Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Darah merupakah komponen yang sangat vital bagi semua organisme dan
merupakan faktor yang mengangkut zat untuk proses metabolisme tubuh. Apabila
terdapat masalah pada darah atau proses pengaliran darah dalam tubuh, organ tidak
akan berfungsi dengan maksimal/ dengan benar. Maka dari itu, memeriksa darah agar
mengetahui struktur dan kondisinya merupakan proses yang sebenarnya sangat perlu
dilakukan. Pemeriksaan tersebut disebut dengan hematologi, yaitu studi tentang
darah, baik dalam keadaan sehat maupun terkena penyakit. Hematologi mencakup
masalah dengan sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), platelet
(trombosit), pembuluh darah, dan juga protein-protein yang terlibat dalam hemostasis
dan trombosis (Hematology.org, 2016).
Seperti yang telah tertera di atas, hematologi mempelajari darah, dengan
tujuan untuk mengetahui apakah ada kelainan pada darah. Untuk memeriksa keadaan
darah, ada beberapa parameter yang digunakan, yaitu jumlah sel darah merah, jumlah
sel darah putih, nilai hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan juga nilai hematokrit
(Ryan D.H., 2010).
Pemeriksaan hematologi merupakan proses yang sangat berguna, khususnya
dalam bidang kedokteran karena menggunakan faktor tubuh yang sangat kaya akan
informasi, yaitu darah. Ilmu tentang cara meinginterpretasi darah sangat penting
untuk praktek medis yang sukses. Relevansi diagnostik dari darah sangat tinggi
(Adewoyin, et al., 2014).
2. Tujuan
a. Mendeskripsikan jenis-jenis darah
b. Menentukan nilai dari parameter hematologi dari darah sampel
!1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
!2
- Monosit
Monosit merupakan sel darah putih muda yang bersirkulasi dalam darah.
Monosit berkembang menjadi makrofag setelah meninggalkan darah dan masuk
ke jaringan. Monosit menyediakan pertahanan pertama karena dapat menelan
fagosit dan mencerna pathogen sebelum sel darah putih sampai ke situs tersebut.
- Limfosit
Limfosit adalah sel berbentuk sirkuler yang mengandung satu nukleus besar.
Limfosit dibagi menjadi dua kelas utama, yaitu B cells yang berkembang di
sumsum tulang, dan T cells yang berkembang di kelenjar thymus. Setelah
teraktivasi, B dan T cells memicu respon imun yang berbeda-beda. B cells juga
disebut dengan sel plasma, menghasilkan antibodi yang berikatan dengan agen
yang memicu respons imun tersebut. T cells mengeluarkan senyawa yang
melibatkan sel imun lainnya untuk menyerang.
- Trombosit
Trombosit memiliki bentuk yang tidak beraturan, dan merupakan bagian-bagian
dari sel yang bersikulasi dalam darah sampai teraktivasi untuk membentuk
bekuan darah atau dibuang melalui limpa (Dean L., 2005).
!3
- Jumlah sel darah putih (leukosit)
Leukosit memegang peran yang sangat penting dalam sistem imun tubuh,
melindungi tubuh dari berbagai virus dan bakteri yang menyerang. Jumlah
leukosit dihitung dengan cara mencampurkan darah dengan larutan Turk agar
semua sel kecuali leukosit terlisiskan dan leukosit dapat dihitung pada
hemacytometer di bawah mikroskop.
- Konsentrasi hemoglobin
Hemoglobin merupakan molekul protein yang memiliki fungsi untuk membawa
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, dan juga membawa karbondioksida
dari tubuh ke paru-paru, seperti yang telah dijelaskan di atas. Konsentrasi
hemoglobin dapat dihitung dengan menggunakan alat ukur Sahli, di mana darah
dicampur dengan HCl dan terus ditambahkan HCl sampai warna sama dengan
larutan standar hemoglobin pada alat tersebut.
- Hematokrit
Hematokrit merupakan perbandingan antara sel darah merah dan plasma darah.
Hematokrit dapat dihitung dengan cara menggunakan tabung kapiler. Darah
dimasukkan ke tabung kapiler dan disentrifugasi selama 2-5 menit. Setelah itu,
darah yang berada pada tabung dibandingkan dengan skala Wintrobe, dan dapat
dilihat apakah darah termasuk dalam kategori anemia atau tidak.
