You are on page 1of 26

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. S
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 45 tahun
d. Pekerjaan :IRT
e. Pendidikan : SMP
f. Alamat : RT 06 TAHTUL YAMAN
g. Tanggal periksa : 10 februari 2015

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : sudah menikah
b. Jumlah anak :4
c. Status ekonomi keluarga : cukup
d. Kondisi Rumah :
Pasien tinggal di rumah panggung.
Memiliki 3 kamar tidur dengan 1 jendela dan ventilasi pada tiap kamar
Memiliki ruang tamu dengan 4 jendela dan ventilasi
Memiliki 1 kamar mandi yang terletak di dalam rumah
Menggunakan jamban leher angsa
Sumber air minum : PDAM
Sumber listrik : PLN
Sampah dibuang ke tempat sampah dan dibakar
Memakai kasur kapuk (+), dirumah memakai karpet (+), sofa (+). Jarang
dibersihkan.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga :
Pasien tinggal bersama suaminya dan 4 orang anaknya. pasien bekerja
sebagai ibu rumah tangga . suami pasien bekerja buruh pabrik

1
Rumah depan Pasien

Foto bersama pasien

Periksa pasien

2
Dapur pasien Tempat masak

Kamar pasien

3
III. Aspek Psikologis di Keluarga :
Pasien mengaku sering banyak pikiran karena memikirkan biaya hidup dan
sekolah anaknya.

IV. Keluhan Utama :


Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan sakit kepala sejak 3 hari yang
lalu
V. Keluhan Tambahan : badan lemas, kadang-kadang mual, nyeri ulu hati

VI. Riwayat Penyakit Sekarang :


Nyeri kepala dirasakan pasien sejak 3 hari sebelum ke puskesmas. Nyeri
dirasakan seperti ditekan-tekan mulai dari dahi hingga kepala bagian tengah dan
terasa berat terutama di daerah kepala bagian belakang dan tengkuk. Nyeri dirasakan
terus menerus dan tidak hanya pada satu sisi kepala. Tidak ada muntah. Mual (+)
Pasien juga tidak ada mengeluhkan pandangan ganda ataupun fotophobia. Tidak ada
gangguan pada pendengaran, tidak ada telinga berdengung, tidak ada
fonophobia. Pasien sedang tidak menstruasi dan nyeri kepala tidak
berhubungan dengan siklus menstruasi.
Ketika nyeri kepala nya muncul pasien juga merasakan badannya lemas, mual
dan nyeri di daerah ulu hati nya. Pasien mengaku sudah sejak 3 hari ini pasien tidak
nafsu makan dan susah tidur
Pasien mengaku sedang memiliki masalah pribadi dan sering mengalami
keluhan serupa jika pasien kelelahan ataupun banyak pikiran. Menurut pengakuan
pasien dalam 6 bulan ini pasien mengalami keluhan serupa 5 kali dan hilang dengan
mengkonsumsi obat penghilang nyeri

VII. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :


- 6 tahun yang lalu Pasien pernah mengalami keluhan yang sama
- Riwayat penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama disangkal
- Hipertensi disangkal
- Diabetes melitus disangkal
- Riwayat trauma kepala disangkal

4
VIII. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Suhu : 36,5C
4. Nadi : 74 kali/menit
5. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
6. Pernafasan : 22 kali/menit
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Ekspresi : biasa
Simetri : simetris
2. Mata Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor,
reflex cahaya +/+
Lensa : normal, keruh (-)
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut : tak ada kelainan
6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
.
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang tertinggal
Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tak tampak


Auskultasi : Suara normal jantung regular, bising (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-). ictus cordis teraba pada ICS V MCS
Perkusi : tidak dilakukan

Pulmo

5
Inspeksi : Bentuk dada simetris normal, pergerakan paru simetris
ki/ka.
Palpasi : Pergerakan paru simetris, tidak ada gerakan yang
tertinggal, vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : Suara dasar paru kanan kiri vesikular normal, wheezing
(-), ronki (-)

