Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
seorang ibu.Anak yang lahir dengan kondisi sehat adalah harapan semua
pada saat persalinan.Dalam hal ini yang paling sering ditemukan adalah
Menurut WHO, setiap tahunnya , sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta
bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.
1
BBL. Kemampuan dan ketrampilan ini digunakan setiap kali menolong
dan taraf hidup ibu dan bayi yang pada akhirnya dapat menurunkan AKI
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Bayi Ny.I
Bayi Ny.I
C. Manfaat
2
2. Bagi Institusi Pelayanan
3. Bagi Mahasiswa
4. Bagi Masyarakat
lahir.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
Bayi dengan berat lahir rendah disebabkan oleh masa kehamilan kurang
dari 37 minggu dengan berat yang sesuai masa kehamilan dihitung dari
HPHT yang teratur dan bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram, yaitu karena umur hamil
2010).
Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
Pengertian Hipotermi
0
Suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5-37,5 C (suhu ketiak).Gejala
awal hipotermia apabila suhu <360 C atau kedua kaki teraba dingin.Bila
sedang (32-36 0 C).Disebut hipotermia kuat bila suhu tubuh <32 0 C.Untuk
4
berakhir dengan kematian.Hipotermia menyebabkan terjadinya
B. Etiologi
prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor
1. Faktor ibu
2. Faktor kehamilan
b. Hamil ganda
c. Perdarahan antepartum
dini.
3. Faktor Janin
a. Cacat bawaan
5
4. Faktor yang masih belum diketahui
hipotermi.
kedinginan
9. Disstres pernapasan
10. Pada bayi prematur yang memiliki cadangan glukosa yang sedikit.
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur suhu tubuhnya, dan dapat dengan
6
2. Evaporasi adalah kehilangan panas karena menguapnya cairan
ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh tidak
segera dikeringkan.
4. Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada bayi saat bayi
Contoh:angin disekitar tubuh bayi baru lahir dan angin dari kipas
D. Patofisiologi
7
melalui keringat, dimana kelenjar kelenjar keringat dipengaruhi serat
dan ini dikontrol oleh saraf simpatik. Adanya ransangan dingin yang di
1. Shivering thermoregulation/ST
2. Non-shivering thermoregulation/NST
tubuh.
8
3. Vasokonstriksi perifer
proses oksidasi dari lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada
bayi BBL, NST ( proses oksidasi jaringan lemak coklat) adalah jalur
yang utarna dari suatu peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai
sini adalah proteinnya terdiri dari protein tak berpasangan yang mana
demikian, akibat adanya aktifitas dan protein ini, maka apabila lemak
93)
9
E. Gejala Hipotermia Bayi Baru Lahir
mengeras(sklerema)
F. Tanda-Tanda Hipotermia
a. Aktivitas berkurang,letargis
(Hidayat, 2005:143)
c. Tangisan lemah
(Hidayat, 2005:143)
10
e. Bibir dan kuku kebiruan
f. Pernafasan lambat
metabolik
1. Bayi menggigil,walau biasanya ciri ini tidak mudah terlihat pada bayi
kecil
bercak-bercak.
5. Lebih parah lagi jika bayi menjadi biru yang bisa dilihat pada bibir dan
meninggal.
11
Ketika neonatal menunjukan kedinginan,pertama-tamanya dia akan menjadi
sangat kelelahan dan kemudian temperatur tubuhnya menurun,kemudian
bayi akan merapatkan kedua tangannya ketubuhnya untuk mencoba
menghemat panas.
Orang dewasa mendapat panas dari menggigil, namun bayi baru lahir tidak
menggigil,untuk mendapatkan panas mereka biasanya memanfaatkan
cadangan lemak coklat.Selama lemak coklat dimetabolisme.oksigen diambil
dan ini menyebabkan sebuah perubahan pada pola pernapasan yaitu
dengan meningkatkan kecepatannya. Sehubungan dengan ini,bayi sering
terlihat pucat atau belang-belang dan mungkin bayi akan menjadi kurang
nafsu makan.(midewifery)
H. Diagnosis
Ukur temperatur dengan menggunakan termometer, letakkan di
aksilla ( rektal hanya dilakukan satu kali untuk menghilangkan adanya
kemungkinan anus imperforata) butuh 3 menit. Proses kehilangan panas
telah dijabarkan diatas. Ada buku yang menuliskan bahwa apabila kaki bayi
hangat dan berwarna pink maka dikatakan normal.Apabila kaki dingin dan
abdomen hangat maka dikatakan cold stress, dan apabila kaki dan abdomen
dingin maka hipotermi.
Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu
tubuh atau kulit bayi.Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah
satu petunjuk penting untuk deteksi awal adanya suatu penyakit, dan
pengukurannya dapat dilakukan melalui aksila, rektal atau kulit.(Kosim, 2008:
94)
Melalui aksila merupakan prosedur pengukuran suhu bayi yang
dianjurkan, oleh karena mudah, sederhana dan aman.Tetapi pengukuran
melalui rektal sangat dianjurkan untuk dilakukan pertama kali pada semua
BBL, oleh karena sekaligus sebagai tes skrining untuk kemungkinan adanya
anus imperforatus.Pengukuran suhu rektal tidak dilakukan sebagai prosedur
pemeriksaan yang rutin kecuali pada bayi-bayi sakit.(Kosim, 2008: 94)
12
I. Akibat Akibat Hipotermiadan BBLR
Akibat yang dapat ditimbulkan oleh hipotermi yaitu:
1. Hipoglekimia sidosis metabolik,karena vasokontriksi perifer dengan
metabolisme anaerob,
2. Kebutuhan oksigen yang meningkat,metabolisme meningkat sehingga
pertumbuhan terganggu,
3. Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal
yang menyertai hipotermi berat,
4. Shock,
5. Apnea,
6. Perdarahan Intra Vantricular.
Akibat yang dapat ditimbulkan oleh BBLR :
1. Hipotermi
2. Hipoglikemia
3. Gangguan cairan dan elektrolit
4. Hiperbilirubinemia
5. Sindroma gawat nafas
6. Paten duktus arteriosus
7. Infeksi
8. Perdarahan intraventrikuler
9. Anemia
J. Pencegahan dan Penanganan Hipotermidan BBLR pada Bayi Baru Lahir
1. Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali
meninggal.Tindakan yang harus dilakukan adalah segera
menghangatkan bayi didalam inkubator atau menggunakan penyinaran
lampu.
2. Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat ,kering dan bersih.
3. Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/air ketuban segera stelah lahir
dengan handuk yang kering dan bersih
4. Menjaga bayi tetap hangat dengan cara mendekap bayi dengan
keduanya diselimuti (metode Kanguru)
5. Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat
merangsang pooting reflex dan bayi memperoleh kalori.
13
6. Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan waktu
rujukan.
7. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh normal untuh
mencegah terjadinya serangan dingin,ibu/penolong persalinan harus
menunda memandikan bayi.
8. Pemberian panas yang mendadak,berbahaya karena dapat terjadi apnea
sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-10C tiap jam (pada bayi
<1000 gram penghangatan maksimal 0,6 0C).(Indarso,F,2001).
9. Alat-alat inkubator untuk bayi <1000 gram ,sebaiknya diletakkan dalam
inkubator.Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila
tubuhnya dapat tahan terhadap suhu lingkungan 30 0C.
10. Bila tubuh bayi masih dingin,gunakan selimut atau kain hangat yang
distrika terlebih dahulu,yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan
ibu.Lakukan berulang kali sampai tubuh bayi hangat.
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah
langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
14
K. Komplikasi
Komplikasi pada Hipotermi
1. Distress respirasi(Kosim, 2008 : 93)
2. Gangguan keseimbangan asam basa(Kosim, 2008 : 93)
3. Hipoglikemia(Kosim, 2008 : 93)
4. Defek koagulasi(Kosim, 2008 : 93)
5. Sirkulasi fetal persisten(Kosim, 2008 : 93)
6. Gagal ginjal akut(Kosim, 2008 : 93)
7. Enterokolitis nekrotikan(Kosim, 2008 : 93)
8. Kegawatan Pernapasan(World Health Organization, 2006 : 184)
9. Asidosis respiratoridan metabolic(World Health Organization, 2006 : 184)
10. Ikterik (World Health Organization, 2006 : 184)
Komplikasi pada BBLR
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan penglihatan (Retinopati)
4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronis
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
L. Penatalaksanan
1. Hipotermia Sedang
a. Lepaskan baju yang dingin atau basah, jika ada.
(World Health Organization, 2007 : 92)
b. Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat,
memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat. (Kosim, 2008 : 96)
c. Bila ada ibu/ pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan
melakukan kontak kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat (PMK:
Perawatan Metode Kanguru).(Kosim, 2008 : 96)
d. Bila ibu tidak ada:Beri bayi baju hangat dan topi, dan tutupi dengan
selimut hangat;(World Health Organization, 2007 : 92)
Hangatkan kembali bayi dengan rnenggunakan alat pemancar panas,
gunakan inkubator dan ruangan hangat, bila perlu; (Kosim, 2008 : 96)
15
Periksa suhu alat penghangatdan suhu ruangan, beri ASI peras dengan
mengunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan
pengatur suhu;(Kosim, 2008 : 97)
e. Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu,
berikan ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian
minum.(Kosim, 2008 : 97)
f. Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan
napas, kejang, tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi
hal tersebut.(Kosim, 2008 : 97)
g. Periksa kadar glukosa darah, bila < 45 mg/dL (2,6 mmol/L), tangani
hipoglikemia.(Kosim, 2008 : 97)
h. Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan napas, bila ada tangani
gangguan napasnya.(Kosim, 2008 : 97)
i. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5C/ jam,
berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap
2 jam:(Kosim, 2008 : 97)
j. Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,5C/jam, cari tanda
sepsis.(Kosim, 2008 : 97)
k. Setelah suhu tubuh normal:Lakukan perawatan lanjutan.
Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam
(Kosim, 2008 : 97)
l. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik
serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit,
bayi dapatdipulangkan. Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.
(Kosim, 2008 : 97)
2. Hipotermia Berat
a. Segera hangatkanbayi di bawahpemancar panas yang telah dinyalakan
sebelumnya, bila mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat, bila
perlu.(Kosim, 2008 : 96)
b. Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat,
pakai topi dan selimutidengan selimut hangat.(Kosim, 2008 : 96)
16
c. Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau kurang
30 kali/menit,tarikan dinding dada, merintih saat eksipirasi), lakukan
manajemen Gangguan napas.(Kosim, 2008 : 96)
d. Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan
infus tetap terpasang di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan
cairan.(Kosim, 2008 : 96)
e. Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45 mg/dL
(2,6 mmol/L),tangani hipoglikemia.(Kosim, 2008 : 96)
f. Nilai tanda kegawatan pada bayi (misalnya gangguan napas, kejang
atau tidak sadar) setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4
jam sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal.(Kosim, 2008 : 96)
g. Ambil sample darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan
dalam penanganan kemungkinan besar sepsis.(Kosim, 2008 : 96)
h. Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap:
1) Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan
salah satu alternatifcara pemberian minum(Kosim, 2008 : 96)
2) Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung
dan beri ASI peras begitu suhu bayi mencapai 35C.(Kosim, 2008 :
96)
i. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5o C/
jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan
memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.(Kosim, 2008 : 96)
j. Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu
ruangan setiap jam.(Kosim, 2008 : 96)
17
dipulangkan dan nasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap
hangat selama di rumah.(Kosim, 2008 : 96)
Penatalaksanaan BBLR :
1. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
b. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat
lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
2. Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah.Untuk bayi demikian sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi
dengan pipa lambung atau pipet.Dengan memegang kepala dan
menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara
ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang
kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama :
a) Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b) Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik
20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
18
2) Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk
menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat
menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan
salah satu alternatif cara pemberian minum.
b) Bayi Sakit
1) Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan
cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat.
2) Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
a) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
b) Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera
setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu
ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk
menyusu.
c) Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui
(contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras
melalui pipa lambung :
(1) Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
(2) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam
sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160
ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi
menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi
menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat
menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
b. Berat lahir 1500-1749 gram
a) Bayi Sehat
1) Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang
dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan
cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru
(batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.
Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok
apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini
19
dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya
memakan waktu lebih dari 1 minggu)
2) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum.
3) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
b) Bayi Sakit
1) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
2) Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan
kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.
3) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum.
4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok
apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan
tanpa batuk atau tersedak
5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
c. Berat lahir 1250-1499 gram
a) Bayi Sehat
1) Beri ASI peras melalui pipa lambung
2) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi
masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
3) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
4) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
b) Bayi Sakit
1) Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
20
2) Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan
kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan.
3) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum
4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
d. Berat lahir <>tidak tergantung kondisi)
1) Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
2) Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan
kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan.
3) Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minuM.
4) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
5) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
3. Pemantauan (Monitoring)
1. Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
1) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
2) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2
minggu
b. Tumbuh kembang
1) Pantau berat badan bayi secara periodik
2) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama
(sampai 10% untuk bayi dengan berat lair 1500 gram dan
15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>
3) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua
kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
a) Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai
tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
21
b) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan
berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap
180 ml/kg/hari
c) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat,
tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200
ml/kg/hari
d) Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan
lingkar kepala setiap minggu.
2. Pemantauansetelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui
perkembangan bayi dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk
terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut :
a. Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap
bulan.
b. Hitung umur koreksi
c. Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
d. Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
e. Awasi adanya kelainan bawaan
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
5 JUNI 2017
Tanggal/ Waktu Pengumpulan Data : Senin, 5 Juni 2017, pukul 11.00 Wita
23
2. Anamnesa
a. Riwayat Perjalanan Penyakit
Bayi perempuan lahir di ruang bersalin RSUD dr. R. Soedjono Selong
pada tanggal 5 Juni 2017, pukul 10.30 wita secara spontan biasa.
Dengan diagnosa Neonatus Kurang Bulan, Kecil Masa Kehamilan+
BBLR+ Asfiksia sedang. Berat badan 1400 gram, Panjang Badan: 40
cm, lingkar kepala: 27 cm, lingkar perut: 23 cm, dan lingkar lengan 8
cm. dan A-S: 4-5-6. Di alih rawat ke ruang Neonatus.
b. Riwayat Kehamilan
Hamil ke :2
Frekuensi ANC : 6x oleh Nakes
Imunisasi TT : 2 kali
Kenaikan BB Hamil : 10 kg
Kejadian waktu hamil : KPD
Usia kehamilan : 31 minggu 5 hari
Riwayat penyakit/kehamilan
Perdarahan : tidak ada
Pre-eklampsia : tidak ada
Eklampsia : tidak ada
Penyakit kelamin : tidak ada
Penyakit lain : tidak ada
Faktor Lingkungan
Kebersihan lingkungan dan tempat tinggal : bersih
Ventilasi udara dan sinar matahari : cukup
Respon keluarga terhadap kelahiran bayi : baik
Sumber air : ada, PAM
Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga : tidak ada
Faktor Sosial
Jumlah anggota keluarga : 5 orang
Pola pengasuhan anak dalam keluarga : bersama-sama
24
Respon keluarga atas kehadiran anak : baik
Kebiasaan waktu hamil
Makanan : tidak ada
Obat-obatan/jamu : tidak ada
Merokok : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
c. Riwayat Persalinan
Lama Kala I : 3 jam
Lama Kala 2 : 10 menit
Warna air ketuban : jernih
Jumlah air ketuban : cukup
Jenis persalinan : spontan biasa
Komplikasi persalinan : KPD > 12 Jam
Penolong : Bidan
Jam/tgl/lahir :10.25wita/ 5-5-17
BB/PB :1400gram/ 40 cm
Pemberian Obat : Vitamin K
Inisiasi Menyusu Dini : Tidak dilakukan
25
e. Keadaan bayi baru lahir
Tanda Nilai APGAR Menit
0 1 2 1 5 10
Denyut Tidak <100 >100 1 1 2
jantung ada
Usaha Tidak Tidak Menangis 1 1 1
bernafas ada teratur kuat
Tonus Lumpuh Flexi Gerakan 1 1 1
otot ekstremitas aktif
minim
Reflex Tidak Bergerak Reaksi 1 1 1
ada sedikit aktif
Warna Biru Tubuh Tubuh 0 1 1
kulit pucat kemerahan, kemerahan
kaki dan
tangan biru
Jumlah 4 5 6
26
c. Mata
Bersih, sklera tidak icterus, konjungtiva tidak anemis, tidak ada
edema palpebra.
