You are on page 1of 29

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

RUMAH SAKIT HUSADA

Topik : Gastroenteritis akut ec virus dengan dehidrasi ringan-sedang

Nama : Claudia Lintang Septaviori

NIM : 112016306

Dokter Pembimbing : dr. Siti Zuraida, Sp.A

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. APZ

Tanggal Lahir : 05 September 2016

Umur : 9 bulan 16 hari

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl Budi Rahayu III No 20

Agama : Islam

Pendidikan : belum sekolah

IDENTITAS ORANG TUA

Ayah

Nama : Tn. A
Umur : 34 tahun
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Jl Budi Rahayu III No 20
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai
Penghasilan : Rp 5.000.000,00
Ibu

Nama lengkap : Ny. S


Umur : 31 tahun
Suku bangsa : Betawi
Alamat : Jl Budi Rahayu III No 20
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan :-
Penghasilan :-

Hubungan dengan ayah : Anak kandung


Hubungan dengan ibu : Anak kandung
RIWAYAT PENYAKIT

Anamnesis : Allonamnesis

Keluhan utama : mencret dan muntah sejak 3 hari SMRS

Keluhan tambahan : demam sejak 3 hari SMRS

Riwayat penyakit sekarang :

Sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami mencret dan muntah disertai
dengan demam. Muntah sebanyak kurang lebih 3 kali. Muntahan berisi air, dan susu. Pasien juga
mengalami mencret sebanyak kurang lebih 4 kali, BAB cair tetapi masih ada ampas, warna kuning
kecoklatan. Tidak ada lendir ataupun darah. Pasien juga mengalami demam semenjak mencret
muncul. Demam tidak mendadak tinggi, pasien di rumah di ukur suhu dengan menggunakan
termometer awalnya suhu 37,8 C. Demam terus-menerus sepanjang hari. Pada hari ini orang tua
pasien belum memberikan obat.
Sejak dua hari SMRS, pasien mengalami mencret hingga kurang lebih 6 kali dan sudah 3
kali ganti popok. Pasien juga mengalami muntah sebanyak 3 kali, muntahan berisi air. Pasien
masih demam di ukur suhunya 37,6 C. Pada awalnya anak rewel dan terus menangis disertai
tambah sering menetek dengan minum sangat bernafsu (seperti kehausan).

Sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami mencret sebanyak kurang
lebih 6 kali, pasien juga mengalami muntah setelah makan sebanyak 3 kali. Terakhir kali pasien
makan bubur serta minum susu. Penderita masih bisa BAK dengan lancar, sehari 3 kali BAK.
Gejala mimisan atau gusi berdarah disangkal. Nyeri saat buang air kecil disangkal, nyeri saat
menelan disangkal, nyeri perut disangkal.

5 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami mencret hingga kurang lebih 6 kali
dan sudah 3 kali ganti popok. Pasien mengalami demam dengan suhu 39,0. Sampai di IGD RS
Husada, langsung diberikan sanmol drop, sehingga suhu pasien dapat menurun hingga 37,3.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


Kehamilan
Perawatan antenatal : Teratur di dokter sebulan sekali sampai kehamilan 7 bulan, dan sebulan 2
kali pada kehamilan 7-9 bulan.
Penyakit kehamilan : Tidak ada.
Kelahiran
Tempat kelahiran : Rumah Sakit
Penolong persalinan : Dokter
Cara persalinan : Partus normal, penyulit: -
Masa gestasi : cukup bulan (39 minggu)
Keadaan bayi : Berat badan lahir : 3200 gram
Panjang badan lahir : 47 cm
Lingkar kepala : lupa
Sianosis : (-)

Ikterik : (-)

Kejang : (-)

Kelainan bawaan : Tidak ada


Nilai APGAR : Ibu pasien tidak mengetahui. Ibu pasien
mengatakan bayinya langsung menangis, kulit
kemerahan, dan bergerak aktif.
Kelainan bawaan : tidak ada

Kurva Lubchenko

Kesan : Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan (NCB-SMK) dengan berat badan lahir
antara persentil 50 dan persentil 75.

