You are on page 1of 7

1.

Peranan Pupuk Nitrogen

Pupuk urea adalah pupuk yang mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi .
Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Unsur nitrogen
di dalam pupuk urea sangat bermanfaat bagi tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Manfaat lainnya antara lain pupuk urea membuat daun tanaman lebih
hijau, rimbun, dan segar. Nitrogen juga membantu tanaman sehingga mempunyai
banyak zat hijau daun (klorofil). Dengan adanya zat hijau daun yang berlimpah,
tanaman akan lebih mudah melakukan fotosintesis, pupuk urea juga mempercepat
pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain). Serta, pupuk
urea juga mampu menambah kandungan protein di dalam tanaman (Suhartono,
2012).

Unsur nitrogen diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian


vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. Berperan penting dalam hal
pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis, unsur N
berperan untuk mempercepat fase vegetative karena fungsi utama unsur N itu sendiri
sebagai sintesis klorofil. Klorofil berfungsi untuk menangkap cahaya matahari yang
berguna untuk pembentukan makanan dalam fotosintesis, kandungan klorofil yang
cukup dapat membentuk atau memacu pertumbuhan tanaman terutama 9 merangsang
organ vegetative tanaman. Pertumbuhan akar, batang, dan daun terjadi dengan cepat
jika persediaan makanan yang digunakan untuk proses pembentukan organ tersebut
dalam keadaan atau jumlah yang cukup (Purwadi, 2011).

Urea merupakan bahan sintesa organik pertama yang dibuat dari bahan
anorganik. Ditemukan pertama kali oleh Roelle pada tahun 1773 dalam urine. Proses
pembuatan urea secara komersial yang dipakai saat ini menggunakan prinsip
penemuan Bassarow, yaitu dehidrasi amonium karbamat pada suhu dan tekanan
tinggi. Amonium karbamat dihasilkan dari reaksi antara amonium NH3 dan CO2.

Sifat fisik dan kimia urea


Urea adalah senyawa kimia yang mempunyai rumus molekul NH2CONH2. Di dalam
air, urea akan terhidrolisa menjadi ammonium karbamat (NH2COONH4) dan
selanjutnya ammonium karbamat akan terdekomposisi menjadi ammonia dan
karbondioksida. Urea berbentuk serbuk putih, tidak berbau atau mengeluarkan bau
ammonia, tidak berwarna, dan tidak berasa. Pada suhu 132.6oC dan tekanan
atmosfer, urea dapat terurai menjadi biuret NH(CONH2)2 yang merupakan hasil
samping yang tidak dikehendaki dalam pembuatan urea. Sebab kandungan biuret
lebih dari 2% lbmol dalam pupuk akan mengganggu pertumbuhan tanaman.
Tabel sifat fisik dan kimia urea

Titik Leleh 132,7C

Indeks Refraksi, nD20 1,484; 1,602

Spesific Gravity, d420 1,355

Bentuk Kristalin Tetragonal, prisma

Energi Bebas Pembentukkan -42,120 kal/g mol (25C)

Panas Pembentukkan 60 kal/g

Panas Larutan, dalam air 58 kal/g

Panas Kristalisasi -110 kal/g

70% Densitas Bulk Larutan Urea 0,74 g/cm2

Sumber : Perry, 1984

Beberapa sifat fisika ynag lain, sebegai berikut:


a. Densitas : 1247 kg/m3
b. Berat molekul : 48.16 m3/kmol
c. Viskositas kinematik : 2.42 x 10-6m2/s
d. Kapasitas panas : 135.2 J/mol.K
e. Tegangan Permukaan : 66.3 x 10-3 N/m
Manfaat dan kegunan urea
Lebih dari 90% penggunaan urea adalah sebagai pupuk penyubur tanah, selain itu,
urea juga digunakan dalam pembuatan urea formaldehid resin untuk memproduksi
melamin, untuk nutrisi pertumbuhan ternak dan sebagian kecil untuk farmasi dan
industri petroleum.
Urea diproduksi dengan mereaksikan amonia dan CO2 pada temperatur dan tekanan
tinggi sesuai dengan reaksi Basarao sebagai berikut:
2NH3 + CO2 NH2COONH4 DH=-117 kJ/mol
NH2COONH4 NH2CONH2 +H2O DH=15,5 kJ/mol
1. Reaksi samping
Dalam reaksi pembentukan urea terdapat reaksi-reaksi samping yang tidak
diharapkan, diantaranya adalah :
a) Reaksi hidrolisis urea

