Professional Documents
Culture Documents
IMUNOPROFILAKSIS
NAMA : FITRIYAH
JAKARTA 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa dengan
terselesaikannya makalah yang berjudul IMUNOPROFILAKSIS mata kuliah imunologi.
Ucapan terima kasih juga tidak lupa kami sampaikan kepada Ibu selaku pengajar mata kuliah
Imunologi, yang telah memberikan pengarahan dan bantuannya selama masa perkuliahan
sehingga makalah ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu disempurnakan, maka diharapkan
pada berbagai pihak untuk memberikan koreksi, baik segi bahasa, isi, maupun tata urutan
atau sistematikanya.
Akhir kata, kami harap semoga makalah ini berguna dan bermanfaat dalam
Pelaksanaan Belajar Mengajar.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata pengantar ..................................................................................................... 1
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar belakang .................................................................................. 2
1.2 Rumusan masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2
Bab II Tinjauan pustaka
2.1 Definisi imunoprofilaksis .................................................................. 3
2.2 Gambar Terjadinya imunisasi alamiah dan buatan............................ 3
2.3 Mekanisme Proteksi .......................................................................... 4
2.4 Penggunaan antigen multipel ............................................................ 9
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Terjadinya imunisasi alamiah dan buatan ( aktif dan pasif ). Terlihat pada gambar
berikut :
Imunisasi
Alamiah Buatan
Usia Vaksin
2 bln Difteri, tetanus, pertussis ( DTP-1 )
Polio trivalen oral ( TOP-1)
4 bln DTP-2, TOP-2
6 bln DTP -3, TOP -3
15 bln Campak, mumps, rubella
18 bln DTP -4, TOP -4
4-6 thn DTP -5,TOP -5
14 16 thn ( dan tiap 10 thn sesudah itu ) Td ( Tetanus dengan dosis toksoid
difteri yang dikurangi )
18 24 thn Campak, mumps, rubella
25 64 thn Campak, mumps, rubella
Lebih dari 65 thn Influenza, pneumococ
b. Imunisasi selektif
Disamping imunisasi yang dianjurkan kepada beberapa golongan orang masih
dianjurkan untuk mendapat vaksinasi lainnya sebagai berikut :
1) Virus
Virus influenza yang diinaktifkan/diatenuasikan, diberikan kepada mereka
diatas 60 tahun dan penderita penyakit kardiovaskuler, Vaksinasi Hepatitis B
diberikan kepada para tenaga medis. Varicella yang diatenuasikan diberikan
kepada penderita dengan leukimi limfositik akut.
2) Bakteri
Vaksin Polivalen yang dibuat dari kapsel polisakarida beberapa jenis
streptococ pneumoniae diberikan kepada penderita penyakit kardiovaskuler,
sesudah splenektomi, anemia sickle cell, kegagalan ginjal, sirosis alkohol dan
diabetes mellitus. H.Influenzae (Polisakarida kapsel tipe B) diberikan kepada anak
anak usia 2-3 tahun di pusat- pusatpenitipan anak anak ( daycare center ) dan
penderita sesudah spleknektomi. N. Meningitidis ( beberapa golongan
polisakarida kapsel ) diberikan kepada anggota militer dan anak anak dinegara
negara dengan resiko tinggi.
4
2.3 Mekanisme Proteksi
Tabel 2.3 proteksi terhadap difteri dan hubungannya dengan waktu pemberian
Hari Jumlah Kasus % Mortalitas
1 225 0
2 1,441 4,2
3 1,600 11,1
4 1,776 17,3
5 ( Lebih ) 1,645 18,7
5
Ensi eksotoksin seperti lecithinase dari bakteri CI perfringens atau bisa ular dapat
dinetralisir antibodi. Adanya aktivitas antitoksik IgG berarti bahwa ibu yang cukup
diimunisasi, dapat memindahkan antitoksin kepada fetus dan dapat memberikan
proteksi pada hari hari pertama / minggu sesudah lahir, hal tersebut diperlukan
dalam pencegahan tetanus neonatorum dinegara negara dengan tindakan obstetri
yang kurang steril.
3. Interferon
Interferon adalah protein atau glykoprotein antivirus yang dibentuk berbagai sel
dalam tubuh sebagai respons terhadap infeksi virus ( atau inducer lain seperti double
stranded RNA ), Interferon ditemukan sebelum makrofag diaktifkan atau antibodi
dibentuk. Oleh karena itu interferon berfungsi dalam pencegahan dini. Virus
merangsang sel sel tubuh ntuk memproduksi protein antivirus yang berbeda dari
antibodi.