RIWAYAT PERTUMBUHAN

Umur Berat Badan Panjang Badan/Tinggi


Badan
0 tahun 3200 gram 47 cm
9 bulan 16 hari 6700 gram 62 cm

Kesan: Riwayat pertumbuhan pasien tidak dapat dinilai, karena data tidak lengkap.
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Motorik kasar :
Usia 3 bulan sudah bisa mengangkat kepala
Usia 7 bulan sudah bisa tengkurap
Usia 9 bulan sudah bisa merangkak
Motorik halus :
Usia 6 bulan sudah bisa menggapai benda
Bahasa : -
Sosial : berespon terhadap orang yang baru dikenal, dan sudah bisa tersenyum.
Kesan : perkembangan sesuai usia

RIWAYAT IMUNISASI
Program Pengembangan Imunisasi (PPI) / Diwajibkan
Imunisasi Waktu Pemberian
Bulan Booster (tahun)
0 1 2 3 4 5 6 9 12 18 5 6 12
BCG I
DPT I II III
Polio I II III IV
Hepatitis B I II III IV
Campak I

Non-PPI / Dianjurkan :
Vaksin Usia
Hepatitis A - - - -
Typhoid - - - -
MMR - - - -
Varicela - - - -
Pneumokokus - - - -
Hib - - - -
Influenza - - - -
Rotavirus - - - -

Kesan: Imunisasi dasar lengkap. Imunisasi booster belum dilakukan sesuai umur anak. Imunisasi
non-PPI tidak dilakukan.

Usia Nasi Tim Buah Nasi+lauk


(bulan Susu Bubur
) ASI Formula Saring Bubur
Ad Susu
libitum formula 3 - - -
06 on bulan 60 cc
bulan demand 3 kali sehari - -
Ad Susu
libitum formula 120 - - -
6- 9 on cc dalam 3- 3x/hari porsi
bulan demand 4 kali sehari kecil -

RIWAYAT MAKANAN
ASI diberikan selama 6 bulan, tetapi saat usia 3 bulan peberian susu ASI dicampur dengan susu
formula 60-120cc 3-4 kali sehari dicampur dengan ASI. Pada usia 6 bulan pasien minum ASI
dicampur dengan susu formula dengan tambahan bubur saring 2 kali sehari.

Kesan: Kualitas makanan baik, dan kuantitas makanan kurang baik.

Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit Umur Penyakit Umur

Diare - Morbili -

Otitis - Parotitis -

Radang paru - Demam berdarah -

Tuberkulosis - Demam tifoid -

Kejang - Cacingan -
Ginjal - Alergi -

Jantung - Kecelakaan -

Darah - Operasi -

Difteri - Asma -

Riwayat penyakit pada anggota keluarga lain atau orang lain serumah :

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal serupa

37,3.Tidak ada yang memiliki keluhan serupa di keluarga pasien.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi
Asma
Tuberculosis
Hipertensi
Kejang demam

DATA KELUARGA
AYAH/WALI IBU/WALI
Umur (thn) 34 tahun 31 tahun

Perkawinan ke 1 1
Keadaan Kesehatan/ Penyakit bila ada Sehat Sehat
Umur saat menikah 32 tahun 28 tahun
Kosanguinitas Tidak ada Tidak ada
NO Tanggal Jenis Hidup Lahir Abortus Mati Keterangan
Lahir (umur) Kelamin Mati (Sebab) Kesehatan
1. 5 September Perempuan Hidup - - - Sakit
2016 (9 bulan
16 hari)

DATA PERUMAHAN
Kepemilikan Rumah : Milik orang tua pasien
Keadaan Rumah : 1 rumah ditinggali 3 orang (ayah, ibu, dan pasien), terdiri diri 1 kamar
tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang tamu.
Ventilasi : Terdapat jendela di masing-masing kamar, 1 jendela di ruang tamu ,
1 jendela di dapur. Terdapat lubang udara di atas tiap pintu sebagi
tempat pertukaran udara.
Cahaya : Sinar matahari dapat masuk ke ruang tamu dan kamar. Terdapat
lampu dengan sinar putih di setiap ruangan (kamar tidur, kamar
mandi, ruang tamu, dapur).
Keadaan Lingkungan : Kebersihan lingkungan kurang bersih, selokan depan rumah lancar,
di sekitaran rumah pasien banyak debu dan agak padat.
Sumber air : Air PAM
KESAN: Kondisi lingkungan rumah pasien cukup baik

PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 21 Agustus 2016 Jam : 19.00 WIB

PEMERIKSAAN UMUM

Keadaan umum : Tampak sakit sedang, anak tampak lemas

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital :
Frekuensi nadi : 100x/menit
Frekuensi napas : 24 x/menit
Suhu : 37,3oC
Tekanan darah :-
Data Antropometri

- Berat badan : 6,7kg


- Tinggi badan : 66 cm
Kesan : Status gizi anak baik

PEMERIKSAAN SISTEMATIS

Kepala : Bentuk dan ukuran normocephali, rambut hitam, distribusi rambut merata, rambut
tidak mudah dicabut.
Mata : Bentuk simetris, palpebra superior tidak tampak cekung, palpebra inferior
tidak tampak cekung, kedudukan kedua bola mata dan alis mata simetris,
konjungtiva palpebral anemis -/-, sklera ikterik -/-, kornea kanan dan kiri jernih,
pupil kanan dan kiri bulat simetris (2 mm/ 2mm), refleks cahaya +/+.
Telinga : Bentuk normotia, MAE kiri dan kanan lapang, kedua membran timpani utuh,
hiperemis -/-, bulging -/-, reflex cahaya +/+, serumen -/-.
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-)
Mulut : Bentuk normal, sianosis (-), bibir dan mukosa mulut kering (+)
Lidah : Bentuk dan ukuran normal, tidak kotor
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)
Faring : hiperemis (-), uvula di tengah
Leher : Bentuk tidak ada kelainan, KGB tidak teraba membesar, tiroid tidak membesar

Toraks :
Anterior Posterior
Inspeksi Bentuk normal,tidak ada Bentuk normal, lesi kulit (-).
gerakan dada tertinggal,
retraksi sela iga (-), tipe
pernapasan thoracoabdominal
, lesi kulit (-), massa (-)

Paru :
Anterior Posterior
Simetris dalam keadaan statis dan Simetris dalam keadaan statis
Inspeksi
dinamis dan dinamis
Simetris dalam keadaan statis dan -
Palpasi dinamis, fremitus dada kanan
sama dengan dada kiri
Perkusi - -

Pulmo dextra et sinistra : Pulmo dextra et sinistra :


Auskultasi Suara nafas dasar vesikuler Suara nafas dasar vesikuler,
Ronkhi (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (+/+), Wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis.
Palpasi : Tidak dilakukan.
Perkusi : Tidak dilakukan.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-).

Abdomen :
Inspeksi : Datar, tidak tampak gambaran vena, tidak tampak gerakan peristaltik usus.
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan epigastrium (-).
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen.
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Genitalia eksterna : Perempuan , massa (-) , sekret (-), swelling (-)
Ekstremitas : Akral teraba hangat, edema (-), deformitas (-), sianosis (-) CRT
<2detik
Kulit : Sawo matang, sianosis (-), pucat (-), lesi kulit (-) , turgor kulit agak
melambat, Ptechiae (-)
Pemeriksaan neurologis
Rangsang meningeal negative

I. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Laboratorium tanggal 20 Juni 2017

Darah rutin Hasil Satuan Nilai Normal

HEMATOLOGI

Hemoglobin 12.0 g/dL 11.0-14.0


Hematokrit 37 % 31 43
Jumlah Leukosit 8,1 10^3/L 5.5-15.5
jumlahTrombosit 210 ribu/L 150 450
MCV 62 fL 74-102
MCH 30 pg/mL 23 31
MCHC 32 g/dL 28 32
Eritrosit 5,09 juta/L 3.60-5.20

KIMIA KLINIK

K 4,1 mmol/L 3,5-5

Laboratorium tanggal 22 Juni 2017

Analisa Feses Hasil Satuan Nilai Normal

Makroskopik
Warna Cokelat
Konsistensi lembek
Pus Negatif Negatif
Lendir Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif

Mikroskopik
Leukosit 0 /LPB 0-1
Eritrosit 0 /LPB 0-1
e. coli Negatif Negatif
e. hystolytica Negatif Negatif
telur cacing ascaris Negatif Negatif
telur cacing ankylostoma Negatif Negatif
telur cacing oxyuris Negatif Negatif
telur cacing trichiuris Negatif Negatif

Sisa Pencernaan
Serat otot Negatif Negatif
Serat tumbuhan Negatif Negatif
Amilum Negatif Negatif
Lemak Negatif Negatif

II. RESUME
Anak perempuan usia 9 bulan 16 hari dengan berat badan 6,7 kg dibawa ibunya ke RS
Husada karena muntah dan mencret lebih dari 4 kali . BAB cair namun masih ada ampas,
warna cokelat kekuningan. Tidak ada lendir atau darah. Frekuensi nadi : 100 x/menit
reguler dan normal, frekuensi napas :24 x/menit, suhu : 37,3 oC. Pemeriksaan fisik
didapatkan bibir dan mukosa mulut kering, bising usus (+) meningkat, turgor kulit kembali
agak melambat.

III. DIAGNOSIS KERJA


Gastroenteritis akut ec virus dengan dehidrasi ringan-sedang

IV. DIAGNOSIS BANDING


Gastroenteritis akut ec bakteri dengan dehidrasi ringan-sedang

V. PEMERIKSAAN ANJURAN
Tidak perlu dilakukan

VI. PENATALAKSANAAN
Non medika mentosa

- Tirah baring
- Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
Dietetik

- Jangan mengkonsumsi makanan berserat


- Selalu beri cairan seperti susu atau air mineral
- Makan dan minum sedikit-sedikit tapi sering
Medika mentosa

- Rehidrasi cairan dengan oralit 75mL/kgBB (1000 ml) dalam 3 jam, setiap ada
diare/muntah. Monitor status hidrasi dan urin output pasca rehidrasi dengan
oralittidak memungkinkan karena pasien muntah
- IVFD KAEN3B 85 ml/kgBB/hari
- Inj PCT IV
- Ondansetron IV 3 x 2 mg
- Zinc sulfate 1 x 20 mg
- Liprolac 2x1 sachet

Edukasi

- Kebersihan diri dan lingkungan sekitar dijaga.


- Mencuci tangan sebelum makan dan setelah kontak dengan tinja.
- Tempat botol susu maupun tempat makan dijaga kebersihannya.
- Makan makanan yang bergizi, bersih, dan matang
- Mengajarkan cara pemberian oralit
- Lakukan kunjungan ulang jika terdapat tanda berikut ini :
o Kondisi anak memburuk
o Anak demam
o Terdapat darah dalam tinja anak

VII. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam.
Ad functionam : bonam.
Ad sanationam : bonam.
FOLLOW UP

22 Juni 2017
S BAB 4x mencret, warna kuning, demam (+), muntah (-), kembung (-), pasien terlihat
kurang aktif dan lemas.
O KU : tampak sakit sedang.
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 96 x/menit.
Frekuensi napas : 30 x/menit.
Suhu : 38,5oC
Pemeriksaan fisik:
- Abdomen: bising usus (+) meningkat
- Akral hangat, turgor kulit baik
A GEA ec virus dengan dehidrasi ringan-sedang

P - IVFD KAEN3B 85 ml/kgBB/hari


- Inj PCT IV
- Ondansetron IV 3 x 2 mg
- Zinc sulfate 1 x 20 mg
- Liprolac 2x1 sachet

23 Juni 2017
S Demam (-), BAB 2x mencret, warna kuning, muntah (-), kembung (-) dan nyeri perut
(-) mau makan sedikit demi sedikit, pasien mulai terlihat aktif
O KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 80 x/menit.
Frekuensi napas : 24 x/menit.
Suhu : 36,5 oC.
Pemeriksaan fisik:
Akral hangat, turgor kulit baik
A GEA ec virus dalam perbaikan
P - IVFD KAEN3B 85 ml/kgBB/hari
- Ondansetron IV 3 x 2 mg
- Zinc sulfate 1 x 20 mg
- Liprolac 2x1 sachet
23 Juni 2017
S Demam (-), BAB 1x, mencret, ampas (+), warna kuning, muntah (-), kembung (-)
makan bubur diganti dengan nasi mulai lahap , pasien terlihat aktif
O KU : tampak sakit ringan.
Kesadaran : compos mentis.
Frekuensi nadi : 82 x/menit.
Frekuensi napas : 24 x/menit.
Suhu : 36,5oC.
Pemeriksaan fisik:
- Akral hangat, turgor kulit baik
A GEA ec virus dalam perbaikan
P - IVFD KAEN3B 85 ml/kgBB/hari
- Ondansetron IV 3 x 2 mg
- Zinc sulfate 1 x 20 mg
- Liprolac 2x1 sachet