CO(NH2)2 +H2O NH2COONH4 2NH3 +CO2

Reaksi ini dapat terjadi karena pengaruh temperatur tinggi, tekanan rendah dan
waktu tinggal yang lama. Sehingga hal itu harus diminiumalkan.
b) Reaksi pembentukan biuret
2CO(NH2)2 NH2CONHCONH4 + NH3
Penyebebab terjadinya reaksi ini sama dengan reaksi hidrolisis ammonia. Namun
reaksi ini dapat dicegah dengan excess NH3, sebab dengan excess NH3 keseimbangan
reaksi akan bergeser kearah kiri.
c) Reaksi pembentukan Isocyanic acid
CO(NH2)2 NH2NCO NH3 + HNCO
Reaksi ini terjadi pada seksi evaporasi yang disebabkan karena konsentrasi NH3 yang
rendah, temperatur tinggi, dan tekanan rendah yang menyebabkan reaksi cenderung
ke kanan dan merubah fase NH3 dan HNCO dari fase gas ke fase cair. Untuk
pencegahannya yaitu dengan membentuk kembali NH3 dan HNCO menjadi urea
dengan jalan menurunkan temperatur pada tekanan vakum sehingga reaksi berjalan
ke arah kiri.
Metode proses produksi :
Ammonium karbamat yang tidak bereaksi perlu dipisahkan. Metode pengembalian
ammonium karbamat pada proses sintesa adalah sebagai berikut:
a. Ones trough urea process
Karbamat yang tidak terdekmomposisi di konversi menjadi gas NH3 dan CO2 dengan
menggunakan panas yng dihasilkan reaktor sintesis dengan tekanan rendah. Gas
NH3 dan CO2 dipisahkan dari larutan urea dan diutilisasi untuk memproduksi garam
ammonia lewat absorbsi NH3 dengan larutan nitrat atau sulfat sebagai absorben.
b. Solution recycle urea process
Gas NH3 dan CO2diambil dari campuran keluaran reaktor sintesis urea di bagian
dekomposisi bartahap dengan tekanan yang divariasikan didalam air dan didaur
ulang kembali ke reaktor lain untk membentuk larutan ammonia dari ammonium
karbamat. Dari beberapa proses ini, terdapat dua proses lama yang masih tetap
digunakan, yaitu:
UTI (Urea Technologies Inc.)
Ammonia, Recycle Carbamat dan 60% CO2 sebagai feed dimasukkan melalui bagian
atas reaktor dengan tekanan 210 bar. Amonium carbamat terbentuk di dalam reaktor
yang dilengkapi dengan coil dan keluar lewat bagian bawah dengan aliran yang
berputar. Bahan yang keluar reaktor didinginkan kemudian gas dilepaskan dan
masuk dekomposer. Sebelum masuk dekomposer, gas ini dicampurkan dengan 40%
CO2 didalam separator dan diembunkan dalam heat recovery. Gabungan dari gas
tersebut diembunkan kembali sehingga terbentuk aliran carbamat recycle. Larutan
karbamat hasil evaporasi mempunyai konsentrasi 86-88% sebelum kemudian di
granulasi pada proses prilling. Proses UTI hanya digunakan pada skala kecil dan
medium.
Proses Mitsui Toatsu Coorporation (MTC) Conventional
Process of Toyo Engineering Coorporation
Pada proses total recycle seluruh ammonia dan CO2 yang tidak terkonversi
dikembalikan lagi ke reaktor. Proses ini bergantung pada suplai NH3 dan CO2.
Berdasarkan prinsip recyclenya, proses total recycle dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
a. Hot Gas Mixture Recycle
Pada proses ini campuran karbondioksida, ammonia, dan air ditekan dalam beberapa
tahap hingga mencapai 20-130 atm, kemudian dikondensasikan dan dikembalikan ke