8. Punggung : kifosis, lordosis, skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra (-)


9. Abdomen :
Inspeksi : hernia umbilikalis (-), asites (-), strie (-), lesi (-)
Auskultasi : bisung usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani

10. Ekstremitas Atas


- Akral hangat
- Jari-jari tremor (-)
- Telapak tangan lembab
- Edema (-/-)
- Kekuatan motorik : Normal
11. Ekstremitas bawah
- Akral hangat
- Edem (-/-)
- Kekuatan motorik : Normal

IX. Pemeriksaan Anjuran


Darah Lengkap
GDS
EEG
CT SCAN

X. Diagnosis Kerja
Tension Headache
XI. Diagnosis Banding
Migren Headache
Cluster Headache

6
Abses Otak

XII. Manajemen.
a. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit tension headache yang
dideritanya
- Menjelaskan penyebab dari penyakit tension headache
- Menjelaskan bahwa penyakit tension headache dapat timbul dengan faktor
pencetus stress
b. Preventif :
- Mengkonsumsi makananan dengan gizi seimbang.
- Tidur yang cukup
- Menghindari makanan yang dapat memicu nyeri kepala
- Berolahraga teratur
- Hindari stress
- Menghindari lingkungan sosial yang menyebabkan stress
c. Kuratif :
- Non Farmakologis :
Psikoterapi
Meditasi
Melakukan hobbi, rekreasi
Fisioterapi ( pijat dan traksi leher, peregangan otot-otot leher
Akupuntur
Relaksasi

- Farmakologi :
Antalgin 500 mg
Vit B comp
Diazepam 2 mg tab

Obat Tradisional
Resep 1: Ambil beberapa rimpang temu lawak diiris tipis-tipis,
dikeringkan lalu di tumbuk halus menjadi tepung, ambil dua genggam tepung
7
temulawak tersebut,kemudian direbus dengan 5 gelas air hingga tersisa 3 gelas.
Air disaring dan diminum 3 kali sehari.

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
dr. Bertylia R.W.U SIP. G1A213062 dr. Bertylia R.W.U SIP. G1A213062
STR 019/01/2015 STR 019/01/2015

Jl Tahtul Yaman no 03 RT 03 Jl Tahtul Yaman no 03 RT 03

16 Februari 2015 16 Februari 2015

R/ Antalgin tab 500 mg No IX R/ Vitamin B complex tab No XV

S3 dd tab 1 S3 dd tab 1

R/ Diazepam tab 2 mg No III R/ Mional tab 2 mg No V

S1 dd tab 1 S1 dd tab 1

Pro : Ny. R/ 45 tahun Pro : Ny. R/ 45 tahun

Alamat : RT 06 Tahtul yaman Alamat : RT 06 Tahtul yaman

8
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Tahtul Yaman
dr. Bertylia R.W.U SIP. G1A213062
STR 019/01/2015

Jl Tahtul Yaman no 03 RT 03

16 Februari 2015

R/ Codein 20 mg No XV

S3 dd tab 1

R/ Paracetamol 500 mg tab No XV

S3 dd tab 1

Pro : Ny. R/ 45 tahun

Alamat : RT 06 Tahtul yaman

9
d. Disability Limitation
- Diusahakan ibu untuk bekerja, menambah penghasilan
- Perbanyak ibadah
e. Rehabilitatif
- Istirahat yang cukup
- Segera selesaikan permasalahan

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Definisi

Tension Type Headache (TTH) adalah nyeri kepala yang disebabkan


oleh tegangnya otot pada wajah, leher atau kulit kepala. Disebut juga muscle-
3,4
contraction headache. TTH merupakan sakit kepala yang paling sering terjadi.
TTH ini timbul karena adanya kontraksi yang terus menerus dari otot-otot
kepala,

wajah, kuduk dan bahu. Kontraksi yang terus menerus ini akan menimbulkan nyeri
otot yang di referred ke kepala (muscle contraction headache). Muscle
contraction ini timbul oleh karena adanya ketegangan jiwa anxietas, tension, atau
5
depresi).
Nyeri kepala itu akan dirasakan oleh si penderita sebagai suatu ikat kepala
yang

terlalu menekan. Kepalanya dirasakan berat oleh si penderita, terutama di waktu


pagi hari. Bila penderita dipijat oleh istri atau suaminya, maka nyeri kepala itu
5
dirasakannya berkurang.

