbuat dari bahan
polyamide (PA) dengan mesh size 1,2 em, berdiameter sarna yaitu 0,33 mm.

Jaring Angkat Anco (Portable lift nets)


Dalam hal terbukanya jaring, anco tetap menggunakan dua buah belahan
bambu yang kedua ujungnya dihaluskan (diruncingkan) kemudian dipasang
bersilangan satu sama lain dengan sudut 90 derajat yang selanjutnya pada ujung-
ujungnya dikaitkan pada jaring. Jaring berbentuk bujur sangkar, umumnya berukuran
3 x 3 m. Bahan jaring umumnya dibuat dari benang katun, dengan besar mata jaring
1 cm untuk bagian yang tengah dan 1,5 cm untuk yang dipinggir. Pada waktu
pengoperasian, anco tetap dilengkapi tali untuk pengangkatan dan tangkai panjang
3 m, jumlahnya 1-2 buah tergantung besar kecilnya anco yang digunakan (Subani dan
Barus 1989).
Jaring Angkat Bandrong (Bouke ami)
Rancang bagan alat tangkapp bagan Rambo bebrbeda dengan bagan
biasa.Komponen-komponen lebih kompleks dengan konstruksi yang lebih kuat dan
spesifik berdasarkan tujuan penangkapan.Satu unit bagan Rambo terdiri dari beberapa
komponen yang saling berhubungan. Komponen-komponen tersebut adalah sebagai
berikut(Sudirman,2003;Sudirman dan Made,2005):
a) Perahu
Perahu pada bagan Rambo dapat dibagi atas 2 jenis,yaitu perahu utama (main
boat) berfungsi sebagai penopang utama bangunan bagan dan perahu pengantar
(towing boat). Perahu utama berbentuk pipih memanjang dengan dimensi LXBXD
29,0 m x 2,53 m x 2,43 m, dimana haluan dan buritan bentuknya sama. Jenis kayu
yang digunakan antara lain adalah kayu bayang (Intsia bijuga) dan kayu meranti
(Shorea spp). Perahu ini dilengkapi dengan jangkar dengan ukuran panjang 2 m dan
berat kurang lebih 200 kg. Perahu ini tidak memiliki ruang kemudi karena tidak
dilengkapi dengan alat penggerak sendiri berupa mesin atau layer.

b) Rangka

Ukuran panjang dan lebar rangka berbeda-beda untuk setiap bagan


Rambo,bergantung pada ukuran unit bagan Rambo.Umumnya bagan Rambo
mempunyai ukuran rangka masing-masing 32x30 m. Balok kayu rangka melintang
pada perahu dengan uuran 15x 10 cmdan panjangnya paling kurang 17 meter
perbatangan.Jumlah balok kayu yang membentang adalah 24 buah,sedangkan balok
kayu yang membujur jumlahnya 23 buah ukurannya 5x12 cm.Untuk menghubungkan
antara ujung tangan rangka dengan cdik digunakan kayu siku.Namun demikian ada
pula yang tidak menggunakan kayu siku.Cadik diikat pada ujung tangan rangka
dengan dengan tali monofilament.Jarak antara cadik dan ujung tangan rangka adalah
3 m.

