Professional Documents
Culture Documents
Oleh
SHINTIA PUTRI AMALIA
A1C112031
ABSTRAK
Oli bekas pada umumnya hanya digunakan untuk melumasi rantai motor
dan tentu saja hal ini tidak efektif untuk memanfaatkan oli bekas. Adapun cara yang
dilakukan dalam pemanfaatan oli bekas menjadi bahan bakar adalah dengan cara
proses perengkahan (cracking). Akan tetapi, proses untuk perengkahan oli bekas
sangat sulit, hal ini karena ikatan karbon dalam oli bekas yang panjang sehingga
sulit dalam pemecahannya (cracking). Namun, bisa dilakukan dengan bahan bakar
lain yang lebih encer seperti minyak tanah. Harga untuk membeli minyak tanah
sendiri cukup mahal sehingga kurang efisien dalam pemanfaatannya. Untuk
mengatasi hal ini diperlukan bahan bakar lain yang membantu dalam perengkahan
oli bekas. Salah satu bahan bakar yang bisa dimanfaatkan adalah minyak jelantah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perengkahan termal (thermal
cracking) campuran oli bekas dan minyak jelantah dapat menghasilkan bahan bakar
minyak (BBM). Penelitian ini dilakukan menggunakan reaktor semibatch dengan
laju alir nitrogen yang dijaga konstan yaitu 5 mL/menit. Ada tiga rasio yang
diterapkan dalam penelitian ini yaitu 0,5:1, 1:1, dan 1,5:1, dan tiga variasi suhu
yaitu, 4000C, 4500C, dan 5000C. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa pada
perengkahan termal pada rasio sampel 0,5:1 dengan suhu perengkahan 500oC
dihasilkan cairan hasil perengkahan (CHP) lebih banyak yaitu sebesar 58,90%
dibandingkan dengan rasio sampel yang lainnya. Sedangkan pada perengkahan
katalitik didapat sebesar 34,2%. Berdasarkan analisa GC-MS produk perengkahan
termal campuran oli bekas dan minyak jelantah yang dapat digolongkan kedalam
fraksi bensin (C5-C10) sebanyak 5,84%. Untuk fraksi (C13-C17) yang merupakan
minyak gas (diesel) sebanyak 0,23%. Sedangkan untuk fraksi minyak gas berat
(C18-C25) sebanyak 1,72%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
perengkahan termal campuran oli bekas dan minyak jelantah dapat berpotensi
menghasilkan bahan bakar minyak (BBM).
Kata kunci: Perengkahan Termal, Oli Bekas Dan Minyak Jelantah, Bahan Bakar
Minyak.
PENDAHULUAN dalam oli bekas terdapat kontaminan
baik secara fisik (logam dan abu)
Perengkahan hidrokarbon maupun secara kimiawi (pelarut dan
(cracking) adalah salah satu solusi air) (Prayitno, 1999). Untuk
dalam mendaur ulang limbah oli menggunakan oli bekas sebagai
bekas dan minyak jelantah menjadi bahan bakar diperlukan perlakuan
bahan bakar. Reaksi ini dapat terlebih dahulu sehingga dapat
dilakukan dengan menggunakan diperoleh karakteristik bahan bakar
suhu tinggi (perengkahan termal). yang baik terutama dalam kemudahan
Proses perengkahan panas (thermal penyalaan dan temperatur
cracking process) adalah suatu pembakaran. Prayitno (1999)
proses pemecahan rantai meneliti kemungkinan minyak
hidrokarbon dari senyawa rantai pelumas bekas dapat digunakan
panjang menjadi hidrokarbon sebagai minyak bakar dengan
dengan rantai yang lebih pendek penambahan asam sulfat, tanah liat
dengan bantuan panas. serta fuel oil, serta dengan
Seluruh kendaraan baik itu mendestilasikannya hingga
mobil maupun motor menggunakan temperatur 200oC. Penambahan
oli untuk pelumas mesin alat H2SO4 bertujuan untuk mengurangi
transportasi. Setelah oli dipakai, oli kandungan senyawa olefin, aromatik
akan diganti secara berkala untuk maupun senyawa nonhidrokarbon
mengurangi kerusakan komponen yang terdapat dalam minyak pelumas
mesin. Oli bekas pada umumnya bekas. Penambahan tanah liat
hanya digunakan untuk melumasi bertujuan untuk mengendapkan
rantai motor dan tentu saja hal ini kotoran, mengabsorb senyawa sulfur
tidak efektif untuk memanfaatkan oli dan memperbaiki warna. Walaupun
bekas yang memiliki kandungan biayanya relatif murah namun proses
hidrokarbon yang cukup tinggi pengolahan pelumas bekas dengan
(Raharjo, 2009). Namun sayangnya metode ini memiliki beberapa resiko.