IgG adalah antibodi yang terpenting diantara antibodi antivirus, tetapi virus yang
sudah melekat kepada sel hospes tidak dapat dilepaskan lagi oleh antibodi.
6
IgG yang melalui fraksi Fab nya berikatan dengan reptor Fc pada makrofag. PMN
atau sel K. Sel sel tersebut selanjutnya lebih mudah memakan dan menghancurkan
sel dengan virus.
4. Imunitas antibakteriil
Respons imun antibakteriil meliputi lisis melalui antibodi dan komplemen,
opsonisasi, fagositosis yang diaktifkan dengan eliminasi bakteri di hati, limpa dan sel
sel dari sistem fagosit makrofag.
Yang berperanan pada opsonin dan fagositosis bakteri gram negatif adalah IgG
dan IgM saja atau dengan bantuan C3b ( Opsonin ).
Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif dapat dirangsang secara non
spesifik oleh endotoksin lipoposakarida ( dinding bakteri gram negatif ) atau oleh
polisakarida dari kapsel bakteri gram negatif ) atau oleh polisakarida dari kapsel
bakteri gram negatif dan bakteri gram positif yang mengaktifkan C3. Jalur alternatif
ini menimbulkan penglepasan molekul kemotaktik C3a dan C5a, dan opsonin C3b.
Aktivasi jalur alternatif juga melepas faktor adherens imun dan bakteriolitik dari
C5,6,7,8,C9. Oleh karena proses opsonin dan fagositosis bakteri terjadi dalam limpa,
maka penderita sesudah splenektomi sangat rentan terhadap bakteri dengan kapsel.
Pada jalur klsik IgM berperan dalam lisis bakteri gram negatif. CMI juga berperan
pada bakteri yang hidup intraselular seperti M. Tuberculosis.
7
In utero,fetus biasanya terhindar dari antigen asing dan infeksi mikroorganisme,
meskipun patogen tertentu ( Rubella ) dapat meninfektir ibu dan merusak fetus,
imunitas ibu melindungi fetus dengan jalan mengeliminir bahan infektif sebelum
memasuki uterus, atau melindungi bayi baru lahir melalui antibodi tranplasental atau
air susu ibu. Kadar berbagai Ig dalam kolostrum terlihat pada Tabel:
Ferus dan neonatus belum mempunyai kelenjar limfoid yang berkembang kecuali
timus yang ukurannya pada waktu lahir sangat besar dibanding dengan badan, fetus
dapat membentuk IgM pada gestasi 6 bulan. Kadar IgM kemudian perlahan lahan
meningkat sampai sekitar 0,1 mg/ml serum waktu lahir yang berarti sekitar 10 % dari
kadar IgM orang dewasa.
IgG didapatkan dalam fetus pada sekitar gestasi bulan ke 2 tetapi ini berasal dari
ibu. Kadar IgG meningkat dan mencapai puncaknya pada sekitar gestasi bulan ke 4.
Pada waktu lahir kadarnya menjadi 10 12 mg/ml serum yang sedikit lebih tinggi
dari pada kadar IgG ibu. Jadi fetus mendapat persediaan IgG dari ibu yang bersifat
antitoksik, antivirus dan antibakteriil. Kadar Ig asal ibu ini perlahan lahan menurun
bila bayi mulai membuat antibodi sendiri, Sehingga IgG total pada usia 2 3 bulan
hanya 50 % dari kadar waktu lahir.
Pada umumnya bayi baru lahir menunjukan respon imun yang lemah dan
meningkat efektif dengan usia, bayi baru lahir sudah siap membentuk IgM dapat
memberikan respons terhadap toksoid, virus polio yang diberikan parenteral atau
polio yang diatenuasikan dan diberikan oral. Pemberian vaksin pertussis (bakteri
mati) segera setelah lahir, tidak memberikan respons protektif bahkan menimbulkan
toleransi bila diberikan kemudian hari.