Untuk menahan rangka bagan,maka pada bagian tengah perahu dipasang 2 buah
tiang yang terbuat dari kayu jati(Tectons grsndis)berbentuk bulat dengan tinggi 13 m
dan diameternya 30 cm.Pada tiang ini diikatkan kawat baja sebagai penggantung
sebanyak 286 buah,dimana setiap kawat akan akan mengikat satu bagian dari rangka
bagan.Pemasangan kawat penggantungini diusahakan menyebar rata agar keuddukan
rangka bagan lebih kuat dan stabil.Kawat baja ini mempunyai diameter 6 mm dengan
panjang setiap kawat masing masing 7-15 m,bergantung pada jarak tiang dengan
rangka bagan .
c) Jaring
Jaring pada bagan Rambo berbentuk seperti kelambu terbalik.Terbuat dari bahan
waring berwarna hitam (polypropylene) dengan mesh size 0.5 cm.Pada bagian tepi
jarring dipasang tali ris sebagai penguat pinggiran jarring dengan diameter 1cm yang
terbuat dari bahan polyethylene.Ukuran panjang dan lebar jarring pada bagan Rambo
masing-masing 29 X29 cmdengan dalam 17,5 m.Pada setiap sudut bingkai jarring
diberi batu yang beratnya 17-20 kg yang dihubungkan dengan roller untuk menahan
agar jarring tidak terbawa oleh arus.
Agar jaring dapat berbenntuk sebagai kerangka dan mulut jarring tetap terbuka
pada saat operasi penangkapan,maka bagian tepi jarring dipasang bingkai dari kayu
bakau(Rhisopora sp) dengan panjang 6-7m dengan diameter berukuran 7,5 cm.Kayu
ini disambung satu dengan yang lainnya sesuai dengan panjang dan lebar mulut
jarring.Pada bingkai tersebut dipasang jarring dan tali penggantung yang
dihubungkan ke roller jarring.Dalam satu unit bagan Rambo luas jarring yang
digunakan berkisar antara 3500-4000m2
d) Rumah bagan
Di atas perahu bagan terdapat rumah bagan yang terbentuk 4 persegi panjang
dengan ukuranpanjang 7,25 m,lebar 3,89 mdan tinggi 1,88 mdan panel lampu,genset
dan peralatan-peralatan lainnya.
e) Alat-alat bantu lainnya
Alat-alat lain yang ada pada alat tangkap bagan Rambo adalah alat bantu dalam
memperlancar kegiatan operasional bagan Rambo,antara lain radiao
komunikasi,keranjang,peti,serok.

Bagan Rakit (raft lift net)


Bagan rakit biasanya terbuat dari bambu. Masing-masing rakit dibuat dari 32
batang bambu yang dirangkai menjadi empat lapis tersusun dari atas ke bawah,
sehingga tiap-tiap lapis terdiri dari delapan bambu. Bambu untuk rakit biasanya
berdiameter 10-12 cm dan panjang 8 m. Pada tiap rakit dipasang lima buah tiang
bambu keatas, tingginya 2 m berderet dari muka ke belakang. Kedua baris tiang ini
saling dihubungkan dengan bambu yang panjangnya 8 m sehingga di atas rakit ini
terbentuklah sebuah pelataran (Dulgofar et al. 1988).
Untuk menjaga keseimbangan serta memperkokoh kedua buah rakit ini,maka
disisi kiri dan kanan rakit dihubungkan dengan dua buah bambu yang berukuran agak
besar atau dapat dilakukan dengan merangkapkan bambu yang menghubungkan
kedua rakit tersebut (Dulgofar et al. 1988).

2.4 Jumlah Nelayan dan Bagiannya


Pada tiap jenis alat penangkap, dibutuhkan nelayan tergantung kondisi dan alat
penangkapnya, diantaranya yaitu:
Bagan tancap (stationary lift nets)
Untuk mengoperasikan bagan tancap diperlukan 2-3 orang nelayan yang bertugas
menghidupkan dan mematikan lampu serta menurunkan dan menaikkan jaring ketika
operasi penangkapan dilaksanakan.

Bagan perahu (boat lift nets)


Nelayan yang mengoperasikan bagan perahu berjumlah 4-6 orang atau lebih jika
perahu yang digunakan dua buah karena ada yang mengemudikan perahu dan ada
yang bertugas melakukan seluruh kegiatan operasi penangkapan ikan.

Jaring Angkat Anco (Portable lift nets)


Pada jaring angkat anco, Untuk mengoperasikan anco tetap, dipeerlukan 2-3
orang nelayan yang bertugas menurunkan dan mengangkat jaring.

