You are on page 1of 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam pembelajaran PKn di SD khususnya di kelas IV SDN 074057 Maliwaa
Kabupaten Nias, ditemukan beberapa masalah di dalam pembelajaran yaitu diantaranya
masih banyak siswa yang tidak memahami materi tentang misi kebudayaan Indonesia.
Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Kondisi fisik
suatu sekolah sangat mendukung kegiatan/proses belajar mengajar tersebut. Model guru dan
keaktifan siswa yang berperan aktif sehingga tujuan pembelajaran itu tercapai. Selain itu
sarana dan prasarana yang ada disuatu sekolah juga menunjang tercapainya pembelajaran
secara tuntas.
Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila tingkat penguasaan murid pada materi
sudah mencapai 75% keatas. Biasanya tingkat penguasaan siswa terhadap materi selalu
dinyatakan dengan nilai. Sesuai dengan hal diatas tugas guru yang harus memperhatikan
kompetensinya antara lain menciptakan kegiatan pembelajaran yang konduktif, dengan
menggunakan model talking stick dengan harapan tujuan pembelajaran akan tercapai secara
tuntas.
Kenyataan dilapangan dalam pelaksanaan ulangan PKn kelas IV SDN 074057
Maliwaa siswa mampu menguasai materi 35%. SDN 074057 Maliwaa berada di Desa
Tetehosi namun merupakan daerah penggunungan Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias
dan memiliki kondisi bangunan yang sangat sederhana yaitu terdiri dari Bangunan Permanen
dan juga semi permanen. Jumlah lokal yang ada 11 (sebelas) lokal terdiri dari 1 lokal yang
permanen, 3 lokal semi permanen sedangkan 7 (tujuh) lokal lagi kondisinya rusak ringan,
karena sekolah kami telah dilanda gempa pada tahun 2005 yang lalu. Jumlah siswa dari kelas
I (satu) sampai kelas V (lima) berjumlah 310 (tiga ratus sepuluh) orang.
Untuk itu penulis merasa perlu adanya upaya untuk meningkatkan penguasaan
materi pelajaran PKn kelas IV dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui
penelitian tindakan yang dilakukan di kelas. Sesuai dengan IGAK. Wardani, penelitian
tindakan kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian masalah dan perencanaan yang
dilakukan melalui tindakan mengamati dan melakukan refleksi (2002, 2.3) maka penulis
melakukan tindakan perbaikan pembelajaran PKn sebanyak 2 siklus.

1
Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan secara berdaur ini
bertujuan agar terjadi peningkatan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran PKn di kelas
IV sehubungan dengan peran guru sebagai komunikator, pembibing, mediator dan penilai.
1. Identifikasi Masalah
Faktor penyebab dari masalah tersebut antara lain : (1) pembelajaran masih di
dominasi oleh kegiatan guru dalam bentuk ceramah; (2) siswa tidak aktif di dalam
pembelajaran; (3) Kurangnya sumber belajar yang digunakan sehingga menyulitkan siswa
untuk mendapatkan informasi yang luas, sehingga motivasi dan prestasi belajar siswa
rendah.
Pendidikan kewarganegaraan (PKn) dalam konteks kurikulum persekolahan
mempunyai kedudukan yang amat penting dan strategis. Hal ini dikarenakan salah satu tugas
dan peran PKn adalah menggariskan komitmen untuk melakukan proses pembangunan
karakter bangsa (National and character bulding). Konsekuensinya dalam pelaksanaan
proses pembelajaran disekolah harus dapat membantu siswa dalam mengembangkan potensi
serta kompetensi yang dimilikinya, baik potensi kognitif, efektif maupun perilaku dalam
menghadapi lingkungan hidupnya, baik fisik maupun lingkungan sosial dimana mereka
hidup.
Tujuan PKn secara umum adalah untuk mengembangkan potensi individu warga
Negara Indonesia sehingga memiliki wawasan, posisi, dan keterampilan kewarganegaraan
yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab
dalam berbagai dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu melakukan kaji tindak untuk menemukan
teknik-teknik baru yang lebih efektif dalam persoalan tersebut.

2. Analisis Masalah
Untuk mengembangkan potensi individu warga Negara Indonesia sehingga memiliki
wawasan, posisi, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan
untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai dimensi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Guru harus profesional dalam menemukan masalah, menganalisa masalah, membuat
hipotesa serta menentukan alternatif penyelesaian masalah yang tepat sehingga permasalahan
dapat diatasi.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah : apakah dalam pembelajaran PKn meningkatkan hasil belajar melalui model
talking stick pada siswa kelas IV SDN 074057 Maliwaa Kabupaten Nias?
Agar penyelesaian masalah dapat dilakukan secara optimal, maka masalah umum
tersebut difokuskan menjadi dua masalah khusus sebagai berikut :
a. Apakah model talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN
074057 Maliwaa ?
b. Bagaimana model talking stick dalam pembelajaran PKn di kelas IV SDN 074057
Maliwaa ?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui peningkatan motivasi hasil belajar tentang misi kebudayaan
Indonesia pada siswa kelas IV SDN 074057 Maliwaa Kabupaten Nias melalui model
talking stick
b. Untuk mengetahui penerapan model talking stick tentang hasil belajar PKn pada
siswa kelas IV SDN 074057 Maliwaa Kabupaten Nias.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Manfaat penelitian ini antara lain :
a. Manfaat bagi siswa antara lain siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran
karena metode pembelajaran dan sarana belajar yang dipakai guru menciptakan suasana
menyenangkan sehingga murid merasa betah dalam belajar sehingga hasil belajar siswa
dapat meningkat
b. Manfaat bagi guru yaitu : (a) Guru lebih profesional dalam menemukan masalah,
menganalisa masalah, membuat hipotesa serta menentukan alternatif penyelesaian
masalah yang tepat sehingga semua permasalahan di kelas dapat diatasi, (b) Guru lebih
profesional dalam memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya
c. Manfaat bagi sekolah yaitu memberi sumbangan yang positif terhadap kemajuan
sekolah, yang tercermin pada peningkatan kemampuan profesional guru, perbaikan proses
dan hasil belajar siswa.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Penelitian Tindakan Kelas


