You are on page 1of 20

Askep LBP

( Low Back Pain )


.

Definisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang


tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Definisi
keperawatan tentang nyeri adalah, apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu/seseorang yang mengalaminya, yang ada kapanpun orang tersebut mengatakannya .
Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata,
meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan
hanya pada laporan pasien.

Definisi Low Back Pain

Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri yang dirasakan
pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1.

Etiologi Low Back Pain

Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah
muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan
kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus
intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai). Penyebab lainnya meliputi obesitas,
gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah
psikosomatik. Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat
oleh aktifitas, sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas .

Patofisiologi Low Back Pain

Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri.
Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif.
Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan
berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama
mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir
tidak terasa bagi orang lain
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya pada
stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa
kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut
saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke
pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini
mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut
kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan
rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar.
Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi
histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang
dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam
tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin
yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.

Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar
nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan. Aktivasi
terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal.
Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri.

Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat
dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan
unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai
ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan
fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikanperlindungan yang maksimal
terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan
vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang
belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban.
Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah
postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat
berakibat nyeri punggung.

Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada
orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada
lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra
merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6,
menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau
kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis
spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.

Manifestasi Klinis Low Back Pain

Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung akut maupun nyeri punggung kronis dan
kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri, sifatnya dan penjalarannya sepanjang
serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi cara jalan pasien, mobilitas tulang belakang, refleks,
panjang tungkai, kekuatan motoris dan persepsi sensoris bersama dengan derajat
ketidaknyamanan yang dialaminya. Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang
mengakibatkan nyeri menunjukkan iritasi serabut saraf.

Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot paravertebralis (peningkatan tonus
otot tulang postural belakang yang berlebihan) disertai hilangnya lengkungan lordotik lumbal
yang normal dan mungkin ada deformitas tulang belakang. Bila pasien diperiksa dalam
keadaan telungkup, otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas yang diakibatkan oleh
spasme akan menghilang.

Kadang-kadang dasar organik nyeri punggung tak dapat ditemukan. Kecemasan dan stress
dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri. Nyeri punggung bawah bisa merupakan
anifestasi depresi atau konflik mental atau reaksi terhadap stressor lingkungan dan kehidupan.
Bila kita memeriksa pasien dengan nyeri punngung bawah, perawat perlu meninjau kembali
hubungan keluarga, variable lingkungan dan situasi kerja.

Evaluasi Diagnostik Low Back Pain

Prosedur diagnostik perlu dilakukan pada pasien yang menderita nyeri punggung bawah.
Sinar X- vertebra mungkin memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi, osteoartritis
atau scoliosis. Computed Tomografi (CT) berguna untuk mengetahui penyakit yang
mendasari, seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan
masalah diskus intervertebralis. USG dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis
spinalis. MRI memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang.

Penatalaksanaan Low Back Pain

Kebanyakan nyeri punggung bisa hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu dengan
tirah baring, pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap ditempat tidur dengan
matras yang padat dan tidak membal selama 2 sampai 3 hari. Posisi pasien dibuat sedemikian
rupa sehingga fleksi lumbal lebih besar yang dapat mengurangi tekanan pada serabut saraf
lumbal. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat dan pasien sedikit menekuk
lututnya atau berbaring miring dengan lutu dan panggul ditekuk dan tungkai dan sebuah
bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari karena akan memperberat
lordosis. Kadang-kadang pasien perlu dirawat untuk penanganan konservatif aktif dan
fisioterapi. Traksi pelvic intermiten dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi
memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.

Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi bisa meliputi
pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah, kompres lembab dan panas,
kolam bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi , gangguan perabaan dan trauma merupakan
kontra indikasi kompres panas. Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien
dengan masalah kardiovaskuler karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi perifer
massif yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas yang dapat meningkatkan
ketidaknyamanan akibat pembengkakan pada stadium akut.

Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik digunakan
untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan penenang digunakan untuk membuat relaks
pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri. Obat
antiinflamasi, seperti aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk
mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan
mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia.

Pengkajian Keperawatan Low Back Pain


Pasien nyeri pungung dibimbing untuk menjelaskan ketidaknyamanannya (misal lokasi,
berat, durasi, sifat, penjalaran dan kelemahan tungkai yang berhubungan). Penjelasan
mengenai bagaimana nyeri timbul dengan tindakan tertentu atau dengan aktifitas dimana otot
yang lemah digunakan secara berlebihan dan bagaimana pasien mengatasinya. Informasi
mengenai pekerjaan dan aktifitas rekreasi dapat membantu mengidentifikasi area untuk
pendidikan kesehatan.

