You are on page 1of 13

I.

PENDAHULUAN

Islam secara teologis merupakan rahmat bagi manusia dan alam semesta. Letak kerahmatannya
terletak pada kesempurnaan islam itu sendiri. Aqidah diletakkan sangat penting dalam ajaran
islam. Seumpama islam diumpamakan pohon, maka aqidah adalah akarnya, dan pohon tanpa
akar tentu akan tumbang

Ajaran Islam sebagaimana dikemukakan maulana Muhammad Ali, dapat dibagi


kepada dua bagian, yaitu teori atau lazim disebut rukun iman, dan bagian praktik
yang mencakup segala yang harus dijadikan pedoman hidup bagian
pertamadisebut aqidah, artinya kepercayaan yang kokoh, ataupun yang kedua
disebut hokum atau syariah.

Kewajiban bagi seseorang untuk bias diakui sebagai seorang muslim adalah
mengucapkan dua kalimat syahadat: Ashadu alla ilaha illallah, wa ashadu anna
muhammadur rosulullah. Pengetahuan tersebut merupakan tauhid dan itu
bagian dari aqidah. Untuk lebih jelasnya permasalahan aqidah secara global
akan kami bahas dalam makalah ini.,

II. RUMUSAN MASALAH

A. Pengertian Aqidah dan ruang lingkupnya


B. Fungsi dan Peranan Aqidah
C. Tingkat- tingkatanan Aqidah

III. PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqidah dan ruang lingkupnya

1. Pengertian Aqidah

Aqidah Secara Etimologi

Aqidah berasal dari kata aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang
diyakini oleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati
dan pembenaran terhadap sesuatu.
Aqidah berasal dari kata aqada artinya ikatan dua utas tali dalam satu buhul
sehingga bersambung. Aqad berarti pula janji, ikatan (kesepakatan) antara dua
orang yang mengadakan perjanjian.
Aqidah menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-aqdu yang berarti
ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu
yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti
mengikat dengan kuat.

Aqidah secara terminology

1. Menurut Hasan Al Bana :

aqaid ( bentuk jamak dari aqidah ) artinya beberapa perkara yang wajib diyakini
oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa dan menjadi keyakinan yang tidak
bercampur sedikitpun dengan keragu- raguan.

2. Abu Bakar Jabir al Jazairy mengatakan

aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (aksioma)
oleh manusia berdasarakan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh
manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti
dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut, dapatlah ditarik beberapa butir kesimpulan


berikut:

a). Setiap manusia memiliki fitrah tentang adanya Tuhan yang didukung oleh
hidayah Allah berupa indera, akal, agama (wahyu), dan taufiqiyah, (sintesis antara
kehendak Allah dengan kehendak manusia). Oleh karena itu, manusia yang ingin
mengenal Tuhan secara baik harus mampu mengfungsikan hidayah- hidayah
tersebut.
b). Keyakinan sebagai sumber utama aqidah itu tidak boleh bercampur dengan
keraguan.
c). Aqidah yang kuat akan melahirkan ketentraman jiwa.
d). Tingkat aqidah seseorang tergantung pada tingkat pemahamannya terhadap
ayat- ayat qauliyah dan kauniyah.
2. Ruang Lingkup Aqidah

Obyek materi pembahasan mengenai aqidah pada umumnya adalah Arkan Al-Iman,
yaitu:

1. Iman kepada Allah swt.


2. Iman kepada malaikat (termasuk pembahasan tentang makhluk rohani lainnya
seperti Jin, iblis dan syaitan).
3. Iman kepada kitab-kitab Allah
4. Iman kepada Rasul Allah
5. Iman kepada hari akhir
6. Iman kepada taqdir Allah.

Aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada zat mutlak yang Maha Esa yang
disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujudnya. Kemaha-
Esaan Allah dalam zat, sifat, perbuatan dan wujdunya itu disebut tauhid. Tauhid
menjadi inti rukun iman.

Aqidah pokok yang perlu dipercayai oleh tiap-tiap muslimin, yang termasuk unsur
pertama dari unsur-unsur keimanan ialah mempercayai:

1. Wujud (ada) Allah dan wahdaniyat (keesaannya) sendiri dalam menciptakan,


mengatur dan mengurus segala sesuatu. Tidak bersekutu dengan siapapun
tentang kekuasaan dan kemuliaan. Tiada menyerupainya tentang zat dan
sifatnya. Hanya Dia saja yang berhak disembah, dipuja dan dimuliakan secara
istimewa. Kepadanya saja boleh menghadapkan permintaan dan
menundukkan diri tidak ada pencipta dan pengatur selain darinya.