Seringkali kita mendengar kata penelitian, yang merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris : research, yang berarti kegiatan pencaharian atau eksplorasi untuk menemukan
jawaban dari masalah yang menjadi bidang kajian. Adapun yang dimaksud dengan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research, yaitu satu action research yang
dilakukan di kelas. Dari segi semantik (arti kata) action research diterjemahkan menjadi
penelitian tindakan. Carr dan Kemmis (dalam Igak Wardani, dkk, 2007) mendefinisikan
action research sebagai berikut :
Action research is a form of self-refflective enquiry undertaken by participants (teachers,
students or principals, for example) in social (including educational) situations in order to
improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their
understanding of these practices, and the situations (and institutions) in which the practices
are carried out.
Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa ide pokok antara lain :
1. Penelitian Tindakan Kelas merupakan satu bentuk inkuiri atau penyelidikan
yang dilakukan melalui refleksi diri
2. Penelitian Tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang
diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah.
3. Penelitian Tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi
pendidikan.
4. Tujuan Penelitian Tindakan adalah untuk memperbaiki : dasar pemikiran dan
kepantasan dari praktek-praktek, pemahamn terhadap praktek tersebut, serta situasi
atau lembaga tempat tersebut dilaksanakan
Dari keempat ide pokok di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Penelitian Tindakan
Kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai
metode utama dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk
melakukan perbaikan dalam berbagai aspek. Berdasarkan pengertian tersebut maka Penelitian
Tindakan Kelas yang dilakukan guru di dalam kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan
untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

4
Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan
hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan
lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived).
Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi
sudah mampu, tejadi dalam jangka waktu waktu tertentu. Perubahan yang itu harus secara
relatif bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini
nampak (immediate behavior) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa
mendatang (potential behavior). Hal lain yang perlu diperhatikan ialah bahwa perubahan-
perubahan tersebut terjadi karena pengalaman. Perubahan yang terjadi karena pengalaman ini
membedakan dengan perubahan-perubahan lain yang disebabkan oleh kemasakan
(kematangan).
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang dimaksud
belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya
dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar
merupakan suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan
mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.

Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir dari pada
periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan
pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin
berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar
merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata. Proses itu terjadi dalam diri
seserorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah
laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam diri individu dalam
mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.

5
2. Pedoman Cara Belajar

Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan dengan baik dan
pedoman cara yang tepat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam
belajar. Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang
sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu
dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.

Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh
seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi faktor yang paling menentukan
keberhasilan belajar adalah para siswa itu sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang
sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar yang baik.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu.

Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan atau
kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial

Sedangkan faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru dan cara
mengajarnya, lingkungan, kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi sosial.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar diatas menunjukkan bahwa


belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat
ditentukan oleh faktor-faktor di atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung
kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan memperoleh
prestasi atau hasil belajar yang baik.

Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak menguntungkan,
dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses
belajarnya akan terhambat atau menemui kesulitan.

6
Paradigma baru PKn di SD
Paradigma berarti suatu model atau kerangka berfikir yang digunakan dalam proses
pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Sejalan dengan dinamika perkembangan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang ditandai oleh semakin terbukanya persaingan antar
bangsa yang semakin ketat, maka bangsa Indonesia memasuki era reformasi diberbagai
bidang menuju kehidupan masyarakat yang lebih demokratis.
Dalam masa transisi atau proses perjalanan bangsa menuju masyarakat madani (civil
society), pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu atau mata pelajaran dipersekolahan
perlu menyesuaikan diri sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang
berubah. Proses pembangunan karakter bangsa (national character building) yang sejak
proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas, perlu direvitalisasi agar sesuai dengan
arah dan pesan konstitusi Negara RI. Pada hakekatnya, proses pembentukan karakter bangsa
diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat Indonesia yang menempatkan
demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai titik sentral. Dalam proses
itulah, pembangunan karakter bangsa kembali dirasakan sebagai kebutuhan yang sangat
mendesak dan tentunya memerlukan pola pemikiran atau paradigma baru.
Menurut Udin S. Winaputra, dkk (2007) tugas PKn dengan paradigma barunya
mengembangkan pendidikan demokrasi, mengemban tiga fungsi pokok, yakni
mengembangkan kecerdasan warga Negara (civic intelligence), membina tanggung jawab
warga Negara (civic responsibility), dan mendorong partisipasi warga Negara (civic
participation). Kecerdasaan warga Negara yang dikembangkan untuk membentuk warga
Negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional, melainkan juga dalam dimensi
spiritual, emosional dan sosial sehingga paradigma baru PKn bercirikan multidimensional.
Untuk mengembangkan masyarakat yang demokratis melalui pendidikaan kewarganegaraan
diperlukan suatu strategi dan pendekatan khusus yang sesuai dengan paradigma baru PKn.
Keunggulan dari paradigma baru PKn dengan model pembelajarannya tak dapat
disangkal lagi dipandang dari pemikiran pendekatan pembelajaran yang memfokuskan pada
kegiatan belajar siswa aktif (active student learning) dan pendekatan inkuiri (inquiri
approach). Model pembelajaran PKn dengan paradigma baru, memiliki karakteristik sebagai
berikut :
a) Membelajarkan dan melatih siswa berfikir kritis.
b) Membawah siswa mengenal, memilih dan memecahkan masalah.
c) Melatih siswa dalam berfikir sesuai dengan metode ilmiah.

7
d) Keterampilan sosial lain yang sejalan dengan model talking stick.