8
Anak dibawah 2 tahun menunjukkan ketidakmampuan umum untuk membentuk
antibodi pada pemberian parenteral polisakarida kapsel bakteri seperti H.Influenza
tipe b, berbagai N. Meningitidis dan S. Pneumoniae. Hal itu disebabkan oleh karena
bayi tidak memberikan respons terhadap antigen T independen. Meskipun mampu
membentuk IgM cukup dini. Dengan jalan menyatukan antigen tersebut dengan
antigen yang T dependen seperti toksoid difteri atau tetanus diharapkan akan
meningkatkan respons terhadap polisakarida.
Oleh karena virus influenza merusak epitil pernapasan dan memudahkan infeksi
pneumonia bakteriil, maka vaksin influenza hendaknya juga diberikan kepada
golongan yang sama seperti diatas. Demikian juga halnya kepada staf rumah sakit.
9
2.5 Hal Hal yang perlu diperhatikan pada vaksinasi
a. Tempat pemberian vaksin
Rute parenteral ( ID,SC,IM ) biasa dilakukan pada lengan daerah deltoid. Vaksin
hepatitis yang diberikan pada lengan terbukti memberikan respons imun yang lebih
baik dibanding dengan pemberian intragluteal.
Pemberian vaksin polio parenteral ( virus mati ) akan memberikan respons antibodi
serum yang lebih tinggi dibanding dengan vaksin hidup oral, tetapi yang akhir
menimbulkan pembentukan IgA sekretori yang dapat memberikan proteksi.
Beberapa vaksin memberikan respons yang lebih baik bila diberikan melalui saluran
napas dibanding dengan parenteral ( seperti virus campak hidup ) tetapi pemberian
tersebut belum dilakukan secara rutin.
b. Bahaya bahaya vaksinasi
Ada beberapa bahaya yang berhubungan dengan pemberian vaksin. Vaksin yang
dibuat dari virus yang diatenuasikan ( campak, mumps, rubella, polio oral, BCG )
dapat menimbulkan penyakit yang progressif pada penderita yang imunocompromised
atau pada penderita yang mendapat pengobatan steroid. Dalam hal hal tertentu virus
yang diatenusiakan dapat berubah menjadi virus yang virulen dan menimbulkan
paralise ( polio ). Atas dasar ini banyak orang lebih menyukai pemberian parenteral.
Virus yang diatenuasikan hendaknya tidak diberikan kepada wanita yang
mengandung karena bahaya terhadap fetus.
Vaksinisasi terhadap cacar sudah tidak dikerjakan lagi oleh karena penyakit telah
dapat dibasmi, keculai pada beberapa golongan masyarakat tertentu seperti anggota
tentara.
Diantara vaksin mati B. Pertussis kadang kadang menimbulkan efek samping yaitu
encephalopathy pada bayi. Meskipun demikian, penggunannya masih diteruskan
mengingat resiko yang lebih besar dari penyakitnya. Vaksin pertussis hendaknya tidak
diberikan pada bayi dengan riwayat kejang kejang.
Toksoid tetanus dan difteri dapat menimbulkan hipersensitivitas lokal. Oleh karena
itu efeknya dapat berlangsung 10 tahun, maka pemberian booster harus diawasi dan
dosis yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan reaksi yang terjadi.
Hipersensitivitas terhadap toksoid difteri meningkat dengan usia. Dosis dewasa adalah
jauh lebih kecil dari dosis anak.
Oleh karena suntikan berulang vaksin polisakarida pneumococ menimbulkan efek
samping, maka hanya diberikan sebagai suntikan tunggal yang menggunakan 23
serotipe vaksin.
Guillain Barre Syndrome dapat terjadi sebagai efek samping pemberian vaksin
influenza dari babi. Pemakaiannya masih diteruskan oleh karena efek samping
tersebut dianggap tidak berarti.
10
Mengingat beberapa virus ditumbuhkan dalam embryo ayam, maka vaksin virus
tersebut hendaknya tidak diberikan kepada mereka yang alergi terhadap telur. Vaksin
influenza lengkap tidak memberikan efek samping pada orang dewasa, tetapi pada
usia dibawah 13 tahun dianjurkan untuk memberikan komponennya terpisah pisah
(split vaccin ).
Beberapa vaksin mengandung bahan pengawet seperti organomercuric rhimerosal
(merthiolate) atau antibiotik ( neomycin atau streptomycin ). Maka pemberiannya
tidak dianjurkan pada mereka yang alergik terhadap obat tersebut.
