Professional Documents
Culture Documents
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. S
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 45 tahun
d. Pekerjaan :IRT
e. Pendidikan : SMP
f. Alamat : RT 06 TAHTUL YAMAN
g. Tanggal periksa : 10 februari 2015
1
Rumah depan Pasien
Periksa pasien
2
Dapur pasien Tempat masak
Kamar pasien
3
III. Aspek Psikologis di Keluarga :
Pasien mengaku sering banyak pikiran karena memikirkan biaya hidup dan
sekolah anaknya.
4
VIII. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Suhu : 36,5C
4. Nadi : 74 kali/menit
5. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
6. Pernafasan : 22 kali/menit
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Ekspresi : biasa
Simetri : simetris
2. Mata Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor,
reflex cahaya +/+
Lensa : normal, keruh (-)
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut : tak ada kelainan
6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
.
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang tertinggal
Jantung
Pulmo
5
Inspeksi : Bentuk dada simetris normal, pergerakan paru simetris
ki/ka.
Palpasi : Pergerakan paru simetris, tidak ada gerakan yang
tertinggal, vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : Suara dasar paru kanan kiri vesikular normal, wheezing
(-), ronki (-)
X. Diagnosis Kerja
Tension Headache
XI. Diagnosis Banding
Migren Headache
Cluster Headache
6
Abses Otak
XII. Manajemen.
a. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit tension headache yang
dideritanya
- Menjelaskan penyebab dari penyakit tension headache
- Menjelaskan bahwa penyakit tension headache dapat timbul dengan faktor
pencetus stress
b. Preventif :
- Mengkonsumsi makananan dengan gizi seimbang.
- Tidur yang cukup
- Menghindari makanan yang dapat memicu nyeri kepala
- Berolahraga teratur
- Hindari stress
- Menghindari lingkungan sosial yang menyebabkan stress
c. Kuratif :
- Non Farmakologis :
Psikoterapi
Meditasi
Melakukan hobbi, rekreasi
Fisioterapi ( pijat dan traksi leher, peregangan otot-otot leher
Akupuntur
Relaksasi
- Farmakologi :
Antalgin 500 mg
Vit B comp
Diazepam 2 mg tab
Obat Tradisional
Resep 1: Ambil beberapa rimpang temu lawak diiris tipis-tipis,
dikeringkan lalu di tumbuk halus menjadi tepung, ambil dua genggam tepung
7
temulawak tersebut,kemudian direbus dengan 5 gelas air hingga tersisa 3 gelas.
Air disaring dan diminum 3 kali sehari.
S3 dd tab 1 S3 dd tab 1
S1 dd tab 1 S1 dd tab 1
8
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman
dr. Bertylia R.W.U SIP. G1A213062
STR 019/01/2015
Jl Tahtul Yaman no 03 RT 03
16 Februari 2015
R/ Codein 20 mg No XV
S3 dd tab 1
S3 dd tab 1
9
d. Disability Limitation
- Diusahakan ibu untuk bekerja, menambah penghasilan
- Perbanyak ibadah
e. Rehabilitatif
- Istirahat yang cukup
- Segera selesaikan permasalahan
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Definisi
wajah, kuduk dan bahu. Kontraksi yang terus menerus ini akan menimbulkan nyeri
otot yang di referred ke kepala (muscle contraction headache). Muscle
contraction ini timbul oleh karena adanya ketegangan jiwa anxietas, tension, atau
5
depresi).
Nyeri kepala itu akan dirasakan oleh si penderita sebagai suatu ikat kepala
yang
2.2 . Penyebab
Depresi
3
Nyeri kepala juga dapat dipicu oleh:
11
Makan yang terlalu sedikt atau terlalu banyak
6,7
2.3 Epidemiologi
8
2.4 Patofisiologi Tension Type Headache
Pada penderita TTH didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri tekan
yang bertambah pada palpasi jaringan miofascial perikranial. Impuls nosiseptif
dari otot
perikranial yang menjalar ke kepala mengakibatkan timbulnya nyeri
kepala dan nyeri yang bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat insersinya.
TTH adalah kondisi stress mental, non-physiological motor stress, dan
miofasial lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya
yang menstimuli perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi
supraspinal pain, kemudian berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masing-masing
individu mempunyai sifat self limiting yang berbeda-beda dalam hal intensitas nyeri
kepalanya.
Pengukuran tekanan palpasi terhadap otot perikranial dilakukan dengan
alat palporneter (yang diketemukan oleh Atkins, 1992) sehingga dapat
mendapatkan skor nyeri tekan terhadap otot tersebut.
