Professional Documents
Culture Documents
Otitis Eksterna
Otitis Media Akut
Perceptor:
dr. Hadjiman YT, Sp. THT
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG, DAN
TENGGOROKAN
RUMAH SAKIT UMUM AHMAD YANI
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS LAMPUNG
2016
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.....................................................................................i
I. PENDAHULUAN.......................................................................1
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................4
II.1. Anatomi dan Fisiologi Telinga.............................................4
II.2. Otitis Eksterna....................................................................7
2.2.1 Definisi......................................................................7
2.2.2 Etiologi .....................................................................8
2.2.3 Patogenesis..............................................................8
2.2.4 Diagnosis..................................................................9
2.2.5 Penatalaksanaan....................................................10
2.3 Otitis Media Akut
..........................................................................................12
2.3.1 Definisi. ......................................................................
.................12
2.3.2 Klasifikasi. ..................................................................
.............13
2.3.3 Etiologi dan Epidemiologi
...............................................................................13
2.3.4 Patogenesis. ...............................................................
..........14
2.3.5 Manifestasi Klinis dan Diagnosis
...............................................................................15
2.3.6 Penatalaksanaan. .......................................................
.............19
III LAPORAN KASUS............................................................................ 23
IV PEMBAHASAN.................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
berlangsung kurang dari tiga minggu. Yang dimaksud dengan telinga tengah
adalah ruang di dalam telinga yang terletak antara membran timpani dengan
Perjalanan otitis media akut terdiri atas beberapa aspek yaitu efusi telinga tengah
yang akan berkembang menjadi pus oleh karena adanya infeksi mikroorganisme,
adanya tanda inflamasi akut, serta munculnya gejala otalgia, iritabilitas, dan
demam.
dan sel-sel mastoid kurang dari 2 minggu. Otitis media akut (OMA) dapat
pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu), ISPA (infeksi
kejadian OMA tercatat pada tahun 2009 dengan proporsi kejadian 0,22%,
sedangkan 25,6 % kejadian OMA tercatat pada tahun 2010 dengan proporsi
kejadian 0,08%.1,3
Gejala klinik otitis media akut tergantung pada stadium penyakit dan
akut berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah terdiri dari stadium oklusi
penyakitnya.
antibiotik. Di Amerika Serikat (AS), kebanyakan anak dengan otitis media akut
secara rutin mendapat antibiotik. Beberapa peneliti dari Eropa Barat, Inggris,
dan AS menyarankan bahwa anak dengan otitis media akut dapat diobservasi
penggunaan antibiotic untuk otitis media akut sudah dipraktekkan sejak tahun
1990an. Pada tahun 2004, American Academy of Pediatrics dan the American
dan berat-ringannya penyakit. Sekitar 80% anak sembuh tanpa antibiotic dalam
penggunaan antibiotic merupakan pilihan terapi awal pada otitis media akut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam. Telinga luar terdiri dari daun telingan dan liang telinga sampai
elastin yang dilapisi kulit. Bentuk daun telinga unik dan dalam merawat
dapat terlepas dari tulang rawan dibawahnya oleh hematom atau pus, dan
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga
bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya 2,5-3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat
banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Pada dua pertiga
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar yaitu membran timpani,
batas depan yaitu tuba eustachius, batas bawah yaitu vena jugularis (bulbus
batas atas tegmen timpani, dan batas dalam yaitu kanalis semisirkularis
propria). Pars flaksida hanya berlapis dua yaitu bagian luar adalah lanjutan
epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisis oleh sel kubus bersilia,
seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa memiliki satu lagi lapisan
ditengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin
yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian
tersusun dari luar ke dalam yaitu maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran
membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus meleat pada stapes.
Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Pada pars
flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum,
yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid dan
6
dengan telinga tengah. Rongga mastoid berbentuk seperti piramid bersisi tiga
dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fossa kranii media,
dinding medial adalah dinding lateral fossa kranii posterior, dinding anterior
mastoid terdapat aditus ad antrum, dan dinding lateral mastoid adalah tulang
Telinga bagian dalam biasa disebut sebagai labirin. Telinga dalam terdiri dari
koklea dan vestibular. Koklea melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu
setengah putaran. Rongga koklea dibagi menjadi tiga bagian oleh duktus koklearis
yang panjangnya 35 mm dan berisi endolimfe. Bagian atas adalah skala vestibuli
berisi perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh membrana reissner yang
tipis. Bagian bawah adalah skala timpani juga mengandung perilimfe dan
dipisahkan dari duktus koklearis oleh lamina spiralis oseus dan membrana
basilaris. Bagian tengah adalah skala media (duktus koklearis) yang berisi
endolimfe. Organ orti berada pada membran basalis. Pada skala media terdapat
terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada
membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut
luar dan kanalis corti yang membentuk organ corti (Adams et al., 2012; Soepardi
et al., 2007).
7
Otitis eksternasirkumskripta
2.2.2 Etiologi
Penyebab otitis eksterna sirkumskripta yang tersering adalah
Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus. Faktor lainnya adalah
maserasi kulit liang telinga akibat sering berenang atau mandi dengan
shower, trauma, reaksi terhadap benda asing, dan akumulasi serumen.
8
2.2.3Patogenesis
Otitis eksterna sirkumskripta merupakan infeksi folikel rambut, bermula
sebagai folikulitis kemudian biasanya meluas menjadi furunkel.
Organisme penyebab biasanya Staphylococcus. Umumnya kasus-kasus ini
disebabkan oleh trauma garukan pada liang telinga. Kadang-kadang
furunkel disebabkan oleh tersumbat serta terinfeksinya kelenjar sebasea di
liang telinga. Panas dan lembab dapat menurunkan daya tahan kulit liang
telinga, sehingga frekuensi penyakit ini agak meningkat pada musim
panas.
2.2.4 Diagnosis
9
1. Anamnesa
liang telinga.
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan penunjang
2.2.5 Penatalaksanaan
hati.
mengoleskan obat
tetap bersih dan kering dan melindunginya dari trauma. Kotoran harus
memungkinkan.
11
diangkat dengan kawat lengkung atau dengan aplikator kawat tipis berujung
karbogliserin. Serumen juga dapat dicuci keluar dengan air atau larutan
GolonganKlebsiella-Enterobacter
Escherichia coli
Polimiksin B Pseudomonas aeruginosa
GolonganKlebsiella-Enterobacter
Escherichia coli
Neomisin Staphylococcus aureusdanS.albus
Escherichia coli
Golonganproteus
Kloramfenikol Staphylococcus aureusdanS.albus
GolonganKlebsiella-Enterobacter
Escherichia coli
Nistatin
Klotrimazol
Mikonazol Organismejamur
Tolnafat
Karbol-fuhsin
12
Timol/alcohol
b. Otitis media non supuratif (otitis media serosa, otitis media sekretoria,
otitis media musinosa, otitis media efusi)
Disebabkan oleh transudasi plasma dari pembuluh darah ke dalam
rongga telinga tengah yang terutama disebabkan perbedaan tekanan
hidrostatik (otitis media serosa) atau akibat sekresi aktif kelenjar dan
kista pada lapisan epitel celah telinga tengah (otitis media mukoid).
13
Virus terdeteksi pada sekret pernafasan pada 40-90% anak dengan OMA
dan terdeteksi pada 20-48% cairan telinga tengah anak dengan OMA.
Penyakit OMA dapat disebabkan virus parainfluenza (tipe 1,2, dan 3),
influenza A dan B, rinovirus, adenovirus, enterovirus, dan koronavirus.