Model talking stick


1. Pengertian dan tujuan
Model talking stick bisa disebut juga metode penemuan merupkan metode yang
relatif baru yang diperkenalkan kepada guru-guru bersamaan dengan meluasnya CBSA.
Metode penemuan ini sangat penting untuk dilkukan peserta didik usia sekolah dasar. Model
talking stick ini dapat dirancang penggunaanya oleh guru menurut kemampuan mereka atau
menurut tingkat perkembangan intelektualnya. Bukankah mereka memiliki sifatnya yang
aktif, sifat ingin tahu yang besar, terlibat dalam suatu situasi secara utuh dan refleksi terhadap
suatu proses dan hasil-hasil yang ditemukan ?
Metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau, tanpa bantuan guru (Mulyani
Sumantri dan Johar Permana, 2003 : 164). Metode penemuan melibatkan peserta didik dalam
proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Metode penemuan memungkinkan para
peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan
belajarnya.
Adapun tujuan metode penemuan adalah :
a) Meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan
pelajarannya
b) Mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman
belajarnya
c) Melatih peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
yang tidak ada habisnya
d) Memberi pengalaman belajar seumur hidup

2. Alasan Penggunaan Model talking stick


Alasan penggunaan metode penemuan adalah :
a) Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat
b) Belajar tidak hanya dapat diperoleh dari lingkungan sekolah tetapi juga lingkungan
sekitar
c) Melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri akan kebutuhan belajarnya
d) Penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.

8
3. Kekuatan dan Keterbatasan Model talking stick
a. Kekuatan Metode Penemuan
Kekuatan penggunaan model talking stick adalah :
1) Menekankan pada proses pengolahan informasi oleh peserta didik sendiri
2) Membuat konsep diri peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan
yang diperolehnya
3) Memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan
dan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif para peserta didik
4) Penemuan-penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi
kepemilikannya dan sangat sulit melupannya
5) Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena peserta
didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
b. Keterbatasan Metode Penemuan
Keterbatasan penggunaan metode ini adalah :
1) Tidak sesuai untuk kelas yang besar jumlah peserta didiknya
2) Memerlukan fasilitas yang memadai
3) Menuntut guru mengubah cara mengajarnya yang selama ini bersifat
tadisional, sedangkan metode baru ini dirasakan guru belum melaksanakan tugasnya
mengajar karena guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing
4) Sangat sulit mengubah cara belajar peserta didik dari kebiasaan menerimah
informasi dari guru menjadi aktif mencari dan menemukan sendiri
5) Kebebasan yang diberikan kepada peserta didik tidak selamanya dapat
dimanfaatkan secara optimal, kadang peserta didik malah kebingungan
memanfatkannya.
Metode Kerja Kelompok
1. Pengertian dan Tujuan
Metode kerja kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta
didik dalam suatu group atau kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk
dibahas dalam kelompok tersebut. Menurut Moedjiono (Dalam Mulyani Sumantri dan Johar
Permana, 2003 : 148), metode kerja kelompok adalah format belajar mengajar yang menitik
beratkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam satu kelompok guna menyelesaikan
tugas-tugas belajar secara bersama-sama. Karena itu guru dituntut untuk mampu

9
menyediakan bahan-bahan pelajaran yang secara manipulatif mampu melibatkan anak
bekerja sama dan berkolaborasi dalam kelompok.
Penerapan metode kerja kelompok menuntuk guru untuk dapat mengelompokkan
peserta didik secara arif dan proporsional. Pengelompokan peserta didik dalam suatu
kelompok dapat didasarkan pada: (a) fasilitas yang tersedia; (b) perbedaan individual dalam
minat belajar dan kemampuan belajar; (c) jenis pekerjaan yang diberikan; (d) wilayah tempat
tinggal peserta didik; (e) jenis kelamin; (f) memperbesar partisipasi peserta didik dalam
kelompok ; dan (g) berdasarkan pada lotre/random.

Selanjutnya, pembagian kelompok sebaiknya heterogen, baik dari segi kemampuan


belajar maupun jenis kelamin agar terjadi dinamika kegiatan belajaryang lebih baik dari
kelompok, tidak terkesan berat sebelah yaitu ada kelompok yang kuat dan ada kelompok
yang lemah.
Penggunaan metode kerja kelompok menurut Moedjiono (Dalam Mulyani Sumantri
dan Johar Permana, 2003 : 149) bertujuan untuk :
a. Memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama diantara para peserta didik.
b. Meningkatkan keterlibatan sosio-emosional dan intelektual para peserta didik dalam
proses belajar mengajar yang diselenggarakan.
c. Meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil dari proses belajar mengajar secara
berimbang.

2. Alasan Penggunaan Metode Kerja Kelompok


Metode kerja kelompok digunakan guru karena alasan berikut ini :
a. Membuat peserta didik dapat bekerja sama dengan temannya dalam satu
kesatuan tugas
b. Mengembangkan kekuatan untuk mencari dan menemukan bahan-bahan untuk
melaksanakan tugas tersebut
c. Membuat peserta didik aktif

3. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Kerja Kelompok


a. Kekuatan metode kerja kelompok
Kekuatan dari metode kerja kelompok ini adalah :
1) Membuat peserta didik aktif mencari bahan untuk menyelesaikan tugasnya.
2) Menggalang kerjasama dan kekompakan dalam kelompok.

10
3) Mengembangkan kepemimpinan peserta didik dan pengajaran keterampilan
berdiskusi dan proses keompok.

b. Keterbatasan metode kerja kelompok


Keterbatasan penggunaan metode kerja kelompok ini, adalah :
1) Kerja kelompok hanya memberikan kesempatan kepada peserta didik yang
aktif dan mampu untuk berperan, sedangkan peserta didik yang terbelakang tidak
berbuat apa-apa.
2) Memerlukan fasilitas yang beragam, baik untuk fasilitas fisik dan ruangan
maupun sumber-sumber belajar yang harus disediakan.

11
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat perbaikan pembelajaran adalah SDN 074057 Maliwaa Kecamatan
Idanogawo Kabupaten Nias. Waktu perbaikan pembelajaran ini dilakukan pada tanggal 12
Mei 2014 siklus I, 19 Mei 2014 siklus II.

2. Subjek Penelitian
Sasaran dalam perbaikan pembelajaran ini adalah kelas IV SDN 074057 Maliwaa,
yang mempunyai siswa sebanyak 17 siswa, yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 10 siswa
perempuan.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Skenario tindakan pembelajaran direncanakan 2 siklus, dilaksanakan sesuai dengan
adanya perubahan yang ingin dicapai. Adapun prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
b. Observasi
c. Pelaksanaan Tindakan Kelas
d. Refleksi dalam setiap siklus

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan daur
setiap siklus sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus I
a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus I diawali dengan refleksi dan analisis bersama
antara penulis, supervisor/tutor 1 terhadap hasil belajar siswa mengidentifikasi
masalah, menganalisa masalah dan mencari alternatif pemecahan masalah.

12
Dari hasil tersebut di atas penulis selanjutnya melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Menyusun rencana perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus I yang difokuskan
pada perencanaan langkah-langkah perbaikan dan skenario tindakan yang
diharapkan dapat mengatasi masalah pembelajaran dan meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar siswa.
2. Menyiapkan materi PKn dengan menggunakan metode ceramah ,tanya jawab
dan penugasan dalam pemecahan masalah PKn tentang misi kebudayaan
Indonesia.
3. Menyiapkan instrument pengumpulan data yaitu :
a) Lembar pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
b) Lembar penilaian kemampuan siswa memahami materi tentang misi
kebudayaan Indonesia.
c) Lembar evaluasi akhir mengukur tingkat pencapaian tujuan atau target
perbaikan pembelajaran
4. Menentukan kriteria keberhasilan/ketercapaian perbaikan pembelajaran.
Dalam penelitian ini perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil/tercapai
apabilah :
a) Jika prosentase siswa yang tidak mengalami peningkatan sebesar < 25
% dan rata-rata nilai lebih dari 65
b) Ketuntasan belajar, yaitu jika 85 % dari seluruh siswa mencapai nilai

65

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan siklus I, penulis dibantu supervisor 2 melaksanakan


skenario pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan
penugasan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Guru melaksanakan kegiatan permulaan seperti apersepsi, kemudian guru
menjelaskan tentang kebudayaan Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi
kebudayaan internasional, sebab-sebab kebudayaan Indonesia mudah dikenal di
luar negeri, dan tujuan misi kebudayaan tersebut.
2) Siswa mengerjakan latihan soal yang ditulis guru di papan tulis.
3) Siswa bersama guru membahas hasil pekerjaannya.

13
4) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dibahas.

c. Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilaksanakan bersama oleh peniliti yang sekaligus
sebagai guru kelas dengan teman sejawat guru sebagai pengamat selama proses
perbaikan pembelajaran. Data penelitian yang dikumpulkan adalah :
1) Data aktifitas siswa dalam menjawab pertanyaan.
2) kemampuan siswa dalam memahami materi tentang misi kebudayaan
Indonesia melalui metode ceramah, tanya jawab dan penugasan seperti :
a) kecermatan menyebutkan contoh-contoh kebudayaan Indonesia yang
pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional.
b) Kemampuan menjelaskan sebab-sebab kebudayaan Indonesia mudah
dikenal di luar negeri.
c) Kemampuan menjelaskan tujuan misi kebudayaan.
d) Kecermatan dalam mengerjakan soal-soal evaluasi tentang misi
kebudayaan Indonesia.
3) Data tingkat ketuntasan belajar siswa. Data dikumpulkan menggunakan
lembar evaluasi.

d. Refleksi
Dalam tahap ini penulis bersama supervisor 2 melakukan analisis terhadap
hasil-hasil yang telah dicapai, kendala dan dampak perbaikan pembelajaran terhadap
guru dan siswa pada siklus I. Refleksi dilakukan berdasarkan data yang diperoleh
penulis bersama supervisor 2 dari catatan-catatan hasil observasi, hasil evaluasi dalam
proses dan akhir perbaikan pembelajaran. Hasil refleksi ini selanjutnya digunakan
sebagai dasar bagi upaya perbaikan pada siklus II.

2. Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus II


a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II diawali dengan refleksi dan analisis
bersama antara penulis, supervisor/tutor 1 terhadap hasil belajar siswa

14
mengidentifikasi masalah, menganalisa masalah dan mencari alternatif pemecahan
masalah. Dari hasil refleksi terhadap proses dan hasil belajar siswa pada siklus I,
maka perencanaan ulang perbaikan pembelajaran siklus II difokuskan pada perubahan
metode yang akan digunakan. Pada sikus II ini akan menggunakan model talking stick
dan kerja kelompok. Secara keseluruhan, perencanaan perbaikan pembelajaran pada
siklus II mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Menyusun rencana perbaikan Pembelajaran (RPP) siklus II yang difokuskan
pada perencanaan langkah-langkah perbaikan dan skenario tindakan yang
diharapkan dapat mengatasi masalah pembelajaran dan meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar siswa.
2. Menyiapkan materi PKn dengan menggunakan model talking stick dan kerja
kelompok dalam pemecahan masalah PKn tentang misi kebudayaan Indonesia.
3. Menyiapkan LK yang akan digunakan oleh siswa secara kelompok yang
memuat tugas-tugas yang perlu diselesaikan siswa selama pembelajaran
berkenaan dengan misi kebudayaan Indonesia.
4. Menyiapkan instrumen pengumpulan data yaitu :
a) Lembar pengamatan aktivitas siswa selama mengerjakan LK dengan
model talking stick dan kerja kelompok.
b) Lembar penilaian kemampuan siswa memahami materi misi
kebudayaan Indonesia.
c) Lembar evaluasi akhir mengukur tingkat pencapaian tujuan atau target
perbaikan pembelajaran.
5. Menentukan kriteria keberhasilan/ketercapaian perbaikan pembelajaran.
Dalam penelitian ini perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil / tercapai
apabilah :
a) Jika prosentase siswa yang tidak mengalami peningkatan sebesar < 25
% dan rata-rata nilai lebih dari 65.
b) Ketuntasan belajar, yaitu jika 85% dari seluruh siswa mencapai nilai

65.

b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan siklus II, penulis dibantu supervisor 2 melaksanakan
skenario pembelajaran dengan menggunakan model talking stick dan kerja kelompok
dengan langkah-langkah sebagai berikut:

15
1) Guru melaksanakan kegiatan permulaan seperti apersepsi, pembagian
kelompok, kemudian guru menjelaskan rangkaian kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode inkuiri dan kerja kelompok di dalam pembelajaran.
2) Guru membagikan LK kepada masing-masing kelompok, yang di dalamnya
memuat soal-soal yang perlu diselesaikan oleh masing-masing kelompok dengan
menggunakan model talking stick dan kerja kelompok.
3) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil pekerjaannya untuk dibahas
atau didiskusikan secara klasikal. Dilanjutkan pemantapan oleh guru.

c. Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilaksanakan bersama oleh peniliti yang sekaligus
supervisor 2 sebagai pengamat selama proses perbaikan pembelajaran. Data penelitian
yang dikumpulkan adalah :
1) Data aktifitas siswa dalam menyelesaikan LK.
2) kemampuan siswa dalam memahami materi misi kebudayaan Indonesia
melalui penerapan model talking stick dan kerja kelompok seperti :
a) kecermatan menyebutkan contoh-contoh kebudayaan Indonesia yang
pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional.
b) Kemampuan menjelaskan sebab-sebab kebudayaan Indonesia mudah
dikenal di luar negeri.
c) Kemampuan menjelaskan tujuan misi kebudayaan.
d) Kecermatan dalam mengerjakan soal-soal evaluasi tentang misi
kebudayaan Indonesia.
3) Data tingkat ketuntasan belajar siswa. Data dikumpulkan menggunakan
lembar evaluasi.

d. Refleksi
Dalam tahap ini penulis bersama supervisor 2 melakukan analisis terhadap
hasil-hasil yang telah dicapai, kendala dan dampak perbaikan pembelajaran terhadap
guru dan siswa pada siklus II. Refleksi dilakukan berdasarkan data yang diperoleh
penulis bersama supervisor 2 dari catatan-catatan hasil observasi, hasil evaluasi dalam
proses dan akhir perbaikan pembelajaran.

C. Teknik Analisis Data

16
Untuk mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar siswa melalui penerapan
model talking stick pada pelajaran PKn, peneliti menggunakan analisis data deskriptif
kualitatif, yaitu analisis data yang sesuai dengan peristiwa yang terjadi melalui gambaran-
gambaran nyata tentang peristiwa tersebut. Adapun beberap analisis yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui daya serap siswa terhadap pembelajaran, digunakan rumus berikut:

Nilai = x 100%.............. (Depdiknas, 2004:112)


2. Untuk mengetahui ketuntasan kelas digunakan rumus berikut:

Ketuntasan kelas = x 100%


3. Siswa dikatakan tuntas apabila mempunyai nilai lebih dari 65 (SKM 65).
(Depdiknas, 2004:112)
Untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan rumus rata-rata.
4. Keaktifan siswa dengan lembar observasi.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tahapan tindakan yang dilakukan oleh peneliti senantiasa menyesuaikan dengan
langkah-langkah penting dalam PTK yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan/tindakan
(acting), pengamatan (observating),dan refleksi (reflecting). Langkah-langkah tersebut
dilakukan pada setiap siklus tindakan perbaikan pembelajaran. Pelaksanaan perbaikan
pembelajaran dilakukan sebanyak 3 siklus. Hasil penelitian pada setiap siklus sebagai
berikut :
1. Hasil Penelitian Siklus I
a. Perencanaan
a) Guru membuat rencana perbaikan pembelajaran (RPP) dan soal-soal evaluasi.
b) Guru menyiapkan instrument observasi.

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan kelas siklus I berlangsung dalam satu kali tatap muka (1
x 35 Menit). Pada tahap ini guru melaksanakan perbaikan pembelajaran sesuai dengan
apa yang direncanakan.
Pada pelaksanaan tindakan kelas siklus ini kegiatan awal sampai akhir
penelitian dibantu teman sejawat guna perbaikan lebih lanjut pada siklus berikutnya.
Kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
1. kegiatan Awal
Pada kegiatan awal guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan
kepada siswa untuk mengarahkan siswa kepada materi yang akan dibahas. Siswa
terlihat aktif menjawab pertanyan guru.

2. Kegiatan Inti
a) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang jenis-jenis kebudayaan
Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional.
b) Siswa mengerjakan latihan soal yang ditulis oleh guru di papan tulis.

18
c) Siswa bersama guru membahas hasil pekerjaannya.
3. Kegiatan akhir.
a) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dibahas.
b) Siswa mencatat rangkuman materi di buku catatannya.

c. Observasi.
Observasi yang dilakukan oleh teman sejawat guru dengan hasil sebagai
berikut :
a) Pada kegiatan awal siswa aktif menjawab pertanyaan apersepsi yang
disampaikan oleh guru.
b) Banyak siswa yang tidak mendengarkan ketika guru memberi penjelasan
tentang misi kebudayaan Indonesia. Siswa ada yang bergurau dengan temannya.
c) Siswa saling mencontoh pekerjaan temannya ketika mengerjakan latihan soal.
d) Hasil evaluasi siswa rendah.

d. Refleksi
a) Pada kegiatan awal guru harus memberikan apersepsi dengan mengajukan
pertanyaan yang bisa membawah siswa ke materi yang akan dibahas.
b) Guru perlu mengubah metode yang mampu mengaktifkan siswa didalam
pembelajaran serta mudah memahami materi misi kebudayaan Indonesia. Model
talking stick dan kerja kelompok sesuai untuk memudahkan siswa dalam
menerimah materi tersebut.
c) Guru harus mengawasi serta memotivasi siswa ketika mengerjakan latihan
soal.
d) Guru perlu menyediakan lembar kerja (LK) yang berisi tugas-tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa secara kelompok,agar siswa aktif di dalam pembelajaran.

Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut :


Tabel 4.1 Observasi Aktivitas Guru Siklus I
Kemunculan
Perilaku Guru Yang
No Tidak Komentar
Diobservasi Ada
Ada
1. Mengadakan apersepsi V - Pembelajaran
2. Menggunakan media yang - V didominasi

19
sesuai. oleh kegiatan
3. Memotivasi siswa saat kerja - V guru,
kelompok. sehingga
4. Menggunakan metode - V siswa kurang
bervariasi. aktif didalam
5. Guru memberikan rangkuman - V pembelajaran
materi
6. Melaksanakan tes akhir. V -

20
Tabel 4.2 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Aspek yang diamati Interpretasi
No Nama Murid
1 2 3 4 5 Jumlah Huruf
1. Noverianus Gulo 15 15 0 12 15 57 C
2. Septiaman Zebua 15 15 0 13 15 58 C
3. Oktobereni Zai 15 13 0 13 15 56 C
4. Augustiar Waruwu 13 12 0 12 12 49 D
5. Berkat Iman Zai 10 11 0 10 10 41 D
6. Joni Yaman Zebua 11 11 0 10 10 42 D
Juliman Nofanolo 15 14 0 14 14 57 C
7.
Zebua
8. Marionefata Harefa 15 13 0 13 15 56 C
Robin Berlian 11 11 0 11 10 43 D
9.
Halawa
10. Sukardin Hura 13 12 0 12 12 49 D
11. Yanti Yani Halawa 13 13 0 12 12 50 D
12. Agun Rahmat Hura 10 10 0 10 10 40 D
13. Agusman Zai 12 13 0 12 12 49 D
14. Andi Kristian Zai 11 11 0 11 11 44 D
15. Ardiaman Zai 15 13 0 14 15 57 C
16. Ardina Zai 13 12 0 12 12 49 D
17. Baktyaman Zai 12 11 0 11 11 45 D
Berti Suryani 15 13 0 13 15 56 C
18
Telaumbanua
Cinthya Ersa 11 11 0 11 10 43 D
19
Dewanty Zai
Ezri Wasti Novia 13 12 0 12 12 49 D
20
Gori
Rata Rata Nilai 49.5 D

Keterangan :
1 = keaktifan dalam tugas
2 = sosialisasi dengan teman
3 = keterlibatan dalam kelompok
4 = kemampuan bertanya
5 = kemampuan menjawab

A = Amat Baik (85 100)


B = Baik (70 84)
C = Cukup (55 69)
D = Kurang (0 54)

Tabel 4.3 Data Nilai Tes Siklus I

21
No Nama Siswa Nilai Keterangan

1. Noverianus Gulo 70 Tuntas


2. Septiaman Zebua 70 Tuntas
3. Oktobereni Zai 70 Tuntas
4. Augustiar Waruwu 60 Tidak Tuntas
5. Berkat Iman Zai 40 Tidak Tuntas
6. Joni Yaman Zebua 50 Tidak Tuntas
7. Juliman Nofanolo Zebua 70 Tuntas
8. Marionefata Harefa 70 Tuntas
9. Robin Berlian Halawa 50 Tidak Tuntas
10. Sukardin Hura 60 Tidak Tuntas
11. Yanti Yani Halawa 60 Tidak Tuntas
12. Agun Rahmat Hura 40 Tidak Tuntas
13. Agusman Zai 60 Tidak Tuntas
14. Andi Kristian Zai 60 Tidak Tuntas
15. Ardiaman Zai 70 Tuntas
16. Ardina Zai 60 Tidak Tuntas
17. Baktyaman Zai 60 Tidak Tuntas
Berti Suryani 70 Tuntas
18
Telaumbanua
Cinthya Ersa Dewanty 60 Tidak Tuntas
19
Zai
20 Ezri Wasti Novia Gori 60 Tidak Tuntas
Jumlah 1210
Rata-rata 60.5

Keterangan :
Jumlah siswa yang tuntas = 7 orang
Jumlah siswa yang tidak tuntas = 13 orang
Klasikal = Belum tuntas

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus I


No Uraian Hasil Siklus
1. Nilai rata-rata tes formatif 60.5
2. Jumlah Siswa Yang Tuntas 7
3. Prosentase Ketuntasan Belajar 35

Berdasarkan analisa data di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menggunakan


metode ceramah, tanya jawab dan penugasan diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar

22
siswa adalah 60,5 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 35% atau ada 7
siswa dari 20 siswa yang sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pada siklus I secara klasikal belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai

65 hanya sebesar 35% lebih kecil dari prosentase ketuntasan yang dikehendaki

yaitu 85%. Dari 20 siswa yang dilakukan PTK hanya 7 siswa yang mengalami
peningkatan dengan prosentase 35%, dan 13 orang yang tidak mengalami peningkatan
dengan prosentase 65%. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I berkaitan dengan
proses pembelajaran serta perolehan hasil tes pada siklus I, maka perlu dilakukan
perbaikan perencanaan dan tindakan pada siklus II.
2. Hasil Penelitian Siklus II
a. Perencanaan
a) Guru menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP) tentang misi
kebudayaan Indonesia.
b) Guru menyiapkan lembar kerja (LK) dan jenis tes yang akan digunakan.
c) Guru menyiapkan instrument observasi.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan kelas siklus II berlangsung dalam satu kali tatap muka
(1 x 35 Menit). Pada tahap ini guru melaksanakan perbaikan pembelajaran sesuai
dengan skenario yang telah direncanakan.
Pada pelaksanaan tindakan kelas siklus ini kegiatan awal sampai akhir
penelitian dibantu teman sejawat guna perbaikan lebih lanjut pada siklus berikutnya.
Kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru memperhatikan kesiapan siswa untuk menerimah
pelajaran, seperti : sikap duduk dan tidak bergurau dengan temannya. Guru
menyampaikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan tentang materi
sebelumnya, yaitu tentang jenis-jenis kebudayaan Indonesia, untuk mengajak
siswa ke materi yang akan dibahas.
1. Kegiatan Inti
a) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok.
b) Siswa diberi penjelasan secara klasikal tentang cara mengerjakan LK
dengan menggunakan model talking stick dan kerja kelompok.

23
c) Masing-masing kelompok mengerjakan LK dengan mencari informasi
tentang jenis-jenis budaya Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi
kebudayaan internasional di buku paket PKn dan di buku sumber lain yang
terdapat di lingkungan sekolah.
d) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil pekerjaannya secara
bergantian, dimulai dari kelompok I. kelompok yang lain memperhatikan,
kemudian memberikan pertanyaan ataupun tanggapan.
2. Kegiatan akhir
a) Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi yang telah dibahas.
b) Siswa diberi PR untuk mencari informasi tentang jenis-jenis
kebudayaan Indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan
internasional.
c. Observasi
Observasi yang dilakukan oleh teman sejawat guru dengan hasil sebagai
berikut :
a) Pada kegiatan awal, siswa tenang karena guru telah mengkondisikan siswa
kearah situasi belajar yang baik. Namun ketika guru menyampaikan apersepsi
hanya beberapa siswa yang aktif menjawab.
b) Tidak ada pembagian tugas di dalam kelompok untuk mengerjakan LK
(Lembar Kerja). Sehingga ada beberapa anggota kelompok yang hanya
memperhatikan temannya yang sedang mengerjakan LK.
c) Siswa kesulitan mencari informasi, karena keterbatasan sumber informasi
yang terdapat di lingkungan sekolah.
d) Pada saat masing-masing kelompok menyampaikan hasil pekerjaanya secara
bergantian, kelompok yang lain kurang aktif untuk memberikan tanggapan
ataupun pertanyaan, sehingga diskusi kelas kurang hidup.
e) Ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai.
d. Refleksi
a) Dalam memberikan apersepsi hendaknya guru memilih pertanyaan yang bisa
menggiring siswa kepada materi yang akan dibahas dan menyenangkan siswa,
seperti : bertanya tentang lagu-lagu daerah dan menyanyikannya bersama-sama
b) Pada saat masing-masing kelompok mengerjakan tugas, sebaiknya guru
berkeliling untuk memberikan motivasi, petunjuk ataupun menilai keaktifan siswa

24
c) Guru ataupun sekolah harus menyediakan sumber-sumber informasi yang
berkenaan dengan materi yang akan dibahas dengan cukup
d) Sebelum membahas materi ini, sebaiknya guru memberikan tugas di rumah
untuk mencari informasi tentang kebudayaan Indonesia yang pernah ditampilkan
dalam misi kebudayaan internasional,baik dengan bertanya kepada orang tua
ataupun mencari di Koran atau majalah. Sehingga pada saat pembelajaran
berlangsung siswa sudah siap untuk menyampaikan informasi yang ditemukan
dirumah kepada kelompoknya.
e) Guru harus memotivasi siswa agar aktif didalam diskusi kelas, serta
membimbing siswa untuk bertanya ataupun memberikan tanggapan.
f) Guru harus menyuruh siswa untuk mencatat hasil LK kelompoknya di buku
catatannya agar siswa mudah mengingat materi tersebut sehingga hasil evaluasi
siswa meningkat.
Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Observasi Aktivitas guru Siklus II
Kemunculan
Perilaku Guru Yang
No Tidak Komentar
Diobservasi Ada
Ada
1. Mengadakan apersepsi V - Guru kurang
2. Menggunakan media yang V - memberikan
sesuai. motivasi
3. Memotivasi siswa saat kerja - V kepada siswa.
kelompok.
4. Menggunakan metode V -
bervariasi.
5. Guru memberikan rangkuman - V
materi
6. Melaksanakan tes akhir. V -

Tabel 4.6 Observasi Aktivitas Siswa Siklus II


Aspek yang diamati Interpretasi
No Nama Murid
1 2 3 4 5 Jumlah Huruf
1. Noverianus Gulo 15 15 16 15 15 76 B
2. Septiaman Zebua 16 16 15 15 15 77 B
3. Oktobereni Zai 15 14 14 14 14 71 B
4. Augustiar Waruwu 15 14 14 13 13 69 C

25
5. Berkat Iman Zai 12 12 12 12 12 60 C
6. Joni Yaman Zebua 12 12 12 12 12 60 C
Juliman Nofanolo 15 15 15 15 15 75 B
7.
Zebua
8. Marionefata Harefa 16 15 16 15 15 77 B
Robin Berlian 13 12 13 12 12 62 C
9.
Halawa
10. Sukardin Hura 14 13 14 14 14 69 C
11. Yanti Yani Halawa 15 14 14 15 15 73 B
12. Agun Rahmat Hura 12 12 12 12 12 60 C
13. Agusman Zai 15 14 14 14 14 71 B
14. Andi Kristian Zai 15 14 14 14 14 71 B
15. Ardiaman Zai 16 15 15 15 15 76 B
16. Ardina Zai 14 14 14 14 14 70 C
17. Baktyaman Zai 14 14 14 13 13 68 B
Berti Suryani 15 14 14 14 14 71 B
18
Telaumbanua
Cinthya Ersa 15 14 14 14 14 71 B
19
Dewanty Zai
Ezri Wasti Novia 16 15 15 15 15 76 B
20
Gori
Rata Rata Nilai 70.15 B

Keterangan :
1 = keaktifan dalam tugas
2 = sosialisasi dengan teman
3 = keterlibatan dalam kelompok
4 = kemampuan bertanya
5 = kemampuan menjawab

A = Amat Baik (85 100)


B = Baik (70 84)
C = Cukup (55 69)
D = Kurang (0 54)

Tabel 4.7 Data Nilai Tes Siklus II


No Nama Siswa Nilai Keterangan
1. Noverianus Gulo 80 Tuntas
2. Septiaman Zebua 80 Tuntas
3. Oktobereni Zai 80 Tuntas
4. Augustiar Waruwu 70 Tuntas
5. Berkat Iman Zai 60 Tidak Tuntas
6. Joni Yaman Zebua 60 Tidak Tuntas
7. Juliman Nofanolo Zebua 70 Tuntas

26
8. Marionefata Harefa 80 Tuntas
9. Robin Berlian Halawa 60 Tidak Tuntas
10. Sukardin Hura 70 Tuntas
11. Yanti Yani Halawa 70 Tuntas
12. Agun Rahmat Hura 50 Tidak Tuntas
13. Agusman Zai 70 Tuntas
14. Andi Kristian Zai 60 Tidak Tuntas
15. Ardiaman Zai 80 Tuntas
16. Ardina Zai 70 Tuntas
17. Baktyaman Zai 60 Tidak Tuntas
Berti Suryani 80 Tuntas
18
Telaumbanua
Cinthya Ersa Dewanty 70 Tuntas
19
Zai
20 Ezri Wasti Novia Gori 80 Tuntas
Jumlah 1400
Rata-rata 70

Keterangan :
Jumlah siswa yang tuntas = 14 orang
Jumlah siswa yang tidak tuntas = 6 orang
Klasikal = Belum tuntas

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus II


No Uraian Hasil Siklus
1. Nilai rata-rata tes formatif 70
2. Jumlah Siswa Yang Tuntas 14
3. Prosentase Ketuntasan Belajar 70

Berdasarkan analisa data di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menggunakan


model talking stick dan kerja kelompok diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 70 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 70 % atau ada 14 siswa
dari 20 siswa yang sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada
siklus II secara klasikal belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai

65 hanya sebesar 70% lebih kecil dari prosentase ketuntasan yang dikehendaki

yaitu 85%. Dari 20 siswa yang diadakan PTK, 17 orang mengalami peningkatan

27
dengan prosentase 85%, dan terdapat 3 orang siswa yang tidak mengalami
peningkatan dengan prosentase 15%.