12
Langemark & Olesen tahun 1987 (yang dikutip oleh Bendtsen)
telah menemukan metode palpasi manual untuk penelitian nyeri kepala dengan
cara palpasi secara cepat bilateral dengan cara memutar jari ke 2 dan ke 3 ke otot
yang diperiksa, nyeri tekan yang terinduksi dinilai dengan skor Total Tenderness
Scoring system. Yaitu suatu sistem skor dengan 4 point penilaian kombinasi
antara reaksibehaviour dengan reaksi verbal dari penderita.
Pada penelitian Bendtsen tahun 1996 terhadap penderita chronic tension
type headache (yang dikutip oleh Bendtsen) ternyata otot yang mempunyai
nilai Local tenderness score tertinggi adalah otot Trapezeus,
insersi otot leher dan otot sternocleidomastoid. Nyeri tekan
otot perikranial secara signifikan berkorelasi dengan intensitas maupun frekwensi
serangan tension type headache kronik. Belum diketahui secara jelas apakah nyeri
tekan otot tersebut mendahului atau sebab akibat daripada nyeri kepala, atau nyeri
kepala yang timbul dahulu baru timbul nyeri tekan otot. Pada migren
dapat juga terjadi nyeri tekan otot, akan tetapi tidak selalu berkorelasi
dengan intensitas maupun frekwensi serangan migren.
Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga
struktur fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi
oleh serabut kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan
serabut tebal yang bermyelin (A dan A) dalam keadaan normal mengantarkan
sensasi yang ringan / tidak merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan inocuous
event, seperti misalnya proses iskemik, stimuli mekanik, maka mediator kimiawi
terangsang dan timbul proses sensitisasi serabut A dan serabut C yang berperan
menambah rasa nyeri tekan pada tension type headache.
Pada zaman dekade sebelum ini dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala
dan leher yang dapat menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan penting dalam
tension type headache sehingga pada masa itu sering juga disebut muscle
contraction headache. Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa penelitian
yang menggunakan EMG (elektromiografi) pada penderita tension type headache
ternyata hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang tidak
mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun terjadi kenaikan aktifitas otot maka akan
terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri. Peninggian aktifitas otot itupun bisa
juga terjadi tanpa adanya nyeri kepala.
Nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada miofascial
trigger point yang berukuran kecil beberapa milimeter saja (tidak terdapat pada
semua otot) Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin (dilepas dari
platelet), bradikinin (dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin) dan
Kalium (yang dilepas dari sel otot), SP dan CGRP dari aferens otot berperan
sebagai stimulant sensitisasi terhadap
nosiseptor otot skelet. Jadi dianggap yang lebih sahih pada saat ini
adalah peran miofascial terhadap timbulnya tension type headache.
Untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer
terhadap nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses
kontraksi otot sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal descending pain
13
inhibitory activity, dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif
amat berperan terhadap timbulnya nyeri pada Tension type Headache. Semua
nilai ambang pressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli
akan menurun di sefalik maupun ekstrasefalik.
Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus
(87%), exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi life
time depresi pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi dijumpai
adanya defisit kadar serotonin dan noradrenalin di otaknya.
Pada suatu penelitian dengan PET Scan, ternyata membuktikan bahwa
kecepatan biosintesa serotonin pada pria jauh lebih cepat 52% dibandingkan dengan
wanita. Dengan bukti tersebut di asumsikan bahwa memang terbukti bahwa angka
kejadian depresi pada wanita lebih tinggi 2- 3 kali dari pria.
6,7
2.5 . Gambaran Klinis
Anamnesa
Onset nyeri dari TTH dapat memberikan gambaran seperti berdenyut dan
terkadang seperti gambaran klinis dari migren. Kombinasi dari migren dan TTH
dapat memberikan durasi nyeri yang lebih lama, menetap dan lebih berat.
HIS (The International Headache Society) kriteria diagnostik dari TTH adalah 2
dari
o Lokasi Frontal-occipital
"bandlike/viseli
ke"
o Insomnia
o Otot tegang dan seperti terikat pada region leher, occipital serta frontal
o Terdapat pada 75% pasien yang mengalami nyeri kepala kronis selama 5 tahun
o Sulit berkonsentrasi
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik sulit ditemukan penyebab dari nyeri kepala dari TTH.