2.2 . Penyebab

Otot wajah, leher dan kulit kepala menjadi tegang


3
karena:

Anxietas atau stress

Bertahan pada satu posisi dalam waktu lama

Injury, seperti kecelakaan mobil

Depresi

3
Nyeri kepala juga dapat dipicu oleh:

Tidur yang terlalu sedikt atau terlalu banyak

11
Makan yang terlalu sedikt atau terlalu banyak

Minum alkohol berlebihan

Bekerja keras indoor atau outdoor

Kondisi medis tertentu

6,7
2.3 Epidemiologi

Frekuensi : Di Amerika Serikat, TTH merupakan sindrom nyeri


kepala primer yang paling sering
Internasional : Rasmussen et al melaporkan prevalensi seumur hidup TTH
69% laki-laki dan 88% perempuan pada populasi Danish. Pasien memiliki
pengalaman lebih dari satu sindrom nyeri kepala primer. Pada satu studi
oleh Ulrich et al, prevalensi 1 tahun TTH adalah sama diantara individu dengan
dan tanpa migraine.
Jenis Kelamin : Perempuan lebih sering daripada laki-laki. Ratio TTH
perempuan dan laki-laki sekitar 1,4:1. Pada Chronic type tension headache 1,9:1.
Usia : TTH dapat terjadi pada semua usia, tetapi onset remaja
hingga dewasa muda lebih sering.

8
2.4 Patofisiologi Tension Type Headache

Pada penderita TTH didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri tekan
yang bertambah pada palpasi jaringan miofascial perikranial. Impuls nosiseptif
dari otot
perikranial yang menjalar ke kepala mengakibatkan timbulnya nyeri
kepala dan nyeri yang bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat insersinya.
TTH adalah kondisi stress mental, non-physiological motor stress, dan
miofasial lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya
yang menstimuli perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi
supraspinal pain, kemudian berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masing-masing
individu mempunyai sifat self limiting yang berbeda-beda dalam hal intensitas nyeri
kepalanya.
Pengukuran tekanan palpasi terhadap otot perikranial dilakukan dengan
alat palporneter (yang diketemukan oleh Atkins, 1992) sehingga dapat
mendapatkan skor nyeri tekan terhadap otot tersebut.
12
Langemark & Olesen tahun 1987 (yang dikutip oleh Bendtsen)
telah menemukan metode palpasi manual untuk penelitian nyeri kepala dengan
cara palpasi secara cepat bilateral dengan cara memutar jari ke 2 dan ke 3 ke otot
yang diperiksa, nyeri tekan yang terinduksi dinilai dengan skor Total Tenderness
Scoring system. Yaitu suatu sistem skor dengan 4 point penilaian kombinasi
antara reaksibehaviour dengan reaksi verbal dari penderita.
Pada penelitian Bendtsen tahun 1996 terhadap penderita chronic tension
type headache (yang dikutip oleh Bendtsen) ternyata otot yang mempunyai
nilai Local tenderness score tertinggi adalah otot Trapezeus,
insersi otot leher dan otot sternocleidomastoid. Nyeri tekan
otot perikranial secara signifikan berkorelasi dengan intensitas maupun frekwensi
serangan tension type headache kronik. Belum diketahui secara jelas apakah nyeri
tekan otot tersebut mendahului atau sebab akibat daripada nyeri kepala, atau nyeri
kepala yang timbul dahulu baru timbul nyeri tekan otot. Pada migren
dapat juga terjadi nyeri tekan otot, akan tetapi tidak selalu berkorelasi
dengan intensitas maupun frekwensi serangan migren.
Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga
struktur fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi
oleh serabut kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan
serabut tebal yang bermyelin (A dan A) dalam keadaan normal mengantarkan
sensasi yang ringan / tidak merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan inocuous
event, seperti misalnya proses iskemik, stimuli mekanik, maka mediator kimiawi
terangsang dan timbul proses sensitisasi serabut A dan serabut C yang berperan
menambah rasa nyeri tekan pada tension type headache.
Pada zaman dekade sebelum ini dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala
dan leher yang dapat menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan penting dalam
tension type headache sehingga pada masa itu sering juga disebut muscle
contraction headache. Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa penelitian
yang menggunakan EMG (elektromiografi) pada penderita tension type headache
ternyata hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang tidak
mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun terjadi kenaikan aktifitas otot maka akan
terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri. Peninggian aktifitas otot itupun bisa
juga terjadi tanpa adanya nyeri kepala.
Nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada miofascial
trigger point yang berukuran kecil beberapa milimeter saja (tidak terdapat pada
semua otot) Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin (dilepas dari
platelet), bradikinin (dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin) dan
Kalium (yang dilepas dari sel otot), SP dan CGRP dari aferens otot berperan
sebagai stimulant sensitisasi terhadap
nosiseptor otot skelet. Jadi dianggap yang lebih sahih pada saat ini
adalah peran miofascial terhadap timbulnya tension type headache.
Untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer
terhadap nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses
kontraksi otot sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal descending pain
13
inhibitory activity, dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif
amat berperan terhadap timbulnya nyeri pada Tension type Headache. Semua
nilai ambang pressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli
akan menurun di sefalik maupun ekstrasefalik.
Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus
(87%), exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi life
time depresi pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi dijumpai
adanya defisit kadar serotonin dan noradrenalin di otaknya.
Pada suatu penelitian dengan PET Scan, ternyata membuktikan bahwa
kecepatan biosintesa serotonin pada pria jauh lebih cepat 52% dibandingkan dengan
wanita. Dengan bukti tersebut di asumsikan bahwa memang terbukti bahwa angka
kejadian depresi pada wanita lebih tinggi 2- 3 kali dari pria.

