Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Islam secara teologis merupakan rahmat bagi manusia dan alam semesta. Letak kerahmatannya
terletak pada kesempurnaan islam itu sendiri. Aqidah diletakkan sangat penting dalam ajaran
islam. Seumpama islam diumpamakan pohon, maka aqidah adalah akarnya, dan pohon tanpa
akar tentu akan tumbang
Kewajiban bagi seseorang untuk bias diakui sebagai seorang muslim adalah
mengucapkan dua kalimat syahadat: Ashadu alla ilaha illallah, wa ashadu anna
muhammadur rosulullah. Pengetahuan tersebut merupakan tauhid dan itu
bagian dari aqidah. Untuk lebih jelasnya permasalahan aqidah secara global
akan kami bahas dalam makalah ini.,
III. PEMBAHASAN
1. Pengertian Aqidah
Aqidah berasal dari kata aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang
diyakini oleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati
dan pembenaran terhadap sesuatu.
Aqidah berasal dari kata aqada artinya ikatan dua utas tali dalam satu buhul
sehingga bersambung. Aqad berarti pula janji, ikatan (kesepakatan) antara dua
orang yang mengadakan perjanjian.
Aqidah menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-aqdu yang berarti
ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu
yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti
mengikat dengan kuat.
aqaid ( bentuk jamak dari aqidah ) artinya beberapa perkara yang wajib diyakini
oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa dan menjadi keyakinan yang tidak
bercampur sedikitpun dengan keragu- raguan.
aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (aksioma)
oleh manusia berdasarakan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh
manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti
dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
a). Setiap manusia memiliki fitrah tentang adanya Tuhan yang didukung oleh
hidayah Allah berupa indera, akal, agama (wahyu), dan taufiqiyah, (sintesis antara
kehendak Allah dengan kehendak manusia). Oleh karena itu, manusia yang ingin
mengenal Tuhan secara baik harus mampu mengfungsikan hidayah- hidayah
tersebut.
b). Keyakinan sebagai sumber utama aqidah itu tidak boleh bercampur dengan
keraguan.
c). Aqidah yang kuat akan melahirkan ketentraman jiwa.
d). Tingkat aqidah seseorang tergantung pada tingkat pemahamannya terhadap
ayat- ayat qauliyah dan kauniyah.
2. Ruang Lingkup Aqidah
Obyek materi pembahasan mengenai aqidah pada umumnya adalah Arkan Al-Iman,
yaitu:
Aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada zat mutlak yang Maha Esa yang
disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujudnya. Kemaha-
Esaan Allah dalam zat, sifat, perbuatan dan wujdunya itu disebut tauhid. Tauhid
menjadi inti rukun iman.
Aqidah pokok yang perlu dipercayai oleh tiap-tiap muslimin, yang termasuk unsur
pertama dari unsur-unsur keimanan ialah mempercayai:
Terjemahnya:
Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
Allah zat yang maha mutlak itu, menurut ajaran Islam, adalah Tuhan yang
Maha Esa. Segala sesuatu yang mengenai Tuhan disebut ketuhanan.
Terjemahnya:
Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Dalam mengimani Allah swt. bukan berarti Al-Quran memperkenalkan Allah swt.
sebagai sesuatu yang bersifat ide atau material, yang tidak dapat diberi sifat atau
digambaran dalam kenyataan atau dalam keadaan yang dijangkau oleh akal
manusia.
Karena itu Al-Quran menempuh cara pertengahan dalam memperkenalkan Tuhan,
Dia, menurut Al-Quran antara lain Maha Mendengar, maha melihat, hidup,
berkehendak, menghidupkan dan mematikan, Ar-Rahman.
