Professional Documents
Culture Documents
Panoftalmitis
Pembimbing :
dr. Shanti Sri Agustina, Sp.M, Mkes
dr. Dijah Halimi, Sp.M.
Disusun oleh :
Qeis Ramadhan
1102012220
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Serang, Banten
Tanggal pemeriksaan : 17 Juni 2017
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis
Keluhan utama
Nyeri pada mata kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli mata RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara dengan keluhan nyeri
pada mata sebelah kiri yang dirasakan sejak 1 minggu SMRS. Pasien mengatakan awalnya
terasa kelilipan saat sedang jualan di pasar, kemudian mata kirinya merah dan terasa gatal
sehingga di kucek kucek. Setelah itu pasien mengatakan matanya terasa nyeri saat melihat
cahaya disertai penglihatan yang makin buram hingga tidak dapat melihat sama sekali disertai
bengkak pada kelopak mata. Selain itu pasien mengeluhkan nyeri terasa semakin hebat saat
pasien melirikkan matanya. Keluhan mata sulit dibuka pada pagi hari, dan terdapat kotoran
mata disangkal. Keluhan demam disangkal. Riwayat mata terkena tanah atau tumbuh-
tumbuhan dan memakai lensa kontak disangkal. Riwayat sakit mata sebelumnya disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat DM disangkal
Status Generalis
Kepala : Normochepal
Mata : Pada status oftalmologi
THT : Sekret (-), Polip hidung (-), hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Simetris statis dan dinamis
Cor : S1-S2 reguler, murmur -/-, gallop -/-
Pulmo : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Supel, Bising Usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT<2
STATUS OPHTALMOLOGIS
OD OS
Posisi Ortoforia
Hirscbergh
Gerakan Baik ke segala arah Tidak dapat diperiksa
bola mata
Lapang -
45
pandang
85 55
55
IV. RESUME
Pasien mengeluh mata nyeri sejak 1 minggu SMRS. Mata merah (+), riwayat dikucek2
(+), fotophobia (+), penglihatan buram (+), kelopak mata bengkak (+), nyeri yang bertambah
saat melirik (+).
Pada pemeriksaan mata kiri didapatkan visus 0, palpebra superior udem, injeksi
konjungtiva dan siliar, kornea keruh dan infiltrat memenuhi seluruh kornea dan reflek fundus
(-).
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG ANJURAN
Pemeriksaan Slitlamp
Biakan kuman dari cairan vitreus
USG mata
Scheidel test
VIII. PENATALAKSAAN
Vankomisin 2x1gr IV
Keterolac 2x30mg IV
Ranitidin 3x50mg IV
IX. PROGNOSIS
OD OS
Ad Vitam : ad Bonam Dubia ad bonam
Ad Fungsionam : ad Bonam Ad malam
Ad Sanationam : ad Bonam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Panoftalmitis ialah peradangan pada seluruh bola mata yang juga termasuk sklera dan
kapsul Tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses dan termasuk tahapan setelah terjadi
endophtalmitis. Infeksi yang masuk kedalam bola mata dapat melalui peredaran darah (secara
endogen) atau perforasi dari bola mata (secara eksogen), dan dapat pula merupakan akibat
yang mempengaruhi semua struktur dari mata. Biasanya keadaan ini terjadi pada pasien yang
memiliki kekurangan dalam sistem kekebalan tubuh untuk setiap penyakit yang kronis seperti
diabetes atau infeksi oleh virus HIV, atau dapat pula sebagai akibat dari trauma atau operasi
pada mata yang menyebabkan terbentuknya jalur yang dapat membuat mikroba menembus ke
luka yang terdapat pada kornea yang terjadi secara kebetulan atau merupakan akibat dari
operasi atau akibat mengikuti perforasi suatu ulkus kornea, penyebab panophtalmitis ini sama
dengan endophtalmitis. Kemungkinan dapat disebabkan oleh adanya metastasis alamiah dan
terjadi dalam kondisi seperti pyaemia, meningitis maupun septikaemia purpural (Ilyas, 2010).
Data menunjukkan bahwa kebanyakan kasus terjadi akibat faktor eksogen pada kasus
pembedahan intraocular (62%), masuknya benda asing ke dalam mata (20%), komplikasi
implantasi lensa intraocular) dengan jumlah kasus yang lebih sedikit. Hanya 2-8% kasus
panoftalmitis, disamping itu dapat pula disebabkan oleh Streptococcus, Staphylococcus dan
E.coli. Selain itu, jamur (seperti Candida albicans, Histoplasma, Cryptococcus, dll), parasit
(seperti Toxoplasma, Toxocara, dll), serta virus (sepert CMV, HIV, dll) juga dapat
C. Patomekanisme
Panoftahlamitis atau peradangan supuratif pada isi bola mata memiliki gejala yaitu
terdapatnya nanah, palpebra yang bengkak, dan mata masih dapat digerakkan apabila pus
keluar karena perforasi, panas, tetapi tekanan bola mata menjadi menurun, jaringan yang
Terjadinya trauma penetrasi, maka korpus vitreum bagian yang pertama kali akan
terkena kemudian pada uvea dan retina yang juga dapat ikut terkena. Kasus metastasis,
peradangan dimulai dengan terjadinya emboli septik pada arteri retina dan arteri choroid.