Firman Allah dalam QS. Al-Ikhlas (112): 1-4.

Terjemahnya:
Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

1. Bahwa Tuhan memilih di antara hamba-Nya, yang dipandang layak untuk


memikul risalah-Nya (putusan-Nya) kepada rasul-rasul itu disampaikan wahyu
dengan perantara malaikat. Mereka berkewajiban menyeru kepada keimanan
dan mengajak mengerjakan amal saleh (perbuatan baik). Karena itu wajiblah
beriman kepada segenap rasul yang disebut dalam Al-Quran
2. Adanya malaikat yang membawa wahyu dari Allah kepada rasul-rasul-Nya
juga mempunyai kitab-kitab suci yang merupakan kumpulan wahyu Ilahi dan isi
risalah Tuhan.
3. Mempercayai apa yang terkandung dalam risalah itu. Di antaranya Iman
kepada hari kebangkitan dan pembalasan. Juga iman kepada pokok-pokok
syariat dan peraturan-peraturan yang telah dipilih Tuhan sesuai dengan
keperluan hidup manusia dan selaras dengan kesanggupan mereka, sehingga
tergambarlah dengan nyata keadilan, rahmat, kebesaran dan hikmat
kebijaksanaan Ilahi.

Adapun penjelasan ruang lingkup pembahasan aqidah yang termasuk dalam


Arkanul Iman, yaitu:

1. Iman kepada Allah swt.

Pengertian iman kepada Allah ialah:

1) Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah

2) Membenarkan dengan yakin keesan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya


menciptakan alam, makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadat segenap
makhluknya.

3) Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat


sempurna, suci dari sifat kekurangan yang suci pula dari menyerupai segala yang
baharu (makhluk).

Allah zat yang maha mutlak itu, menurut ajaran Islam, adalah Tuhan yang
Maha Esa. Segala sesuatu yang mengenai Tuhan disebut ketuhanan.

Firman Allah QS. Al-Baqarah (2): 163.

Terjemahnya:

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Al-Quran telah memberikan petunjuk, cara bagaimana memperoleh keimanan


terhadap aqidah pokok. Selanjutnya Al-Quran memberikan pula petunjuk sekitar
ketuhanan dengan menerangkan nama. Nama dan sifat-sifat Tuhan, yang
menggambarkan zat Allah, kekuasaan-Nya, kebijaksanaan-Nya, sifat-sifat
kesempurnaan dan layak baginya wajib kita iman.

Dalam mengimani Allah swt. bukan berarti Al-Quran memperkenalkan Allah swt.
sebagai sesuatu yang bersifat ide atau material, yang tidak dapat diberi sifat atau
digambaran dalam kenyataan atau dalam keadaan yang dijangkau oleh akal
manusia.
Karena itu Al-Quran menempuh cara pertengahan dalam memperkenalkan Tuhan,
Dia, menurut Al-Quran antara lain Maha Mendengar, maha melihat, hidup,
berkehendak, menghidupkan dan mematikan, Ar-Rahman.
Dengan demikian setelah kita mengimani Allah, maka kita membenarkan segala
perbuatan dengan beribadah kepadanya, melaksanakan segala perintahnya dan
menjauhi segala larangannya, mengakui bahwa Allah swt. bersifat dari segala sifat,
dengan ciptaan-Nya di muka bumi sebagai bukti keberadaan, kekuasaan, dan
kesempurnaan Allah swt.

2. Iman Kepada malaikat-malaikat-Nya

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kata malaikat diartikan makhluk Allah yang taat,
diciptakan dari cahaya yang mempunyai tugas khusus dari Allah.

Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk yang
dinamai malaikat yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih
tegas, iman akan malaikat ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara
antara Allah dengan rasul-rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada rasul-rasul-
Nya.[16]

Di dalam Al-Quran banyak ayat yang menyeru kita mengimankan sejenis makhluk
yang gaib, yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat dirasa oleh panca indera,
itulah makhluk yang dinamai malaikat.