Vaksin HBV yang diinaktifkan akan dapat mencegah baik hepatoma maupun
hepatitis B pada mereka dengan resiko tinggi.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dilakukan melalui transfer antibodi atau sel imun dari orang yang
imun keorang lain yang non imun. Hal ini dapat terjadi alamiah atau artifisiil.
a. Imunitas pasif alamiah
1. Imunitas maternal melalui plasenta
Adanya antibodi dalam darah ibu merupakan proteksi pasif terhadap fetus.
IgG dapat berfungsi antitoksik, antivirus dan antibakteriil terhadap H.influenzae
tipe B atau S. Agalactiae gol. B. Imunisasi aktif dari ibu akan memberikan
proteksi pasif kepada fetus dan bayi.
13
b. Globulin manusia yang spesifik
Preparat immune globulin spesifik yang dapat diperoleh dewasa ini adalah sebagai
berikut :
- Antibodi ( Rhogam ) terhadap antigen RhD diberikan kepada ibu 72 jam
perinatal dalam usaha mencegah imunisasi oleh eritrosit fetal Rh+
- Tetanus immune globulin ( TIG )
TIG adalah antitoksin yang diberikan sebagai proteksi pasif setelah menderita
luka. Biasanya diberikan IM dengan toksoid tetapi pada lengan yang sebaliknya.
- Varicella zoster immune globulin ( VZIG )
VZIG diberikan kepada penderita leukemi dengan resiko tinggi, 72 jam setelah
terpapar dengan virus varicella.
- Rabies immune globuline ( RIG )
RIG diberikan bersamaan dengan imunisasi aktif, kadang kadang karena tidak
tersedianya serum asal manusia diberikan yang berasal dari kuda.
- Hepatitis B immune globulin ( HBIG )
HBIG diberikan pada masa perinatal kepada anak yang dilahirkan oleh ibu
dengan infeksi virus hepatitis B para tenaga medis yang tertusuk jarum
terinfeksi atau pada mereka setelah kontak dengan sesorang hepatitis B yang
HbsAg positif.
- Vaccinia immune globulin ( VIG )
VIG diberikan kepada penderita dengan eksim atau immunocompromised yang
terpapar dengan vaksinia dan pada anggota tentara.
14
Vaksin dan anti serum pada manusia
Preparat preparat vaksin dan serum yang digunakan pada manusia terlihat pada
tabel berikut :
VAKSIN JENIS
Bakteri
Anthrax Antigen dalam alum yang diperoleh
dari filtrat biakan
Cholera V. Cholerae mati
H.Influenza Polisakarida tipe B
M. Meningitis Polisakarida,gol.A,C,V,W135dari
N.meningitis.
Pertussis B.Pertussis mati
Pes Yersinia pestis ( dilemahkan,
digunakan dibeberapa bagian dunia ).
Pneumococ Polisakarida 23 serotipe
Tetanus S.pneumoniae
Tuberculosis Toksoid
Thyphoid Bacill calmette - guerin(BCG)
Botulisme dilemahkan
S. typhi mati
Brucellossis Toksoid (pemakaian terbatas pada
peneliti laboratorium)
Rickettsia B. abortus (dilemahkan) strain 19
Thypus fever
Rocky Mt. Spotted fever
R. prowazekii (mati dan dilemahkan)
Virus R. ricketsii (mati)
Hepatitis B
Influenza
Campak HbsAg mati
Mumps Seluruh atau split virus (dilemahkan)
Polio Dilemahkan
Rabies Dilemahkan
Rubella Dilemahkan atau mati
Varicella Dilemahkan atau mati
Mati
Antisera Dilemahkan
Botulisme
Diphtheri
Hepatitis A ISG asal manusia atau kuda
Hepatitis B Serum asal kuda
Hipogamaglobinemia ISG
Campak HBIG atau ISG
Rabies ISG
Rho (D) ISG
Tetanus ISG, RIG, serum imun asal kuda
Vaccinia ISG vs Rho ( D )
Varicella zoster TIG
Serum antilimfosit VIG
Black widow spider VZIG
Gigitan goral snake Asal kuda
Gigitan crotalid snake Anti bisa asal kuda
Anti bisa asal kuda
Anti serum polivalen asal kuda
16
Contoh contoh vaksin : toksoid, vaksin mati & hidup :
BCG
Cacar
Rubella
VAKSIN Hidup Influenza
Rabies
Polio
Campak
Dll
Pertussis
Mati
Kolera
Toksoid
Tifoid
Tetanus
Influenza
difteri
Rabies
Polio
Dll
17
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA