You are on page 1of 53

i

Analisa SWOT Pelaksanaan Progam Kesehatan Jiwa Dalam Menyikapi


Tingginya Kasus Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja
Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter


Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat

Pembimbing:
dr. Sutini

Disusun oleh :
Ayu Mustikarini, S.Ked J510165092
Chika Klarissa, S.Ked J510165050
Dewi Nur Intan Sari, S.Ked J510165071
Dhanista Hastinata S.P, S.Ked J510165032
Tri Sutopo S.Ked J510165059

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PUSKESMAS TAWANG SARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017

i
MAKALAH
Analisa SWOT Pelaksanaan Progam Kesehatan Jiwa Dalam Menyikapi
Tingginya Kasus Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja
Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo
Disusun oleh :
Ayu Mustikarini, S.Ked J510165092
Chika Klarissa, S.Ked J510165050
Dewi Nur Intan Sari, S.Ked J510165071
Dhanista Hastinata S.P, S.Ked J510165032
Tri Sutopo S.Ked J510165059

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada tanggal 7 Oktober 2016
Penguji
(.)

Pembimbing
dr. Sutini (.)

Disahkan Ka. Program Profesi:


dr. Donna Dewi Nirlawati (.)

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya serta
shalawat dan salam senantiasa kita panjatkan kepada nabi kita Muhammad SAW,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)
dengan judul Analisa SWOT Pelaksanaan Progam Kesehatan Jiwa Dalam
Menyikapi Tingginya Kasus Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas ini masih jauh dari sempurna,
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis
berharap semoga penulisan tugas ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca
sekalian.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Sukoharjo, 20 Juni 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................ii
KATA PENGANTAR ..............................................................................................iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
C. Tujuan ............................................................................................................2
D. Manfaat ..........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Manajemen Puskesmas ..................................................................................5
B. Program P2BB Pada Penyakit DBD ..............................................................8
C. Demam Berdarah Dengue (DBD) ..................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN DAN HASIL KEGIATAN ...........................30
A. Metode Penelitian...........................................................................................30
B. Hasil Kegiatan ................................................................................................30
C. Analisis SWOT ..............................................................................................41
D. Formulasi Strategi SWOT ..............................................................................42
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................48
A. Kesimpulan ....................................................................................................48
B. Saran ...............................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................49

iv
30

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sehat merupakan keadaan sejahtera, fisik mental dan sosial dan tidak
sekedar terbebas dari keadaan cacat dan kematian. Definisi sehat ini berlaku
bagi perorangan maupun penduduk (masyarakat). Derajat kesehatan
masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yang saling berinteraksi, yaitu
lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan.1
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari
kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan
manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu
menghadapi tekanan hidup yang wajar, mampu bekerja produktif dan
memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan
hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya, merasa nyaman
bersama dengan orang lain.2
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang
sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah
penderita gangguan jiwa bertambah. Berdasarkan data dari World Health
Organisasi (WHO) dalam Yosep (2013), ada sekitar 450 juta orang di dunia
yang mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan setidaknya ada satu dari
empat orang didunia mengalami masalah mental, dan masalah gangguan
kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat
serius.3
Berdasarkan hasil penelitian dari Rudi Maslim dalam Mubarta (2013)
prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia sebesar 6,55%. Angka
tersebut tergolong sedang dibandingkan dengan negara lainnya. Data dari 33
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) yang ada di seluruh Indonesia menyebutkan hingga
kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang.4

30
Prevalensi gangguan jiwa di Jawa Tengah mencapai 3,3 % dari seluruh
populasi yang ada.5 Berdasarkan data dari dinas kesehatan Provinsi Jawa
Tengah tercatat ada 1.091 kasus yang mengalami gangguan jiwa dan
beberapa dari kasus tersebut hidup dalam pasungan. Angka tersebut diperoleh
dari pendataan sejak januari hingga november 2012.6 Berdasarkan jumlah
kunjungan masyarakat yang mengalami gangguan jiwa ke pelayanan
kesehataan baik puskesmas, rumah sakit, maupun sarana pelayanan kesehatan
lainnya pada tahun 2009 terdapat 1,3 juta orang yang melakukan kunjungan,
hal ini diperkirakan sebanyak 4,09 %.7
Berdasarkan studi pendahuluan, di wilayah Sukoharjo masih banyak
terdapat masyarakat yang mengalami gangguan jiwa. Hal ini sesuai dengan
data yang diperoleh dari dinas kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Di wilayah
Sukoharjo terdapat kurang lebih 2778 kasus penderita gangguan jiwa.
Sedangkan pada tahun 2013 jumlah penderita gangguan jiwa yaitu 2537.8
Berdasarkan data dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta jumlah penderita
gangguan jiwa yang rawat inap dari wilayah Kabupaten Sukoharjo sebanyak
331 orang, sedangkan yang rawat jalan berjumlah 4376 orang.9
Data dari Dinkes Kabupaten Sukoharjo menunjukkan jumlah penderita
gangguan jiwa di Puskesmas Tawang Sari meduduki peingkat ketiga setelah
Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Gatak. pada tahun 2016 terdapat 124
pasien yang mengalami gangguan jiwa yang terdaftar di puskesmas. Hal ini
membuktikan bahwa masih banyak penderita yang mengalami gangguan
jiwa, bahkan mungkin hal ini akan terus bertambah setiap tahunnya.10
Dewasa ini Pemerintah telah menyediakan pelayanan kesehatan jiwa
kepada masyarakat melalui sistem pelayanan kesehatan jiwa mulai dari
tingkat primer, sekunder dan tersier. Namun demikian jika dikaitkan dengan
beban biaya yang harus dikeluarkan, maka pendekatan kepada masyarakat
akan lebih efektif dan efisien. Pelayanan Kesehatan Jiwa di masa lalu bersifat
spesialistik dan dikembangkan untuk RSJ maupun RSU. Sedangkan yang
bersifat umum dilakukan di Puskesmas. RSJ dijadikan pusat rujukan dan
pembinaan pelayanan kesehatan jiwa agar pelayanan kesehatan jiwa dapat

31
diselenggarakan secara komprehensif. Pelayanan kesehatan jiwa dewasa ini
mengalami perubahan fundamental, dari pelayanan kesehatan jiwa dengan
perawatan tertutup menjadi terbuka. 1,2
Dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa komunitas,
hingga saat ini belum ada pedoman yang dapat dipergunakan sebagai acuan
secara nasional. Pedoman yang berskala nasional sangat dibutuhkan untuk
memperluas jangkauan dan pemerataan pelayanan, serta standarisasi dan
mutu pelayanan. Dalam penanganan gangguan jiwa, pendekatan klinis-
individual beralih ke produktif-sosial sesuai dengan berkembangnya konsep
kesehatan jiwa komunitas.1,2
Oleh karena itu diperlukan evaluasi manajemen program kesehatan jiwa
komunitas guna untuk menurunkan angka kejadian penyakit jiwa di wilayah
kerja puskesmas Tawangsari.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana hasil analisa SWOT pada pelaksanaan program Kesehatan
Jiwa Dalam Menyikapi Tingginya Kasus Gangguan Jiwa di Puskesmas
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan program kesehatan Jiwa di Puskesmas
Tawang Sari Kabupaten Sukoharjo.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui peran puskesmas Tawangsari sebagai pelayanan
kesehatan tingkat dasar dalam menyikapi tingginya kasus gangguan
Jiwa.
b. Mengetahui tugas dan peran petugas kesehatan, kader dan
masyarakat dalam menyikapi tinginya gangguan jiwa di puskesmas
Tawangsari.
c. Mengetahui prioritas masalah yang menyebabkan peningkatan kasus
gangguan jiwa di Puskesmas Tawangsari.

32
d. Menyusun rencana tindak lanjut pemecahan prioritas masalah yang
menyebabkan peningkatan kasus gangguan jiwa di Puskesmas
Tawangsari.

D. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Bagi penulis untuk menambah wawasan, menambah khasanah ilmu
kesehatan jiwa, dan dapat menemukan dan memecahkan permasalahan
yang ada
2. Bagi Puskesmas
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan untuk meningkatkan pelaksanaan program
kesehatan jiwa komunitas guna menekan tingginya angka penderita
gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari.

33
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas
1. Definisi Manajemen Puskesmas
Menurut Permenkes No.75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan
masyarakat, disebutkan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat yang
selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya 11
2. Tugas dan Fungsi Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan
tugas tersebut, puskesmas menyelenggarakan fungsi:11
a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
3. Model Manajemen di Puskesmas
Untuk dapat mewujutkan visi, misi dan tujuan Puskesmas diperlukan
model manajemen yang cocok dan efektif untuk Puskesmas. Pelayanan
tingkat primer ialah pelayanan tingkat dasar, diberikan oleh fasilitas
pelayanan yang menjadi ujung tombak di komunitas, yaitu Puskesmas,
Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat, Dokter praktek swasta, Perawat
Kesehatan Jiwa Masyarakat, Bidan, Psikolog Klinis, Pekerja Sosial dan
Terapis okupasi yang telah mendapat pelatihan. Pelayanan tingkat sekunder
diberikan oleh Rumah Sakit Umum, dan pelayanan kesehatan tersier
diberikan di Rumah Sakit Jiwa.1,2
Pusat pelayanan kesehatan berada di Puskesmas. Puskesmas
menerima kasus secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung

34
kasus datang sendiri atau dibawa oleh keluarga atau pengantar. Secara tidak
langsung kasus dirujuk oleh pihak lain yang ada di masyarakat baik
perorangan maupun lembaga. Kasus juga bisa dijemput oleh Puskesmas
setelah mendapat laporan/permintaan dari masyarakat. Selain itu, kasus
juga dapat dirujuk dari fasiltas dengan tingkat yang lebih tinggi seperti
Rumah Sakit atau lembaga non-kesehatan yang ada di masyarakat.
Di dalam Puskesmas berturut-turut dilalui proses sebagai berikut:1,2
1. Pendaftaran
2. Pemeriksaan fisik
3. Penilaian Psikiatrik
4. Tindakan Medis
Sedangkan pelayanan yang diperoleh:
1. Penyuluhan
2. Deteksi dini
3. Pelayanan Kedaruratan Psikiatri
4. Pelayanan Rawat Jalan
5. Pelayanan Rujukan
6. Pelayanan Kunjungan Rumah (Home Visit)
B. Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas
1. Definisi Kesehatan Jiwa Komunitas
Menurut Permenkes No.75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan
masyarakat, disebutkan bahwa Kesehatan Jiwa Komunitas adalah suatu
pendekatan pelayanan kesehatan jiwa berbasis masyarakat, dimana seluruh
potensi yang ada di masyarakat dilibatkan secara aktif. Paradigma baru
dalam kesehatan jiwa komunitas adalah konsep penanganan masalah
kesehatan jiwa di bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dalam penanganan gangguan jiwa, terutama terhadap penderita gangguan
jiwa berat, dilakukan secara manusiawi tanpa mengabaikan hak-hak azasi
mereka. Pendekatan yang dilakukan beralih dari klinis-individual ke
produktif-sosial sesuai dengan berkembangnya konsep kesehatan jiwa
komunitas.11

35
2. Visi Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas
Peningkatan Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat Yang Optimal Dan
Berkeadilan.12

3. Misi Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas


a. Mendorong kemandirian dan kemitraan masyarakat untuk mewujudkan
jiwa yang sehat. Kemandirian dan kemitraan masyarakat akan dapat
terwujud jika pengetahuan tentang kesehatan jiwa, cara pencegahan dan
pengobatan, sikap masyarakat yang mendukung pengembangan
kesehatan jiwa akan mendorong partisipasi dalam pendanaan dan
membuat keputusan dalam upaya kesehatan jiwa.
b. Mengembangkan dan meningkatkan mutu, pemerataan pelayanan dan
jangkauan upaya kesehatan jiwa sehingga pelayanan kesehatan jiwa
mudah diakses secara lokal. Pelayanan kesehatan jiwa memiliki
karakteristik utama :
1) dapat terjangkau dan memenuhi kebutuhan penderita dan
masyarakat di lingkungannnya,
2) dilakukan secara terpadu dan menyeluruh mencakup pelayanan
yang bersifat akut maupun jangka panjang,
3) pelayanan yang bersifat komprehensif, dilakukan secara berjenjang
dan berkesinambungan,
4) dilakukan dengan mendayagunakan seluruh potensial pemerintah
dan swasta.
c. Pelayanan kesehatan jiwa perlu memperhatikan kelompok risiko tinggi,
(masalah anak remaja, gangguan penggunaan Napza,usia dewasa
dengan stress kerja, masalah psikogeriatri), kelompok khusus yang
membutuhkan pelayanan kesehatan jiwa tertentu (anak jalanan,
narapidana, korban kekerasan kelompok minoritas, perdagangan orang
dan orang dengan HIV- AIDS).

36
d. Mengutamakan pemberian pelayanan yang berupa pencegahan
gangguan jiwa melalui kegiatan promosi kepada masyarakat umum dan
pelayanan rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa agar dapat mencapai
produktivitas dan atau kualitas hidup yang lebih baik.
e. Menyediakan dan mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa bagi
pasien yang membutuhkan pelayanan di rumah.
f. Meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan jiwa melalui
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ketrampilan dan etika
profesi.12

4. Tujuan Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas


a. Tujuan Umum
Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas secara umum bertujuan untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan jiwa komunitas.1,2
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan jiwa
2) Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan tentang masalah
kesehatan jiwa komunitas
3) Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dan petugas terkait
lainnya dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan jiwa
komunitas di semua tatanan pelayanan
4) Mendorong terwujudnya pengembangan berbagai model pelayanan
kesehatan jiwa komunitas sesuai dengan kondisi dan situasi
setempat.1,2

5. Prinsip Dan Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas


Dalam konteks Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas (PKJK),
prinsip pelayanan adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam
penyelenggaraan pelayanan. Berikut diuraikan prinsip Pelayanan
Kesehatan Jiwa Komunitas secara nasional dan universal. 1,2

37
a. Prinsip Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan jiwa komunitas, adalah sebagai berikut.
1) Keterjangkauan
Keterjangkauan yang utama ialah dalam biaya dan jarak.
Biaya pelayanan dan jarak yang terjangkau memudahkan setiap
orang memelihara kesehatannya secara berkesinambungan.

2) Keadilan
Pelayanan kesehatan jiwa harus menjamin setiap orang
mendapatkan pelayanan secara merata tanpa memandang status
sosial.

3) Perlindungan Hak Azasi Manusia


Hak azasi fundamental individu dengan gangguan jiwa
harus terjamin dan dihormati, sebagaimana pada penderita penyakit
fisik.

4) Terpadu,Terkoordinasi dan Berkelanjutan


Pelayanan kesehatan jiwa komunitas dikelola sebagai suatu
kesatuan dari berbagai pelayanan dan program yang berbeda,
dengan mempertimbangkan berbagai aspek di samping kesehatan
seperti aspek sosial, kesejahteraan, perumahan, pekerjaan,
pendidikan dan lain-lain, secara terkoordinasi dan berkelanjutan.

5) Efektif
Pelayanan kesehatan jiwa komunitas harus berbasis bukti
dan efektif. Yang dimaksud berbasis bukti adalah bila setiap
tindakan memberikan hasil yang konsisten berdasarkan penelitian.
Pelayanan komunitas yang efektif memadukan pendekatan biologis

38
dan penanganan psikososial untuk meningkatkan keberhasilan dan
kualitas hidup individu.

6) Hubungan Lintas Sektoral


Pelayanan kesehatan jiwa komunitas harus membangun
jejaring dengan upaya dan pelayanan kesehatan lain dan oleh
sektor lain, baik milik pemerintah maupun masyarakat.