Jaring Angkat Bandrong (Bouke ami)


Untuk mengoperasikan jaring bandrong diperlukan 2-3 orang nelayan yang
bertugas memasang dan melepaskan jaring serta mengambil hasil tangkapan.
Bagan Rakit (raft lift net)
Nelayan yang mengoperasikan bagan rakit berjumlah 4-6 orang karena adanya
spesifikasi kerja, ada yang memindahkan bagan rakit, menggulung dan ada yang
bertugas melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan.
2.5 Ukuran Kapal (Dimensi, GT)
Pada tiap jenis alat penangkap, penggunaan ukuran kapal tergantung kondisi
dan alat penangkapnya, diantaranya yaitu:
Bagan tancap (stationary lift nets)
Kapal yang digunakan pada alat tangkap lift net jenis bagan tancap, kapal lebih berfungsi
sebagai alat transportasi dari tempat penangkapan menuju daratan.

Bagan perahu (boat lift nets)


Perahu terdapat di bagian depan dan belakang, dihubungkan dengan dua batang
bambu sehingga berbentuk bujur sangkar (empat persegi sama sisi) sebagai tempat
menggantungkan jaring bagan. Namun, ada juga bagan perahu yang menggunakan
satu perahu saja. Perahu juga digunakan sebagai alat transportasi, sehingga bagan
perahu dapat berpindah dari satu daerah penangkapan ke daerah penangkapan lainnya
(Subani dan Barus 1989).

Jaring Angkat Anco (Portable lift nets)


Kapal atau perahu yang digunakan berfungsi sebagai alat transportasimembawa
hasil tangkapan ke daratan.

Jaring Angkat Bandrong (Bouke ami)


Kapal yang digunakan adalah perahu jukung yang terbuat dari kayu jati. Ukuran perahu
yaitu: panjang = 6,5 m; lebar = 0,5 m; dalam = 0,6 m. Perahu tersebut digunakan pada saat
mengambil hasil tangkapan, memasang dan melepaskan jaring serta digunakan sebagai alat
transportasi nelayan untuk pergi dan kembali dari fishing ground (Assir 1986).

Bagan Rakit (raft lift net)


Bagan rakit menggunakan rakit yang terbuat dari bambu yang ditempatkan pada kanan
dan kiri bagian bawah rumah bagan sebagai alat apung sekaligus landasan rumah bagan
(Subani dan Barus 1989).

2.6 Alat Bantu Penangkapan


Alat tangkap Lift Net merupakan alat tangkap pasif karena sangat bergantung
pada ketertarikan ikan terhadap alat bantu cahaya. Dalam pengoperasiannya, jaring
angkat ini dapat menggunakan lampu ataupun umpan sebagai daya tarik ikan.
Metodenya yaitu menarik ikan serta berbagai jenis hewan air lainnya yang dipikat
dengan menggunakan cahaya kemudian setelah mereka terkumpul, alat tangkap
tersebut diangkat ke atas dengan cepat. Selain itu alat bantu lain adalah serokan yang
berguna sebagai alat bantu mengambil ikan dari jaring dan dimasukkan kedalam
rombong.