TINJAUAN PUSTAKA

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24
jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari.
Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut adalah diare yang
onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Dari penyebab diare yang terbanyak
adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri dan parasite
Sebagian besar penyebab infeksi akut intestinum adalah virus, bakteri, atau parasit. Tetapi
berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkn diare akut, termasuk sindroma malabsorpsi. Diare
karena virus umumnya self limiting, sehingga yang terpenting adalah mencegah dehidrasi yang
merupakan penyebab utama kematian dan menjaga asupan nutrisi untuk mencegah gangguan
pertumbuhan. Diare erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi karena anoreksia dan
berkurangnya kemampuan menyerap sari makanan. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar
air dan elektrolit dan sering disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. 1

Virus yang menyebabkan gastroenteritis pada anak antara lain rotavirus, calicivirus
(termasuk norovirus), astrovirus, dan adenovirus enterik. Rotavirus merupakan penyebab diare
yang tersering. Selain virus, bakteri seperti Salmonella typhi, Salmonella paratyphi, Salmonella
nontifoid, Shigella dysentriae juga menimbulkan diare. Hanya beberapa strain E. coli yang dapat
menyebabkan diare. Strain E. coli yang erat dengan terjadinya enteritis diklasifikasikan menurut
mekanisme diare yang terjadi: enteropatogenik (EPEC), enterotoksigenik (ETEC), enteroinvasif
(EIEC), enterohemoragik (EHEC), atau enteroaggregati (EAEC). EPEC bertanggung jawab untuk
kejadian diare di tempat penitipan bayi dan anak, sedangkan ETEC menjadi penyebab 40-60%
travelers diarrhea. 1
Terdapat beberapa pembagian diare, antara lain2:
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya (gangguan absorbsi atau gangguan sekresi).
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
- Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari.
- Diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi.
- Diare persisten berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.

EPIDEMIOLOGI
Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan penyakit yang umum terjadi pada anak
di berbagai negara, terutama di negara berkembang dimana diare merupakan penyebab utama
kematian pada anak. Epidemiologi gastroenteritis bergantung pada faktor penyebab. Cara
penyebaran penyakit adalah melalui kontak erat dari orang ke orang, melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi, serta dari binatang ke manusia. Kemampuan kuman untuk
menyebarkan penyakit tergantung pada modus penyebaran, kemampuan untuk membuat koloni di
saluran cerna, dan jumlah minimal kuman untuk menyebabkan penyakit.1
Di Indonesia, diare merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada
anak terutama usia di bawah 5 tahun. Diare merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak,
yaitu 42% dibanding pneumonia 24%. Untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare
25,2% dibanding pneumoni 15,5%.2

ETIOLOGI
Pada umumnya penyebab infeksi utama timbulnya diare adalah golongan virus, bakteri dan
parasit. Infeksi enteral adalah infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak. Infeksi enteral meliputi: infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersennia, Aeromonas); infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus,
Astrovirus); infeksi parasit (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides, Protozoa, jamur).
Sedangkan infeksi parenteral adalah infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti
otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bwah 2 tahun.3
Selain karena infeksi, terdapat faktor-faktor lain yang dapat menjadi penyebab diare 3:
- Faktor Malabsorpsi
- Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa);
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
- Malabsorpsi lemak
- Malabsorpsi protein
- Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