7) Pembagian wilayah pelayanan


Untuk pengembangan dan pengoperasian pelayanan
kesehatan jiwa komunitas dilakukan pembagian wilayah
(catchment area), yaitu pelayanan kesehatan jiwa dikaitkan dengan
wilayah geografis tertentu.

8) Kewajiban
Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas bertanggung jawab
terhadap kondisi kesehatan jiwa seluruh populasi di wilayah
kerjanya.

6. Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas


Upaya pelayanan kesehatan jiwa komunitas dapat dibedakan
menurut tingkatan dan jenis pelayanannya.1,2,13

a. Tingkatan Pelayanan
Menurut tingkatan pelayanannya, pelayanan kesehatan jiwa terdiri
dari pelayanan
1) Primer
2) Sekunder
3) Tersier

39
Pelayanan tingkat primer ialah pelayanan tingkat dasar,
diberikan oleh fasilitas pelayanan yang menjadi ujung tombak di
komunitas, yaitu Puskesmas, Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat,
Dokter praktek swasta, Perawat Kesehatan Jiwa Masyarakat, Bidan,
Psikolog Klinis, Pekerja Sosial dan Terapis okupasi yang telah
mendapat pelatihan. Pelayanan tingkat sekunder diberikan oleh
Rumah Sakit Umum, dan pelayanan kesehatan tersier diberikan di
Rumah Sakit Jiwa.1,2
Walaupun secara umum pelayanan kesehatan jiwa formal
terdiri dari tiga tingkatan (primer, sekunder dan tersier), secara
kenyataan juga ada pelayanan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Di samping itu juga variasi yang berkembang di masyarakat sebagai
jawaban terhadap kondisi dan kebutuhan lingkungan setempat.
Sebagai contoh adalah keberadaan perawat kesehatan jiwa komunitas
yang memberikan pelayanan dalam rangka mengisi kekosongan
pelayanan kesehatan jiwa dasar di wilayah setempat. Pelayanan
kesehatan jiwa komunitas oleh masyarakat mempunyai bentuk sangat
beragam, baik secara kelembagaan seperti Posbindu, Panti
Pemulihan, Pesantren, dan lain-lain, maupun non-lembaga seperti
perawatan mandiri oleh keluarga, konseling oleh tokoh agama dan
tokoh masyarakat, pengobatan alternatif yang telah mendapat
sertifikat dari Departemen Kesehatan RI, dan lain-lain. Pelayanan
kesehatan jiwa komunitas lainnya yang diberikan oleh tenaga-tenaga
yang terlatih dan terorganisasi, seperti kader kesehatan jiwa, guru,
polisi, dan lintas sektor terkait. 1,2

40
Gambar 1. Tingkat Pelayanan dan Intervensi Kesehatan Jiwa
Komunitas

TINGKAT PELAYANAN KESEHATAN JIWA KOMUNITAS

TERSIER
1
RSJ
n
na
la
ya FORMAL

RSU
Pe

2 SEKUNDER
n
ta
ka
ng

PRIMER
3 PUSKESMAS
Ti

4 MASYARAKAT / POSBINDU / PANTI


NON-
NON-FORMAL

5 INDIVIDU/KELUARGA

b. Jenis Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas


Jenis pelayanan meliputi pelayanan non-medik dan pelayanan
medik. Termasuk pelayanan non-medik adalah:
1) Penyuluhan
2) Pelatihan
3) Deteksi dini
4) Konseling
5) Terapi okupasi
Sedangkan yang termasuk pelayanan medik adalah:
1) Penyuluhan
2) Penilaian psikiatrik
3) Deteksi dini
4) Pengobatan dan tindakan medik-psikiatrik
5) Konseling
6) Psikoterapi
7) Rawat inap
Jenis pelayanan yang diberikan menurut tingkat Pelayanan
Kesehatan Jiwa Komunitas adalah sebagai berikut

41
Tabel. 1. Jenis pelayanan yang diberikan menurut tingkat
Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas

c. Komponen Pelayanan
Di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat primer dapat
diselenggarakan pelayanan sebagai berikut.
1) Penyuluhan
2) Deteksi dini
3) Pelayanan Kedaruratan Psikiatri
4) Pelayanan Rawat Jalan
5) Pelayanan Rujukan
6) Pelayanan Kunjungan Rumah (Home Visite)
d. Mekanisme Pelayanan
Mekanisme dari sisi petugas kesehatan adalah proses
penyediaan pelayanan kepada masyarakat, sedangkan dari sisi
masyarakat adalah proses untuk mendapatkannya. Prosesnya di mulai
dari menghubungi / mendatangi fasilitas, mendapatkan pelayanan,
sampai dengan kembali kerumah.
Berikut adalah mekanisme pokok dalam pelayanan kesehatan
jiwa komunitasKebijakan Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas

42
Gambar 2. Mekanisme Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas tingkat primer

II. Sd

Pusat pelayanan kesehatan berada di Puskesmas. Puskesmas


menerima kasus secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung kasus datang sendiri atau dibawa oleh keluarga atau
pengantar. Secara tidak langsung kasus dirujuk oleh pihak lain yang
ada di masyarakat baik perorangan maupun lembaga. Kasus juga bisa
dijemput oleh Puskesmas setelah mendapat laporan/permintaan dari
masyarakat. Selain itu, kasus juga dapat dirujuk dari fasiltas dengan
tingkat yang lebih tinggi seperti Rumah Sakit atau lembaga non-
kesehatan yang ada di masyarakat. 1,2
Di dalam Puskesmas berturut-turut dilalui proses sebagai berikut:
1) Pendaftaran
2) Pemeriksaan fisik
3) Penilaian Psikiatrik

43
4) Tindakan Medis
Sedangkan pelayanan yang diperoleh:
1) Penyuluhan
2) Deteksi dini
3) Pelayanan Kedaruratan Psikiatri
4) Pelayanan Rawat Jalan
5) Pelayanan Rujukan
6) Pelayanan Kunjungan Rumah (Home Visit)
7. Model Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas
Pelayanan kesehatan jiwa komunitas bersifat paripurna, karena
jenjang pelayanannya lengkap, terdiri dari pelayanan kesehatan jiwa
spesialistik, integratif dan dengan sumber daya berasal dari masyarakat.
Pelayanan diberikan secara berkesinambungan, baik bagi mereka yang
sehat maupun yang sakit, di rumah maupun di fasilitas kesehatan, dan
untuk semua usia. Seluruh potensi dan sumber daya masyarakat
didayagunakan untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dalam
kesehatannya. 1,2,13
Tantangan yang dihadapi Indonesia dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan jiwa komunitas saat ini adalah belum dimilikinya model
pelayanan yang efektif, terjangkau dan sesuai dengan masalah serta
kondisi yang dihadapi masyarakat. Sementara itu prevalensi masalah
kesehatan jiwa terus mengalami peningkatan baik dari segi ragam masalah
maupun dampak yang ditimbulkannya. 1,2
Mengingat keberagaman yang luas dari masyarakat Indonesia secara
geografis maupun sosial budaya, sangat dibutuhkan model-model untuk
pelayanan kesehatan jiwa komunitas yang bervariasi baik dari segi ruang
lingkup, tingkat maupun jenis upaya dan pelayanan kesehatan jiwa untuk
masyarakat.1,2
Model dapat diartikan sebagai simplifikasi dari sesuatu, apakah itu
berupa gagasan, pemikiran, kegiatan maupun peristiwa. Agar mudah