Selama wawancara ini, perawat dapat melakukan observasi terhadap postur pasien, kelainan
posisi dan cara jalan. Pada pemeriksaan fisik, dikaji lengkungan tulang belakang, Krista
iliakan dan kesimetrisan bahu. Otot paraspinal dipalpasi dan dicatat adanya spasme dan nyeri
tekan. Pasien dikaji adanya obesitas karena dapat menimbulkan nyeri punggung bawah.

Diagnosa Keperawatan Low Back Pain

1. Nyeri b.d masalah muskuloskeletal

2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, dan berkurangnya kelenturan

3. Kurang pengetahuan b.d teknik mekanika tubuh melindungi punggung

4. Perubahan kinerja peran b.d gangguan mobilitas dan nyeri kronik

5. Gangguan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh b. d obesitas

Intervensi dan Implementasi Low Back Pain

1. Meredakan nyeri

Untuk mengurangi nyeri perawat dapat menganjurkan tirah baring dan pengubahan posisi
yang ditentukan untuk memperbaiki fleksi lumbal. Pasien diajari untuk mengontrol dan
menyesuaikan nyeri yang dilakukan melalui pernafasan diafragma dan relaksasi dapat
membantu mengurangi tegangan otot yang berperan pada nyeri punggung bawah.
Mengalihkan perhatian pasien dari nyeri dengan aktifitas lain misal membaca buku,
menonton TV maupun dengan imajinasi (membayangkan hal-hal yang menyenangkan
dengan memusatkan perhatian pada hal tersebut).

Masase jaringan lunak dengan lembut sangat berguna untuk mengurangi spasme otot,
memperbaiki peredaran darah dan mengurangi pembendungan serta mengurangi nyeri. Bila
diberikan obat perawat harus mengkaji respon pasien pada setiap obat.

2. Memperbaiki mobilitas fisik

Mobilitas fisik dipantau melalui pengkajian kontinu. Perawat mengkaji bagaimana pasien
bergerak dan berdiri. Begitu nyeri punggung berkurang, aktifitas perawatan diri boleh
dilakukan dengan regangan yang minimal pada struktur yang cedera. Perubahan posisi harus
dilakukan perlahan dan dibatu bila perlu. Gerakan memutar dan melenggok perlu dihindari.
Pasien didorong untuk berganti-ganti aktifiats berbaring, duduk dan berjalan-jalan dalam
waktu lama. Perawat perlu mendorong pasien mematuhi program latihan sesuai yang
ditetapkan, latihan yang salah justru tidak efektif.
3. Meningkatkan mekanika tubuh yang tepat

Pasien harus diajari bagaimana duduk, berdiri, berbaring dan mengangkat barang dengan
benar.

4. Pendidikan kesehatan

Pasien harus diajari bagaimana duduk, berdiri, berbaring dan mengangkat barang dengan
benar

5. Memperbaiki kinerja peran

Tanggung jawab yang berhubungan dengan peran mungkin telah berubah sejak terjadinya
nyeri punggung bawah. Begitu nyeri sembuh, pasien dapat kembali ke tanggung jawab
perannya lagi. Namun bila aktifitas ini berpengaruh terhadap terjadinya nyeri pungung bawah
lagi, mungkin sulit untuk kembali ke tanggung jawab semula tersebut tanpa menanggung
resiko terjadinya nyeri pungggung bawah kronik dengan kecacatan dan depresi yang
diakibatkan.

6. Mengubah nutrisi dan penurunan berat badan

Penurunan BB melalui penyesuaian cara makan dapat mencegah kekambuhan nyeri


punggung, dengan melalui rencana nutrisi yang rasional yang meliputi perubahan kebaisaaan
makan untuk mempertahankan BB yang diinginkan.