Tabel 4.13 Perbandingan Data Nilai Rata-rata Tes Formatif dari Siklus I, II

Nilai
Jumlah Siswa
Siklus I Siklus II
17 60.5 70

Tabel 4.14 Prosentase Peningkatan / Keberhasilan siklus I, II


Jumlah
siswa
Jumlah Jumlah
yang Persenta-
Rencana siswa siswa yang
tidak se
No Pembelaja- yang mengalami
mengala- Peningka
ran mengikut peningka-
mi -tan
i tan
peningka
-tan
1. RP Siklus I 20 7 13 35 %
2. RP Siklus
20 14 6 70 %
II

Diagram 1, Prosentase peningkatan pada siklus I, II

28
Berdasarkan analisa data di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah
81 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 70% atau ada 19 siswa dari 20 siswa yang
sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II secara klasikal sudah

tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 sebesar 70% lebih besar dari

prosentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu 35 %. Dari 20 siswa yang diadakan PTK,
terdapat 19 siswa yang mengalami peningkatan dengan prosentase 70%, dan 1 orang yang
tidak mengalami peningkatan dengan prosentase 5%. Adanya peningkatan pada siklus II ini
dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model talking
stick dan kerja kelompok, sehingga siswa mudah dalam memahami materi yang disajikan.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Siklus I
a. Ketuntasan Hasil Belajar
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar
dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan kurang dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya motivasi
hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Ketuntasan belajar hanya 35%
dengan nilai rata-rata prestasi belajar siswa 60,5 yang masih dibawah prosentase

ketuntasan yang dikehendaki yaitu 85 % dengan nilai rata-rata 65. Jadi pada

siklus I ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai.

29
b. Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru dalam proses belajar
mengajar dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan kurang
dapat mengaktifkan siswa, karena dengan menggunakan metode tersebut guru
mendominasi kegiatan pembelajaran. Akibatnya siswa pasif.
c. Aktivitas Guru Dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran PKn tentang misi kebudayaan Indonesia dengan metode ceramah,
tanya jawab dan penugasan mencapai skor 49,5 dengan katagori kurang. Jadi dapat
dikatakan siswa kurang aktif di dalam pembelajaran.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan
langkah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan
penugasan dengan baik. Namun metode yang digunakan guru tidak dapat
meningkatkan keaktifan siswa serta motivasi hasil belajar siswa terhadap materi yang
diajarkan masih rendah.

2. Siklus II
a. Ketuntasan Hasil Belajar
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar
dengan menggunakan model talking stick dan kerja kelompok memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dengan
meningkatnya motivasi hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajarinya.
Ketuntasan belajar pada siklus II mencapai 70% dengan nilai rata-rata prestasi belajar
siswa 70. Namun pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai
karena ketuntasan belajar yang diperoleh hanya 70% lebih kecil dari prosentase
ketuntasan belajar yang dikehendaki yaitu 85%.
b. Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru dalam proses belajar
mengajar dengan menggunakan model talking stick dan kerja kelompok sudah cukup.
Namun guru perlu memberikan motivasi serta membimbing siswa untuk aktif dalam
kegiatan kelompok ataupun dalam diskusi antar kelompok ketika menyampaikan hasil
kerja kelompoknya. Guru juga harus menyediakan buku sumber yang cukup untuk
memudahkan siswa dalam mencari infornasi yang dibutuhkan dalam mengerjakan
LK.

30
c. Aktivitas Guru Dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran PKn tentang misi kebudayaan Indonesia dengan model talking stick
dan kerja kelompok mencapai nilai 70.15 dengan katagori baik. Jadi siswa dapat
dikatakan aktif dalam pembelajaran.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan
langkah pembelajaran dengan menggunakan model talking stick dan kerja kelompok
dengan cukup. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang masih kurang dalam
membimbing dan memberi motivasi kepada siswa untuk aktif di dalam kegiatan
kelompok. Namun pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pada siklus II ini lebih
baik dibandingkan dengan siklus I

31
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran menggunakan beberapa metode selama
tiga siklus dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan model talking stick memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam
setiap siklus, yaitu siklus I (35,29 %), siklus II (64,7 %)
2. Penerapan model talking stick dan kerja kelompok dapat dilaksanakan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Memilih topik atau pokok bahasan yang benar-benar bisa diterapkan dengan
model talking stick dan kerja kelompok.
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
talking stick dan kerja kelompok.
c. Menyediakan Lembar Kerja (LK) yang berisi petunjuk untuk mencari dan
menemukan informasi tentang materi pelajaran, baik dibuku paket ataupun dibuku
sumber lain.
d. Menyediakan buku sumber yang cukup yang akan digunakan siswa untuk
mencari informasi yang diperlukan sesuai dengan petunjuk LK.

B. Saran Tindak Lanjut


Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar
mengajar PKn lebih efektif dan memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka
disampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Untuk melaksanakan model talking stick dan kerja kelompok memerlukan persiapan
yang cukup matang sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan dengan model talking stick dan kerja kelompok sehingga
diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi siswa, guru hendaknya lebih sering melatih
siswa dengan kegiatan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf sederhana, dimana
siswa nantinya dapat menentukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan

32
keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di
SDN 074057 Maliwaa Kabupaten Nias.
4. Untuk penelitian serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh ha.

33
DAFTAR PUSTAKA

Wardani, I G A K.; Wihardit K; & Nasoetion N. (2007). Penelitian Tindakan Kelas (Edisi 1).
Jakarta : Universitas Terbuka.

Mulyana E. (2005). Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sumantri, Mulyani & Permana, Johar. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Depdiknas.

Winaputra, Udin. S.; dkk. (2007). Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta : Universitas
Terbuka.

34

You might also like