Professional Documents
Culture Documents
disusun oleh:
Helga Ratnasari
16.7010.273
Pembimbing:
dr. Sonia Rahayu, Sp. OG
dr. Jaka Nugraha, Sp. OG
dr. Gazali Rusdi, SP. OG
dr. Yudi Rizal
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmatNya-lah, penulis dapat menyelesaikan tugas referat dengan judul pendarahan uterus abnorma
pada adolescence tepat pada waktunya dan dengan cukup baik.
Pembuatan tulisan ini merupakan salah satu tahapan yang harus dipenuhi dalam praktek kepaniteraan
klinik SMF Obgyn di RSUD Nganjuk.
Penulis berharap tulisan ini akan berguna bagi kita semua. Tulisan ini dapat terselesaikan
karena dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis sampaikan
terimakasihkepada :
1. dr. Sonia Rahayu, Sp.OG
2. dr. Gazali Rusdi, Sp.OG
3. dr. Jaka Nugraha, Sp. OG
4. dr. Yudi Rizal
Semoga bimbingan yang telah diberikan hingga terselesaikan tugas referat ini dapat bermanfaat
sebagai bekal dalam pengabdian diri di masyarakat kelak.
Penulis menyadari bahwa tugas response ini masih jauh dari kesempurnaan karena
terbatasnya kemampuan penulis, untuk itu dengan kerendahan hati penulis membuka diri terhadap
kritikan dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI... 3
BAB I PENDAHULUAN..... .. 4
BAB II PEMBAHASAN.. . 6
DEFINISI ..... 6
DEFINISI PUA 20
KLASIFIKASI . 23
PATOFISIOLOGI. 26
DIAGNOSIS.. 27
MANIFESTASI KLINIS. . 30
PENATALAKSANAAN. . 46
DAFTAR PUSTAKA . . 51
3
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi
Definisi Haid Normal Berdasarkan konsensus HIFERI 2013 di Bogor
telah disepakati bahwa definisi haid normal adalah suatu proses fisiologis dimana
terjadi pengeluaran darah, mukus (lendir) dan seluler debris dari uterus secara
periodik dengan interval waktu tertentu yang terjadi sejak menars sampai
menopause dengan pengecualian pada masa kehamilan dan menyusui, yang
merupakan hasil regulasi harmonik dari organ-organ hormonal.
ovarium :6,7
1) Fase Folikuler
6
pertengahan pertama dari siklus yang berperanan disini
atresia.
2) Fase ovulatoar
7
inhibin, progesteron dan 17-hidroksiprogesteron akan
meningkat.
progesteron.
suatu sisi asenden yang cepat (waktu dua kali lipat 5,2 jam)
puncak.
8
pada waktu ini diwakili dengan jumlah kontribusi oleh
ovulasi pada wanita adalah 1-2 jam sebelum fase akhir dari
puncaknya LH.
3) Fase luteal
9
selama 4-5 hari terakhir dari kehidupan fungsional
korpus luteum.
berikutnya.
10
Transisi folikuler-sekresi menggambarkan suatu
amplitudo rendah.
11
kecil dan tertutup, getahnya 6 dapat ditarik seperti benang
(spinnbarkeit).5,6,7
kira hari ke 13, sehingga terjadi ovulasi yang terjadi pada hari
ke 14. Dalam waktu yang sama suhu basal badan (SBB) juga
12
Hari ke-1 sampai hari ke-5, Estrogen menurun dan FSH
13
Estrogen menstimuli penebalan uterus.
dibuahi.
14
melanjutkan sekresi estrogen dan progesterone
15
siklus menstruasi yang normal, GnRH harus
16
menginduksi sintesa androgen oleh sel teka,
estrogen.5,7
d. Estrogen
17
dalam sirkulasi, akan memberikan umpan balik negatif
kelenjer endometrium.5,7
e. Progesteron
endometrium.5,7
18
II.2 Definisi Pendarahan Uterus Abnormal
bentuk tabel.3
6 kasus, usia 51-60 tahun sebanyak 4 kasus; tidak ditemukan pada usia
19
Tangga ditemukan sebanyak 34 kasus, pelajar sebanyak 7 kasus, PNS
20
Pada Tabel 2 didapatkan bahwa penyebab PUA berdasarkan
sedangkan endometrial dan not yet classified tidak ditemukan. Studi yang
pada wanita ras Afrika lebih tinggi dan mereka memiliki kadar estrogen
Klasifikasi utama PUA berdasarkan FIGO dapat dilihat pada bagan .Sistem
klasifikasi ini telah disetujui oleh dewan eksekutif FIGO sebagai sistem
berdasarkan akronimPALM-COEIN .