44
dipahami dan dapat dibandingkan, model pelayanan kesehatan jiwa
komunitas digambarkan dengan menampilkan unsur-unsur:1,2,13
a. Deskripsi mengenai setting, masalah yang dihadapi,
b. Tujuan model.
c. Pelayanan (tingkatan, jenis dan mekanisme) yang disediakan
d. Kekhususan atau karakteristiknya
e. Pembelajaran
C. Gangguan Jiwa
1. Definisi Gangguan Jiwa
Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III adalah
sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik
cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu
atau lebih fungsi yang penting dari manusia.14 Dalam literatur lain
dijelaskan gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),
kemauan (volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor). Kumpulan
dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan
fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut yaitu:gangguan jiwa
(Neurosa) dan sakit jiwa (psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai
macam gejala yang terpenting diantaranya adalah:ketegangan (tension), rasa
putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa
(convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut,
pikiran-pikiran buruk.15
2. Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Jiwa
Gejala utama atau gejala yang paling menonjol pada gangguan jiwa
terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin dibadan
(somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik), ataupun psikis
(psikogenik).16 Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi
beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling
mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah gangguan
badan ataupun gangguan jiwa.16

45
Penyebab gangguan jiwa dapat dibedakan atas :17
a. Faktor biologis/Jasmaniah
1) Keturunan
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin
terbatas dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan
jiwa tapi hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan
kejiwaan yang tidak sehat.
2) Jasmaniah
Beberapa peneliti berpendapat bentuk tubuh seseorang
berhubungan dengan ganggua jiwa tertentu. Misalnya yang bertubuh
gemuk/endoform cenderung menderita psikosa manik depresif,
sedang yang kurus/ectoform cenderung menjadi skizofrenia.
3) Temperamen
Orang yang terlalu peka/sensitif biasanya mempunyai masalah
kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami
gangguan jiwa.
4) Penyakit dan cedera tubuh
Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker,
dan sebagainya mungkin dapat menyebabkan merasa murung dan
sedih. Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat
menyebabkan rasa rendah diri.
b. Ansietas dan ketakutan
Kekhawatiran pada sesuatu hal yang tidak jelas dan perasaan yang
tidak menentu akan sesuatu hal menyebabkan individu merasa
terancam, ketakutan hingga terkadang mempersepsikan dirinya
terancam.
c. Faktor Psikologis
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan
yang dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya.
Pemberian kasih sayang orang tua yang dingin, acuh tak acuh, kaku
dan keras akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan serta memiliki

46
kepribadian yang bersifat menolak dan menentang terhadap
lingkungan.
d. Faktor Sosio-Kultural
Beberapa penyebab gangguan jiwa yaitu :18
1) Penyebab primer (primary cause)
Kondisi yang secara langsung menyebabkan terjadinya
gangguan jiwa, atau kondisi yang tanpa kehadirannya suatu
gangguan jiwa tidak akan muncul.
2) Penyebab yang menyiapkan (predisposing cause)
Menyebabkan seseorang rentan terhadap salah satu bentuk
gangguan jiwa.
3) Penyebab yang pencetus (precipatating cause)
Ketegangan-ketegangan atau kejadian-kejadian traumatic
yang langsung dapat menyebabkan gangguan jiwa atau
mencetuskan gangguan jiwa.
4) Penyebab menguatkan (reinforcing cause)
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau
mempengaruhi tingkah laku maladaptif yang terjadi.
3. Klasifikasi Gangguan Jiwa
Klasifikasi berdasarkan Diagnosis gangguan jiwa menurut dibagi
menjadi:14,19,20,21
a. Gangguan Jiwa Psikotik
Gangguan jiwa psikotik yang meliputi gangguan otak organik
ditandai dengan hilangnya kemampuan menilai realita, ditandai
waham (delusi) dan halusinasi, misalnya skizofrenia dan demensia.
1) Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan
berbagai tingkat kepribadian diorganisasi yang mengurangi
kemampuan individu untuk bekerja secara efektif dan untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Gejala klinis skizofrenia sering
bingung, depresi, menarik diri atau cemas. Hal ini berdampak

47
pada keinginan dan kemampuan untuk meakukan tindakan oral
hygiene. Skizofrenia mempunyai macam-macam jenisnya,
menurut Maramis (2004) jenis-jenis skizofrenia meliputi:
Skizofrenia paranoid, Skizofrenia Hebefrenik, Skizofrenia
Katatonik, Skizofrenia Tak terinci, Skizofrenia Residual,
Skizofrenia simplek,dan Skizoafektif.
2) Dimensia
Demansia diklasifikasikan sebagai gangguan medis dan
kejiwaan, demensia terkait dengan hilangnya fungsi otak.
Demensia melibatkan masalah progresif dengan memori,
perilaku, belajar, dan komunikasi yang mengganggu fungsi
sehari-hari dan kualitas hidup
3) Depresi
Depresi merupakan penyakit jiwa akibat dysphoria (merasa
sedih), tak berdaya, putus asa, mudah tersinggung, gelisah atau
kombinasi dari karakteristik ini. Penderita depresi sering
mengalami kesulitan dengan memori, konsentrasi, atau mudah
terganggu dan juga sering mengalami delusi atau halusinasi.
Ketika seseorang dalam keadaan depresi ada penurunan
signifikan dalam personal hygiene dan mengganggu kebersihan
mulut.
4) Gangguan Jiwa Neurotik
Gangguan kepribadian dan gangguan jiwa yang lainnya
merupakan suatu ekspresi dari ketegangan dan konflik dalam
jiwanya, namun umumnya penderita tidak menyadari bahwa ada
hubungan antara gejala-gejala yang dirasakan dengan konflik
emosinya. Gangguan ini tanpa ditandai kehilangan intrapsikis
atau peristiwa kehidupan yang menyebabkan kecemasan
(ansietas), dengan gejala-gejala obsesi, fobia, dan kompulsif.

48
5) Retardasi Mental
Gangguan retardasi mental adalah suatu keadaan
perkembangan mental yang terhenti dan tidak lengkap yang
terutama ditandai oleh rendahnya keterampilan yang berpengaruh
pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif (daya
ingat, daya pikir, daya belajar), bahasa, motorik, dan sosial.
D. Analisa SWOT
Analisa SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu
organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang
strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor
kekuatan (strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal
mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threaths).22,23
1. Tujuan Analisis SWOT
Dalam melakukan suatu analisis, pastilah menetapkan tujuan yang
akan dicapai dengan menggunakan analisis yang dipilih, begitu pula
dengan analisis SWOT. Berikut adalah beberapa tujuan dari analisis
SWOT:
a. Mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal yang terlibat sebagai
input untuk merancang proses, sehingga proses yang dirancang dapat
berjalan optimal, efektif, dan efisien.
b. Untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana
untuk melakukan sesuatu
c. Menganalisis prospek kegiatan dan hasil yang diberikan
d. Untuk mengantisipasi segala permasalahan yang ada dan
menyediakan beberapa solusi
e. Untuk memaksimalkan pelaksanaan program
f. Untuk memastikan keberhasilan atau kekurangan pelaksanaan
program.23,24

49
2. Pendekatan Analisis SWOT
a. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana
dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua
paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan)
sedangkn dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan
Kelemahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis
yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor-faktor internal
dan eksternal.
Matriks SWOT Kearns
EKSTERNAL OPPORTUNITY TREATH
INTERNAL
STRENGTH Comparative Mobilization
Advantage
WEAKNES Divestment/Investment Damage Control

Keterangan :
1) Sel A : Comparative Advantages, Sel ini merupakan pertemuan
dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan
kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih
cepat. 22,25,26
2) Sel B : Mobilization, Sel ini merupakan interaksi antara ancaman
dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber
daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk Comparative
Advantage Divestment/Investment Damage Control Mobilization
memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian
merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang. 22,25,26
3) Sel C : Divestment/ Investment, Sel ini merupakan interaksi antara
kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini
memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang

50
tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan
karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya.
Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas peluang yang ada
untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap
peluang itu (investasi). 22,25,26
4) Sel D : Damage Control, Sel ini merupakan kondisi yang paling
lemah dari semua sel karena pertemuan antara kelemahan
organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan
yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi.
Strategi yang harus diambil adalah Damage Control
(mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari
yang diperkirakan. 22,25,26
b. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT
Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitatif
melalui perhitungan analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan
Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang
sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:27,28
1) Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) poin faktor serta jumlah
total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor dilakukan
secara silang bebas (penilaian terhadap sebuah poin faktor tidak boleh
dipengaruhi atau mempengaruhi penilaian terhadap poin faktor
lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi
penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10,
dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti
skor yang paling tinggi.
Perhitungan bobot (b) masing-masing poin faktor dilaksanakan secara
saling ketergantungan. Artinya penilaian terhadap satu poin faktor
adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan poin
faktor lainnya, sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang
telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya poin faktor)
dibagi dengan banyaknya jumlah poin faktor).

51
2) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan
faktor O dengan T (e); perolehan angka (d=x) selanjutnya menjadi
nilai titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y)
selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara
perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada
sumbu Y;
3) Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada
kuadran SWOT.
No STRENGTH SKOR BOBOT TOTAL

2 Dst

Total Kekuatan

No WEAKNESS SKOR BOBOT TOTAL

Total Kelemahan

Selisih Total Kekuatan Total Kelemahan = S W = x

No OPPORTUNITY SKOR BOBOT TOTAL

2 Dst.

Total Peluang

52
No TREATH SKOR BOBOT TOTAL

Total Tantangan

Selisih Total Peluang Total Tantangan = O - T = y

Opportunity

(-,+) (+,+)
Ubah Strategi Progresif

(-,-)
(+,-)
Strategi Bertahan
Diversifikasi Strategi

Threath

1) Kuadran I (positif, positif) : Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang


kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga
sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, membesar
pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. 25,26,27
2) Kuadran II (positif, negatif) : Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi
yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam
kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga

53
diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus
berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya,
organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi
taktisnya. . 25,26,27
3) Kuadran III (negatif, positif) : Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah ubah strategi, artinya organisasi disarankan untuk
mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan
sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki
kinerja organisasi.25,26,27
4) Kuadran IV (negatif, negatif): Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi
berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk
menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak
semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya
membenahi diri.25,26,27

54
BAB III
PENGKAJIAN PROGRAM KESEHATAN JIWA PUSKESMAS
TAWANGSARI

A. Gambaran Umum Puskesmas Tawangsari


1. Letak Geografis
Puskesmas Tawangsari terletak di Kecamatan Tawangsari, Kabupaten
Sukoharjo. Puskesmas Tawangsari memiliki total luas wilayah kerja 39,98
km2, yang terdiri dari 12 desa. Desa yang paling luas yaitu desa
Watubonang dengan luas wilayah 4,59 km2 (11,48 % dari luas wilayah
kecamatan Tawangsari) dan desa dengan wilayah terkecil adalah desa
Tambakboyo dengan luas wilayah 2,4 km2 (6 % dari luas wilayah
kecamatan Tawangsari). Selanjutnya untuk Batas Wilayah Kecamatan,
yaitu :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Sukoharjo
b. Sebelah Timur : Kecamatan Bulu
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Weru
d. Sebelah Barat : Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten

Gambar 1.Peta Wilayah Kecamatan Tawangsari

55
3. Wilayah Kerja Cakupan
Berikut adalah wilayah kerja cakupan yang terdiri dari 12 desa, yaitu :
a. Desa Kateguhan dengan luas wilayah 2,7 km2
b. Desa Lorog dengan luas wilayah 4,07 km2
c. Desa Grajegan dengan luas wilayah 3,13 km2
d. Desa Kedungjambal dengan luas wilayah 2,75 km2
e. Desa Watubonang dengan luas wilayah 4,6 km2
f. Desa Pundungrejo dengan luas wilayah 4,4 km2
g. Desa Dalangan dengan luas wilayah 3,28 km2
h. Desa Pojok dengan luas wilayah 2,57 km2
i. Desa Tangkisan dengan luas wilayah 3,12 km2
j. Desa Ponowaren dengan luas wilayah 3,17 km2
k. Desa Majasto dengan luas wilayah 3,79 km2
l. Desa Tambakboyo dengan luas wilayah 2,4 km2
Luas wilayah total 39,98 km2.
4. Keadaan Penduduk
Pertumbuhan dan kepadatan penduduk, berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo jumlah penduduk kecamatan
Tawangsari adalah 60.144 jiwa. Penyebaran penduduk belum merata
dilihat dari kepadatan desa Watubonang merupakan desa yang memiliki
kepadatan penduduk tertinggi yaitu 6.527 jiwa, sedangkan yang terendah
adalah desa Tambakboyo sebesar 3.958 jiwa.
Jumlah penduduk jika dibedakan menurut jenis kelamin :
a. Penduduk laki-laki : 29.713 jiwa
b. Penduduk perempuan : 30.431 jiwa
5. Sarana dan tenaga kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas Tawangsari
adalah sebagai berikut :
- Dokter 4 orang : 3 dokter umum, 1 dokter gigi
- Bidan 33 orang : 12 bidan desa, 21 bidan puskesmas
- Perawat 16 orang : 14 perawat umum, 2 perawat gigi

56
- Farmasi : 2 orang
- Sanitarian : 1 orang
- Staf : 7 orang
- Petugas Laboratorium : 2 orang
- Petugas gizi : 2 orang
- Petugas fisioterapi : 1 orang
- Perekam medik: 1 orang
5. Keadaan Sosial Ekonomi
a. Kondisi Ekonomi
Mayoritas masyarakat di daerah kerja puskesmas Tawangsari
bekerja di sektor pertanian serta pengolahan ladang sawah dengan
komoditas padi. Sedangkan dari sektor industri mayoritas masyarakat
bekerja di pabrik tekstil.
b. Angka Beban Tanggungan
Angka beban tanggungan adalah penduduk usia non produktif
dibandingkan dengan penduduk usia produktif. Rata-rata angka beban
tanggungan di wilayah Puskesmas Tawangsari sebesar 43. Berarti setiap
100 orang penduduk usia produktif menanggung 43 orang penduduk usia
non produktif.
7. Data Dasar Puskesmas
a. Puskesmas : 1 Puskesmas Induk
b. Unit Pelayanan : 1 Unit Pelayanan Tawangsari alamat di
c. Pustu/pusling :8
d. Fasilitas Penunjang : Laboratorium, Fisioterapi, dan EKG
e. Rawat Inap : 10 tempat tidur
f. Sarana Transportasi : 2 Ambulans
8. Sumber Dana
Sumber dana berasal dari APBD Sukoharjo, APBD Provinsi Jawa
Tengah, APBN.
9. Visi
Semua masyarakat sehat dan mandiri dalam bidang kesehatan.

57
10. Misi
Misi mencerminkan peran, fungsi, dan kewenangan Puskesmas
Tawangsari yang secara teknis bertanggung jawab terhadap pencapaian visi
Puskesmas. Untuk mewujudkan visi tersebut ada 4 misi yang diemban oleh
seluruh jajaran petugas Puskesmas, yaitu:
a. Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga,
masyarakat, dan lingkungan.
E. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI UKM ESSENSIAL DAN


KEPERAWATAN DI PUSKESMAS TAWANGSARI
DINAS KESEHATAN SUKOHARJO

Lampiran : SK Kepala Puskesmas


Nomor : 900/ /IV/2015
Tanggal : 22 April 2015
Kepala Puskesmas : dr. Anna Endaryati
Subbag Tata Usaha : Anang Priharyanto, SE
1. Koordinator :
2. Pelayanan Promkes dan UKS : Eni Sarwitri, Amd Keb
3. Promizi : Totok Suroto, SKM
4. UKS : Rita Dwi Arfani
5. Pelayanan Kesehatan Lingkungan : Nur Khayati, AmKI
6. Kesling Masyarakat : Endang T.W, Amd.Keb
7. Pelayanan KIA, KB bersifat UKM : Suci Gantianti, AmD, Keb
8. Kesehatan Anak : Arlina Sri Sundari,A.Md.Keb
9. Kesehatan Ibu : Ida Nurul Hayati, A.Md.Keb