Evaluasi

1. Mengalami peredaan nyeri

- Istirahat dengan nyaman

- Mengubah posisi dengan nyaman

- Menghindari ketergantungan obat

2. Menunjukkan kembalinya mobilitas fisik

- Kembali ke aktifitas secara bertahap

- Menghindari posisi yang menyebabkan yang menyebabkan ketidaknyamanan otot

- Merencanakan istirahat baring sepanjang hari


3. Menunjukkan mekanika tubuh yang memelihara punggung

- Perbaikan postur

- Mengganti posisi sendiri untuk meminimalkan stress punggung

- Memperlihatkan penggunaan mekanika tubuh yang baik

- Berpartisipasi dalam program latihan

4. Kembali ke tanggung jawab yang berhubungan dengan peran

- Menggunakan teknik menghadapi masalah untuk menyesuaikan diri dengan situasi stress

- Memperlihatkan berkurangnya ketergantungan kepada orang lain untuk perawatan diri

- Kembali ke pekerjaan bila nyeri punggung telah sembuh

- Kembali ke gaya hidup yang produktif penuh

5. Mencapai BB yang diinginkan

- Mengidentifikasi perlunya penurunan BB

- Berpartisipasi dalam pengembangan rencana penurunan BB

- Setia dengan program penurunan BB

Daftar Pustaka :

1. Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002

2. Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002

3. Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia,
2000

4. Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 1997

Tags: Askep, askep LBP, Low Back Pain


A.ANATOMI DAN FISIOLOGI

Guna kerangka.

1. Menahan seluruh bagian-bagian badan (Menopang tubuh).


2. Melindungi alat tubuh yang halus seperti otak,jantung dan paru-paru.
3. Tempat melekatnya otot-otot dan pergerakan tubuh dengan perantaraan otot.
4. tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah.
5. Memberi bentuk pada bangunan tubuh.
Ruas-ruas tulang belakang.

Bentuk dari tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya sama,hanya ada bedanya
sedikit tergantung pada kerja yang ditanganinya.

Ruas-ruas ini terdiri atas beberapa bagian :

1. badan ruas merupakan bagian yang terbesar,bentuknya tebal dan kuat,terletak


disebelah depan.
2. Lengkung luas.

Bagian yang melingkaridan melindungi lubang luas tulang belakang terletak di


sebelah belang dan pada bagian ini terdapat tonjolan yaitu :

1. prosesus spinosus / taju duri.

Terdapat ditengah-tengah lengkung luas,menonjol kebelakang.

2. Prosesus tranversum / taju sayap.

Terdapat disamping kiri dan kanan lengkung luas.

3. Prosesus artikulasi / taju penyendi.

Membentuk persendian dengan ruas tulang belakang (vertebralis).

Fungsi ruas tulang belakang.

1. Menahan kepela dan alat-alat tubuh yang lain..


2. Melindungi alat halus yang ada didalamnya (sum-sum belakang).
3. Tempat melekatnya tulang iga dan tulang pinggul.
4. Menentukan sikap tubuh.

Ruas-ruas tulang belakang ini tersusun dari atas kebawah dan diantara masing-masing
ruas dihubungkan oleh tulang rawan yang disebut cakram antara ruas sehingga tulang
belakang bias tegak dan membungkuk. Disamping itu disebelah depan dan
belakangnya terdapat kumpulan serabut-serabut kenyal yang memperkuat kedudukan
ruas tulang belakang.
Ditengah-tengah bagian ruas-ruas tulang belakang terdapat pula suatu saluran yang
disebut saluran sum-sum belakang (kanalis medulla spinalis) yang didalamnya
terdapat sum-sum tulang belakang.

Bagian-bagian dari ruas tulang belakang.

1. Vertebra sedrvikalis (tulang leher) 7 ruas mempunyai badan ruas kecil dan lubang
ruasnya besar. Pada tagu sayapnya terdapat lubang tempat lalunya syarap yang
disebut For Amentuam Versalis (Foramentuan Versorium). Ruas pertama vertebra
servikalis disebut Atlas yang memungkinkan kepala berputar kekiri dan kekanan.
Ruas kedua disebut prosesus ke 7 mempunyai taju yang disebut Prosesus
Prominan,taju ruiasnya agak panjang.
2. Vertebra Torakalis (tulang punggung) terdiri dari 12 ruas,badan ruasnya besar dan
kuat. Taju durinya panjang dan melengkung,pada daerah bagian dataran sendi sebelah
atas,bawah,kiri dan kanan ini membentuk persendian dengan tulang iga.
3. vertebra lumbalis (tulang pinggul0 terdiri dari 5 ruas,badan ruasnya besar,tebal dan
kuat. Taju durinya agak picak bagi ruas dari ruas ke 5 agak menonjol disebut
Promontorium.
4. vertebra Koksigius (tulang ekor) terdiri dari 4 ruas. Ruas-ruasnya kecil dan menjadi
sebuah tulang yang disebut Os Koksigialis dapat bergerak sedikit karena membentuk
persendian dengan sacrum.