reaktor.
b. Separated Gas Recycle
Pada proses ini karbondioksida dipisahkan dari ammonia dan ditekan secara terpisah
sebelum dikembalikan ke reaktor. Keuntungan proses ini adalah konversinya tidak
berkurang karena air tidak ikut di recycle dan dapat menghindari masalah korosi
(Larutan Carbamat).
c. Slurry Recycle
Proses ini jarang dilakukan karena sulit dalam merecovery energi dan mahalnya
biaya untuk make up. Pada proses ini ammonia dan karbondioksida dipisahkan dari
larutan urea yang keluar dari reaktor kemudian dikondensasikan agar terbentuk
amonium karbamat. Kristal ini dipompakan dari reaktor dalam bentuk suspensi
minyak.
d. Carbamat Solution Recycle
Proses ini melibatkan dekomposisi carbamat pada 2 atau 3 tahap penurunan tekanan.
Pada tiap tahap, gas yang dilepaskan (karbondioksida dan amonia) diabsorpsi oleh
larutan hasil kondensasi tahap sebelumnya dan larutan yang dihasilkan dikembalikan
ke reaktor.
e. Stripping
Perbedaan mendasar proses ini dengan keempat proses lainnya yaitu dengan cara
merecovery amonium carbamat yang tidak terkonversi dari larutan urea yang keluar
reaktor. Pada proses ini larutan karbamat di stripping dari larutan urea pada tekanan
yang sama dengan tekanan reaktor. Gas hasil stripping dikondensasikan dan
dikembalikan ke reaktor.
c. Interval Carbamat recycle urea process
Karbamat yang tidak bereaksi dan amonia berlebih dilucuti dari aliran keluar reaktor
sintesa urea melalui gas panas CO2 atau NH3 pada tekanan reaktor dan
dikondensasikan kembali ke reaktor melalui aliran yang menggunakan gaya gravitasi
untuk recovery. Pengeluaran reaktor dan recycle amonium carbamat pada umumnya
berupa larutan dengan konsentrasi 70-75% lb mol dan diproses lebih lanjut menjadi
padatan. Terdapat 2 cara untuk mengubah urea menjadi padatan, yaitu:
a) Evaporasi
Evaporasi air dilakukan pada tekanan vakum, atau dengan tekanan rendah
menggunakan udara panas sebagai pengering atau atmosferic air sweep
evaporation dengan penurunan tekanan dan pemanasan steam, maka cairan akan
terpisah dari uap. Tetapi hal ini akan mempercepat pembentukan biuret yang rata-
rata mencapai 0,4 % lb mol. Proses evaporasi ini hanya digunakan pada proses
pembuatan urea untuk fertilizer
b) Kristalisasi
Hasil dari aliran ini lebih murni dan lebih bagus untuk keperluan industri. 75 %
larutan urea diumpankan ke vacum crystalizer, beroperasi pada 72,5 mmHg absolut
dan 60oC, uap air dikondensasikan dengan pendingin vakum slurry yang keluar dari
dasar crystalizer mengandung 30 % kristal urea diumpankan ke centrifuge sehingga
kristal urea terpisah dan dicuci dengan air lalu dikeringkan, kemudian dinaikkan
ke prilling tower dan dilelehkan. Lelehan urea ini mengandung 0,3 % biuret dan 0,2
% moisture. Lelehan urea didistribusikan kebawah prilling tower dan berupa butiran
seragam yang dikirim ke unit pengantongan. Sedangkan urea yang mempunyai
ukuran yang lebih besar dari yang diinginkan di recycle dengan cara melarutkan
dalam dissolving tank untuk direcycle ke mother liquor tank.

You might also like