Firman Allah swt. QS. Fushshilat (41): 30.

Terjemahnya:

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah kemudian


mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka
(dengan mengatakan): Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa
sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan
Allah kepadamu.

Malaikat selalu memperhambakan diri kepada Allah dan patuh akan segala perintah-
Nya, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah swt.

Firman Allah swt. QS. Al-Anbiya (21): 27

Terjemahnya:

Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan


perintah-perintahNya.

Mengenai nama-nama dan tugas para malaikat tidak bisa diperkirakan sesama
mereka juga ada perbedaan dan tingkatan-tingkatan, baik dalam kejadian maupun
dalam tugas, pangkat dan kedudukannya baik yang berada dan tugas di alam ruh
maupun ada yang bertugas di dunia.
Di antara nama-nama dan tugas malaikat adalah:
1) Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu kepada Nabi-nabi dan rasul

2) Malaikat Mikail, bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan dengan alam


seperti melepaskan angin, menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.

3) Malaikat Israfil, bertugas meniup terompet di hari kiamat dan hari kebangkitan
nanti.

4) Malaikat Maut (Malaikal maut) bertugas mencabut nyawa manusia dan


makhluk hidup lainnya.

5) Malaikat Raqib dan Atid, bertugas mencatat amal perbuatan manusia

6) Malaikat ridwan bertugas menjaga surga dan memimpin para pelayan surge

7) Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka dan pemimpin para malaikat


menyiksa penghuni neraka

8) Malaikat yang bertugas memikul Arasy

9) Malaikat yang menggerakkan hati manusia bentuk berbuat kebaikan dan


kebenaran

10) Malaikat yang bertugas mendoaka orang-orang yang beriman supaya


diampuni oleh Allah segala dosa-dosanya diberi ganjaran surga dan dijaga dari
segala keburukan dan doa-doa lain.

Dengan beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, maka kita akan lebih mengenal


kebesaran dan kekuasaan Allah swt. lebih bersyukur akan nikmat yang diberikan
dan berusaha selalu berbuat kebaikan dan menjauhi segala larangannya. Karena
malaikat selalu mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia.

3. Iman kepada kitab-kitab Allah swt.

Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab-kitab suci itu
memuat wahyu Allah. Beriman kepada kitab-kitab Tuhan ialah beritikad bahwa Allah
ada menurunkan beberapa kitab kepada Rasulnya, baik yang berhubungan itikad
maupun yang berhubungan dengan muamalat dan syasah, untuk menjadi pedoman
hidup manusia. baik untuk akhirat, maupun untuk dunia. Baik secara individu
maupun masyarakat.
Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab Allah ialah mengimani sebagaimana
yang diterangkan oleh Al-Quran dengan tidak menambah dan mengurangi. Kitab-
kitab yang diturunkan Allah telah turun berjumlah banyak, sebanyak rasulnya. Akan
tetapi, yang masih ada sampai sekarang nama dan hakikatnya hanya Al-Quran.
Sedangkan yang masih ada namanya saja ialah Taurat yang diturunkan kepada
Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa dan Zabur kepada Daud.

Firman Allah swt. QS. Al-Furqan (25): 35

Terjemahnya:
Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa dan
Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wazir (pembantu).

Kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelum kitab suci Al-Quran tidak bersifat
universal seperti Al-Quran, tapi hanya bersifat lokal untuk umat tertentu. Dan tidak
berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, tidak memberi jaminan terpelihara
keaslian atau keberadaan kitab-kitab tersebut sepanjang zaman sebagaimana
halnya Allah memberikan jaminan terhadap Al-Quran.

Al-Quran adalah kitab suci umat Islam yang memuat wahyu Allah yang disampaikan
oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad selama masa kerasulannya. Al-Quran
merupakan kitab suci yang mempunyai kesempurnaan di atas kitab-kitab
sebelumnya atau menjadi penyempurna, kelebihan Al-Quran tidak dapat diragukan
lagi.

Firman Allah swt. dalam QS. Al-Isra (17): 88

Terjemahnya:

Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.
Al-Quran al-karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah
satu diantaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin
Allah, dan ia selalu dipelihara.

Firman Allah QS. Al-Hijr (15): 9.

Terjemahnya:

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami


benar-benar memeliharanya.

Dari berbagai penjelasan dan ayat-ayat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
1. Al-Quran adalah kitab hidayah yang memberi petunjuk kepada manusia dari
berbagai persoalan-persoalan aqidah, syariah, ibadah, tasyri, akhlak demi
kebahagiaan hidup.
2. Tiada pertentangan antara Al-Quran dengan ilmu pengetahuan
3. Membenarkan atau menjalankan teori-teori ilmiah berdasarkan Al-Quran
bertentangan dengan tujuan pokok atau sifat Al-Quran dan bertentangan pula
dengan ciri khas ilmu pengetahuan.
4. Memahami ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan penemuan-penemuan baru
adalah ijtihad yang baik.

Al-Quran menyangkut segala hal. Banyak ayat secara terperinci membahas tentang
kehidupan dunia ini dan sesudahnya yang dijelaskan dengan cara yang amat masuk
akal. Kesederhanaan Al-Quran membuatnya dipahami oleh semua orang sehingga
mereka yang tidak bertakwa atau bahkan membenci Allah, memandang Al-Quran
dengan prasangka buruk akan dapat mengambil kebaikan dari ajaran yang agung.

4. Iman kepada Nabi dan Rasul

Yakin pada para Nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Perbedaan antara
Nabi dan Rasul terletak pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan berupa
wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu itu
kepada umat manusia. Rasul adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban
menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat manusia.

Di Al-Quran disebut nama 25 orang Nabi, beberapa diantaranya berfungsi juga


sebagai rasul ialah (Daud, Musa, Isa, Muhammad) yang berkewajiban
menyampaikan wahyu yang diterima kepada manusia dan menunjukkannya cara
pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana manusia biasa lainnya Nabi dan Rasul pun hidup seperti kebanyakan
manusia yaitu makan, minum, tidur, berjalan-jalan, mati dan sifat-sifat manusia
lainnya. Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi sekaligus Rasul terakhir tidak ada lagi
rangkaian Nabi dan Rasul sesudahnya.

Firman Allah QS. Al-Ahzab (33): 40.

Terjemahnya:

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu,
tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.

Sebagai Nabi yang terakhir beliau telah menyempurnakan bangunan dinullah yang
dimulai dikerjakan secara bertahap oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya. Yang
wajib kita imani, sebagai Nabi yang diutus untuk seluruh umat manusia sepanjang
zaman sampai akhir kiamat.
Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh Nabi dan Rasul-Nya yang telah
diutus oleh Allah SWT, baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak
disebutkan namanya. Seorang muslim wajib membenarkan semua Rasul dengan
sifat-sifat, kelebihan, keistimewaan satu sama lain, tugas dan mukjizatnya masing-
masing seperti yang diperintahkan oleh Allah.

5. Iman kepada hari Akhir

Rukun iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari akhir. Keyakinan ini sangat
penting dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa mempercayai
hari akhirat sama halnya dengan orang yang tidak mempercayai agama Islam, itu
merupakan hari yang tidak diragukan lagi.

Firman Allah SWT. QS. An-Nisa (4): 87.

Terjemahnya:

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan
mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan
siapakah orang yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah.

Hari akhirat ialah hari pembalasan yang pada hari itu Allah menghitung (hisab) amal
perbuatan setiap orang yang suda dibebani tanggung jawab dan memberikan
putusan ganjaran sesuai dengan hasil hitungan itu.

Pembahasan tentang hari akhir dimulai dari pembahasan tentang alam kubur karena
peristiwa kematian sebenarnya sudah merupakan kiamat kecil dan juga karena
orang-orang yang sudah meninggal dunia telah memasuki bagian dari proses
transisi dari kehidupan di dunia menuju kehidupan di akhirat.

Menurut sebagian ahli tauhid, hari akhirat ialah hari manusia dibangkitkan dari kubur
untuk digiring kepada masyar, tempat mereka dikumpulkan sementara dan belum
lagi ditentukan tempat mereka, surga atau neraka. Dikatakan akhirat, karena hari itu
adalah hari penghabisan yang dinantikan oleh makhluk hidup dan tidak ada lagi
yang hidup dan ditunggu-tunggu sesudah hari kiamat terjadi.

Keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada hari akhir. Hal ini
disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan, sedangkan amal
perbuatan baru sempurna dengan keyakinan tentang adanya hari akhirat. Demi
tegaknya keadilan, harus ada suatu kehidupan baru dimana semua pihak akan
memperoleh secara adil dan sempurna hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas
pilihannya masing-masing.

Firman Allah SWT. QS. Thaha (20): 15.


Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar
supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.
Hari akhir ini ada baiknya kembali kita ingat bahwa seorang mukmin wajib beriman
dengan hari akhir dengan segala proses, peristiwa dan keadaan yang terjadi pada
hari itu sesuai dengan apa-apa yang telah diberikan dalam Al-Quran dan sunnah
Rasulullah saw. tanpa mengurangi dan menambahnya. Keyakinan kepada hari
akhirat juga menolong manusia memperkembangkan kepribadiannya.

6. Iman kepada qada dan qadar

Dalam menciptakan sesuatu, Tuhan selalu berbuat menurut Sunnahnya, yaitu


hukum sebab akibat. Sunnahnya ini adalah tetap tidak berubah-ubah, kecuali dalam
hal-hal khusus yang sangat jarang terjadi. Sunnah Tuhan ini mencakup dalam
ciptaannya, baik yang jasmani maupun yang bersifat rohani.

Makna qadar dan takdir ialah aturan umum berlakunya huykum sebab akibat, yang
ditetapkan olehnya sendiri. Definisi segala ketentuan, undang-undang, peraturan
dan hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah SWT, untuk segala yang ada.
Pengertian di atas sejalan dengan penggunaan qadar di dalam Al-Quran berbagai
macam bentuknya yang pada umumnya mengandung pengertian kekuasaan Allah
SWT, yang termasuk hukum sebab akibat yang berlaku bagi segala makhluk hidup
maupun yang mati.

Firman Allah QS. Al-Hijr (15): 21.

Terjemahnya :

Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami
tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.

Untuk memahami takdir, manusia harus hidup dengan ikhtiar, dalam kehidupan
sehari-harinya takdir Ilahi berkaitan erat dengan usaha manusia dan diiringi dengan
doa dan tawakkal. Seorang muslim wajib beriman
dengan qada dan qadar kesalahan dalam memahaminya akan melahirkan dan sikap
yang salah pula dalam menempuh di kehidupan di dunia ini.

Ada beberapa hikma yang dapat dipetik dari keimanan kepada qada dan qadar, ini
antara lain:

1. Melahirkan kesadaran bagi umat manusia bahwa segala sesuatu di dalam


semesta ini berjalan sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan pasti
oleh Allah SWT.
2. Mendorong manusia untuk terus beramal dengan sungguh-sungguh untuk
mencapai kehidupan baik di dunia maupun di akhirat, mengikuti hukum sebab
akibat dari Allah SWT.
3. Mendorong manusia untuk semakin dekat dengan Allah SWT.
4. Menanamkan sikap tawakkal dalam diri manusia, karena manusia hanya bisa
berusaha dan berdoa, sedangkan nasibnya diserahkan kepada Allah SWT.
5. Mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup, karena menyakini
apapun yang terjadi adalah atas kehendak dan qadar Allah SWT.

B. Fungsi dan Peranan Aqidah

Aqidah tauhid sebagai kebenaran merupakan landasan keyakinan bagi seorang


muslim. Keyakinan yang mendasar itu menopang seluruh perilaku, membentuk dan
memberi corak dan warna kehidupannya dengan hubungannya dengan makhluk lain
dan hubungan dengan Tuhan. Aqidah yang tertanam dalam jiwa seorang muslim
akan senantiasa menghadirkan Allah. dalam pengawasan Allah semata- mata,
karena itu perilaku- perilaku yang tidak dikehendaki Allah akan selalu
dihindarkannya. Fungsi dan peranan aqidah dalam kehidupan manusia antara lain
dapat dikemukakan sebagai berikut:

a) Menuntun dan mengemban dasar ketuhanan yang dimiliki manusia sejak lahir,
sejak lahir manusia telah memiliki potensi keberagamaan (fitrah). Aqidah islam
berperan memenuhi kebutuhan fitrah manusia tersebut, menuntun dan
mengarahkan manusia pada keyakinan yang benar tentang Allah.

b) Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa. Agama sebagai kebutuhan fitrah


akan senantiasa menuntut dan mendorong manusia untuk terus mencarinya. Aqidah
memberikan jawaban yang pasti sehingga kebutuhan rohaninya dapat terpenuhi.

c) Memberikan pedoman hidup yang pasti. Aqidah memberikan pengetahuan asal


dan tujuan hidup manusia sehingga kehidupan manusia akan lebih jelas dan akan
lebih bermakna. Aqidah islam juga sebagai keyakinan akan membentuk perilaku
bahkan mempengaruhi kehidupan seorang muslim menjadi lebih baik.