Dengan demikian setelah kita mengimani Allah, maka kita membenarkan segala
perbuatan dengan beribadah kepadanya, melaksanakan segala perintahnya dan
menjauhi segala larangannya, mengakui bahwa Allah swt. bersifat dari segala sifat,
dengan ciptaan-Nya di muka bumi sebagai bukti keberadaan, kekuasaan, dan
kesempurnaan Allah swt.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kata malaikat diartikan makhluk Allah yang taat,
diciptakan dari cahaya yang mempunyai tugas khusus dari Allah.
Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk yang
dinamai malaikat yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih
tegas, iman akan malaikat ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara
antara Allah dengan rasul-rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada rasul-rasul-
Nya.[16]
Di dalam Al-Quran banyak ayat yang menyeru kita mengimankan sejenis makhluk
yang gaib, yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat dirasa oleh panca indera,
itulah makhluk yang dinamai malaikat.
Terjemahnya:
Malaikat selalu memperhambakan diri kepada Allah dan patuh akan segala perintah-
Nya, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah swt.
Terjemahnya:
Mengenai nama-nama dan tugas para malaikat tidak bisa diperkirakan sesama
mereka juga ada perbedaan dan tingkatan-tingkatan, baik dalam kejadian maupun
dalam tugas, pangkat dan kedudukannya baik yang berada dan tugas di alam ruh
maupun ada yang bertugas di dunia.
Di antara nama-nama dan tugas malaikat adalah:
1) Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu kepada Nabi-nabi dan rasul
3) Malaikat Israfil, bertugas meniup terompet di hari kiamat dan hari kebangkitan
nanti.
6) Malaikat ridwan bertugas menjaga surga dan memimpin para pelayan surge
Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab-kitab suci itu
memuat wahyu Allah. Beriman kepada kitab-kitab Tuhan ialah beritikad bahwa Allah
ada menurunkan beberapa kitab kepada Rasulnya, baik yang berhubungan itikad
maupun yang berhubungan dengan muamalat dan syasah, untuk menjadi pedoman
hidup manusia. baik untuk akhirat, maupun untuk dunia. Baik secara individu
maupun masyarakat.
Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab Allah ialah mengimani sebagaimana
yang diterangkan oleh Al-Quran dengan tidak menambah dan mengurangi. Kitab-
kitab yang diturunkan Allah telah turun berjumlah banyak, sebanyak rasulnya. Akan
tetapi, yang masih ada sampai sekarang nama dan hakikatnya hanya Al-Quran.
Sedangkan yang masih ada namanya saja ialah Taurat yang diturunkan kepada
Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa dan Zabur kepada Daud.
Terjemahnya:
Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa dan
Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wazir (pembantu).
Kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelum kitab suci Al-Quran tidak bersifat
universal seperti Al-Quran, tapi hanya bersifat lokal untuk umat tertentu. Dan tidak
berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, tidak memberi jaminan terpelihara
keaslian atau keberadaan kitab-kitab tersebut sepanjang zaman sebagaimana
halnya Allah memberikan jaminan terhadap Al-Quran.
Al-Quran adalah kitab suci umat Islam yang memuat wahyu Allah yang disampaikan
oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad selama masa kerasulannya. Al-Quran
merupakan kitab suci yang mempunyai kesempurnaan di atas kitab-kitab
sebelumnya atau menjadi penyempurna, kelebihan Al-Quran tidak dapat diragukan
lagi.
Terjemahnya:
Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.
Al-Quran al-karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah
satu diantaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin
Allah, dan ia selalu dipelihara.
Terjemahnya:
Dari berbagai penjelasan dan ayat-ayat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
1. Al-Quran adalah kitab hidayah yang memberi petunjuk kepada manusia dari
berbagai persoalan-persoalan aqidah, syariah, ibadah, tasyri, akhlak demi
kebahagiaan hidup.
2. Tiada pertentangan antara Al-Quran dengan ilmu pengetahuan
3. Membenarkan atau menjalankan teori-teori ilmiah berdasarkan Al-Quran
bertentangan dengan tujuan pokok atau sifat Al-Quran dan bertentangan pula
dengan ciri khas ilmu pengetahuan.