- Mean Corpuscular Volume (MCV) menunjukkan volume rata-rata eritrosit,
apakah makrositik, mikrositik, atau normositik, yang merupakan dasar untuk
menentukan tingkat anemia. Rumus sebagai berikut:
hematokrit
MCVm 3 =
10 6
jumlah eritrosit ( )
L
!4
- Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) menunjukkan nilai rata-rata dari
hemoglobin, dengan rumus
g
konsentrasi hemoglobin ( ) 10
MCH (pg) = dL -Mean Corpuscular
10 6
jumlah eritrosit ( ) Hemoglobin Concentration
L
(MCHC), mengukur rasio
hemoglobin terhadap hematokrit, dengan rumus:
g
konsentrasi hemoglobin ( ) 100
MCHC (%) = dL
hemoglobin (%)
!5
BAB III
METODOLOGI
Alat Bahan
Kaca Objek Mencit (Drosophila melanogaster)
Mikroskop Darah segar
Pipet untuk eritrosit Alkohol
Hemacytometer Pewarna Giemsa
Pipet untuk leukosit Air
Alat ukur Sahli Larutan Hayem
Tabung sampel Tisu
Alat sentrifuga Tabung kapiler diameter 3mm
Skala Wintrobe Larutan standar
Antikoagulan
Eritrosit
!6
sehingga mengering sempurna. Setelah mengering, difikasi dengan cara kaca objek
dicelupkan ke dalam alkohol selama 3 detik. Apusan setelah itu dibiarkan
mengering kembali dan ditetesi pewarna Giemsa setelah mengering secara merata.
Selanjutnya, dibiarkan 15-20 menit dan dibilas dengan air dengan bagian lapisan yang
tebal di bawah. Apusan darah setelah itu siap diamati dengan mikroskop.
!7
3.2.4 Pengukuran Konsentrasi Hemoglobin
Pada proses pengukuran konsentrasi hemoglobin, darah dihisap menggunakan
pipet khusus alat ukur Sahli sampai 20 microliter. Selanjutnya, darah diteteskan ke
dalam tabung pada alat ukur Sahli yang sudah diisi dengan HCl 1M. Lalu, darah
diaduk sampai homogen sehingga menjadi larutan campuran. Setelah larutan berada
pada posisi bersebelahan dengan larutan standar hemoglobin, dibandingkan
warnanya. HCl 1M lalu diteteskan lagi dan diaduk agar homogen hingga warna
sebanding dengan larutan standar, dan diamati skala pada tabung sampel. Konsentrasi
hemoglobin lalu dapat ditentukan.
!8
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Sumber: siumed.edu
!9
Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Sumber: carolina.com
Jumlah Eritrosit
101 0,5
Pengenceran= = 1005
0,1
1005 684
Jumlah Eritrosit/mm 3 = = 34, 71 10 6 / mm 3
5 0,2 0,2 0,1
Jumlah Leukosit
11 1
Pengenceran= = 100
0,1
100 120
Jumlah Leukosit/mm 3 = = 30 10 3 / mm 3
4 0,1 1 1
!10
Kelompok Jumlah Eritrosit Jumlah Leukosit
1 3.4x107/mm3 3x104/mm3
2 3.437 x 107/mm3 3x104/mm3
3 2.6331 x 106/mm3 75250 /mm3
4 2.6331 x 106 mm3 75250 /mm3
5 45.65x106/mm3 36250/mm3
6 3.18x 107/mm3 36250/mm3
7 56,079 x 106 /mm3 4000 /mm3
8 5.6 106/ mm3 4000/mm3
Konsentrasi Hemoglobin
1 21.4g/dL
2 10.4g/dL
3 12.5 g/dL
4 12.5 g/dL
5 10.5g/dL
6 11.8g/dL
7 8.3 g/dl
8 9.4g/dL
!11
Volume Hematokrit
1 50%
2 50%
3 22%
4 22%
5 48%
6 36%
7 20%
8 20%
hematokrit
MCV(m 3 ) = = 14,55 m 3
jumlah eritrosit
Kelompok MCV
1 1.47x10-14 m3
2 14.55 m3
3 1.67 x 10-13 m3
4 1.67 x 10-13 m3
5 1.0514x10-6 m3
6 1.13 x10-6 m3
7 3,5 x 10-6 m3
8 35.71 m3
!12
Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
konsentrasi hemoglobin
MCH(pg) = = 14,55 m 3
jumlah eritrosit
10, 4 10
MCH(pg) = 6
= 3 10 6 pg
34, 71 10
Kelompok MCH
1 6.29x10-6 pg
2 3.0259 x 10-6 pg
3 9.5 x 10-11 pg
4 9.5 x 10-11 pg
5 23.0 pg
6 3.71 x 10-6 pg
7 1.48 pg
8 1.687 pg
!13
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
g
Konsentrasi hemoglobin ( )
MCHC(%)= dL 100
hemoglobin (%)
10, 4gr / dL
MCHC (%)= 100 = 20,8%
50
Kelompok MCHC
1 42,80%
2 20.80%
3 56.82%
4 56.82%
5 218.75%
6 32.78%
7 41,5 %
8 47%
4.2 Pembahasan
Pada pembuatan apusan darah, apusan dibuat dengan satu kali pengulangan
karena apusan yang dibuat pertama kali gagal untuk memperlihatkan sel-sel darah
saat diamati di bawah mikroskop. Setelah mengulangi pembuatan apusan, sel yang
terlihat di bawah mikroskop masih kurang jelas, seperti yang terlihat pada gambar
hasil pengamatan yang diperoleh di atas. Komponen-komponen seperti limfosit,
eosinofil, neutrofill, basofil, dan monosit yang harusnya terlihat perbedaannya tidak
terlihat pada pengamatan di atas. Pada pengamatan apusan darah, seharusnya terdapat
beberapa sel darah, seperti limfosit, trombosit, eosinofil, plasma darah, eritrosit,
neutrofil, basofil, dan monosit. Plasma darah, yang terdiri dari air, gula, lemak,
protein, dan garam, berfungsi untuk membawa sel darah ke seluruh tubuh bersama
!14
dengan nutrien, antibodi, hormon, dan juga protein untuk mempertahankan
kesetimbangan cairan dalam tubuh. Selanjutnya ada sel darah merah atau juga disebut
sebagai eritrosit. Eritrosit mengandung protein yang dinamakan hemoglobin, yang
membantu membawa oksigen dari pari-paru ke seluruh tubuh dan mengembalikan
karbon dioksida dari tubuh ke paru-paru agar dapat diekshalasi. Lalu, dalam apusan
darah juga seharusnya terdapat leukosit, yaitu sel darah putih. Sel ini berfungsi untuk
menjaga tubuh dari infeksi, dengan jumlah yang jauh lebih kecil dibandingkan
dengan jumlah sel darah merah. Dalam apusan darah tersebut juga terdapat trombosit,
yang merupakan bagian-bagian kecil dari sel. Trombosit membantu dalam koagulasi
darah saat terdapat luka (Basu, et al., 2014). Selanjutnya, ada juga neutrofil, eosinofil,
dan basofil. Neutrofil berfungsi untuk memfagositasi sel asing, toksin, dan juga virus,
sedangkan eosinofil mengandung enzim pencernaan yang dapat bekerja untuk
melawan cacing parasit, dan juga memfagositasi kompleks antigen-antibody. Terakhir
adalah basofil yang mengandung histamin dan heparin (Eldi, et al., 2012).
Pembuatan apusan darah merupakan suatu proses yang dkerjakan di
laboratorium yang melibatkan sitologi dari sel darah yang dioleskan pada kaca
preparat. Untuk memasikan tingkat akurat dan keandalan apusan darah, beberapa
variabel harus dikontrol terlebih dahulu, seperti cara pengambilan sampel darah dan
preservasinya. Umumnya, darah diambil dari bagian periferal pembuluh darah dan
disimpah di botol yang sudah ada anti-koagulan, dengan proporsi rasio darah:anti-
koagulan yang tepat. Anti-koagulan yang digunakan adalah Ethylene Diamine Tetra-
Acectic Acid (EDTA). Reagen lain yang digunakan dalam pembuatan apusan darah
adalah alkohol, sebagai larutan untuk fiksasi apusan, dan pewarna Giemsa yang
digunakan agar sel darah lebih terlihat (Adewoyin, et al., 2014).
Apusan darah merupakan suatu hal yang sangat berharga akan informasi.
Dalam pengurusan pasian, formulasi diganostik bergantung kepada informasi
kesehatan sebelumnya, pengamatan fisik, dan penelitian laboratorium. Apusan darah
!15
adalah alat yang sangat sederhana tetapi merupakan alat hematologi yang sangat kaya
akan informasi dalam proses screening, diagnosa, dan pemonitoran suatu penyakit
dan perkembangannya. Ilmu tentang cara menginterpretasi darah atau apusan darah
periferal sangat penting untuk praktek klinik yang sukses. Relevansi diagnostik dari
apusan darah sangat besar. Apusan darah mengekspos morfologi dari sel darah, yang
meningkatkan kepastian dalam diagnosa dari berbagai penyakit yang bersangkutan
dengan darah (Adewoyin, et al., 2014).