Lengkung kolumna vertebralis dilihat dari samping kolumna Vertebralis


memperlihatkan 4 kurva atau lengkung. Lengkung vertikel daerah leher
melengkung kedepan daerah torakal melengkung kebelakang. Daerah lumbal
melengkung kedepan dan derah pelvis melengkung kebelakang. Lengkung
servikal berkembang ketika masih kanak-kanak. Sebagai contoh ketika ia
merangkak,berdiri dan berjlan mempertahankan tegak.

Sendi kolumna vertebralis dibentuk oleh bantalan tulang rawan yang dilekatkan
diantara tiap-tiap vertebra dikuatkan oleh luigamentum yang berjalan didepan dan
dibelakang vertebra sepanjang kolumna vertebralis.

Cakram antar adalah bantalan tebal dari tulang rawan fibrosa yang terdapat
diantara badan vertyebra yang dapat menggerak-gerakan sendi dibentuk antara
cakram dan vertebra dengan gerakan yang terbatas dan gerakan dapat
fleksi,ekstensi dan lateral samping kiri dan samping kanan.

Fungsi vertebralis sebagai penopang badan yang kokoh sekaligus bekerja sebagai
penyangga dengan perantara tulang rawan cakram. Intervertebralis yang
lengkungnya memberi flesibilitas memungkinkan membengkok tanpa patah.

Cakram juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi bila menggerakan
badan seperti waktu berlari dan melompat. Dengan demikian otak dan sum-sum
belakang terlindung oleh guncangan. Kolumna vertebralis juga menopang berat
badan permukaan berkaitan dengan otot mem,bentuk tapal batas posterior yang
kokoh untuk rongga-rongga badan dan kaitan pada iga.
B.ETIOLOGI.

Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan


sekunder.

Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.

Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis


spinal, spondilitis,osteoartritis.

Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.


Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
Kegemukan.
Mengangkat beban dengan cara yang salah.
Keseleo.
Terlalu lama pada getaran.
Gaya berjalan.
Merokok.
Duduk terlalu lama.
Kurang latihan (oleh raga).
Depresi /stress.
Olahraga (golp,tennis,sepak bola).

C.MANIFESTASI KLINIK.

6. Perubahan dalam gaya berjalan.


Berjalan terasa kaku.
Tidak bias memutar punggung.
Pincang.
7. Persyarapan
Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien
merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami
sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
Tidak terkontrol Bab dan Bak.
8. Nyeri.
Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
Nyeri otot dalam.
Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
Nyeri pada pertengahan bokong.
Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.

D.PATOFISIOLOGI.
Usia tua (proses degenerasi)

(Penurunan kalsium,kekurangan vitamin D,gangguan fungsi hormon para tiroid dan


kalsitonin,obesitas,kelemahan otot abdominal,masalah struktur)

Diskus intervertebralis mengalami perubahan menjadi fibrokartilago yang pada dan tidak
beraturan karena kurangnya kalsium dan pembentukan tulang yang lain sehingga untuk
memenuhinya akan diambil dari bagian terdekat dari tulang.

Diskus lumbal ( L4 - L5 dan L5 SI ) mengalami stress paling berat dan


perubahan degenerasi berat.

Penonjolan diskus ( HNP ) / kekerusakan sendi faset dan mengganggu suplai


darah kejaringan.

Penekanan pada akar syaraf.

Nyeri menyebar ke extrimitas bawah.

E.FAKTOR RESIKO UNTUK LOW BACK PAIN.

Factor resiko Low back Pain :

9. Faktor resiko secara fisiologi.


Umur ( 20 50 tahun ).
Kurangnya latihan fisik.
Postur yang kurang anatomis.
Kegemukan.
Scoliosis parah.
HNP.
Spondilitis.
Spinal stenosis ( penyempitan tulang belakang ).
Osteoporosis.
Merokok.
10. Faktor resiko dari lingkungan.
Duduk terlalu lama.
Terlalu lama pada getaran.
Keseleo atau terpelintir.
Olah raga ( golp,tennis,gymnastik,dan sepak bola ).
Vibrasi yang lama.
11. Faktor resiko dari psikososial.
Ketidak nyamanan kerja.
Depresi.
Stress.

F.EVALUASI DIAGNOSTIK

Prosedur perlu dilakukan pada pasien yang menderita nyeri punggung bawah.

12. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya


fraktur,dislokasi,infeksi,osteoartritis atau scoliosis.
13. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit
yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar
kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
14. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis
spinalis.
15. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan
lokasi patologi tulang belakang.
16. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami
degenerasi atau protrusi diskus.
17. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis
dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
18. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut
syaraf tulang belakang ( Radikulopati ).

G.PENATALAKSANAAN.

Kebanyakan nyeri punggung bias hilang sendiri dan akan sembuh dalam 6 minggu dengan tirah
baring. Pengurangan stress dan relaksasi. Pasien harus tetap ditempatkan tidur dengan matras yang
padat dan tidak tebal. Selama 2 3 hari ( dapat digunakan kayu penyangga tempat tidur ). Posisi
pasien dibuat sedemikian rupa,sehingga flesi lumbal lebih besar,yang dapat mengurangi tekanan
pada serabut saraf lumbal. Bagian kepala tempat ditinggikan 30 dan pasien sedikit menekuk
lututnya. Posisi tengkurap dihindari karena akan memperberat lordosis.

Kadang-kadang pasien perlu dirawat untuk penanganan konserpatif aktif dan fisiotherafi pelvic
intermiten beban traksi 7 13 Kg. Traksi memungkinkan penambahan fleksi lumbal dan relaksasi
otot tersebut.

Fisiotherapi perlu diberikan untuik mengurangi nyeri,spasme otot,terafi bias meliputi terafi
pendinginan,pemanasan sinar infra merah, kompres lembab panas,gelombang ultra,diatermi,traksi.
Gelombang ultra akan menimbulkan panas ini berkontra indikasi pada pasien penderita kanker
atau penderita kelainan perdarahan.
Obat-obatan yang mungkin perlu diberikan untuk menangani nyeri akut,analgetik narkotik
digunakan untuk membuat relaks pasien dan otot yang mengalami spasme otot,obat anti implamasi
seperti aspirin dan obat anti inplamasi non steroid ( NSAID ).

H.RENCANA KEPERAWATAN

Perubahan Kenyamanan : nyeri bd refleks spasme otot

Data

Subjektif :

Komunikasi (verbal atau penggunaan kode) tentang nyeri yang dideskripsikan.

Objektif :

Perilaku yang sangat hati-hati, perlindungan.

Memusatkan diri.

Mempersempit fokus (perubahan persepsi waktu, gangguan proses berpikir).

Perilaku distraksi (mengerang, menangis, mondar-mandir, mencari orang lagi,


gelisah).

Raut wajah kesakitan (mata kuyu, terlihat lelah, meringis)

Perubahan tonus otot (tidak bergairah sampai kaku)

Respons-respons autonom (diaforesis, perubahan tekanan darah dan nadi), dilatasi


pupil, perubahan frekwensi napas.

Kriteria hasil :

Individu akan

1. Memperlihatkan bahwa orang lain membenarkan nyeri itu ada.


2. Memperlihatkan pengurangan nyeri setelah melakukan tindakan penurunan rasa nyeri
yang memuaskan.

Anak-anak akan, berdasarkan usia dan kemampuannya :

1. Mengidentifikasi sumber-sumber nyeri.


2. Mengidentifikasi aktivitas yang akan meningkatkan dan menurunkan nyeri.
3. Menggambarkan rasa nyaman dari orang-orang lain selama mengalami nyeri.
Intervensi :

1. Tingkatkan pengetahuan

1. Jelaskan sebab-sebab nyeri kepada individu, jika diketahui.


2. Menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung, jika diketahui.
3. Jelaskan pemeriksaan diagnostik dan prosedur secara detail dengan menghubungkan
ketidaknyamanan dan sensasi yang akan dirasakan, dan perkiraan lamanya terjadi
nyeri.

2. Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut.


