You are on page 1of 8

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Apendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila
infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan
saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar
atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan
terletak diperut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya.
Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa
mengeluarkan lendir
Klasifikasi apendiksitis dibagi menjadi 3 yakni :
1.1.1 Apendiksitis akut, dibagi atas : napendiksitis fokalis atau segmentalis,
yaitu setelah sembuh akan timbul struktur local.
1.1.2 Apendiksitis prulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah
1.1.3 Apendiksitis kronik

1.2 Etiologi
Tejadinya apendiksitis akut umumnya disebabkan oleh inffeksi
bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit
ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada
lumen apendik ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang
keras (fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda
asing dalam tubuh, cancer primer dan struktur. Namun yang paling sering
menyebabkan obstruksi lumen apendik adalah fekalit dan hyperplasia
jaringan limfoid.

1
Menurut klasifikasi :
1.2.1 Apendiksitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Dan faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks.
Selain itu hyperplasia jaringan, fekalit (tinja/ batu), tumor apendiks,
dan cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi
mukosa apendiks karena parasit (E. histolytica)
1.2.2 Apendiksitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut
kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan
ini terjadi bila serangan apendiksitis pertama kali sembuh spontan.
Namun apendiksitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena
terjadi fibrosis dan jaringan parut.
1.2.3 Apendiksitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri pada perut
kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendik secara
makroskopis dan mikroskopis (fibrosis menyeluruh didinding
apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan
parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronis), dan
keluhan menghilang setelah apendektomi.

1.3 Manifestasi klinis


Gejala awalnya yang khas, yang merupakan gejala klasik apendiksitis
adalah nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium disekitar umbilicus
atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan
terkadang muntah dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian
dalam beberapa jam nyeri akan beralih pada kuadran kanan bawah, ke titik
mc burney. Dititik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga
merupakan nyeri somatic setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan
adanya nyeri didaerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga
penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap
berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang
apendiksitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 38,5
derajat celcius.
2
Kemungkinan apendiksitis dapat diyakinkan dengan menggunakan
skor alvarado
The modified Alvarado score score
gejala Perpindahan nyeri dari uluhati keperut 1
kanan bawah
Mual muntah 1
anoreksia 1
Tanda Nyeri diperut kanan bawah 2
Nyeri lepas 1
Demam diatas 37,5 0c 1
Pemeriksaan leukositosis 2
lab
Hitung jenis laukosit shift to the left 1
Total 10
Interupsi dari modified Alvarado score
1-4 : sangat mungkin bukan apendiksitis
akut
5-7 : sangat mungkin apendiksitis akut
8-10 : pasti apendiksitis akut
Sistem skor dibuat untuk meningkatkan cara mendiagnosa
apendiksitis. Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul
sebagai akibat dari apendiksitis. Timbulnya gejala ini tergantung pada letak
apendiks ketika meradang. Berikut gejala yang timbul tersebut.
1.3.1 Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal yaitu dibelakang sekum
(terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu
jelasdan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih
kerarah pada perut kanan atau nyeri timbung pada saat melakukan
gerakan seperti berjalan, bernafas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri
timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari
dorsal.

3
1.3.2 Bila apendiks terletak dirongga pelvis
Bila apendiks terletak didekat atau menempel pada rectum, akan
timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rectum, sehingga
peristaltic meningkat pengosongan rectum akan menjadi lebih cepat
dan berulang-ulang (diare).
1.3.3 Bila apendiks terletak didekat atau menempel pada kandung kemih,
dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya
didindingnya.
Hubungan patofisiologi dan maniffestasi klinis apendisitis
Kelainan patologi Keluhan dan tanda
Peradangan awal Kurang enak daerah ulu hati /
daerah pusat, mungkin kolik
Apendiksitis mukosa Nyeri tekan kanan bawah
(rangsangan autonomic)
Radang diseluruh ketebalan dinding Nyeri sentral pindah kebawah,
mual dan muntah
Apendiksitis komplit radang Rangsangan peritoneum local
peritoneum parietale apendiks (stomatic), nyeri pada gerak
aktif dan pasif, defans muskuler lokal
Radang alat atau jaringan yang Genetalia interna, ureter, m.psoas
menempel pada apendiks mayor, kandung kemih, rektum

Apendiksitis gangrenosa Demam sedang, takikardia, mulai
toksik, leukositosis
perforasi nyeri dan defans muskuler seluruh
perut
Pembungkusan
1. Tidak berhasi s.d.a + demam tinggi, dehidrasi, syok,
toksik
2. berhasil Masa perut kanan bawah, keadaan

4
umum berangsur membaik
3. abses Demam remiten, keadaan umum
toksik, keluhan dan tanda setempat

1.4 Pemeriksaan penunjang


1.4.1 Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut
dimana dinding perut tampak mengencang (distensi)
2) Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri
dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang
mana merupakan kunci dari diagnosis apendiksitis akut.
3) Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai
diangkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri diperut akan semakin parah
(psoas sign)
4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila
pemeriksaan dubur atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga
5) Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketial (axilla), lebih
menunjang lagi adanya radang pada usus buntu.
6) Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji psoas akan positifdan
tanda perangsangan pada peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan
bila apendiks terletak dirongga pelvis maka obrurator sign akan positif
dan tanda perangsangan pada peritoneum akan lebih menonjol.
1.4.2 Pemeriksaan laboratorium
Kenaikan sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-
18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka
kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah)
1.4.3 Pemeriksaan radiologi
1) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang
membantu)
2) Ultrasonografi (USG), CT scan

5
3) Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen
dan apendikogram

1.5 Penatalaksanaan
Tatalaksana pada apendiksitis pada kebanyakan kasus adalah
apendiktomi. Keterlambatan pada tatalaksana dapat meningkatkan kejadian
perforasi. Teknik laparoskopik, apendiktomi laparaskopik sudah terbukti
menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan yang lebih
cepat dan angka kejadian infeksi luka lebih rendah. Akan tetapi terdapat
peningkatan kejadian abses intra abdomen dan memanjang waktu operasi.
Laparaskopi itu dikerjakan untuk diagnose dan terapi pada pasien dengan
akut abdomen terutama pada wanita

1.6 Masalah yang lazim muncul


1.6.1 Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
1.6.2 Hipertermia b.d respon sistemik dari inflamasi gastrointestinal
1.6.3 Nyeri akut b.d infeksi dan inflamasi
1.6.4 Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif, mekanisme
kerja peristaltic usus menurun
1.6.5 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
faktorbiologis, ketidak mampuan mencerna makanan
1.6.6 Kerusakan integritas jaringan
1.6.7 Gangguan rasa nyaman
1.6.8 Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan gastrointestinal b.d proses
infeksi, penurunan sirkulasi darah ke gastrointestinal, hemoragi
gastrointestinal akut
1.6.9 Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan tubuh
1.6.10 Ansietas b.d prognosis penyakit rencana pembedahan

6
1.7 Discharge planning
Pada apendiksitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi
apendiks. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita diobservasi,
diistirahatkan dalam posisi fowler, diberikan antibiotic dan diberikan
makanan yang tidak merangsang peristaltic, jika terjadi perforasi diberikan
drain diperut kanan bawah.

7
1.8 patofisiologi

Invasi dan multipikasi Hipertermi febris

apendiksitis Peradangan pada jaringan Kerusakan kontrol suhu terhadap inflamasi

operasi Sekresi mucus berlebih


Tidak adanya pengalaman pada lumen apendik
anestesi Luka
Apendik teregang
insisi Kurangnya ansietas
informasi
Depresi sistem Kerusakan jaringan Pintu masuk
kuman Spasme dinding Tekanan intraluminal
respirasi
Kurang apendik lebih dari tekanan vena
Ujung saraf terputus
Resiko pengetahuan
Reflek batuk nyeri Hipoksia jaringan
infeksi
peristaltic usus apendiks
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas ulcerasi
Distensi abdomen
Nyeri dipersepsikan
Pelepasan
protagladin perforasi
Gangguan rasa Mual &
nyaman muntah Kerusakan
Stimulasi dihantarkan Resiko ketidakefektifan
integritas perfusi gastrointestinal
jaringan
Resiko kekurangan anoreksia Spinal cord
volume cairan
Ketidakseimbangan Cortex cerebri
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh 8

You might also like