4. Memahami ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan penemuan-penemuan baru
adalah ijtihad yang baik.
Al-Quran menyangkut segala hal. Banyak ayat secara terperinci membahas tentang
kehidupan dunia ini dan sesudahnya yang dijelaskan dengan cara yang amat masuk
akal. Kesederhanaan Al-Quran membuatnya dipahami oleh semua orang sehingga
mereka yang tidak bertakwa atau bahkan membenci Allah, memandang Al-Quran
dengan prasangka buruk akan dapat mengambil kebaikan dari ajaran yang agung.
Yakin pada para Nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Perbedaan antara
Nabi dan Rasul terletak pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan berupa
wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu itu
kepada umat manusia. Rasul adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban
menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat manusia.
Sebagaimana manusia biasa lainnya Nabi dan Rasul pun hidup seperti kebanyakan
manusia yaitu makan, minum, tidur, berjalan-jalan, mati dan sifat-sifat manusia
lainnya. Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi sekaligus Rasul terakhir tidak ada lagi
rangkaian Nabi dan Rasul sesudahnya.
Terjemahnya:
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu,
tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.
Sebagai Nabi yang terakhir beliau telah menyempurnakan bangunan dinullah yang
dimulai dikerjakan secara bertahap oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya. Yang
wajib kita imani, sebagai Nabi yang diutus untuk seluruh umat manusia sepanjang
zaman sampai akhir kiamat.
Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh Nabi dan Rasul-Nya yang telah
diutus oleh Allah SWT, baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak
disebutkan namanya. Seorang muslim wajib membenarkan semua Rasul dengan
sifat-sifat, kelebihan, keistimewaan satu sama lain, tugas dan mukjizatnya masing-
masing seperti yang diperintahkan oleh Allah.
Rukun iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari akhir. Keyakinan ini sangat
penting dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa mempercayai
hari akhirat sama halnya dengan orang yang tidak mempercayai agama Islam, itu
merupakan hari yang tidak diragukan lagi.
Terjemahnya:
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan
mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan
siapakah orang yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah.
Hari akhirat ialah hari pembalasan yang pada hari itu Allah menghitung (hisab) amal
perbuatan setiap orang yang suda dibebani tanggung jawab dan memberikan
putusan ganjaran sesuai dengan hasil hitungan itu.
Pembahasan tentang hari akhir dimulai dari pembahasan tentang alam kubur karena
peristiwa kematian sebenarnya sudah merupakan kiamat kecil dan juga karena
orang-orang yang sudah meninggal dunia telah memasuki bagian dari proses
transisi dari kehidupan di dunia menuju kehidupan di akhirat.
Menurut sebagian ahli tauhid, hari akhirat ialah hari manusia dibangkitkan dari kubur
untuk digiring kepada masyar, tempat mereka dikumpulkan sementara dan belum
lagi ditentukan tempat mereka, surga atau neraka. Dikatakan akhirat, karena hari itu
adalah hari penghabisan yang dinantikan oleh makhluk hidup dan tidak ada lagi
yang hidup dan ditunggu-tunggu sesudah hari kiamat terjadi.
Keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada hari akhir. Hal ini
disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan, sedangkan amal
perbuatan baru sempurna dengan keyakinan tentang adanya hari akhirat. Demi
tegaknya keadilan, harus ada suatu kehidupan baru dimana semua pihak akan
memperoleh secara adil dan sempurna hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas
pilihannya masing-masing.
Makna qadar dan takdir ialah aturan umum berlakunya huykum sebab akibat, yang
ditetapkan olehnya sendiri. Definisi segala ketentuan, undang-undang, peraturan
dan hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah SWT, untuk segala yang ada.
Pengertian di atas sejalan dengan penggunaan qadar di dalam Al-Quran berbagai
macam bentuknya yang pada umumnya mengandung pengertian kekuasaan Allah
SWT, yang termasuk hukum sebab akibat yang berlaku bagi segala makhluk hidup
maupun yang mati.