d. Telinga
Tulang telinga lunak, tidak ada kelainan, letak sejajar dengan kontus
mata., dan tidak ada infeksi.
e. Hidung
Lunak, tidak ada pernafasan cuping hidung, dan tidak ada secret.
f. Mulut
Warna bibir kemerahan, labioskisis (-), sianosis (-), palatum lunak (-),
palatoskisis (-), labiogenatoskisis (-), hipersalivasi (-).
g. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena
jugularis, tumor/massa (-), dapat digerakkan kekiri dan kanan,
syndrome down (-).
h. Dada
Dada kiri dan kanan simetris, putting susu (+/+), retraksi dinding dada
(-)
i. Perut
Simetris, perdarahan talipusat (-), tidak ada kelainan.
j. Punggung
Tidak ada pembengkakan (spina bifida dan okulta)
k. Genetalia
Labia mayora belum menutupi labia minora, lubang vagina (+)
l. Anus
Anus (+), lubang anus (+), pengeluaran meconium (-)
m. Ekstremitas atas
Gerakan normal, simetris (+), jumlah jari normal, trauma lahir (-),
sianosis pada kuku (-), garis tangan tampak samar.
n. Ekstremitas bawah
Gerakan normal, simetris (+), jumlah jari normal, trauma lahir (-),
sianosis kuku (-), garis kaki tampak samar.
o. Kulit
27
Verniks (+), lanugo banyak, kulit kemerahan. Pembengkakan (-),
tanda lahir (-)
3. Reflek
Reflek moro : ada, lemah
Reflek rooting : ada, lemah
Reflek sucking : ada, lemah
Reflek swallowing : ada, lemah
Reflek grasping : ada, lemah
Reflek tonick neck : ada, lemah
Reflek gallants : ada, lemah
4. Antropometri
Berat badan : 1.400 gram
Panjang badan : 40 cm
Lingkar kepala : 27 cm
Lingkar perut : 23 cm
Lingkar lengan : 8 cm
5. Eliminasi
Miksi : (-)
Defekasi : (-)
6. Pemeriksaan Penunjang ( 5 Juni 2017)
a. New Ballard Score : 17 (30-31 minggu)
b. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Hasil Nilai normal keterangan
pemeriksaan
WBC 8,05 10^3/uL 9,40-21,00 Kurang dari
10^3/uL normal
RBC 4,84 10^6/uL 4,30-6,10 Normal
10^6/uL
PLT 164 10^3/uL 150-440 10^3/uL Normal
HCT 51,5 % 44,0-82,0 % Normal
HGB 18,3 g/dL 15,2-24,6 g/dL Normal
GDS 60 g/Dl >45 g/dL Normal
GolDa 0
28
C. Analisa (A)
1. Diagnosa
Neonatus kurang bulan, kecil masa kehamilan, umur 0 hari dengan
BBLR, Hipotermi, dan Riwayat Asfiksia Sedang.
2. Masalah
BBLR dan Hipotermi
3. Kebutuhan
a. Jaga kehangatan bayi
b. Observasi tanda-tanda vital
c. Rawat bayi dalam incubator
D. Penatalaksanaan (P)
Tanggal 5 Juni 2017, pukul 11. 10 Wita
1. Menjaga kehangatan bayi dengan meletakkan bayi didalam incubator
dengan pakaian yang bersih dan kering. Kehangatan bayi telah terjaga.