3. Hubungkan penerimaan anda tentang respons individu terhadap nyeri.

1. Mengenali adanya rasa nyeri.


2. Mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai nyeri.
3. Memperlihatkan bahwa anda sedang mengkaji nyeri karena anda ingin
mengerti lebih baik (bukan untuk menentukan apakah nyeri tersebut benar-
benar ada).
2. Kaji keluarga untuk mengetahui adanya kesalahan konsep tentang nyeri atau
penanganannya.
3. Bicarakan alasan-alasan mengapa individu dapat mengalami peningkatan atau
penurunan nyeri (mis; keletihan meningkatkan nyeri, distraksi menurunkan nyeri).
1. Berikan dorongan anggota keluarga untuk saling menceritakan rasa
prihatinnya secara pribadi.
2. Kaji apakah keluarga menyangsikan nyeri dan bicarakan pengaruhnya pada
individu yang mengalami nyeri.
3. Anjurkan keluarga untuk tetap memberikan perhatian walaupun nyeri tidak
diperlihatkan.
4. Berikan kesempatan kepada individu untuk istirahat selama siang dan waktu tidur
yang tidak terganggu pada malam hari.
5. Bicarakan dengan individu dan keluarga penggunaan terapi distraksi, bersamaan
dengan metode lain untuk menurunkan nyeri.
6. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut, bernapas dengan teratur.
7. Ajarkan penurunan nyeri noninvasif
1. Relaksasi
Intruksikan teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka,
yang dapat menurunkan intensitas nyeri.
Tingkatkan relaksasi pijat punggung, masase, atau mandi air hangat.
Ajarkan teknik relaksasi khusus (mis; bernapas perlahan, teratur, dan
napas dalam-kepalkan tinju-menguap)
2. Stimulasi kutan
Bicarakan dengan individu berbagai metoda stimulasi kulit dan efek-
efeknya pada nyeri.
Bicarakan setiap metoda berikut ini dan tindakan kewaspadaannya:

Botol air panas

Bantalan pemanas listrik


Mandi rendam air hangat

Kantung panas lembab

Hangatnya sinar matahari

Selimut dari plastik diatas area yang sakit untuk menahan panas tubuh
(mis;lutut, siku)

Bicarakan setiap metoda berikut dan tindakan kewaspadaannya:

Handuk dingin (diperas)

Rendaman air dingin

Kantung es

Kantung jeli dingin

Masase es

Jelaskan manfaat terapeutik dari preparat mentol dan masase/pijat


punggung.
2. Berikan individu pengurang rasa sakit yang optimal dengan analgesik.
3. Setelah pemberian pengurang rasa sakit, kembali 30 menit kemudian untuk mengkaji
efektifitasnya.
4. Berikan informasi yang akurat untuk meluruskan kesalahan konsep pada keluarga
(mis; ketagihan, ragu-ragu tentang nyeri).
5. Berikan individu kesempatan untuk membicarakan ketakutan, marah, dan rasa
frustrasinya di tempat tersendiri, pahami kesukaran situasi.
6. Berikan dorongan individu untuk membicarakan pengalaman nyerinya.

Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakaktifan sekunder terhadap nyeri

Data yang harus ada

Perubahan respons terhadap aktivitas

Pernapasan :

Dispnoe

Takipnoe

Sesak napas

Nadi
Lemah

Frekwensi menurun

Frekwensi meningkat

Tekanan darah

Gagal meningkat dengan aktivitas

Diastolik meningkat 15 mmHg

Data yang mungkin ada :

Pucat atau sianosis

Kekacauan mental

Kelemahan

Keletihan

Vertigo

Kriteria hasil

Individu akan :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktifitas


2. Memperlihatkan kamajuan (ketingkat yang lebih tinggi dari mobilitas yang mungkin)
3. Memperlihatkan penurunan tanda-tanda hipoksia terhadap aktifitas (nadi, tekanan
darah, pernapasan)
4. Melaporkan reduksi gejala-gejala intoleransi aktivitas