Keadaan ini biasanya mengenai kedua mata, bila pada kasus perforasi ulkus kornea atau infeksi
pasca bedah intra-ocular, peradangan dimulai dengan iridocyclitis jika infeksi tidak terlalu
virulent, dapat dikontrol dengan pengobatan sedini mungkin. Tapi jika kuman terlalu virulent,
peradangan purulen akan berangsur-angsur menyebar ke bagian uvea posterior dan mengenai
seluruh jaringan uvea dan retina, akhirnya terjadi pembentukan pus atau nanah dalam bola mata
meskipun diobati.
Infeksi endogen biasanya melalui hematogen dan merupakan penyulit dari bakteremia
atau septikemia. Dan sangat jarang terjadi adanya invasi infeksi orbita ke dalam bola mata yang
bersifat langsung.
Bakteri
Bila panoftalmitis yang disebabkan karena bakteri, maka perjalanan penyakitnya akan
a. Pseudomonas
Bakteri batang gram negatif, bergerak, aerob; beberapa diantaranya menghasilkan pigmen
yang larut dalam air. Bakteri ini merupakan bakteri tipe ganas, merupakan patogen utama
bagi manusia. Bisa menghancurkan semua bagian termasuk kornea; sekret purulen, berupa
nanah biru kehijauan; mempunyai zat proteolitik yang dapat menghancurkan fibrin;
b. Staphylococcus
Adalah bakteri gram positif berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam rangkaian tak
untuk berlipat ganda dan menyebar secara luas ke dalam jaringan dan menghasilakan
stafilokok yang telah difagostosis masih mampu bertahan dalam jangka waktu lama.
c. Streptococcus
Adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas membentuk pasangan atau
konjungtiva tetapi mudah diambil dan tidak mengakibatkan pedarahan; infeksi oleh bakteri
ini akan membentuk sekret, terdapatnya sel-sel lepas dan jaringan nekrotik,sehingga
Parasit
a. Toxoplasma gondii
Lesi okuler mungkin didapat inutero atau muncul sesudah serangan infeksi sistemik
akut. Toksoplasmosis adalah penyebab retinokoroiditis paling umum pada manusia. Kucing
peliharaan dan spesies kucing lain berfungsi sebagai hospes definitif bagi parasit ini. Wanita
peka terkena penyakit ini selama kehamilan dapat menularkan penyakit ini ke janin. Sumber
infeksi pada manusia adalah ookista di tanah atau lewat udara ikut debu, daging kurang
matang yang mengandung bradizoit (parasit bentuk kista), dan takizoit (bentuk proliferatif),
Tanda dan gejala infeksi parasit ini yaitu seperti melihat benda mengambang,
penglihatan kabur, atau fotofobia. Lesi okuler berupa daerah-daerah retinokoroiditis fokal
nekrotik keputih-putihan, kecil atau besar, satu-satu atau mulipel. Lesi yang aktif dapat
bersebelahan dengan parut retina yang telah sembuh dan dikelilingi edem retina. Dapat
terlihatnya sel-sel didalam vitreus dan eksudasi. Mungkin juga akan menimbulkan edem
pada makula kistoid. Iridosklitis sering dijumpai pada pasien retinokoroiditis toksoplasmik.
Toksokariasis okuler dapat terjadi tanpa manifestasi sistemik. Anak-anak yang rentan
terkena penyakit ini, berhubungan erat dengan binatang peliharaan dan karena memakan
kotoran yang terkontaminasi ovum Toxocara. Telur yang termakan membentuk larva yang
menembus mukosa usus dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik, dan akhirnya sampai di
mata.
Tanda dan gejala larva Toxocara diam di retina dan mati, menimbulkan reaksi radang hebat
dan pembentukan antibodi Toxocara setempat. Keluhan berupa penglihatan kabur, atau
pupil keputihan. Terdapat tiga presentasi klinik, yaitu endoftalmitis, granuloma posterior
Virus
Manifestasi okuler pada infeksi HIV adalah bintik cotton wool, peradarahan
retina, sarcoma Kaposi pada permukaan mata dan adneksa, dan kelainan neurooftalmologik
pada penyakit intrakranial. Selain itu sering terkena infeksi oportunistik. Retinopati
sitomegalovirus adalah penyakit yang membutakan dan merupakan infeksi okuler paling
umum.
Jamur
dan malahan gejala akan terlihat setelah beberapa minggu setelah terjadinya infeksi.