6,7
2.5 . Gambaran Klinis

Anamnesa

Onset nyeri dari TTH dapat memberikan gambaran seperti berdenyut dan
terkadang seperti gambaran klinis dari migren. Kombinasi dari migren dan TTH
dapat memberikan durasi nyeri yang lebih lama, menetap dan lebih berat.
HIS (The International Headache Society) kriteria diagnostik dari TTH adalah 2
dari

4 point di bawah ini :

o Ditekan atau seperti di ikat

o Lokasi Frontal-occipital

o Bilateral intensitas yang ringan atau sedang

o Tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik

Anamnesa pada TTH sering ditemukan:

o Durasi 30 menit sampai 7 hari

o Tidak ada mual muntah (kadang terjadi anorexia)

o Photophobia dan phonophobia


14
o Minimal 10 kali muncul sakit kepala dalam sekali serangan; dan serangan
sakit kepala terjadi lebih dari 180 kali per tahun
o Bilateral dan occipitonuchal atau nyeri bifrontal

o Dengan gambaran nyeri seperti "fullness," "tightness/squeezing," "pressure,"


or

"bandlike/viseli
ke"

o Kadang disertai stress emosional dan rasa cemas berlebihan

o Insomnia

o Setelah serangan kadang perasaan seperti keatas ataupun ke bawah

o Otot tegang dan seperti terikat pada region leher, occipital serta frontal

o Terdapat pada 75% pasien yang mengalami nyeri kepala kronis selama 5 tahun

o Sulit berkonsentrasi

o Tidak ada gejala prodormal


Onset nyeri kepala yang baru pada pasien usia muda dapat dipikirkan
penyebabnya adalah TTH

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik sulit ditemukan penyebab dari nyeri kepala dari TTH.