bila oli bekas dibuang sembarangan H2SO4 yang sudah tidak terpakai akan
akan menimbulkan masalah menimbulkan pencemaran baru
lingkungan yang serius seperti apabila dibuang sembarangan,
pencemaran air, tanah, bahkan bisa demikian pula tanah liat yang telah
menyebabkan penyakit ginjal, syaraf tercampur dengan kotoran dan
dan kanker bagi manusia. Oleh karena senyawa sulfur. Raharjo (2009)
itu, solusi yang tepat untuk menyebutkan bahwa ada cara lain
pemanfaatan limbah oli bekas adalah yang dapat dilakukan untuk
sebagai bahan bakar yang bernilai perengkahan oli bekas adalah
ekonomi tinggi. mencampurkannya dengan bahan
Adapun cara yang dilakukan bakar lain yang lebih encer, seperti
dalam pemanfaatan oli bekas menjadi minyak tanah.
bahan bakar adalah dengan cara Berdasarkan penelitian yang
proses perengkahan (cracking). Akan telah dilakukan Raharjo (2009)
tetapi, proses untuk perengkahan oli menunjukkan bahwa proses untuk
bekas sangat sulit, hal ini karena perengkahan oli bekas sangat sulit,
ikatan karbon dalam oli bekas yang namun bisa dilakukan dengan bahan
panjang sehingga sulit dalam bakar lain yang lebih encer seperti
pemecahannya (cracking). Selain itu, minyak tanah. Akan tetapi, harga
untuk membeli minyak tanah sendiri dan dibuat dengan diameter 3 in, dan
cukup mahal sehingga kurang efisien panjang 40 cm, bagian dalamnya diisi
dalam pemanfaatannya. dengan bahan isian kuarsa, dilengkapi
Untuk mengatasi hal ini dengan pemanas, tanpa adanya
diperlukan bahan bakar lain yang oksigen (karena N2 sebagai
membantu dalam perengkahan oli blanketing) bisa menjalankan proses
bekas. Salah satu bahan bakar yang perengkahan termal terhadap minyak
bisa dimanfaatkan adalah minyak jelantah. Kondisi terbaik yang dicapai
jelantah. Minyak jelantah merupakan untuk memperoleh bio-oil yaitu pada
minyak limbah proses penggorengan, suhu pirolisis 4000C, ketebalan bahan
diyakini sangat berbahaya bila terus isian kuarsa 15 cm, dan ukuran
digunakan atau dibuang tanpa partikel kuarsa -6+8 mesh. Bio-oil
pengolahan. Disisi lain, minyak adalah bahan bakar cair yang
jelantah memiliki potensi energi dihasilkan melalui teknologi pirolisis
bakar yang cukup tinggi. atau pirolisis cepat. Pengembangan
Minyak jelantah sangat bio-oil dapat menggantikan posisi
berbahaya jika digunakan dan bahan bakar hidrokarbon dalam
dikonsumsi kembali. Sebab, minyak industri, seperti untuk mesin
jelantah merupakan minyak goreng pembakaran, boiler, mesin diesel
yang telah dipergunakan berulang statis, dan heavy fuel oil, light fuel oil.
kali dengan menggunakan suhu yang Berdasarkan latar belakang
tinggi. Akibat penggunaaan suhu tersebut, penulis tertarik untuk
tinggi ini, secara kimia terjadi melakukan penelitian dengan judul
pemutusan ikatan rangkap pada asam Perengkahan Termal (Thermal
lemak tak jenuh, sehingga asam Cracking) Campuran Oli Bekas Dan
lemak jenuh ini mudah teroksidasi. Minyak Jelantah Untuk
Asam lemak jenuh sangat beresiko Menghasilkan Bahan Bakar Minyak.