2. Melakukan observasi terhadap tanda-tanda vital bayi.
3. Merawat bayi dalam incubator. Bayi telah dirawat dalam incubator.
Catatan Perkembangan
29
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi Lanjut
Senin, 5 Juni S: -
2017, pukul O: k/u lemah, terpasang infus + O2, suhu 36,7 oc, RR:
14.30 wita 44x/m
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi Lanjut
Senin, 5 Juni S: -
2017, pukul O: k/u lemah, terpasang infus + O2, suhu 36,7 oc, RR:
20.00 wita 44 x/m
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi Lanjut
Selasa, 6 Juni S: -
2017, pukul O: k/u lemah, terpasang infus, suhu 36,9 oc
08.00 wita A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi Lanjut
Selasa, 6 Juni S:-
2017, pukul O: k/u lemah, tangan bayi tampak biru, suhu: 36,3 oc,
11.00 wita RR: 38 x/m
A: masalah belum teratasi
P: Pasang O2 dan rawat bayi dalam inkubator
Selasa, 6 Juni S:-
2017, pukul O: k/u lemah, terpasang O2, suhu: 36,6 oc, RR: 40 x/m
14.00 wita A: masalah belum teratasi
P: intervensi lanjut
Selasa, 6 Juni S:-
2017, pukul O: k/u lemah, terpasang O2, suhu: 36,6 oc, RR: 40 x/m
20.00 wita A: masalah belum teratasi
P: intervensi lanjut
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pengkajian yang dilakukan kepada By. Ny. I pada tanggal 5 Juni
2017 ditemukan adanya beberapa masalah yaitu bahwa berat badan By. Ny I adalah
1.400 gram, ini termasuk kedalam kategori berat bayi lahir rendah karena menurut
teori Saifudin 2009, berat bayi lahir rendah adalah berat bayi ketika lahir kurang dari
2.500 gram. Hal ini dikarenakan dari hasil pengkajian yang dilakukan terhadap ibu
bayi diperoleh bahwa usia kehamilan ketika bayi lahir adanya 31 minggu 5 hari, bayi
lahir dikarenakan ibu mengalami ketuban pecah dini > 12 jam.
Serta dari pengukuran suhu tubuh ditemukan bahwa suhu tubuh By. Ny. I
adalah 36,2oc. Suhu tubuh bayi normal adalah 36,5oc-37,5oc. Apabila suhu tubuh
bayi kurang dari angka tersebut maka bayi disebut mengalami hipotermia.
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan maka diperoleh diagnosa By. Ny. I
merupakan neonates kurang bulan, kecil masa kehamilan, umur 0 hari dengan
BBLR dan hipotermia.
31
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mahasiswa telah mampu melakukan pengumpulan data Subyektif pada Bayi
Ny.I
2. Mahasiswa telah mampu melakukan pengumpulan data Objektif pada Bayi
Ny.I
3. Mahasiswa telah mampu melakukan Analisa pada Bayi Ny.I
4. Mahasiswa telah mampu melakukan Penatalaksanaan pada Bayi Ny.I
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan penyusunan laporan ini dapat menjadi acuan dalam
sumber teori asuhan kebidanan pada bayi baru lahir patologisserta mengenai
kendala atau masalah masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat,
khususnya kendala atau masalah yang terkait dengan kebidanan, sehingga
institusi pendidikan dapat meningkatkan mutu dan kualitas peserta didik.
2. Bagi Institusi Pelayanan
Diharapkan tetap menerapkan manajemen kebidanan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir patologissehingga dapat lebih
meningkatkan mutu pelayanan yang akan memberikan dampak untuk
menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu serta bayi.
3. Bagi Mahasiswa
Untuk lebih dapat belajar menerapkan langsung pada masyarakat di
lapangan mengenai perkembangan ilmu pengetahuan (asuhan kebidanan
pada bayi baru lahir) yang diperolehnya di dalam kelas sehingga nantinya
pada saat bekerja di lapangan dapat dilakukan secara sistematis yang pada
akhirnya meningkatkan mutu pelayanan yang akan memberikan dampak
menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
4. Bagi Masyarakat
32
a. Untuk dapat membina hubungan baik dengan tenaga kesehatan dan fasilitas
kesehatan yang ada, serta tetap pro-aktif terhadap tindakan atau asuhan
kebidanan yang diberikan.
b. Untuk dapat menambah pengetahuan klien khususnya dan masyarakat pada
umumnya dalam perawatan bayi baru lahir
c. Bagi klien atau masyarakat dapat mengenali tanda tanda bahaya dan
resiko terhadap bayi baru lahir.
d. Bagi klien khususnya dan masyarakat pada umumnya dapat menolong
dirinya sendiri dalam mengenali tanda bahaya pada bayi baru lahir.
33