Vital sign normal

Pemeriksaan neurologis normal

Otot tegang dan nyeri pada daerah perikranial atau leher (tidak selalu)

Nyeri pada penekanan arteri temporalis dan daerah trigger zone (tidak
selalu) Nyeri bertambah dengan fleksi leher dan pergangan dari otot
leher

15
6,9
2.6 . Diagnosis

Diagnosis Primer

Dua dari point di bawah ini :

o Nyeri bilateral
o nyeri seperti di tekan

o nyeri ringan atau sedang

o nyeri tidak berhubungan dengan aktivitas fisik

Satu atau lebih dari gejala di bawah ini :

o Sensitif terhadap cahaya

o Sensitif terhadap suara

Terkadang tidak disertai gejala :

o Nausea

o Vomitus

Durasi nyeri 30 menit 7 hari

2.7 Diagnosis Subdivisi

16
Episodic (<15 hari/bulan) atau kronis (>15 hari/bulan selama > 6 bulan)

Dalam menegakan diagnosis tidak semua gejala dan pemeriksaan fisik di


dapatkan kelainan, yang penting adalah keriteria dari IHS. Kadang nyeri kepala
TTH ini tidak berdiri sendiri, tapi juga sering disertai dengan nyeri kepala tipe
yang lain (migren

6,9
2.8 . Diagnosis Banding

Differential diagnostic considerations in tension-type headache

Primary diagnosis
Nonvascular: Tension-
type Vascular: Migraine
or cluster

Secondary (organic) diagnosis


Vascular disorders
Subarachnoid hemorrhage
Subdural hematoma
Unruptured arteriovenous malformation or aneurysm
Ischemic cerebrovascular disease
Temporal arteritis
Arterial hypertension
Cerebral venous
thrombosis

Nonvascular intracranial disorders


Benign intracranial hypertension
Intracranial hypotension after lumbar puncture
Intracranial neoplasm
Intracranial infection or meningitis

Substances that act as triggers


Medications (eg, nitrates, over-the-counter
drugs) Foods (eg, monosodium glutamate,
alcohol) Exposures (eg, carbon monoxide)
Rebound (eg, caffeine, analgesic, ergot)

Metabolic disorders
Hypoxia (eg, chronic obstructive pulmonary disease, sleep
apnea) Hypercapnia
17
Hypoglycemia

Abnormalities of extracranial structures


Eyes (eg, glaucoma, refractive errors)
Ears and sinuses (eg, infectious sinusitis,
barosinusitis) Teeth and jaws (eg,
temporomandibular joint disorder) Skull (eg,
Paget's disease, multiple myeloma)
Neck (eg, spondylosis, cervical disk disease)

6
2.9 . Pemeriksaan Penunjang

Laboratori
um

Diagnosis tension headache adalah dari klinis. Seperti nyeri kepala


primer lainnya, tidak ada test diagnostik spesifik untuk tension headache.
Studi Imaging

Studi neuroimaging penting untuk mengesampingkan penyebab


sekunder nyeri kepala, termasuk neoplasma dan cerebral hemorrhage.
MRI imaging menunjukkan struktur cerebral yang detail dan khususnya
dalam mengevaluasi fossa posterior

CT scan dengan kontras merupakan alternatif lain tetapi lebih rendah


daripada

MRI dalam memperlihatkan struktur fosa posterior.

Indikasi neuroimaging jika nyeri kepala atipikal atau berhubungan


dengan abnormalitas pada pemeriksaan neurologis.

2.10. Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan adalah pedekatan psiklogik (psikoterapi), fisiologik


(relaksasi) dan farmakologik (analgesik, sedativa dan minor transquilizers).
Dalam praktek, diperlukan penjelasan yang cukup mengenai latar belakang
munculnya nyeri agar penderita mengerti tentang permasalahan yang selama ini
kurang atau tidak disadarinya. Penjelasan tentang berbagai macam pemeriksaan
tambahan yang perlu dan yang tidak
1
perlu akan sangat bermanfaat bagi penderita.

18
Analgesik seperti aspirin atau acetaminophen atau NSAID lain yang
sangat membantu, tetapi hanya untuk waktu yang singkat. Tension headache
memberi respon terbaik terhadap penggunaan hati-hati salah satu dari beberapa
10
obat yang mengurangi kecemasan atau depresi, ketika gejala terakhir timbul.
Beberapa pasien memberi respon terhadap ancillary measure seperti
massase, meditasi dan teknik biofeedback. Pengobatan analgesik yang lebih
kuat sebaiknya dihindari. Raski melaporkan berhasilnya terapi dengan
calcium channel blocker, phenelzine atau cyproheptadine. Ergotamin dan
propanolol tidak efektif kecuali jika terdapat gejala migren dan tension
headache. Teknik relaksasi sangat menolong pasien
10
bagaimana cara menghadapi anxietas dan stress.