Otot tegang dan nyeri pada daerah perikranial atau leher (tidak selalu)
Nyeri pada penekanan arteri temporalis dan daerah trigger zone (tidak
selalu) Nyeri bertambah dengan fleksi leher dan pergangan dari otot
leher
15
6,9
2.6 . Diagnosis
Diagnosis Primer
o Nyeri bilateral
o nyeri seperti di tekan
o Nausea
o Vomitus
16
Episodic (<15 hari/bulan) atau kronis (>15 hari/bulan selama > 6 bulan)
6,9
2.8 . Diagnosis Banding
Primary diagnosis
Nonvascular: Tension-
type Vascular: Migraine
or cluster
Metabolic disorders
Hypoxia (eg, chronic obstructive pulmonary disease, sleep
apnea) Hypercapnia
17
Hypoglycemia
6
2.9 . Pemeriksaan Penunjang
Laboratori
um
2.10. Penatalaksanaan
18
Analgesik seperti aspirin atau acetaminophen atau NSAID lain yang
sangat membantu, tetapi hanya untuk waktu yang singkat. Tension headache
memberi respon terbaik terhadap penggunaan hati-hati salah satu dari beberapa
10
obat yang mengurangi kecemasan atau depresi, ketika gejala terakhir timbul.
Beberapa pasien memberi respon terhadap ancillary measure seperti
massase, meditasi dan teknik biofeedback. Pengobatan analgesik yang lebih
kuat sebaiknya dihindari. Raski melaporkan berhasilnya terapi dengan
calcium channel blocker, phenelzine atau cyproheptadine. Ergotamin dan
propanolol tidak efektif kecuali jika terdapat gejala migren dan tension
headache. Teknik relaksasi sangat menolong pasien
10
bagaimana cara menghadapi anxietas dan stress.
3
Penanganan :
Istirahat dengan tenang, ruangan gelap hingga gejala berkurang dan hilang.
Pijat leher, bahu dan punggung. Letakkan heat, an ice pack, or a cold
washcloth pada area yang nyeri.
Segera ke dokter bila:
o Muntah berulang.
Terapi Farmakologik:
11
Drugs effective in the treatment of tension type headache
19
Aspirin Generic 650 mg PO q4-6h
Combination Analgesics
Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital, Phrenilin, generic 1-2 tablets; max 6 per day
50 mg
Regulasi lifestyle
o Meditasi
o psikoterapi
Fisioterapi
Terapi alternatif
o Akupuntur
o Acupressure
o Therapeutic touch
2.11. Prognosis
21
TTH merupakan nyeri kepala yang selalu kambuh, akan tetapi nyeri
kepala ini tidak berbahaya. Terapinya hanya bersifat simptomatis tetapi
kadang juga dapat hilang total. TTH dapat sembuh sempurna bila
penyebabnya di hilangkan. Pengunaan obat TTH yang lama dapat
menyebabkan nyeri kepala bertambah berat atau rebound headache.
22
BAB III
ANALISA KASUS
Daftar Pustaka
24
4. Friedman H. Problem Oriented Medical Diagosis. Sixth edition. USA:
Little, Brown and Company; 1996: pp. 398-9.
5. Ngoerah G. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Syaraf. Denpasar: Airlangga
University Press; 1990: pp. 203.
6. Singh MK. Muscle Contraction Tension Headache. Department of
Neurology, Pain Management, Medical College of Pennsylvania,
Hahnemann University. (Online) 2007.
Available from:
http://www.emedicine.com (Accessed: 10 februari 2015)
7. Gilroy J. Basic Neurology. Third edition. USA: McGraw Hill companies;
2000: pp. 124-138
8. Sjahrir H. Mekanisme Terjadinya Nyeri Kepala Primer dan Prospek
Pengobatannya. USU Digital Library. Medan : Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara; 2004.
9. Mueller L. Tension-type, The Forgotten Headache How to Recognize This
Common but Undertreated Condition. Postgraduate Medicine, Vol. III No. 4.
(Online) 2002. Available
from:
http://www.postgradmed.com/issues/2002/04_02/mueller.htm (Accessed10
februari 2015)
10. Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology seventh edition. USA:
McGraw-Hill; 2001: pp. 175-181
11. Hauser SL. Harrisons Neurology in Clinical Medicine. USA: McGraw
Hill; 2006: pp. 57
12. National Headache Foundation. Tension Type Headache, The Complete
Guide to Headache. (Online) 2005. Available from:
http://www.headaches.org/consumer/educationalmodules/completeguide/tens
iontype.html). (Accessed 15 februari 2015
25
26