Selain itu virus yang jarang menyebabkan penyakit OMA yaitu
sitomegalovirus dan herpes simpleks. Infeksi bisa disebabkan virus sendiri
atau kombinasi dengan bakteri lain (Alper, Bluestone, Caselbrant, Dohar,
& Mandel, 2004).
tengah, seperti alergi, disfungsi siliar, penyakit hidung dan/atau sinus, dan
kelainan sistem imun(Darrow, Dash, & Derkay, 2003; Linsk et al., 2002).
c. Pemeriksaan
Timpanometri dapat memeriksa secara objektif mobilitas membran
timpani dan rantai tulang pendengaran. Timpanometri merupakan
konfirmasi penting terdapatnya cairan di telinga tengah. Timpanometri
juga dapat mengukur tekanan telinga tengah dan dengan mudah
menilai patensi tabung miringotomi dengan mengukur peningkatan
volume liang telinga luar. Timpanometri punya sensitivitas dan
spesifisitas 70-90% untuk deteksi cairan telinga tengah, tetapi
tergantung kerjasama pasien.
c. Stadium Supurasi
Stadium ini ditandai edem yang hebat telinga tengah disertai
hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di
kavum timpani sehingga membran timpani tampak menonjol (bulging)
ke arah liang telinga luar. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu
meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.
18
d. Stadium Perforasi
Stadium ini terjadi ruptur membran timpani sehingga nanah keluar dari
telinga tengah ke liang telinga. Anak yang tadinya gelisah sekarang
menjadi tenang, suhu badan turun, dan anak dapat tertidur nyenyak.
e. Stadium Resolusi
Stadium ini membran timpani perlahan-lahan normal, perforasi
membran timpani kembali menutup dan sekret purulen berkurang dan
tidak ada lagi. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah
maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.
b. Terapi Antibiotika
19
c. Observasi
Diantara anak dengan gejala ringan pilihan observasi dapat dilakukan
pada anak usia 6 bulan sampai 2 tahun dengan unilateral otitis media
akut, atau usia diatas dua tahun dengan bilateral atau unilateral otitis
media akut.
d. Terapi bedah
Dipertimbangkan pada anak dengan OMA rekuren, otitis media efusi
atau komplikasi supuratif seperti mastoiditis dengan osteitis. Beberapa
terapi bedah yang digunakan untuk penatalaksanaan OMA termasuk
timpanosintesis, miringotomi, dan adenoidektomi.
e. Terapi lain
Antihistamin dapat membantu pasien dengan alergi nasal, tapi dapat
memperpanjang waktu efusi telinga tengah. Dekongestan oral dapat
digunakan untuk meringankan kongesti nasal. Keduanya meningkatkan
penyembuhan atau mengurangi komplikasi dari otitis media akut dan
tidak selamanya direkomendasikan. Sedangkan pemberian
kortikosteroid tidak memiliki keuntungan pada otitis media akut.
20
3.2 Anamnesis
Keluhan utama:
Telinga kiri terasa nyeri dan keluar cairan bening sejak 3 hari yang lalu
serta pendengaran berkurang pada telinga kanan.
Keluhan tambahan :
Telinga terasa berdengung dan nyeri kepala.
Riwayat pengobatan:
Sebelum kerumah sakit pasien pergi ke puskesmas terkait keluhan ini
namun keluhan yang dirasa tidak berkurang.
Riwayat alergi:
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi makanan, debu ataupun
obat-obatan.