3
Penanganan :

Istirahat dengan tenang, ruangan gelap hingga gejala berkurang dan hilang.

Konsumsi obat nyeri seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen.

Pijat leher, bahu dan punggung. Letakkan heat, an ice pack, or a cold
washcloth pada area yang nyeri.
Segera ke dokter bila:

o Sakit kepala yang lebih sakit dari biasanya

o Muntah berulang.

o Numbness or tingling wajah, lengan atau kaki.

o Lengan dan kaki lemah.

o Perubahan visual yang tidak segera hilan

Terapi Farmakologik:

11
Drugs effective in the treatment of tension type headache

Drug Trade name Dosage

Nonsteroidal Anti Inflammatory Agents

Acetaminophen Tylenol, generic 650 mg PO q4-6h

19
Aspirin Generic 650 mg PO q4-6h

Combination Analgesics

Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital, Phrenilin, generic 1-2 tablets; max 6 per day

50 mg

Acetaminophen, 650 mg, plus butalbital,


Phrenilin Forte 1 tablet; max 6 per day
50 mg

Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital,

50 mg, plus caffeine, 40 mg


Fiocert; Esgic, generic 1-2 tablets; max 6 per day

Acetaminophen, 500 mg, plus butalbital,

50 mg, plus caffeine, 40 mg

Esgic-plus 1-2 tablets; max 6 per day

Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital,

50 mg, plus caffeine, 40 mg

Fiorinal 1-2 tablets; max 6 per day


Prophylactic Medications

Amitriptyline Elavil, generic 10-50 mg at bedtime

Doxepin Sinequan, generic 10-75 mg at bedtime

Nortriptyline Pamelor, generic 25-75 mg at bedtime


9
Terapi non-farmakologik

Regulasi lifestyle

o mengatur dan tidur yang cukup


20
o makan terapi dan diet yang baik

o mengetahui dan menghindari makanan yang dapat memicu nyeri


kepala berolahraga teratur (seperti aerobik)
Hindari Stres

o Menghindari lingkungan sosial yang dapat menyebabkan stress

o Meditasi

o melakukan hobi, rekreasi

o relaksasi otot (dengan latihan-latihan)

o psikoterapi

Fisioterapi

o panas, dingin, ultrasound, transcutaneous electrical nerve stimulation (tens)

o Pijat dan traksi leher

o peregangan otot-otot leher

Manipulasi osteopathic atau chiropractic

Terapi alternatif

o Akupuntur

o Acupressure

o Therapeutic touch

o Aromatherapy (contoh : peppermint, green


apple) salep topikal (contoh : salicylic acid, piroxicam
[Feldene], ketoprofen [Orudis, Oruvail])

2.11. Prognosis

21
TTH merupakan nyeri kepala yang selalu kambuh, akan tetapi nyeri
kepala ini tidak berbahaya. Terapinya hanya bersifat simptomatis tetapi
kadang juga dapat hilang total. TTH dapat sembuh sempurna bila
penyebabnya di hilangkan. Pengunaan obat TTH yang lama dapat
menyebabkan nyeri kepala bertambah berat atau rebound headache.