Intervensi

1. Kaji respon individu terhadap aktivitas


1. Ukur nadi, tekanan darah, pernapasan saat istirahat
2. Ukur tanda vital segera dan 3 menit setelah istirahat.
3. Hentikan aktivitas klien bila :
Keluhan nyeri dada, dispnoe, vertigo, kekacauan mental
Frekwensi nadi menurun
Tekanan sistolik menurun
Tekanan diastolik meningkat 15 mmHg
Frekwensi pernapasan menurun
4. Kurangi intensitas, frekwensi, lamanya aktivitas bila
Frekwensi nadi lebih dari 3 menit untuk kembali frekwensi awal (atau
6 denyut lebih cepat dari frekwensi awal).
Frekwensi pernapasan meningkat berlebihan setelah aktivitas.
Terdapat tanda-tanda hipoksia.
2. Meningkatkan aktivitas secara bertahap
1. Untuk klien yang pernah tirah baring lama, mulai melakukan rentang gerak
sedikitnya 2 kali sehari.
2. Rencanakan waktu istirahat sesuai dengan jadwal sehari-hari klien.
3. Berikan kepercayaan kepada klien bahwa mereka dapat meningkatkan status
mobilitasnya.
4. Beri penghargaan pada kemajuan yang dicapai.
5. Beri kesempatan klien membuat jadwal aktivitas dan sasaran pencapaian.
6. Tingkatkan toleransi dengan membiarkan klien melakukan aktivitas yang lebih
lambat, lebih banyak istirahat, atau dengan banyak bantuan.
7. Secara bertahap tingkatkan aktivitas diluar tempat tidur 15 menit setiap hari,
tiga kali sehari.
8. Izinkan klien untuk mengatur frekwensi ambulasi.
9. Anjurkan klien untuk memakai alas kaki yang nyaman.
3. Ajarkan klien metoda penghematan energi untuk aktivitas.
1. Luangkan waktu untuk istirahat.
2. Lebih baik duduk daripada berdiri saat melakukan aktivitas, kecuali hal ini
memungkinkan.
3. Saat melakukan suatu aktivitas, istirahat setiap 3 menit selama 5 menit untuk
membiarkan jantung pulih.
4. Hentikan aktivitas jika keletihan atau terlihat tanda-tanda hipoksia.
4. Instruksikan klien untuk konsulasi kepada dokter atau ahli terapi fisik untuk program
latihan jangka panjang.
5. Rujuk kepada perawat komunitas untuk tindak lanjut jika diperlukan

Risiko kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan efek-efek iritan mekanika


atau tekanan sekunder terhadap tirah baring

Data mayor

Gangguan kornea, integumen, atau jaringan membran mukosa atau invasi struktur tubuh
(insisi, ulkus dermal, ulkus kornea, lesi oral)

Data minor

Lesi

Edema

Eritema
Kekeringan membran mukosa

Leukoplakia

Lidah kotor

Kriteria hasil

Individu akan :

1. Mengidentifikasi penyebab kerusakan jaringan mekanik.


2. Berpartisipasi dalam perencanaan untuk meningkatkan penyembuhan luka.
3. Memperlihatkan kemajuan penyembuhan luka jaringan.

Intervensi

1. Anjurkan mobilitas pada tingkat yang paling tinggi untuk menghindari periode
tekanan yang lama.
2. Untuk kerusakan neuromuskular
1. Ajarkan klien/orang terdekat tindakan yang tepat untuk mencegah tekanan,
robekan, gesekan, maserasi.
2. Ajarkan untuk mengenali tanda-tanda awal kerusakan jaringan
3. Ubah posisi sedikitnya setiap 2 jam.
4. Dengan sering tingkatkan perputaran tubuh dengan pengangkatan minor dalam
berat badan.
3. Jaga kulit tetap bersih dan kering.
4. Hindari pengelupasan epidermis saat melepas plester.
5. Gunakan alat yang menyebarkan tekanan jika diperlukan
6. Batasi posisi kepala pada klien berisiko tinggi sampai kurang dari 30. Hindari
penggunaan tempat tidur yang bagian lututnya dapat terlipat.
7. Gunakan metoda untuk menampung inkontinensia usus atau kandung kemih.
8. Ajarkan aplikasi yang tepat dari kantong stoma.
9. Gunakan teknik kantong stoma untuk menahan drainase dari fistula/ulkus.
10. Anjurkan sabun ringan yang tidak merubah pH kulit.
11. Ajarkan menggunakan sarung tangan/baju pelindung apabila menggunakan produk
kimia dalam lingkungan pekerjaan.

Kerusakan integritas jaringan kulit

Definisi
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kerusakan jaringan
epidermis dan dermis.

Faktor yang berhubungan

(Lihat kerusakan integritas jaringan)

Data mayor

Gangguan jaringan kulit epidermis dan dermis

Data minor

Pencukuran kulit

Eritema

Lesi

Pruritus

Kriteria hasil

Individu akan :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab untuk ulkus karena tekanan.


2. mengidentifikasi rasional untuk pencegahan dan pengobatan.
3. berpartisipasi dalam rencana pengobatan yang dianjurkan untuk meningkatkan
penyembuhan luka.
4. Memperlihatkan kemajuan penyembuhan luka ulkus dermis.

Intervensi

1. Identifikasi tahap perkembangan ulkus dekubitus


1. Tahap I : Eritema yang tidak memutih dari kulit yang utuh.
2. Tahap II : Ulserasi pada epidermis dan/atau dermis.
3. Tahap III : Ulserasi meliputi lemak sub kutan
4. Tahap IV : Ulserasi menembus otot rangka atau struktur penunjang.
2. Cuci area yang kemerahan dengan lembut menggunakan sabun ringan, bilaslah
seluruh area dengan bersih untuk menghilangkan sabun dan keringkan.
3. masase dengan lembut kulit sehat disekitar area yang sakit untuk merangsang
sirkulasi; jangan masase area jika tampak kemerahan.
4. Lindungi permukaan kulit yang sehat dengan satu atau kombinasi berikut.
1. Oleskan lapisan tipis cairan coplymer skin sealant.
2. Tutup area dengan balutan film permeable lembab.
5. Tingkatkan masukan protein dan karbohidrat untuk mempertahankan keseimbangan
nitrogen positif; timbang individu setiap hari dan tentukan kadar albumin serum setiap
minggu untuk memantau status.
6. Pikirkan rencana penatalaksanaan luka tekan dengan menggunakan prinsip-prinsip
penyembuhan luka :
1. Kaji status luka tekan (warna, bau, jumlah drainase dari luka dan sekeliling
kulit)
2. Bersihkan jaringan nekrotik (kolaborasi dengan dokter)
3. Bilas dasar ulkus dengan cairan salin steril.
4. Lindungi tepi luka yang sedang granulasi dari trauma.
5. Tutup luka tekan dengan balutan steril sehingga dapat mempertahankan
lingkungan di atas dasar ulkus tetap lembab (mis; balitan film, balutan kassa
lembab).
6. Hindari agen-agen yang dapat mengeringkan (lampu pemanas, cream
magnesium).
7. Pantau tanda-tanda klinis dari infeksi luka.
7. Kunsulkan dengan perawat spesialis atau dokter untuk pengobatan luka tekan tahap
IV.
8. Rujuk ke agensi keperawatan komunitas jika diperlukan tambahan bantuan di rumah.

Risiko kerusakan jaringan kulit

Kriteria hasil

Individu akan :

1. Mengekspresikan hasrat untuk ikut serta dalam pencegahan luka tekan.


2. Menggambarkan etiologi dan tindakan-tindakan pencegahan.
3. Memperlihatkan integritas kulit bebas dari luka tekan.

Intervensi

1. Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat ( + 2500 ml/hari,
kecuali ada kontraindikasi). Periksa membran mukosa dalam mulut terhadap
kelembaban dan periksa berat jenis urine.
2. Tetapkan jadwal untuk pengosongan kandung kemih (mulai dengan setiap 2 jam).
Jika individu mengalami kekacauan mental, tetapka bagaimana pola kontinens dan
lakukan intervensi sebelum terjadi inkontinens. Jelaskan masalah kepada individu dan
pastikan kerjasama untuk perencanaan.
3. Apabila terjadi inkontinens, cuci perineum dengan cabun cair yang tidak merubah pH
kulit dan oleskan pelindung untuk daerah perineal (pembersih).
4. Berikan dorongan latihan rentang gerak dan mobilitas gerak badan, bila mungkin.
5. Ubah posisi atau instruksikan individu untuk berbalik atau mengangkat badan setiap
30 menit sampai 2 jam, tergantung pada faktor penyebab lain dan kemampuan kulit
untuk pulih dari tekanan.
6. frekwensi dari jadwal mengubah posisi tubuh harus ditingkatkan jika ada area yang
memerah yang tampak tidak hilang dalam 1 jam.
7. Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin untuk mengurangi kekuatan gesekan;
batasi posisi fowlers hanya 30 menit pada suatu waktu.
8. Gunakan jumlah staf yang cukup untuk mengangkat pasien di tempat tidur atau kursi
daripada menarik atau mendorong permukaan kulit.
9. Instruksikan individu untuk mengangkat dirinya dengan menggunakan lengan kursi
setiap 10 menit jika mungkin atau bantu individu bangkit dari kursi setiap 10-20
menit, tergantung pada faktor-faktor risiko yang ada.
10. Amati adanya eritema dan kepucatan, dan lakukan palpasi untuk mengetahui adanya
kehangatan dan jaringan seperti spon pada setiap perubahan posisi.
11. Jangan gosok area kemerahan atau menggosok diatas tonjolan tulang.
12. Tingkatkan masukan karbohidrat dan protein untuk mempertahankan keseimbangan
nitrogen positif; timbang individu setiap hari dan tentukan kadar albumin serum setiap
minggu untuk memantau status.
13. Instruksikan individu dan keluarga tentang teknik-teknik spesifik yang digunakan
dirumah untuk mencegah ulkus akibat tekanan.

You might also like