Pemeriksaantelinga
Normotia, deformitas (-), edema (-), Daun telinga Normotia, deformitas (-), edema (-),
hiperemis (+), nyeri (-), fistula (-) hiperemis (-), nyeri (-), fistula (-)
Nyeri tekan (-), fistula (-), sikatrik (-) Daerah Nyeri tekan (-), fistula (-), sikatrik (-)
retroaurikuler
Lapang, serumen (-), Liang telinga Lapang, serumen (+), hiperemis pada
posterior
Gendang telinga
Hiperemi ringan
Normal
Pemeriksaanhidung
Rinoskopi anterior
25
Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-), Deviasi (-), perdarahan (-),
ulkus (-) ulkus (-)
PemeriksaanTenggorokan
Geligi Normal
3.5 Diagnosis
AD Otitis Media Akut
AS otitis eksterna
- Analgetik (NSAID)
- Antibiotik
3.8 Prognosis
Quo ad Vitam : ad Bonam
27
1. Kasus ini didiagnosis sebagai otitis media akut pada telinga kanan.
lebih 1 minggu yang lalu. Keluhan tersebut disertai nyeri pada telinga, dan
berdengung dan nyeri kepala. Pasien mengaku selama kurang lebih selama
Pasien dengan otitis media akut biasanya sering terjadi pada anak-anak,
anak-anak berusia 6-11 bulan lebih rentan terkena otitis media akut,
yaitu pada rentang usia 18-20 bulan. Faktor resiko lain untuk terjadinya
otitis media akut antara lain usia (muda), alergi, abnormalitas kraniofasial,
dummy (dot) dan infeksi saluran pernafasa akut bagian atas. Namun
keluhan yang dikeluhkan pasien sesuai dengan gambaran otitis media akut
secara umum gejalanya berupa efusi telinga tengah dan tanda gejala
inflamasi telinga tengah, selain itu gejala lain dapat berupa demam, sakit
menarik telinga. Pada orang dewasa gejala yang lebih dominan berupa
daun telinga, daerah retroaurikular, dan liang telinga kedua telinga dalam
Hal ini sesuai dengan pemeriksaan fisik pada telinga dengan otitis media
timpani yang masih intak. Selain itu pada kondisi khusus terutama pada
sama antara anak dengan dewasa. Namun, dewasa dengan unilateral onset
baru, rekurensi otitis media akut, atau persisten otitis media efusi
kuman. Hal ini sesuai dengan gejala otitis ekterna yaitu nyeri tekan tragus,
Pada pemeriksaan fisik telinga kiri pasien didapatkan adanya gejala klinis
otitis eksterna diffusa berupa nyeri tekan tragus selain itu terdapat
hiperemi, secret(+).
31
2. Tatalaksana pada penderita untuk otitis media akut ini berupa analgetik
dan antibiotik. Hal ini sesuai dengan literatur, secara umum tatalaksana
pada otitis media akut berupa pemberian analgesic gejala berupa nyeri
dan terapi lain bila perlu seperti antihistamin atau dekongestan oral. Secara
prognosis otitis media akut secara umumnya baik kecuali apa bila
Adams, G. L., Boies, L. R., & Highler, P. A. (2012). Buku Ajar Penyakit THT (6
th). Jakarta: EGC.
Alper, C. M., Bluestone, C. D., Caselbrant, M. L., Dohar, J. E., & Mandel, E. M.
(2004). Advanced theraphy of otitis media. Ontario: BC Decker Inc.
Darrow, D. N., Dash, N., & Derkay, C. S. (2003). Otitis Media: Concept and
controversies. Current Opin Otolaryngology Head Neck Surgery, 11(416),
416423.
Harmes, K. M., Blackwood, R. A., Burrows, H. L., Cooke, J. M., Van Harrison,
Kong, K., & Coates, H. (2009). Natural History, definition, risk factor and burden
of otitis media. Medical Jurnal Aust, 191(9), 539543.
Linsk, R., Blackwood, A., Cooke, J., Harrison, V., Lesperance, M., & Hildebrant,
M. (2002). Otitis Media: Guildeline for clinical care.
Morris, P. S., & Leach, A. J. (2009). Acute and chronic otitis media. Pediatric
Clinical North America, 56(6), 13831399.
Soepardi, E. A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., & Restuti, R. D. (2007). Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher (6 th).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Tortora GJ. (2012). Principles of Anatomy and Physiology 13th ed. USA: Biological
Science Textbook.