CARA PENULARAN
Pada umumnya, diare dapat menular melalui cara fekal-oral, yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau
barang-barang yang tercemar tinja penderita. Diare juga dapat menular secara tidak langsung
melalui lalat. (4F = finger, flies, fluid, field).2
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan antara lain: tidak memberikan ASI
secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih,
pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan dan
pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penypihan
yang tidak baik. 1
Selain itu, faktor-faktor penderita yang dapat meningkatkan resiko diare antara lain: gizi
buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus, menderita
campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik. 1

PATOFISIOLOGI
Secara umum diare disebabkan oleh 2 hal, yaitu gangguan pada proses absorbsi atau
sekresi. Diare akibat gangguan absorbsi terjadi karena voleme cairan yang berada di kolon lebih
besar daripada kapasitas absorbsi. Hal ini dapat terjadi akibat kelainan di usus halus, sehingga
mengakibatkan absorbsi menurun atau sekresi yang bertambah. Apabila fungsi usus halus normal,
diare dapat terjadi akibat absorbsi di kolon menurun atau sekresi di kolon meningkat. Diare juga
dapat dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi.4
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan oleh virus yaitu virus yang menyebabkkan
diare pada manusia secara selektif menginfeksi dan menghancurkan sel-sel ujung villus pada usus
halus. Biopsi usus halus menunjukkan penumpulan villus dan infiltrasi sel bundar pada lamina
propria. Perubahan-perubahan patologis tidak berkorelasi dengan keparahan gejala klinis dan
biasanya sembuh sebelum penyembuhan diare. Mukosa lambung tidak terkena, walaupun biasanya
digunakan istilah gastroenteritis. Namun pengosongan lambung yang tertunda telah
didokumentasi pada infeksi virus Norwalk.2
Virus akan menginfeksi lapisan epithelium di usus halus dan menyerang villus di usus
halus. Hal ini menyebabkan terganggunya fungsi absorbsi usus halus. Sel-sel epitel usus halus
yang rusak diganti oleh enterosit yang baru berbentuk kuboid yang belum matang. Hal ini lah yang
menyebabkan fungsinya belum baik. 2
Cairan dan makanan yang tidak terserap akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus
dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap akan
terdorong keluar usus melalui anus dan mengakibatkan diare osmotik dari penyerapan air dan
nutrien yang tidak sempurna. 2
Pada usus halus, enterosit villus sebelah atas merupakan sel-sel yang terdiferensiasi yang
memiliki fungsi pencernaan seperti hidrolisis disakarida dan fungsi penyerapan seperti transport
air dan elektrolit melalui kotransporter glukosa dan asam amino. Enterosit kripta merupakan sel
yang tidak terdiferensiasi yang merupakan pensekresi air dan elektrolit. Dengan demikian, infeksi
virus selektif sel-sel ujung villus usus menyebabkan ketidakseimbangan rasio penyerapan cairan
usus terhadap sekresi dan malabsorbsi karbohidrat kompleks, terutama laktosa. 2
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan
pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus. Bakteri dapat menembus sel mukosa usus halus
sehingga menyebabkan reaksi sistemik. Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf
otak sehingga menimbulkan kejang. Diare karena bakteri dapat menyebabkan adanya darah dalam
tinja yang disebut disentri. 2

MANIFESTASI KLINIS
Gastroenteritis dapat timbul bersamaan dengan gejala sistemik seperti demam, letargi dan
nyeri abdomen. Diare akibat virus memiliki karakteristik diare cair atau watery stool, tanpa disertai
darah ataupun lendir. Dapat disertai gejala muntah dan dehidrasi tampak jelas. Bila terdapat
demam umumnya ringan.5
Mula-mula anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir ataupun
darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan
empedu. Anus dan daerah sekitarnya dapat menjadi lecet karena seringnya defekasi dan tinja
semakin lama semakin asam karena banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
dapat diabsorbsi usus selama diare. 5
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lambung yang ikut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila
penderita telah kehilangan banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai
tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung,
selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. 5
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang,
dan berat. Sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik,
isotonik dan hipertonik. 5
Pada dehidrasi berat, volume darah akan berkurang sehingga dapat terjadi renjatan
hippovolemik dengan gejala-gejala: denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, kecil, dan
tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun. Akibat dehidrasi, diuresis
akan berkurang sehingga terjadi oliguria bahkan anuria. Bila sudah terdapat asidosis metabolik,
penderita akan tampak pucat dengan pernapasan yang cepat dan dalam (napas Kussmaul). 5

simptom Minimal atau Dehidrasi ringan- Dehidrasi berat,


tanpa dehidrasi sedang, kehilangan kehilangan BB >9%
kehilangan BB < BB 3-9%
3%
Kesadaran Baik Normal, lelah, gelisah, Apatis, letargi, tidak
irritable saadar
Denyut jantung Normal Normal-meningkat Takikardi, bradikardi pada
kasus berat
Kualitas nadi Normal Normal-melemah Lemah, kecil, tak teraba
Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Cubitan kulit Segera kembali Kembali <2 detik Kembali > 2 detik
Capillary refill Normal Memanjang Memanjang, minimal
Extremitas Hangat Dingin Dingin, mottled, sianotik
Kencing Normal berkurang minimal

Asidosis metabolik dapat terjadi karena: kehilangan NaHCO3 melalui tinja; ketosis
kelaparan; produk-produk metabolik yang bersifat asam yang tidak dapat dikeluarkan (karena
oligouria atau anuria); berpindahnya ion natrium dari CES ke CIS; penimbunan asam laktat
(anoksia jaringan tubuh). 5
Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponatremia) yaitu bila kadar natrium dalam plasma
berkurang dari 130 mEq/l, dehidrasi isotonik bila kadar natrium dalam plasma 130-150 mEq/l,
sedangkan dehidrasi hipertonik hipernatremia bila kadar natrium dalam plasma lebih dari 150
mEq/l. Pada dehidrasi isotonik dan hipotonik penderita tampak tidak begitu haus, tetapi pada
penderita dengan dehidrasi hipertonik, rasa haus akan nyata sekali dan sering disertai kelainan
neurologis seperti kejang, hiperfleksi dan kesadaran menurun, sedangkan turgor dan tonus tidak
terlalu buruk. 5

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan, hanya pada
keadaan tertentu mungkin diperlukan. Misalnya penyebab dasar yang tidak diketahui atau terdapat
penyebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Pemeriksaan
laboratorium yang terkadang diperlukan pada diare akut antara lain2:
1. Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes
kepekaan terhadap antibiotik.
2. Urine : urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik.
3. Tinja :
- Pemeriksaan makroskopik : perlu dilakukan pada semua penderita dengan diare. Tinja
yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus,
protozoa atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yang
mengandung darah atau mukus dapat disebabkan oleh infeksi bakteri yang
menghasilkan sitotoksin. Bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan
mukosa atau parasit usus seperti E. histolytica, B. coli dan T. trichiura. Apabila
terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E.
histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat
garis-garis darah pada tinja. Tinja berbau busuk didapatkan pada infeksi Salmonella,
Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
- Pemeriksaan mikroskopik : untuk mencari adanya leukosit, letak anatomis serta proses
peradangan mukosa. Leukosit di dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap
bakteri yang menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif menunjukkan adanya
kuman invasif yang memproduksi sitotoksin (Shigella, Salmonella, C. jejuni).
Leukosit yang ditemukan umumnya PMN, kecuali pada S. typhii leukosit
mononuklear. Parasit yang menyebabkan diare umumnya tidak memproduksi leukosit
dalam jumlah banyak. Normalnya tidak diperlukan pemeriksaan untuk mencari telur
atau parasit kecuali terdapat riwayat bepergian, kultur rinja negtif untuk enteropatogen,
diare lebih dari 1 minggu atau pada pasien immunocompromised.
- Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic Uremic
Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat leukosit pada tinja, KLB diare
dan pada penderita immunocompromised.

DIAGNOSIS BANDING
Diare dapat disebabkan oleh infeksi, toksin, alergi saluran cerna (termasuk alergi susu
sapi), defek malabsorbsi, inflammatory bowel disease, penyakit celiac, atau adanya cedera pada
enterosit. Infeksi spesifik dibedakan satu sama lain melalui pemeriksaan tinja.1,2

Gejala Klinis rotavirus shigella salmonella ETEC EIEC kolera


Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72
jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual muntah Sering Jarang Sering + - Sering
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus, Tenesmus, - Tenesmus, Kramp
kramp kolik kramp
Nyeri kepala - + + - - -
Lama sakit 5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari
Sifat tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus
menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - +/- Kadang - + -
Bau Langu Busuk + Tidak Amis
khas
Warna Kuning Merah Kehijauan Tak Merah Seperti
hijau hijau berwarna hijau cucian
beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain anorexia Kejang+/- Sepsis+/- meteorismus Infeksi
sistemik

TATALAKSANA
Departemen Kesehatan menetpkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus
diare baik yang dirawat di rumah maupun di rumah sakit, yaitu2:
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua
Penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di sarana kesehatan dan
segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama 75
ml/kgBB. Bila berat badan tidak diketahui, perkiraan kekurangan cairan dapat ditentukan dengan
menggunakan umur : umur <1 tahun adalh 300 ml, 1-5 tahun adalah 600 ml, >5 tahun adalah 1200
ml dan dewasa adalah 2400 ml. Bila penderita masih haus dan masih ingin minum harus diberi
lagi. Bila kelopak mata menjadi bengkak, oralit harus dihentikan sementara dan beri minum air
putih atau air tawar. Bila edema kelopak mata sudah hilang dapat diberikan lagi. 2
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan
anak. Pemberian zinc dilakukan di awal masa diare selama 10 hari ke depan secara signifikan
menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan
absorbsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus,
meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat
pembersihan patogen dari usus. Dosis zinc untuk anak di bawah umur 6 bulan adalah 10 mg per
hari, dan untuk anak di atas 6 bulan adalah 20 mg per hari. 2
ASI dan makanan tetap diteruskan untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti
nutrisi yang hilang. Pada diare berdarah nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu
makan menandakan fase kesembuhan. 2
Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan
mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan
menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu juga akan mempercepat resistensi kuman
terhadap antibiotik. 2
Beri nasihat kepada ibu atau pengasuh untuk segera kembali jika demam, tinja berdarah,
berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam
3 hari. 2

KOMPLIKASI
Komplikasi utama dari gastroenteritis adalah dehidrasi dan gangguan fungsi
kardiovaskular akibat hipovolemia berat. Kejang dapat terjadi akibat demam tinggi, terutama pada
infeksi Shigella. Abses intestin dapat terjadi ada infeksi Shigella dan Salmonella, terutama pada
demam tifoid yang dapat memicu perforasi usus. Muntah hebat akibat gaastroenteritis dapat
menyebabkan ruptur esofagus atau aspirasi.4
Kematian akibat diare mencerminkan adanya gangguan sistem homeostasis cairan dan
elektrolit yang memicu dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan instabilitas vaskular, serta
syok. 4

PENCEGAHAN
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara 2:
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
- Penggunaan air bersih yang cukup
- Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis BAB, sebelum dan
sesudah makan
- Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
- Mengkonsumsi makanan yang matang
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host)
- Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
- Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam jumlah
yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak
- Imunisasi rotavirus

PROGNOSIS
Secara umum prognosis untuk diare akut pada anak bergantung dari penyakit penyerta atau
komplikasi yang terjadi. Jika diare segera ditangani sesuai dengn kondisi umum pasien maka
kemungkinan pasien dapat sembuh. Yang terpenting adalah mencegah terjadinya dehidrasi dan
syok karena dapat berakibat fatal. Jika terdapat penyakit penyerta yang memperberat keadaan
pasien maka perlu dilakukan pengobatan terhadap penyakitnya selain penanganan terhadap diare.

DAFTAR PUSTAKA
1. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson ilmu kesehatan anak
esensial. Edisi ke-6. Jakarta: Elsevier; 2011.h. 481-6.

2. Subagyo B, Santoso NB. Buku ajar hastroenterologi-hepatologi. Jakarta: Badan Penerbit


Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2015. H. 87-117.

3. Rudolph AM. Buku ajar pediatri rudolph. Edisi ke-20. Jakarta: EGC; 2007.h. 1142-47.

4. Norasid H, Surratmadja S, Asnil PO. Gastroenterologi anak praktis. Edisi ke-2. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2005.h.51-3.

5. Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.h.
283-7.

You might also like