Aqidah Islam sebagai keyakinan akan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi


kehidupan seorang muslim. Abu Ala Al Maududi menyebutkan pengaruh aqidah
tauhid sebagai berikut:

1) Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik


2) Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu akan harga diri
3) Membentuk manusia jujur dan adil
4) Menghilangkan sifat murung dan putus asa
5) Membentuk pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimisme
6) Menciptakan hidup damai dan ridha.
7) Membentuk manusia menjadi taat, patuh dan disiplin menjalankan perintah dan
larangan Allah.

C. Tingkat- tingkatan Aqidah

Aqidah atau iman yang dimiliki seseorang tidak selalu sama dengan oleh orang lain.
Ia memiliki tingkatan-tingkatan tertentu bergantung pada upaya orang itu. Iman pada
dasarnya berkembang, ia bisa tumbuh subur atau sebaliknya. Iman yang tidak
terpelihara akan berkurang, mengecil atau hilng sama sekali.
Tingkatan aqidah tersebut adalah:

a. Taqlid, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas pendapat orang yang
diikutinya tanpa dipikirkan.

b. Yakin, yaitu keyakinan yang didasarkan atas bukti, dan dalil yang jelas, tetapi
belum sampai menemukan hubungan yang kuat antara obyek keyakinan dan dalil
yang diperolehnya. Hal ini, memungkinkan orang terkecoh oleh sanggahan-
sanggahan atau dalil-dalil lain yang lebih rasional dan lebih mendalam.

c. Ainul Yakin, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas dalil-dalil rasional,
ilmiah dan mendalam, sehingga mampu membuktikan hubungan antara obyek
keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi yang rasional
terhadap sanggahan-sanggahan yang datang. Ia tidak mungkin terkecoh oleh
argumentasi lain yang dihadapkan kepadanya.

d. Haqqul yakin, yaitu tingkat keyakinan yang di samping didasarkan atas dalil-dalil
rasional, ilmiah, dan mendalam, dan mampu membuktikan hubungan antara obyek
keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu menemukan dan merasakan keyakinan
tersebut melalui pengalaman agamanya.

Pada semua tingkatan aqidah di atas nampak peranan akal begitu dominan. Hal ini
tidak berarti hanya akal satu- satunya.

Keseluruhan aqidah islam, sebagaimana juga halnya dalam semua hukum dalam
syariah, pada dasarnya ditetapkan dan diatur oleh kitab Allah dan sunnah Rasul,
dimana keduanya memberikan kedudukan yang sangat penting bagi akal fikiran
dalam menerima dan mengokohkan aqidah. Keduanya memuliakan akal dengan
menjadikannya sebagai sasaran perintah, sebagai tempat bergantungnya
pertanggungjawaban dan menganjurkan agar mengfungsikan sebaik- baiknya.

IV. KESIMPULAN

Aqidah adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, membuat jiwa


tenang, dan menjadi keprcayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Dan
ruang lingkunya meliputi rukun iman.

Fungsi dan peranan aqidah sebagai berikut:

a). Menuntun dan mengemban dasar ketuhanan yang dimiliki manusia sejak lahir,
b). Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa.
c). Memberikan pedoman hidup yang pasti.

Tingkatan aqidah tersebut adalah:

a. Taqlid
b. Yakin
c. Ainul Yakin
d. Haqqul yakin

V. PENUTUP
Demikian Makalah ini kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Pemakalah menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan yang belum
tersampaikan di makalah ini, untuk itu saran dan kritikannya yang bersifat
membangun bagi pemakalah sangat kami harapkan. Sekian dari kami, apa bila ada
kesalahan atau kekurangan kami mohon maaf. Atas perhatian pembaca kami
sampaikan terima kasih.

You might also like