58
10. Keluarga Berencana : Lelly Susanti, A.Md.Keb
11. Pelayanan Gizi Bersifat UKM : Anita Riestyawati, Amd, Keb
12. PTM : Sutari Handayani, Amd,Keb
13. Pelayanan Pengendalian Penyakit : Galuh, S
14. P2PB : Andi Kurniawan,AmKI
15. Surveilan : Ri Wuryani. AmK
F. Program Kesehatan Jiwa
a. Tujuan Umum
Peningkatan pelayanan kesehatan jiwa untuk masyarakat
b. Tujuan Khusus
Menurunkan angka kunjungan pasien jiwa ke puskesmas
c. Strategi
- Surveilans penyakit gangguan jiwa yang efektif.
- Diagnosis klinis dan penatalaksanaan kasus yang cepat dan tepat.
- Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan petugas dan kader
melalui pelatihan / fasilitasi / pendampingan.
d. Kegiatan
a. Kewaspadaan dini terhadap gangguan jiwa
- Surveilans pasien gangguan jiwa
- Melakukan penyuluhan ke masyarakat tentang gangguan jiwa
- Melakukan penyuluhan ke bagian sektor pendidikan (civitas
akademik)
b. Penanggulangan terhadap gangguan jiwa
1) Melakukan penyuluhan ke masyarakat tentang gangguan jiwa
2) Melakukan penyuluhan ke bagian sektor pendidikan (guru, murid,
dan karyawan di lingkungan sekolah) tentang gangguan jiwa.
c. Pelayanan kuratif
1)Pelayanaan kegawatdaruratan psikiatri
2)Pelayanan rawat jalan
3)Pelayanan rujukan

59
G. Upaya Pencapaian Program
a. Pendataan penderita gangguan jiwa
Pendataan penderita gangguan jiwa dilakukan di puskesmas. Pendataan ini
dilakukan apabila penderita gangguan jiwa baru mendapatkan pelayanan
kegawatdaruratan psikiatri, pelayanan rawat jalan dan rujukan.
b. Penyuluhan
Penyuluhan ini bersifat promotif dan preventif, merupakan salah satu
kegiatan dalam rangka deteksi dini dan pencegahan gangguan jiwa.
Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat surveilans. Sedangkan untuk
penyuluhan di sekolah dilaksanakan di sela-sela jam proses belajar
mengajar. Target dari kegiatan ini adalah seluruh lapisan masyarakat,
keluarga penderita gangguan jiwa, dan civitas akademika sekolahan.
Tehnik penyuluhan yang digunakan di lingkungan masyarakat yaitu
dengan penyampaian informasi lewat paparan, diadakannya ceramah dan
tanya jawab. Sedangkan pada saat penyuluhan di sekolahan menggunakan
tehnik presentasi dengan video dan gambar. Sehingga daharapkan dengan
metode-metode tersebut informasi dapat diterima secara maksimal oleh
masing masing target penyuluhan.
c. Pelayanan kuratif
Pelayaanan kuratif dilaksanakan oleh bagian UKP dalam hal ini mencakup
pelayanan kegawatdaruratan psikiatri, pelayanan rawat jalan dan rujukan.
Pelayanan Puskesmas Tawangsari ini sudah dilaksanakan sejak tahun
2010. Poli jiwa spesialis ini dibuka untuk pelayanan sebulan sekali pada
minggu kedua. Dan jumlah kunjungan psien jiwa pada tahun 2015
mencapai 193 pasien dan pada tahun 2014 sebanyak 322. Terjadi
penurunan yang signifikan dalam kunjungan pasien sebanyak 129 pasien.
B. Analisis SWOT
1. KEKUATAN
a. Sarana dan prasarana kesehatan dasar tercukupi (contoh, letak puskesmas
strategis, tersedia ambulan dan poli jiwa)

60
b. Adanya program kerja yang jelas pada penyuluhan, penyelidikan
epidemiologi, pelayanan pengobatan yang komperhensif mengacu pada
pedoman dalam manajemen program kesehatan jiwa
2. KELEMAHAN
a. Pelaksanaan program preventif dan promotif secara berkesinambungan
masih belum maksimal
b. Pelaksanaan program preventif dan promotif belum merata untuk setiap
daerah
c. Belum terbentuknya pelayanan kesehatan jiwa berbasis komunitas.
d. Komunikasi dan koordinasi lintas program dan lintas bidang masih
belum maksimal dalam manajemen program kesehatan jiwa
e. Jumlah petugas kesehatan yang masih kurang dalam manajemen program
kesehatan jiwa
f. Anggaran pendanaan yang kurang, sehingga tidak mencukupi sebagai
penunjang dalam manajemen program kesehatan jiwa
3. PELUANG
a. Adanya keterlibatan aktif warga yang sesuai dalam manajemen program
kesehatan jiwa
b. Adanya dukungan bidan desa dan kader posyandu lansia dalam
manajemen program kesehatan jiwa
c. Kerjasama lintas sektor dengan stakeholder di kecamatan Tawangsari
misalnya ibu PKK, tokoh masyarakat, Dinas Sosial (TKSK) mendukung
program kesehatan jiwa

4. ANCAMAN
a. Tidak tepatnya paradigma masyarakat tentang gangguan jiwa sehingga
condong untuk memilih pengobatan alternatif
b. Drop out dari program kesehataan jiwa oleh keluarga pasien penderita
gangguan jiwa. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang

61
gangguan jiwa, kendala jarak dengan Pelayanan kesehatan rujukan dan
kendala biaya untuk proses pengobatan.
c. Jumlah penderita gangguan jiwa masih tinggi diantara puskesmas yang
lain
d. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang JKN sehingga keluarga
pasien tidak memeriksakan ke Pelayanan kesehatan.
C. FORMULA STRATEGI SWOT
1. KEKUATAN + PELUANG ( S+O)
a. Sarana dan prasarana puskesmas tercukupi (seperti, letak puskesmas
strategis, ambulan dan poli jiwa) untuk mendukung kerjasama lintas
sektor dengan stakeholder di kecamatan Tawangsari misalnya ibu PKK,
tokoh masyarakat, organisasi masyarakat, Dinas Sosial dalam
mendukung program kesehatan jiwa.
b. Adanya program kerja yang jelas pada penyuluhan, penyelidikan
epidemiologi dan pelayanan kesehatan jiwa sehingga mendukung
keterlibatan aktif bidan desa, kader posyandu lansia dan warga yang
sesuai dengan jadwal dalam manajemen program kesehatan jiwa.
2. KELEMAHAN + PELUANG (W+O)
a. Pelaksanaan program preventif dan promotif secara berkesinambungan
masih belum maksimal dan belum merata pada setiap daerah. Sehingga
perlu dimaksimalkan karena memperoleh dukungan bidan desa, kader
posyandu lansia dan masyarakiat dalam manajemen program kesehatan
jiwa.
b. Pentingnya komunikasi dan koordinasi lintas program untuk
dimaksimalkan dalam manajemen program kesehatan jiwa sehingga bisa
sejalan dan dengan adanya keterlibatan aktif bidan desa dan kader
posyandu lansia yang sesuai dalam manajemen program kesehatan jiwa.
c. Kerjasama lintas sektor dengan stakeholder di kecamatan Tawangsari
misalnya ibu PKK, tokoh masyarakat, organisasi masyarakat, dan Dinas
Sosial dalam mendukung program kesehatan jiwa diharapkan mampu