Terjemahnya :
Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami
tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.
Untuk memahami takdir, manusia harus hidup dengan ikhtiar, dalam kehidupan
sehari-harinya takdir Ilahi berkaitan erat dengan usaha manusia dan diiringi dengan
doa dan tawakkal. Seorang muslim wajib beriman
dengan qada dan qadar kesalahan dalam memahaminya akan melahirkan dan sikap
yang salah pula dalam menempuh di kehidupan di dunia ini.
Ada beberapa hikma yang dapat dipetik dari keimanan kepada qada dan qadar, ini
antara lain:
a) Menuntun dan mengemban dasar ketuhanan yang dimiliki manusia sejak lahir,
sejak lahir manusia telah memiliki potensi keberagamaan (fitrah). Aqidah islam
berperan memenuhi kebutuhan fitrah manusia tersebut, menuntun dan
mengarahkan manusia pada keyakinan yang benar tentang Allah.
Aqidah atau iman yang dimiliki seseorang tidak selalu sama dengan oleh orang lain.
Ia memiliki tingkatan-tingkatan tertentu bergantung pada upaya orang itu. Iman pada
dasarnya berkembang, ia bisa tumbuh subur atau sebaliknya. Iman yang tidak
terpelihara akan berkurang, mengecil atau hilng sama sekali.
Tingkatan aqidah tersebut adalah:
a. Taqlid, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas pendapat orang yang
diikutinya tanpa dipikirkan.
b. Yakin, yaitu keyakinan yang didasarkan atas bukti, dan dalil yang jelas, tetapi
belum sampai menemukan hubungan yang kuat antara obyek keyakinan dan dalil
yang diperolehnya. Hal ini, memungkinkan orang terkecoh oleh sanggahan-
sanggahan atau dalil-dalil lain yang lebih rasional dan lebih mendalam.
c. Ainul Yakin, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas dalil-dalil rasional,
ilmiah dan mendalam, sehingga mampu membuktikan hubungan antara obyek
keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi yang rasional
terhadap sanggahan-sanggahan yang datang. Ia tidak mungkin terkecoh oleh
argumentasi lain yang dihadapkan kepadanya.
d. Haqqul yakin, yaitu tingkat keyakinan yang di samping didasarkan atas dalil-dalil
rasional, ilmiah, dan mendalam, dan mampu membuktikan hubungan antara obyek
keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu menemukan dan merasakan keyakinan
tersebut melalui pengalaman agamanya.
Pada semua tingkatan aqidah di atas nampak peranan akal begitu dominan. Hal ini
tidak berarti hanya akal satu- satunya.
Keseluruhan aqidah islam, sebagaimana juga halnya dalam semua hukum dalam
syariah, pada dasarnya ditetapkan dan diatur oleh kitab Allah dan sunnah Rasul,
dimana keduanya memberikan kedudukan yang sangat penting bagi akal fikiran
dalam menerima dan mengokohkan aqidah. Keduanya memuliakan akal dengan
menjadikannya sebagai sasaran perintah, sebagai tempat bergantungnya
pertanggungjawaban dan menganjurkan agar mengfungsikan sebaik- baiknya.
IV. KESIMPULAN
a). Menuntun dan mengemban dasar ketuhanan yang dimiliki manusia sejak lahir,
b). Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa.
c). Memberikan pedoman hidup yang pasti.
a. Taqlid
b. Yakin
c. Ainul Yakin
d. Haqqul yakin
V. PENUTUP
Demikian Makalah ini kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Pemakalah menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan yang belum
tersampaikan di makalah ini, untuk itu saran dan kritikannya yang bersifat
membangun bagi pemakalah sangat kami harapkan. Sekian dari kami, apa bila ada
kesalahan atau kekurangan kami mohon maaf. Atas perhatian pembaca kami
sampaikan terima kasih.