Gambar 11. Sebaran intensitas cahaya di dalam air

Pada awalnya bagan hanya menggunakan lampu petromaks. Kini bagan sudah
menggunakan lampu merkuri. Sejak 1950 pemanfaatan lampu petromaks telah
digunakan oleh para nelayan khususnya nelayan yang melakukan penangkapan di
perairan Teluk Bone dan Selat Makassar. Selanjutnya pada tahun 1972, seiring
dengan pemanfaatan listrik untuk kebutuhan industri dan rumah tangga, maka telah
dimanfaatkan pula oleh para nelayan bagan. Lampu merkuri mulai dimanfaatkan oleh
para nelayan di Teluk Bone sejak 1987 pada alat tangkap rambo dan berkembang
terus sampai saat ini. Demikian halnya dengan lampu neon, sejak 1992 telah
dimanfaatkan oleh para nelayan bagan.
Bagan sebagai salah satu alat tangkap yang menggunakan cahaya banyak
digunakan oleh para nelayan di wilayah pesisir untuk menangkap ikan karena
mempunyai beberapa keunggulan. Keunggulan tersebut antara lain: (1) Secara teknis
mudah dilakukan (khususnya bagan tancap); (2) investasinya terjangkau oleh oleh
masyarakat; (3) merupakan perikanan rakyat yang telah digunakan oleh masyarakat
di wilayah pesisir dan sekitar pulau-pulau kecil secara turun-temurun; (4)
tangkapannya selalu ada walaupun terkadang jumlahnya sedikit; (5) menyerap
banyak tenaga kerja; (6) teknologinya sangat sederhana. (Sudirman & Nessa, 2011).
Dari hasil penelitian Sudirman et al (2013), menunjukkan bahwa lampu neon
dan lampu merkuri efektif dimanfaatkan dalam perikanan bagan. Namun demikian
lampu neon akan lebih tepat dimanfaatkan pada bagan tancap dan lampu merkuri
lebih sesuai untuk bagan perahu.
A. Light Fishing dengan Lift Net
Untuk alat tangkap yang terbuat dari bahan jaring, perbaikan selektivitas
dilakukan dengan mengatur ukuran mata jaring
Strategi perbaikan lain yang jarang dilakukan adalah perbaikan metode
penangkapan ikan: memanfaatkan respons ikan terhadap rangsangan buatan
B. Menangkap ikan secara selektif
Menempatkan ikan-ikan pada posisi yang berbeda-beda dapat meningkatkan
selektivitas metode penangkapan ikan yang diterapkan.
Prinsipnya: Ikan yang ingin ditangkap diarahkan untuk berada di dalam
catchable area; ikan yang lain diarahkan keluar dari catchable area.
C. Metode alternatif untuk perbaikan selektivitas
Operasi bagan dengan satu buah jaring (J1) dan satu buah lampu (L1) yang
dapat diatur intensitasnya pada tiga waktu yang berbeda (T1, T2, dan T3)
Gambar 12. Operasi bagan 1

Operasi bagan dengan satu buah jaring (J1) dan tiga jenis lampu (L1, L2, dan
L3) yang dinyalakan pada waktu yang berbeda (T1, T2, dan T3)

Gambar 13. Operasi bagan 2

Operasi bagan dengan multi-catchable area: 3 buah lampu (L1, L2, dan L3) dan
3 buah jaring (J1, J2, dan J3) terpasang pada waktu yang bersamaan (T1)

Gambar 14. Operasi bagan 3


D. Proses Penangkapan dengan Bantuan Cahaya Lampu
Pada penangkapan dengan bagan, jaring diturunkan ketika menjelang malam dan
pada saat malam tiba lampu diturunkan. Pengumpulan ikan dengan menggunakan
lampu biasanya menarik ikan dengan jangka waktu 1-2 jam. Setelah ikan berkumpul,
jaring diangkat ke permukaan dan diambil dengan serokan lalu dimasukkan ke dalam
rombong. Ikan-ikan hasil tangkapan tersebut dijual langsung di atas laut
E. Bagan Tancap
Pemanfaatan teknologi cahaya pada bagan tancap masih bersifat sederhana.
Untuk meningkatkan kemampuan teknologi dari alat tangkap bagan tancap maka
beberapa penelitian telah dilakukan oleh para ahli. Di antaranya adalah dalam
hubungannya dengan penggunaan kuat penerangan cahaya dengan lampu petromaks,
penggunaan 4, 6 dan 8 unit lampu tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
(Herutomo, 1995). Efendy (1998), melaporkan bahwa berat hasil tangkapan total
yang diperoleh pada bagan tancap di perairan Teluk Awur Jepara Jawa Tengah
dipengaruhi oleh jumlah lampu, dimana setiap penambahan jumlah lampu terjadi
peningkatan hasil tangkapan, namun tidak ada perbedaan yang nyata antara 4 dan 5
unit lampu. Selanjutnya dilaporkan bahwa berdasarkan analisis deskriptif terhadap
hasil tangkapan menunjukkan bahwa komposisi hasil tangkapan dominan untuk
setiap jumlah lampu tidak sama. Penggunaan 2 unit lampu menghasilkan tangkapan
dominan yaitu udang rebon, 3 unit lampu menghasilkan tangkapan dominan teri, 4
unit lampu menghasilkan tangkapan dominan ikan tembang dan 5 unit lampu
menghasilkan tangkapan dominan ikan layur.
Penelitian penggunaan lampu untuk penangkapan ikan di Indonesia selanjutnya
lebih berkembang lagi, tidak hanya terbatas pada alat dan hasil tangkapannya tetapi
juga mekanisme tertariknya ikan oleh cahaya atau hal yang berhubungan dengan
tingkah laku ikan terhadap cahaya. Sampai berapa lama waktu pencahayaan baru
dilakukan penarikan jaring. Hal ini telah dilakukan oleh Sudirman et al, (2004a;
2004b). Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap jenis ikan berbeda responnya
terhadap cahaya. Ikan teri merespon cahaya secara cepat, sehingga pengangkatan
jaring 4-5 kali dalam semalam dapat dilakukan. Selanjutnya ikan teri lebih cenderung
pada iluminasi cahaya yang tinggi.
Seiring dengan perkembangan teknologi, khususnya pemanfaatan cahaya listrik
dalam aktivitas penangkapan ikan, maka teknologi tersebut dapat pula diterapkan
pada alat penangkapan ikan pada bagan tancap. Serangkaian uji coba telah dilakukan
untuk mengamati penggunaan berbagai jenis lampu (neon, pijar dan merkuri) pada
bagan tancap di Selat Makassar. Hal ini disebabkan karena jenis lampu akan
mempengaruhi ketertarikan ikan disekitar alat penangkapan.

Gambar 16. Penggunaan lampu listrik pada bagan tancap di Selat Makassar (Sudirman et al
2013)

Gambar17. Kondisi ikan di bawah lampu (Sudirman et al 2013)


Gambar 18. Hasil tangkapan bagan tancap berdasarkan jenis lampu (Sudirman et al 2013)

Efektivitas lampu neon dan lampu merkuri sama baiknya dalam menarik
perhatian ikan-ikan pelagis kecil pada bagan tancap. Hanya saja penggunaan lampu
merkuri pada bagan tancap dianggap kurang efisien karena membutuhkan energi
yang lebih besar dan genset yang lebih besar pula. Dengan demikian biaya yang
dibutuhkan juga semakin besar. Bagi bagan perahu hal tersebut tidak menjadi
masalah karena memiliki ruang yang lebih luas dan jumlah tangkapan yang lebih
banyak, namun hal ini akan menjadi masalah pada bagan tancap.
F. Bagan Rambo
Di Perairan baru Selat Makassar, daya lampu yang digunakan oleh bagan
rambo berkisar 14-20 kW. Jumlah watt serta warna setiap lampunya berbeda-beda
tergantung fungsinya, tetapi kisarannya antara 250 sampai 500 watt dengan
menggunakan warna kuning dan putih. Dua buah lampu intensitas masing-masing
400 W warna putih dipasang setinggi 6 meter pada tiang kapal menghadap ke dapan
dan ke belakang perahu. Sepuluh buah lampu berwarna putih intensitas masing-
masing 400 W dipasang pada bagian terluar dan rangka bagan dengan ketinggian 4 m
dari permukaan air. Semua jenis lampu ini berfungsi untuk menarik gerombolan ikan
pada jarak yang jauh. Empat puluh buah lampu mempunyai intensitas masing-masing
250 W, 10 buah di antaranya berwarna kuning dipasang pada bagian bawah rangka
bagan berfungsi untuk meraik dan menggiring menuju catchable area. Empat buah
lampu masing-masing 2 buah berkekuatan 500 W dan 2 buah berkekuatan 300 W
berfungsi sebagai lampu untuk mengonsentrasikan ikan pada catchable area. Setiap
bola lampu dilengkapi dengan reklektor yang terbuat dari wajan (alumunium) dengan
diameter 30 cm. Dengan demikian total jumlah lampu yang digunakan bagan ini
adalah 16,4 kW.

2.7 Jenis-Jenis Hasil Tangkapan Lift Net


Jenis-jenis ikan pelagis merupakan hasil tangkapan utama dari lift net dan sangat
bergantung terhadap fishing ground dari jenis alat tangkap tersebut. Bagan
banyak menangkap ikan teri, ikan tembang, ikan layang, ikan kembung, ikan
selar, cumi-cumi, ikan alu-alu, ikan kwee, dan sebagainya.
Hasil utama dari bagan adalah dari jenis-jenis ikan pelagis kecil seperti ikan teri,
kembung, layang, tembang, cumi-cumi.
Sedangkan hasil sampingannya sangat bervariasi yaitu rajungan, cumi-cumi,
gurita dan ikan kembung. Rajungan yang didapatkan sebagai hasil sampingan
tertangkap karena substrat perairan ini berlumpur dan tergolong intertisial yang
menjadi habitatnya. Selain itu ikan target utama tangkapan juga akan berubah
seiring musim ikan.

Gambar19. (kiri: cumi-cumi; kanan: spanish mackerel) hasil tangkapan pada bagan rambo
di Selat makassar (Sudirman 2003)
Umumnya hasil tangkapan bernilai ekonomi yang dapat memberikan
kesejahteraan kepada nelayan. Hanya 11% hasil tangkapan merupakan hasil
tangkapan buangan yang umumnya tidak dikonsumsi oleh masyarakat. Namun
demikian hasil tangkapan buangan tersebut masih dapat dijual dengan harga yang
sangat rendah (Rp 1000/kg), sebagai makanan ternak ataupun sebagai makanan ikan
di tambak. Tangkapan sampingan umunya dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi di
rumah tangga nelayan bagan.
Taladin (2000) menyatakan bahwa efektivitas pemanfaatan lampu listrik di
Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, menunjukkan bahwa lampu listrik efektif dalam menarik
perhatian ikan disekitar bagan. Di Selat Makassar, lampu neon sudah mulai
dimanfaatkan oleh nelayan bagan tancap (Sudirman et.al, 2010). Lampu merkuri
banyak digunakan oleh bagan perahu, khususnya bagan Rambo (Sudirman, 2003,
Sudirman et.al, 2005). Sudirman (2003) menemukan 59 jenis ikan yang tertangkap
pada bagan perahu. Jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan jenis yang
tertangkap pada bagan tancap yang hanya 32 jenis. Hal ini disebabkan karena bagan
perahu dapat berpindah tempat, sedangkan bagan tancap beroperasi secara menetap di
perairan.

2.8 Inovasi Alat Tangkap


Perkembangan alat tangkap lift net berlangsung seiring kebutuhan dan tempat
pengoperasian alat tangkap. Perkembangan alat tangkap terjadi pada alat tangkap lift
net jenis Bagan tancap (stationary lift nets). Bagan tancap memiliki berbagai
perkembangan seiring berjalannya waktu untuk mendapatkan hasil tangkapan yang
lebih efektif, diantaranya yaitu penggunaan lampu generator, sehingga intensitas yang
dihasilkan lebih tinggi.
Sejalan dengan perkembangan teknelogi khususnya penggunaan lampu
listrik,maka nelayan bagan tancap juga mulai menggunakan lampu listrik.Hal ini
dipicu oleh karena minyak tanah lebih mahal dari harga bensin karena minyak tanah
tidak mendapat subsidi dari pemerintah.Di perairan Kota Makasar,penggunaan
teknelogi lampu listrik pada perikanan tangkap bagan tancap sudah dimulai sejak
tahun 2009.

Di Desa Punagaya Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan telah pula


menggunakan lampu listrik untuk menarik perhatian ikan.Jenis dan intesitas lampu
yang digunakan adalah lampu merkuri 500 watt dan lampu 150 watt yang sudah
dimodifikasi kedalam wadah lampu stroking .

Di Perairan Kabupaten Pangkep,Sulawesi Selatan umumnya menggunakan


lampu listrik.Umumnya menggunakan lampu neon.Hal ini disebabkan karena lampu
lebih hemat energy,sehinggaa lebih banyak lampu yang dapat digunakan dan lebih
terang untuk menarik perhatian ikan pelagis,baik pada arah vertical maupun
horizontal.

Konstruksi alat tangkap yang semula hanya bisa diam di satu tempat,
mengalami perkembangan dapat berpindah pindah dari satu tempat ke tempat lain
(mobile). Perkembangan juga terjadi pada luas bangunan alat tangkap. Pada bagan
tancap mengalami perkembangan penambahan luas bangunan dengan tujuan hasil
tangkapana yang didapat lebih maksimal.

Gambar 20. Inovasi Alat Jaring Angkat


Image 2014
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari pembahasan diatas, diantaranya yaitu:
a. Jaring angkat (lift net) adalah suatu alat penangkapan yang pengoprasiannya di
lakukan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal,
b. Jarring angkat terbuat dari nilon yang menyerupai kelambu, ukuran mata
jaringnya relative kecil yaitu 0,5cm. Bentuk alat ini menyerupai kotak, dalam
pengoprasiannya sering menggunakan alat bantu lampu atau umpan sebagai daya
tarik ikan.
c. Jaring angkat (lift net) Berdasarkan wilayah dan kebutuhannya, Jaring angkat
memiliki berbagai macam bentuk diantaranya yaitu :
Bagan tancap (stationary lift nets)
Bagan perahu (boat lift nets)
Jaring Angkat Anco (Portable lift nets)
Jaring Angkat Bandrong (Bouke ami)
Bagan Rakit (raft lift net)
DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor. Yayasan Dewi Sri. 90 hal.

Dulgofar, Fakhrudin, Fauzi. 1988. Petunjuk Pembuatan dan Pengoperasian Bagan


Rakit. Semarang: Balai Pengembangan Penangkapan Ikan.

Hayat M. 1996. Suatu Tinjauan tentang Bagan Tancap di Kecamatan Polewali, Kabupaten
Polmas, Sulawesi Selatan. Skripsi [tidak dipublikasikan]. Bogor: Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.

Iskandar MD. 2001. Analisis Hasil Tangkapan Bagan Motor pada Tingkat
Pencahayaan yang Berbeda di Perairan Teluk Semangka Kabupaten
Tanggamus. Tesis [tidak dipublikasikan]. Bogor: Institut Pertanian Bogor,
Program pascasarjana. Hal 26-33.

Subani W. 1970. Penangkapan Ikan dengan Bagan. Tanpa Lembaga. Jakarta. 18 hal.

Subani W. 1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Jilid I. Jakarta:
Lembaga Penelitian Perikanan Laut. 259 hal.

Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia.
Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No. 50. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan
Laut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Sudirman. 2003. Analisis Tingkah Laku Ikan untuk Mewujudkan Teknologi Ramah
Lingkungan dalam Proses Penangkapan pada Bagan Rambo. Disertasi [tidak
dipublikasikan]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program pascasarjana. Hal
270-272.

Takril. 2005. Hasil Tangkapan Sasaran Utama dan Sampingan Bagan Perahu di
Polewali Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Skripsi [tidak
dipublikasikan]. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 61 hal.

You might also like