Pada praktikum ini, diperoleh beberapa data dari hasil pengukuran parameter,
dengan mengambil nilai dari hasil rata-rata data kompilasi intruk, yaitu jumlah
eritrosit sebanyak 1.515 x 107/mm3, leukosit sebanyak 36375/mm3, hemoglobin 12.1
g/dL, hematokrit sebesar 33.5%, MCV 6.28 m3, MCH sebesar 3.27 pg, dan MCHC
sebesar 64.66%. Berdasarkan perbandingan dengan literatur, terdapat perbedaan nilai
eritrosit, leukosit, hematokrit, hemoglobin, nilai MCHC, MCH, dan MCV, yang
berarti semua parameter berbeda dengan literatur yang ada. Seharusnya, jumlah
eritrosit yang ada pada darah mencit sekitar 7.7 - 12.5 x 106 /L, dan leukosit sekitar
4-12 x 103/L. Hemoglobin pada mencit seharusnya sekitar 10-19 g/dL, dan
hematokrit sebesar 41.5%. MCV pada mammalia seharusnya sekitar 84-96 m3,
MCH sebesar 28-34 pg, dan MCHC sekitar 32-36 g/dL. Jika dibandingkan dengan
literatur, jumlah eritrosit dan leukosit lebih dari literatur. Hal tersebut dapat
dikarenakan ketidaktelitian saat perhitungan di hemacytometer di bawah mikroskop.
Nilai MCH dapat berbeda karena kelebihan HCl pada saat mencocokkan warna
larutan dengan warna larutan standar hemoglobin. Selanjutnya, nilai MCV dapat
berbeda dengan literatur karena pada saat praktikum beberapa tabung kapiler pecah
saat proses sentrifuga sehingga harus diulangi lagi dengan level darah pada tabung
kapiler yang mungkin tidak sesuai dengan skala Wintrobe.
!16
Pada praktikum hematologi pada dara mencit ini, digunakan beberapa reagen
untuk membantu proses percobaan, diantaranya adalah alkohol, larutan Hayem,
larutan Turk, pewarna Giemsa, HCl, dan larutan EDTA. Alkohol digunakan saat
menyiapkan apusan darah untuk fiksasi sel, yang berarti membunuh sel pada apusan
darah tanpa mengubah struktur. Selanjutnya adalah larutan Hayem yang digunakan
saat pengamatan eritrosit. Larutan ini terdiri dari NaCl 1g, Na2SO4 5g, HgCl2 0.5 g,
dan akuades sebanyak 20 mL. Fungsi dari larutan tersebut adalah untuk melisiskan
sel lain kecuali sel darah merah (Amrita, 2016). Larutan Turk memiliki tujuan yang
sama seperti larutan Hayem, hanya saya fungsinya adalah untuk melisiskan eritrosit
agar yang terlihat hanya leukosit sehingga dapat dihitung. Lalu, ada pewarna Giemsa
yang digunakan saat pembuatan apusan darah, dengan fungsi agar sel-sel lebih
terlihat (Adewoyin, et al., 2014). Selanjutnya adalah HCl yang digunakan saat
pengukuran hemoglobin pada alat ukur Sahli dengan fungsi untuk menghidrolisis sel
darah merah (Dr Patil, et al., 2013). Terakhir adalah EDTA, yang berfungsi sebagai
anti-koagulan untuk sampel darah mencit.
!17
BAB V
KESIMPULAN
1. - Eritrosit adalah sel darah merah dan jumlahnya lebih banyak daripada leukosit
- Leukosit adalah sel darah putih dan jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit
- Leukosit ada agranula dan setelah itu ada limfosit dan monosit
- Leukosit ada granula dan setelah itu ada eosinofil, neutrofil, dan basofil
- Trombosit adalah plasma darah
2. - Jumlah eritrosit rata-rata adalah 1.515 x 107/mm3
- Leukosit sebanyak 36375/mm3,
- Nilai hemoglobin 12.1 g/dL,
- Hematokrit sebesar 33.5%
- MCV sebesar 6.28 m3,
- MCH sebesar 3.27 pg
- MCHC sebesar 64.66%.
!18
DAFTAR PUSTAKA
Dean L. Blood Groups and Red Cell Antigens [Internet]. Bethesda (MD): National
Center for Biotechnology Information (US); 2005. Chapter 1, Blood and the
cells it contains. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/
NBK2263/
Eldin, K. and Teruya, J. (2012). Blood Components for Hemostasis. Lab Med, 43(6),
pp.237-244.
Patil, D.P.J., Thakare, D.G.V. & Patil, D.S.P. (2013) Variability and Accuracy of
Sahlis Method in Estimation of Haemoglobin Concentration. NJIRM, 4(1),
38-44.
Ryan DH. Examination of Blood Cells. Lichtman MA, Kipps TJ, Seligsohn U, et al,
eds. Williams Hematology. 8th ed. New York, NY: The McGraw-Hill
Companies, Inc; 2010. Chap 2.
!19