62
membantu jumlah petugas kesehatan yang masih kurang dalam
manajemen program kesehatan jiwa.
3. KEKUATAN + ANCAMAN (S+T)
a. Sarana dan prasarana puskesmas tercukupi (seperti, letak puskesmas
strategis, ambulan dan poli jiwa) mengurangi Drop out dari program
kesehataan jiwa oleh keluarga penderita gangguan jiwa.
b. Adanya program kerja yang jelas pada penyuluhan, penyelidikan
epidemiologi, pelayanan pengobatan yang komperhensif mengacu pada
pedoman dalam manajemen program kesehatan jiwa. Sehingga dapat
merubah paradigma masyarakat tentang gangguan jiwa sehingga dapat
meninggalkan pengobatan alternatif. Selanjutnya penyuluhan dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang JKN sehingga
meningkatkan keinginan keluarga pasien untuk memeriksakan penderita
gangguan jiwa ke Pelayanan kesehatan.
4. KELEMAHAN + ANCAMAN (W+T)
a. Pelaksanaan program preventif dan promotif secara berkesinambungan
masih belum maksimal dan belum merata pada setiap daerah sehingga
jumlah penderita gangguan jiwa masih tinggi.
b. Belum terbentuknya pelayanan kesehatan jiwa berbasis komunitas
sehingga biaya untuk kegiatan dibebankan sepenuhnya dari anggaran
dana program yang terbatas

63
51

BAB IV
HASIL DAN ANALISIS

A. Hasil dan Analisa Pelaksanaan SWOT


1. Strength
a. Terdapat bidan desa di setiap desa/kelurahan
b. Terdapat kader lansia di tiap posyandu
c. Terdapat Dasiat (Pemuda Siaga Sehat) di setiap desa
d. Bidan desa, Kader lansia, anggota Dasiat memiliki motivasi untuk aktif
dalam kegiatan sosial
e. Sumber keuangan berasal dari APBD
2. Weakness
a. Petugas puskesmas masih kurang jumlahnya dalam mencapai tujuan
program kegiatan
b. Bidan desa, Kader posyandu lansia, Dasiat tidak masuk dalam
Manajemen Program Kesehatan Jiwa di Puskesmas Tawangsari.
c. Program yang dimiliki oleh pelaksanan program kesehatan jiwa tidak
berjalan secara merata disetiap daerah.
d. Tidak ada dokter yang hadir pada saat pelaksanaan penyuluhan
e. Anggaran pendanaan yang kurang untuk pelaksanan program kesehatan
jiwa
f. Tidak ada koordinasi dengan steakholder dari lintas bidang (Dinas Sosial
(TKSK)
3. Opportunity
a. Keluarga penderita gangguan jiwa mengakui membutuhkan pelayanan
yang komperhensif dan mudah di jangkau.
b. Meningkatnya partisipasi masyarakat, swasta, lintas program dan lintas
sektor terkait.
c. Pengadaan prasarana melalui swadaya dan kerjasama masyarakat,
swasta, lintas program dan lintas sektor.

51
4. Threat
a. Jumlah kunjungan penderita gangguan jiwa ke UKP menurun dari tahun
sebelumnya
b. Rasa putus asa dari pihak keluarga untuk dalam proses pengobatan
penderita gangguan jiwa. Hal ini terjadi karena pengobatan yang lama
terutama pada kasus Skizofrenia. Biasanya penderita gangguan jiwa juga
menjadi beban sosial bagi anggota keluarga.
B. Pembahasan Isu Strategis
Dari hasil secara kuantitatif melalui perhitungan analisis SWOT yang
dikembangkan oleh Pearce dan Robinson, program kesehatan jiwa di
Puskesmas Tawangsari Sukoharjo berada di Kuadran III. Posisi ini
menandakan bahwa program posyandu lansia masih lemah namun sangat
berpeluang untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Persoalan yang ada tentang program kesehatan jiwa di Puskesmas
Tawangsari Sukoharjo yang memerlukan adanya pemecahan
dan pengembangan yaitu:
1. Paradigma masyarakat yang salah tentang gangguan jiwa
Paradigma masyarakat tentang gangguan jiwa ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya dan dipengaruhi
budaya setempat. Dengan menghadiri kegiatan penyuluhan akan
mendapatkan pengetahuan tentang gangguan jiwa dan pengobatan yang
sesuai secara medis. Dengan penyuluhan ini, diharapkan masyarakat dalam
aspek sosial tidak mengucilkan penderita gangguan jiwa dan keluarganya.
Dengan dorongan dari masyarakat membuat keluarga penderita gangguan
jiwa tidak melakukan pemasungan, pengurungan, dan perantaian . Selain itu
beban sosial keluarga juga akan turun yang menjadi dasar pembentukan
sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu
mengikuti program kesehatan jiwa dan meninggalkan pengobatan alternatif.
2. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan
penderitaan gangguan jiwa untuk kontrol ke Rumah Sakit Jiwa.

52
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau
memotivasi penderitaan gangguan jiwa untuk mengikuti program pelayanan
kesehatan jiwa. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi penderita
gangguan jiwa untuk mendampingi atau mengantar ke puskesmas atau
RSJD
3. Tidak ada dokter yang hadir pada saat pelaksanaan kegiatan promotif dan
preventif
Dikarenakan tidak adanya dokter yang berperan aktif dalam kegiatan
penyuluhan menjadikan motivasi peserta rendah. Oleh karena itu,
diharapkan kehadiran dokter secara langsung dalam menangani
permasalahan kesehatannya.
4. Tidak adanya kesehatan jiwa berbasis komunitas
Puskesmas harus membentuk wadah bagi penderita gangguan jiwa yang
berbasis komunitas. Langkah pertama yaitu melakukan perekrutan kader
sebanyak-banyaknya disertai penjaringan kader yang aktif dari posyadu
lansia, keluarga pasien, pemuda desa, ibu PKK. Selanjutnya pemberian
pelatihan bagi kader agar mereka merasa percaya diri dengan
kemampuannya serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap amanah yang
diberikan kepadanya.
5. Komitmen petugas puskesmas yang masih kurang dalam mencapai tujuan
program kegiatan
Komitmen dalam suatu program sangat dibutuhkan dikarenakan tujuan
dari program dapat tercapai dengan prioritas yang tinggi, rasa tanggung
jawab dan loyalitas. Oleh karena itu, puskesmas harus meningkatkan
prioritas, semangat kerja, dan rasa tanggung jawab petugasnya dengan cara
memberikan reward sehingga ada rasa saling menghargai atas usaha dan
kerja keras mereka.
6. Program yang dimiliki posyandu lansia kurang berjalan secara merata
disetiap daerah dan kurang inovatif
Dalam membuat dan melaksanakan suatu kegiatan yang sifatnya
kontinyu dan merata disetiap daerah, harus selalu disertai dengan

53
pembaharuan dan terhindar dari hal yang sifatnya berulang-ulang dan
monoton agar peserta tidak merasa bosan. Oleh karena itu, program
kesehata jiwa juga harus menyertai kegiatannya dengan hal-hal yang baru
yang berbasis komunitas seperti membentuk wadah komunitas gangguan
jiwa, lomba poster tentang kesehatan jiwa di sekolahan
7. Kurangnya anggaran dana untuk pelaksanaan program kesehatan jiwa
Diperlukan dukungan pendanaan APBD yang lebih besar lagi dalam
pengadaan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh semua pihak antara
lain kerjasama masyarakat, swasta, lintas program dan lintas sektor terkait.
C. Program Kerja
Baladewa
Program berbasis komunitas bertujuan meningkatkan peran serta
masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan jiwa komunitas. Masyarakat
sebagai garda dituntut untuk berperan aktif terdepan dalam menjalankan
program kesehatan jiwa. Program berbasis komunitas ini sangat membantu
dalam meningkatkan kesehatan penderita gangguan jiwa dengan anggaran
yang minimal. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk mengadakan program
Baladewa (Bungah Atine Lan Podo Enggal Waras) sebagai upaya
meningkatkan angka kunjungan berobat di Kecamatan Tawangsari,
Sukoharjo. Program ini menggabungkan pendekatan yang menyakut aspek
pencegahan, rehabilitatif, promotif dan edukatif.
Program ini menjadi wadah dalam upaya pemulihan jiwa penderita
gangguan jiwa.
1. Rapat koordinasi lintas program
Rapat ini bertujuan untuk membuat SOP antar program. Target
peserta dan kerjasama rapat ini yaitu
a. Kepala puskesmas
Kepala Puskesmas mengetahui program kerja baru yang dibuat oleh
unit Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Matra, diharapkan Kepala
Puskesmas mendukung dan mensosialisasikan program ini.
b. Koordinator unit UKM Pengembangan