menimbulkan penyakit kanker,
penyumbatan pembuluh darah, dan METODOLOGI PENELITIAN
kolestrol tinggi (Kadarwati, dkk,
2010). Walaupun minyak jelantah Sampel yang digunakan
berbahaya bagi kesehatan, tetapi adalah limbah oli bekas dari mobil
dapat dimanfaatkan menjadi bahan Toyota Avanza dengan jarak tempuh
bakar alternatif, karena minyak 9.000 km dan limbah minyak jelantah
jelantah memiliki rantai hidrokarbon dari hasil penggorengan ibu rumah
panjang yang memungkinkan dapat tangga dengan pemakaian minyak 3x
dimanfaatkan sebagai bahan bakar penggorengan. Alat yang digunakan
sehingga minyak jelantah tidak hanya dalam penelitian ini merupakan
menjadi limbah dan dibuang. reaktor semi batch, sebagai wadah
Gunawan (2010) meneliti atau tempat berlangsungnya reaksi.
pembuatan bio-oil dari minyak Gambar rangkaian alat reaktor
jelantah dengan merancang bangun semibatch dapat dilihat pada gambar
unit pirolisis skala laboratorium, yang 1.
terdiri atas tangki umpan, reaktor,
umpan N2, separator dan tangki
penampung secara operasional
mampu untuk membuat bio-oil dari
minyak jelantah. Reaktor dirancang
tiap 5 menit hingga selesai sampai 30
menit.
Desain penelitian adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Desain Penelitian perengkahan
termal campuran minyak jelantah dan oli
bekas (Gasperz, 1995)
Kondisi reaksi X1 X2
ke
1 -1 -1
Gambar 1. Rangkaian alat reaktor semibatch 2 -1 1
3 1 -1
Keterangan: 4 1 1
a.Termocouple 5 0 0
b.Gas nitrogen 6 0 0
c.Thermocontrol 7 0 0
d.Flowmeter Keterangan :
e.Reaktor semibatch X1 : Rasio sampel
f.Furnace X2 : Temperatur
g.Wadah cairan hasil perengkahan
h.Kondensor Berdasarkan tabel diatas
Prosedur penelitian ini untuk lebih jelas variasi temperatur
dimulai dari memasukkan sampel dan rasio perengkahan termal
kedalam reactor rengkah kemudian campuran minyak jelantah dan oli
setelah suhu perengkahan tercapai bekas dapat dilihat pada tabel 2.
dialiri gas nitrogen. Sampel oli bekas
yang telah disiapkan dicampurkan Tabel 2. Variasi rasio massa sampel dan
dengan sampel minyak jelantah yang temperatur perengkahan termal campuran
minyak jelantah dan oli bekas
telah disiapkan. Variasi perbandingan
minyak jelantah dengan oli bekas Kondisi Rasio Temperatur
adalah (0,5:1), (1:1), (1,5:1). reaksi ke- (oC)
Kemudian kedua sampel bersama 1 0,5:1 400
direngkah dengan reaktor rengkah. 2 0,5:1 500
3 1,5:1 400
Setelah itu diberi panas hingga 4 1,5:1 500
diperoleh suhu perengkahan. Suhu 5 1:1 450
perengkahan yang digunakan adalah 6 1:1 450
400oC, 450 oC, 500oC. Setelah suhu 7 1:1 450
perengkahan tercapai kemudian keterangan : 1 = 10 gram
dialiri dengan gas nitrogen yang laju 0,5 = 5 gram
alirannya dijaga tetap pada 5 1,5 = 15 gram
mL/menit. Cairan hasil perengkahan
(CHP) yang dihasilkan ditampung Analisa yang digunakan
pada penampung CHP. Cairan hasil dalam penelitian ini adalah
perengkahan diamati dan ditimbang menggunakan analisa gravimetri dan
GC-MS.
Analisa Gravimetri (Gas Chromatography-Mass
Nazarudin (2007) menyatakan Spectrometry). Analisa kromatografi
bahwa analisa gravimetri digunakan gas ditujukan untuk mengetahui
untuk menentukan persen cairan hasil komponen yang paling besar
perengkahan (CHP), dan padatan dari persentasenya, serta dapat
perengkahan termal terhadap sampel. mengetahui range jumlah atom
Perhitungan untuk mencari karbon dari cairan hasil perengkahan.
presentase-presentase tersebut Untuk analisa GC-MS dilakukan di
adalah: Laboratorium Kimia Organik
a. % CHP = (
) 100 % Fakultas MIPA Universitas Gadjah
b. % Padatan = (
) 100 % Mada.