22
BAB III
ANALISA KASUS

ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK


a. Hubungan anamnesis, pemeriksaan fisik, keadaan rumah dengan
diagnosis :
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan sakit kepala sejak 3 hari yang
lalu.
Nyeri kepala dirasakan pasien sejak 3 hari . Nyeri dirasakan seperti
ditekan-tekan mulai dari dahi hingga kepala bagian tengah dan terasa berat
terutama di daerah kepala bagian belakang dan tengkuk. Nyeri dirasakan terus
menerus dan tidak hanya pada satu sisi kepala. Tidak ada muntah. Pasien juga
tidak ada mengeluhkan pandangan ganda ataupun fotophobia. Tidak ada
gangguan pada pendengaran, tidak ada telinga berdengung, tidak ada
fonophobia. Pasien sedang tidak menstruasi dan nyeri kepala tidak
berhubungan dengan siklus menstruasi.
Ketika nyeri kepala nya muncul pasien juga merasakan badannya lemas,
mual dan nyeri di daerah ulu hati nya. Pasien mengaku sudah sejak 3 hari ini
pasien tidak nafsu makan dan susah tidur
Pasien mengaku sedang memiliki masalah pribadi dan sering
mengalami keluhan serupa jika pasien kelelahan ataupun banyak pikiran.
Menurut pengakuan pasien dalam 6 bulan ini pasien mengalami keluhan serupa
5 kali dan hilang dengan mengkonsumsi obat penghilang nyeri Dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik, akhirnya didapatkan diagnosa penyakit yang
diderita pasien yaitu tension headache.
Pasien tinggal di sebuah rumah permanen yang agak pengap karena
ventilasi yang kurang. Mempunyai 3 kamar tidur, 1 ruang tamu yang bergabung
dengan ruang keluarga, dan mempunyai 1 dapur .Kamar mandi menggunakan wc
jongkok dengan sumber air yang berasal dari PAM.
Pasien tinggal bersama suaminya. pasien merupakan ibu rumah tangga,
Tidak ada hubungan antara kondisi rumah dan tempat tinggal pasien dengan
penyakit yang diderita oleh pasien.
23
b. Hubungan diagnosis dengan keluarga dan hubungan keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, pasien disayang oleh
orangtua dan saudaranya. Pasien tinggal dengan 4 orang anaknya dan suami. Hubungan
pasien dengan ayah, ibu, dan saudaranya baik. Dan hubungan pasien dengan anak serta
suami baik.
Tidak ada hubungan antara keadaan keluarga dengan penyakit yang diderita pasien.

c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis


Kausal penyebab tension headache yang diderita pasien pasien mempunyai
masalah psikologis sehingga itu menjadi faktor pencetus timbul penyakit tersebut

Daftar Pustaka

1. Harsono. Buku ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf

Indonesia. Jakarta: Gajah Mada University Press; 2005: pp. 285-8

2. World Health Organization. Headache Disorder. (Online) 2004. Available


from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs277/en/ (Accessed:
10 februari 2015)

3. Adult Health Advisor. Tension Headache. University of Michigan Health


System. McKesson Corporation. (Online) 2005. Available
from: http://www.medumich edu (Accessed: 10 februari 2015)

24
4. Friedman H. Problem Oriented Medical Diagosis. Sixth edition. USA:
Little, Brown and Company; 1996: pp. 398-9.
5. Ngoerah G. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Syaraf. Denpasar: Airlangga
University Press; 1990: pp. 203.
6. Singh MK. Muscle Contraction Tension Headache. Department of
Neurology, Pain Management, Medical College of Pennsylvania,
Hahnemann University. (Online) 2007.
Available from:
http://www.emedicine.com (Accessed: 10 februari 2015)
7. Gilroy J. Basic Neurology. Third edition. USA: McGraw Hill companies;
2000: pp. 124-138
8. Sjahrir H. Mekanisme Terjadinya Nyeri Kepala Primer dan Prospek
Pengobatannya. USU Digital Library. Medan : Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara; 2004.
9. Mueller L. Tension-type, The Forgotten Headache How to Recognize This
Common but Undertreated Condition. Postgraduate Medicine, Vol. III No. 4.
(Online) 2002. Available
from:
http://www.postgradmed.com/issues/2002/04_02/mueller.htm (Accessed10
februari 2015)
10. Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology seventh edition. USA:
McGraw-Hill; 2001: pp. 175-181
11. Hauser SL. Harrisons Neurology in Clinical Medicine. USA: McGraw
Hill; 2006: pp. 57
12. National Headache Foundation. Tension Type Headache, The Complete
Guide to Headache. (Online) 2005. Available from:
http://www.headaches.org/consumer/educationalmodules/completeguide/tens
iontype.html). (Accessed 15 februari 2015

25
26

You might also like