Candida albicans adalah salah satu jamur oportunis yang terpenting. Lesi candida awal
berwujud retinitis granulomatosa nekrotikans fokal dengan atau tanpa koroiditis, yang
ditandai lesi eksudatif putih berjonjot yang berhubungan dengan sel-sel dalam badan kaca
yang menutupi lesi tersebut. Lesi ini bisa menyebar dan mengenai saraf optik dan struktur
mata lainnya. Jamur ini juga bisa menyebabkan endoftalmitis, panoftalmitis, bercak Roth,
papilitis, dan ablasi retina. Penyebaran ke badan kaca dapat mengakibatkan terjadinya abses
badan kaca. Juga bisa akan terjadi uveitis anterior dengan sel-sel dan flare di dalam bilik
D. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
a. Demam
b. Sakit kepala
c. Muntah
d. Rasa nyeri
e. Mata merah
h. Proptosis derajat sedang serta gerakan bola mata terbatas disebabkan peradangan
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan klinis yang baik dibantu slit lamp, sedangkan untuk mencari
badan kaca (corpus vitreum) diambil untuk contoh pada waktu dikerjakan debridemen
E. Rencana Terapi
Pada tahap awal, tepi luka, baik itu luka karena operasi atau kecelakaan, harus di
cauterisasi dengan asam carbolic murni. Pengobatan dengan antibiotik dosis tinggi lokal dan
sistemik harus segera dimulai, seperti Vancomycin dan obat-obat sulfa, misalnya
Trimethoprim-sulfamethoxazole. Deksametason Na fosfat 1 mg, neomisina 3,5 mg,
polimiksina B sulfat 6000 UI (kandungan tiap ml tetes mata atau g salep mata).
Jika peradangan terjadi pada segmen anterior bola mata, pengobatan yang intensif
dengan kompres hangat, atropin lokal dan sulfonamide sistemik serta antibiotik sebaiknya
diperiksa kemajuannya. Jika penyebabnya jamur diberikan amfotererisin B150 mikrogram sub
sulfadiazine, 0,5 g per oral empat kali sehari selama 4 minggu. Selain itu mg kalsium
leukovorin per oral dua kali seminggu, dan urin harus tetap dijaga agar tetap alkalis dengan
minum satu sendok teh natrium bikarbonat setiap hari. Alternatif lain clindamicyn, 300 mg per
oral empat kali sehari, dengan trisulfapyrimidine, 0,5-1 g peroral empat kali sehari. Antibiotik
secara sistemik atau periokuler bila ada tanda reaksi radang intra okuler, dipertimbangkan
Sedangkan bila penyebabnya virus dapat diberikan sulfasetamid dan antivirus (IDU).
Apabila mata sudah tidak dapat diselamatkan lagi harus segera dilakukan eviserasi.
Eviserasi
Adalah suatu tindakan operasi dimana isi bola mata dikeluarkan dan scleral cup disingkirkan.
Hal ini biasanya dilakukan pada kasus supuratif intra-ocular (panoftalmitis), perdarahan
anterior staphyloma dan trauma penetrans pada bola mata dengan keluarnya isi bola mata.
Anestesi
Anestesi umum dianjurkan pada anak-anak, sedangkan pada orang dewasa operasi dapat
dilakukan dengan anastesi lokal dengan transquilizer sistemik. Infiltrasi 4 ml, 2 % larutan
Tindakan Operasi
Kulit kelopak mata disterilkan dengan larutan savlon dan conjungtiva diirigasi dengan
larutan garam fisiologis. Dan pada umumnya eye spekulum disisipkan untuk membuka kelopak
mata. Kemudian dilakukan irisan circum-corneal pada conjungtiva bulbi yang mengelilingi
limbus. Conjungtiva bulbi dengan kapsul Tenons dipisahkan dari bola mata ke fornik. Lalu
dibuat irisan sirkuler pada sclero-cornea dan kornea terpisah. Pada bagian tepi scleral cup
kemudian di geser dengan forsep arteri dan isi bola mata dikeluarkan dengan scoop.
Hati-hati pada saat proses mengeluarkan semua jaringan uvea dari dalam permukaan
scleral cup, karena bagian portio pada sclera mungkin saja terkena. Untuk memastikan agar
tekanan tetap seimbang maka kelopak mata ditutup dengan memasangan perban.
Setelah Operasi
Pemakaian pertama kali sebaiknya setelah 48 jam dan setiap 24 jam selama 7 hari. Pasien
sebaiknya rawat jalan pada hari ke-7. Mata buatan mungkin akan menyesuaikan setelah 3-4
minggu.
F. Prognosis
Prognosis mata yang terinfeksi oleh staphylococcus epidermidis keadaannya lebih baik,
tetapi jika infeksinya karena Pseudomonas atau spesies gram negatif lainnya prognosisnya tetap
buruk dan sangat buruk terutama bila disebabkan jamur atau parasit.