Cairan Hasil Perengkahan atau yang produk utama hasil penelitian ini.
disingkat dengan CHP merupakan Cairan hasil perengkahan termal
campuran oli bekas dan minyak lengket. Aspaltena merupakan
jelantah pada kondisi reaksi ke-2 senyawa kompleks yang paling sering
secara umum menghasilkan konversi ditemukan dan selalu ada dalam
CHP yang lebih besar daripada proses pengolahan minyak bumi
konversi CHP hasil perengkahan (Iqbal, 2012). Sedangkan sisa reaksi
lainnya. Fakta ini ditunjukkan oleh merupakan reaktan yang tidak
konversi tertinggi CHP hasil berubah, sehingga sisa reaksi yang
perengkahan termal campuran oli tersisa didalam reaktor tidak
bekas dan minyak jelantah sebesar semuanya terengkah dengan baik
58,9 %. Jika dilihat dari konversi sehingga tidak semua sampel ikut
CHP dengan perbandingan massa bereaksi, oleh sebab itu sisa reaksi
yang sama yaitu pada kondisi reaksi 1 yang tersisa didalam reaktor berwarna
dan 2 dengan suhu perengkahan hitam dan kental seperti bentuk oli.
4000C dan 5000C selain itu juga Berdasarkan hasil penelitian ini, sisa
kondisi reaksi 3 dan 4 dengan suhu reaksi terjadi pada kondisi reaksi
perengkahan 4000C dan 5000C. kesatu dan ketiga. Jadi, dapat
Kedua perbandingan massa yang disimpulkan bahwa pada temperatur
sama itu menunjukkan bahwa pada yang lebih tinggi konversi padatan
suhu 5000C dihasilkan konversi CHP yang diperoleh akan lebih sedikit.
lebih besar dari pada konversi CHP Sedangkan pada temperatur yang
pada suhu 4000C. Sedangkan untuk lebih rendah jumlah padatan yang
kondisi reaksi 5, 6, dan 7 dengan terbentuk lebih banyak. Hasil
perbandingan massa yang sama konversi padatan sedikit menandakan
konversi CHP yang dihasilkan hampir terjadinya reaksi perengkahan yang
mendekati persentase yang sama. baik. Banyaknya hasil konversi
Berdasarkan konversi di atas suhu padatan hasil perengkahan
sangat mempengaruhi reaksi menyatakan bahwa perengkahan
perengkahan semakin tinggi suhu kurang optimal.
(batas optimum) maka konversi
perengkahan akan semakin besar. Perengkahan termal campuran
Proses perengkahan termal oli bekas dan minyak jelantah juga
campuran oli bekas dan minyak menghasilkan produk berupa gas (uap
jelantah juga menghasilkan produk yang tidak dapat terkondensasi).
berupa padatan atau yang disebut Namun gas tersebut tidak ditampung
sebagai kokas. Kokas hasil karena gas yang keluar cukup banyak.
perengkahan termal campuran oli Sehingga untuk menghitung gas yang
bekas dan minyak jelantah diperoleh dihasilkan selama perengkahan dapat
pada kondisi reaksi kedua, keempat, dilakukan dengan cara berat sampel
kelima, keenam dan ketujuh. mula-mula dikurang dengan jumlah
Sehingga, berdasarkan hasil berat chp total dan berat padatan yang
penelitian ini dapat dikatakan bahwa dihasilkan. Secara umum konversi
perengkahan termal pada temperatur gas hasil perengkahan termal
yang lebih tinggi dapat menghasilkan campuran oli bekas dan minyak
kokas. Kokas yang dihasilkan dari jelantah cukup tinggi. Namun, pada
proses perengkahan termal campuran kondisi reaksi ke-1 sangat rendah dari
oli bekas dan minyak jelantah seperti pada konversi gas hasil perengkahan
serbuk arang berwarna hitam dan pada kondisi reaksi yang lainnya.