54
Sebagai unit yang membawahi Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Matra,
wajib mendukung, memantau dan mengevaluasi program kerja.
c. Koordinator Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Matra
Menjadi stakeholder yang mampu berkoordinasi dengan lintas
program agar tercapai semua sasaran dan tujuan program.
d. Koordinator unit pelayanan Promosi Kesehatan
Kerjasama dengan unit ini dalam hal promosi kesehatan kesehatan
jiwa, sehingga diharapkan membantu dalam upaya promotif,
preventif dan edukatif.
e. Koordinator Puskesmas Keliling
Kerjasama dengan unit ini dalam hal upaya kuratif penderita
gangguan jiwa, sehingga diharapkan dapat membantu distribusi obat
pasien gangguan jiwa.
f. Koordinator Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Kerjasama dengan unit ini yaitu membatu dalam penyediaan obat
dan penyuluhan ke unit sekolahan.
g. Koordinator Bidan Desa dan koordinator kader kesehatan
Kerjasama yang diharapkan dari unit ini yaitu bidan desa dapat
menjadi lini pertama dalam hal deteksi dini, pelaporan kasus baru
dan memantau perkembangan kesehatan pasien.
Sehingga diharapkan komitmen antar program semakin kuat dalam
mensukseskan program Baladewa.
2. Rapat koordinasi lintas bidang
Rapat ini bertujuan menyusun bentuk kerjasama lintas program
.Target peserta dan kerjasama rapat ini yaitu
a. Dinas Sosial
Wujud kerjasama berupa koordinasi dengan TKSK dalam wujud
membantu transportasi penderita gangguan jiwa ke fasilitas
kesehatan.
b. Dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan Ibu PKK

55
2. Penyuluhan
Penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang program pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas meliputi :
ketersediaan obat yang lengkap, pelayanan jiwa melalui ambulan
keliling, adanya konsultasi kejiwaan dan sistem perujukan.
Penyuluuhan ini ditargetkan ke masyarakat, keluarga penderita
gangguan jiwa dan anak remaja tingkat SMA.
3. Lomba poster tingkat SMA
Lomba poster bertemakan gangguan jiwa diharapkan mampu
meningkatkan rasa kepedulian siswa dan siswi terhadap penderita
gangguan jiwa.
4. Pelatihan kader
Pelatihan kader bertujuan untuk pendataan kasus baru, pendataan kasus
drop out dan deteksi dini penderita gangguan jiwa. Diharapkan kader
kesehatan mampu mengenali gejala dan tanda awal dari gangguan jiwa
sehingga dapat segera diperiksakan ke puskesmas. Kader juga
membantu bidan dalam memotivasi penderita gangguan jiwa agar tetap
berobat secara rutin.
5. Pengaktifan kembali pelayanan konsultasi kejiwaan
Pengaktifan kembali layanan konsultasi jiwa di Puskesmas Tawangsari.
Diharapkan dengan adanya pelayanan konsultasi jiwa mampu
meningkatkan kunjungan pasien berobat. Hal ini harus diimbangi
dengan ketersediaan obat yang mencukupi. Sehingga pasien gangguan
jiwa tidak perlu kontrol ke RSJ untuk pengambilan obat.

56
57
56

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis SWOT dapat di simpulkan bahwa manajemen kesehatan jiwa komunitas di Puskesmas Tawangsari
masih terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan, yang dapat berdampak kepada tingginya kasus gangguan jiwa di masyarakat
diantaranya adalah :
1. Segi sarana dan prasarana kesehatan di Puskesmas Tawangsari sudah mencukupi
2. Program kerja belum dijalankan secara maksimal oleh pelaksana program
3. Segi kerjasama lintas sektoral dalam manajemen kasus gangguan jiwa masih belum dimaksimalkan
B. SARAN
Dalam upaya mengatasi permasalahan manajemen kesehatan jiwa komunitas di Puskesmas Tawangsari penulis
menyarankan beberapa hal :
1. Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi serta dibuatnya sebuah pedoman mengenai manajemen program
2. Perlu dibuat program kesehatan jiwa berbasis komunitas
3. Perlu melakukan rapat koordinasi lintas program dan sektoral yaitu dengan dinas sosial dalam upaya mengurangi angka
kejadian gangguan jiwa.
4. Pelatihan kader tentang deteksi dini gangguan jiwa

56
5. Memprioritaskan kesehatan jiwa sebagai program unggulan puskesmas

57
No Bentuk Tujuan Sasaran Target Rincian kegiatan Lokasi Jadwal Pelaksana Sumber
Kegiatan Kegiatan Visi Satuan Harga Jumlah Kegiatan an Dana

58
Satuan

1 Rapat Untuk DKK, - Kons OR Rp.15.0 Rp. Di Aula Juni Unit UKM APBD
koordinasi memapar Kepala Tercipta umsi 00 150.00 Puskesm 2017 Pengemba
lintas kan puskesmas, nya buku 10 0 as ngan,
program program Koordinator panduan OR Tawangs Bagian
unit UKM program ari Pelayanan
Baladew Pengemban pelayana Kesehatan
a gan, n Jiwa dan
sebagai Koordinator kesehata Matra
program unit n jiwa
baru pelayanan berbasis
pelayana Promosi komunit
n Kesehatan, as
kesehata Koordinator -
n jiwa Puskesmas Terjalin
berbasis Keliling, kejasam
komunita Koordinator a dengan
s Jejaring lintas

59
Fasilitas program
Pelayanan
Kesehatan,
Koordinator
Bidan Desa
dan
koordinator
kader
kesehatan

2 Rapat Mensosi Dinas sosial, Dinas Kons OR Rp. Rp. Di Aula Agustu Unit UKM BOK
koordinasi alisasika koor sosial umsi 15.000 225.00 Puskesm s 2017 Pengemba
lintas n DASIAT, kabupate 15 0 as ngan,
bidang program tokoh n dan OR Tawangs Bagian
Balade masyarakat, perwakil ari Pelayanan
wa dan dan tokoh an tokoh Kesehatan
memban agama masyara Jiwa dan
gun kat atau Matra
kerjasam tokoh

60
a agama
12 desa

3 Penyuluha Promosi Masyarakat 3 desa Tran OH Rp. Rp. Di aula Septem Unit BOK
n dan kesehata dan dengan sport 20.000 60.000 balai ber pelayanan
sosialisasi n perwakilan prevalen asi desa 2017 Promosi
program keluarga si 2 OR Watubon Kesehatan
Baladewa penderita penderit x 3 ang
gangguan a kl
jiwa ganggua
n jiwa
yang
terbesar
4 Penyuluha Meningk Civitas Perwakil Rew OR Juara 1 Rp. Di Aula Oktobe Unit
n dan atkan Akademika an siswa ard ( Rp. 225.00 SMA N r 2017 pelayanan
Lomba kepeduli di SMA 1 dan uang 100.00 0 1 Promosi
pembuatan an Tawangsari siswi pem 0), Tawangs Kesehatan
poster terhadap SMA di binaa Juara 2 ari dan bagian
tingkat penderita kecamat n, (Rp jejaring

61
SMA ganggua an Juara 75.000) fasilitas
n jiwa, Tawangs 1, 2 , Juara pelayanan
mengkat ari dan 3 3 kesehatan
kan (Rp.50.
pengetah 000)
uan
siswa
dan siswi
tentang
kesehata
n jiwa.

62
5 Pelatihan - Kader Kader Koordin Kons OR Rp. 150.00 Di aula Novem Dokter BOK
kader sebagai kesehatan ator umsi 15.000 0 balai ber dan
garda kader 10 desa 2017 Bagian
terdepan kesehata OR Ponowar Pelayanan
untuk n di 3 en Kesehatan
membatu desa Jiwa dan
bidan Matra
dalam
deteksi
dini dan
pendataa
n kasus
ganggua
n jiwa

63

You might also like