aspaltena berwarna hitam dan Fakta ini ditunjukkan oleh konversi
terendah gas hasil perengkahan dapat terkondensasi pada temperatur
termal campuran oli bekas dan ruangan. Karena temperatur
minyak jelantah sebesar 27,3%. perengkahan katalitik yang digunakan
Selain perengkahan termal sangat tinggi yaitu pada suhu 5000C
dilakukan juga perengkahan katalitik, akan memicu pemutusan ikatan atom
Perengkahan katalitik di lakukan karbon-karbon lanjut lebih banyak
sebagai pembanding, perengkahan sehingga akan diperoleh komponen
campuran minyak jelantah dan oli hidrokarbon ringan yang lebih tinggi
bekas juga dilakukan dengan sehingga produk cair yang dihasilkan
menggunakan katalis atau biasa diperkirakan akan semakin sedikit
disebut dengan perengkahan katalitik. (Askaditya, 2010). Khowatimy,dkk
Perbandingan rasio sampel yang (2014) menyatakan bahwa cairan
direngkah menggunakan katalitik hasil perengkahan pada perengkahan
yaitu dari hasil analisis gravimetri termal yang didapat lebih tinggi
terbanyak yaitu pada perbandingan dibandingkan dengan perengkahan
rasio sampel 0,5:1 dengan suhu katalitik disebabkan karena oli bekas
perengkahan 5000C, CHP yang dan minyak jelantah terdiri dari
diperoleh sebanyak 58,9% . Katalis molekul poliaromatik, sehingga jika
yang digunakan adalah katalis H- mnggunakan suhu tinggi dalam
USY sebanyak 1 gram. Berat CHP perengkahan termal tidak cukup
yang didapat sebesar 5,555 gram untuk memecahkan cincin aromatic
dengan persentase 34,2%. CHP yang pada oli bekas dan minyak jelantah.
dihasilkan berwarna coklat Namun, pada perengkahan katalitik
kekuningan dan didasarnya seperti cincin aromatic dapat diprotonasi
ada lapisan berwarna putih. Kokas oleh katalis. Fenomena ini
yang dihasilkan menempel di bagian menyebabkan terbentuknya fraksi
bawah reaktor bercampur dengan yang lebih ringan dalam fase gas pada
katalis dan berwarna coklat. Setelah perengkahan katalitik dibandingkan
reaksi perengkahan selesai, katalis pada perengkahan termal.
yang semula berwarna putih berubah
menjadi coklat. Berat kokas yang Hal ini sejalan dengan hasil
didapat yaitu sebesar 1,0892 gram penelitian yang dilakukan oleh
dengan persentase sebesar 6,7%. Gas Lestary (2015) tentang perengkahan
yang tidak dapat terkondensasi katalitik sampah plastik jenis
sebanyak 9,6 gram dengan persentase polipropilen (PP) menggunakan
59,1%. katalis H-USY dan Cr-USY hasil
regenerasi untuk menghasilkan
Persentase CHP pada bensin. Pada penelitian ini dilakukan
perengkahan katalitik mengalami perengkahan sampah plastik secara
penurunan dibandingkan dengan termal maupun katalitik. Adapun
perengkahan termal. Hal ini katalis yang digunakan adalah H-
disebabkan karena fraksi ringan yang USY, Cr-USY 0,1%, dan Cr-USY
dihasilkan lebih banyak dari pada 0,3% hasil regenerasi setelah dipakai
yang dihasilkan pada perengkahan sebelumnya untuk proses
termal. Fraksi ringan ini mempunyai perengkahan dengan sampel yang
rentang rantai karbon C1-C4. Pada sama. Perolehan konversi CHP
rentang rantai karbon ini, hidrokarbon terkecil adalah pada perengkahan
berwujud fasa gas dan bersifat tidak menggunakan katalis H-USY yaitu
sebanyak 73,3% sedangkan konversi 16. Octadecane, 2- C19H40 268
CHP pada perengkahan termal dan methyl
17. triacontane C30H62 422
katalitik menggunakan Cr-USY 0,3%
18. Germacrane C15H30 210
berturut-turut adalah 78,6% dan 19. Tridecanol C13H28O 200
77,8%. 20. Cyclopentane - C26H52 364
heneicosyl
Hasil analisa GC perengkahan 21. Docosanoic C22H44O2 340
termal campuran oli bekas dan Acid
minyak jelantah menunjukkan adanya 22. 1-Hexacosanol C26H54O 382
19 puncak. 23. 9-octadecenal C18H34O 266
24. Di n-octyl C24H38O4 390
phthalate
Berdasarkan produk
perengkahan termal campuran oli
bekas dan minyak jelantah yang
Gambar 2. Kromotogram GC perengkahan termasuk bahan bakar minyak adalah
termal campuran oli bekas dan minyak senyawa Furan,2-methyl (C5H6O),
jelantah 1,2-butadiene,3-methoxy (C5H8O),
dan 2-Pentanone, 3-methyl (C6H12O)
Dari hasil analisa MS terdapat yang dapat digolongkan kedalam
24 senyawa yang terkandung pada fraksi bensin (C5-C10) sebanyak
perengkahan termal campuran oli 5,84%. Untuk fraksi (C13-C17) yang
bekas dan minyak jelantah. Senyawa merupakan minyak gas (diesel)
tersebut antara lain (tabel 4): sebanyak 0,23% dan senyawa yang
Tabel 4.Senyawa yang terkandung pada termasuk fraksi minyak gas (diesel)
perengkahan termal campuran oli bekas dan adalah senyawa Germacrane
minyak jelantah. (C15H30). Sedangkan untuk fraksi
No Nama Rumus Berat minyak gas berat (C18-C25) sebanyak
Senyawa Molekul Molekul
1,72% dan senyawa yang tergolong
1. Oxalid acid C2H2O4 90
2. Carbamic acid CH3NO2 61 kedalam senyawa tersebut adalah
3. Furan,2- C5H6O 82 senyawa Heneicosane (C21H44),
methyl Pentacosane (C25H52), Docosane
4. Acetic Acid C2H4O2 60 (C22H46), Tricosane (C23H48),
5. 2-Propanone, C3H6O2 74 Eicosane (C20H42), dan Octadecane,
1-hydroxy
2-methyl (C19H40).
6. Acetaldehyde C2H4O 44
7. 2-Propenoic C3H4O2 72
Hasil GC perengkahan
Acid katalitik campuran oli bekas dan
8. 1,2- C5H8O 84 minyak jelantah menunjukkan adanya
butadiene,3- 9 puncak.
methoxy
9. 2,5- C6H10O2 114
Hexanedione
10. 2-Pentanone, C6H12O 100
3-methyl
11. Heneicosane C21H44 296
12. Pentacosane C25H52 352
13. Docosane C22H46 310 Gambar 3. Kromotogram GC perengkahan
14. Tricosane C23H48 324 katalitik campuran oli bekas dan minyak
jelantah
15. Eicosane C20H42 282
Sedangkan berdasarkan hasil kepercayaan 1% (18) maka korelasi
MS terdapat 10 senyawa yang masing-masing variabel bebas
terkandung pada perengkahan terhadap variabel terikat juga kurang.
katalitik campuran oli bekas dan Dari persamaan (1.1) terlihat bahwa
minyak jelantah. Senyawa tersebut koefisien regresi variabel bebas X2
antara lain carbamic acid (CH3NO2), lebih tinggi dari koefisien regresi
Aceton (C3H6O), Formic acid variabel bebas X1, sehingga dapat
(C4H6O2), Acetic Acid (C2H4O2), 2- disimpulkan bahwa variabel
Propanone, 1-hydroxy (C3H6O2), 2- temperatur (X2) lebih berpengaruh
Propenoic Acid (C3H4O2), 2-methyl- terhadap variabel terikat Y (konversi,
2,3-epoxy-1-propanol (C4H8O2), 1- hasil (yield)) daripada variabel rasio
propene,1-propoxy-,(Z) (C6H12O), massa oli bekas dengan minyak
Cyclopentanone (C5H8O) dan 2- jelantah.
Cyclopentenone (C5H6O). Analisa regresi linear
menunjukkan bahwa grafik yang
Analisa Permukaan Respon diperoleh berbentuk garis lurus yang
Terhadap Data Perengkahan mendaki. Hal ini menunjukkan bahwa
Termal Campuran Oli Bekas Dan pada penelitian ini belum berhasil
Minyak Jelantah. ditemukannya kondisi optimum untuk
perengkahan campuran oli bekas
Analisa Terhadap Konversi Cairan dengan minyak jelantah. Namun hasil
Hasil Perengkahan ini sangat bermanfaat sebagai data
Analisis statistika awal atau landasan untuk penelitian
menggunakan metode permukaan lanjutan dalam rangka mencari titik
respon. Konversi cairan hasil optimum. Gambar grafik tiga dimensi
perengkahan dijadikan sebagai untuk satu variabel Y dan dua
variabel terikat sedangkan temperatur variabel X dapat dilihat pada gambar
dan rasio massa sampel dijadikan 4.
sebagai variabel bebas. Analisis
menggunakan permukaan respon
menghasilkan suatu model
matematika sebagai berikut:
nilai R2 ini dapat menunjukkan bahwa Gambar 4. Grafik konversi CHP terhadap
secara umum antara variabel Y rasio massa sampel dan temperatur
(konversi, hasil (yield)) dengan
variabel X (temperatur dan rasio Analisa Terhadap Konversi Gas
sampel) mempunyai korelasi yang Apabila konversi gas
rendah. Selain itu, dengan analisa dijadikan sebagai variabel terikat
permukaan respon dapat diketahui sedangkan temperatur dan rasio
bahwa F hitung untuk regresi (3,072) massa sampel dijadikan variabel
ternyata lebih kecil daripada nilai F bebas. Maka dari hasil analisa
tabel baik untuk selang kepercayaan permukaan respon akan
5% (6,94) maupun untuk selang
menghasilkan suatu model Analisa Terhadap Konversi
matematika sebagai berikut: Padatan (Kokas dan Sisa Reaksi)
Analisa permukaan respon
Y = 51,8 + 12X1 + 10,8X2 (1.2) untuk konversi padatan menghasilkan
suatu model matematika sebagai
Dari persamaan (1.2) berikut:
menunjukkan bahwa nilai koefisien
determinasi (R2) adalah (0,7018), Y = 15 - 6,7X1 25,57X2 (1.3)
nilai R2 ini dapat menunjukkan bahwa Dari persamaan (1.3) menunjukkan
secara umum antara variabel Y bahwa nilai koefisien determinasi
(konversi, hasil (yield)) dengan (R2) adalah (0,7078), nilai R2 ini
variabel X (temperatur dan rasio menunjukkan bahwa secara umum
sampel) mempunyai korelasi yang antara variabel Y (konversi, hasil
rendah. (yield)) dengan variabel X (
Selain itu, dengan analisa temperatur dan variasi rasio sampel)
permukaan respon dapat diketahui mempunyai korelasi yang rendah.
bahwa F hitung untuk regresi Selain itu, dengan analisa permukaan
(4,7061) ternyata lebih kecil daripada respon dapat diketahui bahwa F
nilai F tabel baik untuk selang hitung untuk regresi (4,8438) ternyata
kepercayaan 5% (6,94) maupun untuk lebih kecil daripada nilai F tabel baik
selang kepercayaan 1% (18) maka untuk selang kepercayaan 5% (6,94)
korelasi masing-masing variabel maupun untuk selang kepercayaan
bebas terhadap variabel terikat juga 1% (18) maka korelasi masing-
kurang. Dari persamaan (1.2) terlihat masing variabel bebas terhadap
bahwa koefisien regresi variabel variabel terikat juga kurang. Dari
bebas X1 lebih tinggi dari koefisien persamaan (1.3) terlihat bahwa
regresi variabel bebas X2, sehingga koefisien regresi variabel bebas X2
dapat disimpulkan bahwa variabel lebih tinggi dari koefisien regresi
rasio massa oli bekas dan minyak variabel bebas X1, sehingga dapat
jelantah lebih berpengaruh terhadap disimpulkan bahwa variabel
variabel terikat Y (konversi, hasil temperatur (X2) lebih berpengaruh
(yield)) daripada variabel temperatur. terhadap variabel terikat Y (konversi,
Gambar grafik tiga dimensi untuk hasil (yield)) daripada variabel rasio
satu variabel Y dan dua variabel X massa oli bekas dengan minyak
dapat dilihat pada gambar 5. jelantah.
Gambar grafik tiga dimensi untuk
satu variabel Y dan dua variabel X
dapat dilihat pada gambar 6.
50 40
40
30
Konversi kokas (%)
30
20
20
10
0 10
-10
X2: Temperatur X1: Rasio massa sampel oli bekas -20
0
Temperatur 0
0
0.5
1 -10
-0.5
-1 -1
X2,Temperatur (Celcius)
Gambar 5. Grafik konversi gas terhadap X1,Minyak Jelantah:Oli)