penyebab PUA yang dapat dinilai dengan berbagai teknik pencitraan dan
22
pencitraan atau histopatologi.PUA terkait dengan penggunaan hormon
23
Keterangan:
A. Polip (PUA-P)
B. Adenomiosis (PUA-A)
submukosum, intramural,subserosum.2
E. Coagulopathy (PUA-C)
24
F. Ovulatory dysfunction (PUA-O)
G. Endometrial (PUA-E)
endometrium.2
H. Iatrogenik (PUA-I)
Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit
II.5 Patofisiologi
Polip endometrium
Hyperplasia endometrium
25
Infeksi pada serviks, endometrium, dan uterus
Trauma
Lesi dalam
Endometriosis
olahraga berlebih.4
II.6 Diagnosis
Anamnesis
26
pemeriksaan lebih lanjut pada perempuan dengan hasil penapisan
positifPerdarahan uterus abnormal yang terjadi karena pemakaian antikoagulan
dimasukkan ke dalam klasifikasi PUA-C1.8
Pertanyaan Untuk Menapis Kelainan Hemostatis Pada Pasien Dengan Perdarahan Haid
Banyak
1. Perdarahan haid banyak sejak menars
2. Terdapat minimal 1 (satu) keadaan dibawah ini
- Perdarahan pasca persalinan
- Perdarahan yang berhubungan dengan operasi
- Perdarahan yang berhubungan dengan perawatan gigi
3. Terdapat minimal 2 (dua) keadaan dibawah ini :
- Memar 1-2x/bulan
- Epistaksis 1-2x/bulan
- Perdarahan gusi yang sering
- Riwayat keluarga dengan keluhan perdarahan
Penapisan klinis pasien dengan perdarahan haid banyak karena kelianan hemostasis8
27
Pemeriksaan umum
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan
hemodinamik.Pastikan bahwa perdarahan berasala dari kanalis servikalis dan tidak
berhubungan dengan kehamilan. Pemeriksaan IMT, tanda-tanda hiperandrogen,
pembesaran kelenjar tiroid atau manifestsi hipotiroid/hipertiroid, galaktorea,
gangguan lapang pandang (adenoma hipofisis), purpuran dan ekimosis wajib
diperiksa.8
Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap
smear. Harus disingkirkan pula kemungkinan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia
endometrium atau keganasan.8
1. Penilaian ovulasi
Siklus haid yang berovulasi sekitar 22-35 hari.Jenis perdarahan PUA-O
bersifat ireguler dan sering diselingi amenorea.Konfirmasi ovulasi dapat
dilakukan dengan pemeriksaan progesteron serum fase lutela mayda atau USG
transvaginal bila diperlukan.
2. Penilaian endometrium
Pengam bilan sampel endometrium tidak harus dilakukan pada semua pasien
PUAPengambilan sample endometrium hanya dilakukan pada :
Perempuan umur > 45 tahun
Terdapat faktor risiko genetik
USG transvaginal menggambarkan penebalan endometrium kompleks
yang merupakan faktor risiko hiperplasia atipik atau kanker
endometrium
Terdapat faktor risiko diabetes melitus, hipertensi, obesitas, nulipara
Perempuan dengan riwayat keluarga nonpolyposis colorectar cancer
memiliki risiko kanker endometrium sebesar 60% dengan rerata umur
saat diagnosis antara 48-50 tahun.
Pengambilan sampel endometrium perlu dilakukan pada perdarahna uterus
abnormal yang menetap (tidak respon terhadap pengobatan)Beberapa teknik
pengambilan sample endometrium seperti D & K dan biopsi endometrium
dapat dilakukan.8
28
3. Penilaian kavum uteri
Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya polip endometrium atau mioma
uteri submukosum.USG transvaginal merupakan alat penapis yang tepat dan harus
dilakukan pada pemeriksaan awal PUA.Bila dicurigai terdapat polip endometrium
atau mioma uteri submukosum disarankan untuk melakukan SIS atau histeroskopi.
Keuntungan dalam penggunaan histeroskopi adalah diagnosis dan terapi dapat
dilakukan bersamaan.8
4. Penilaian miometrium
Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya mioma uteri atau
adenomiosis.Miometrium dinilai menggunakan USG (transvagina, transrektal dan
abdominal), SIS, histeroskopi atau MRI. Pemeriksaan adenomiosis menggunakan
MRI lebih ungguk dibandingkan USG transvaginal.8
29
g. Jika terdapat kontraindikasi KOK, berikan medroksi progesteron asetat
(MPA) 10 mg perhari (7 hari) (rek A) siklik selama 3 bulan
h. Untuk riwayat perdarahan berulang sebelumnya injeksi gonadotropin
releasing hormone (GnRH) agonis (rek A) dapat diberikan bersamaan dengan
pemberian KOK untuk stop perdarahan (langkah D). GnRH diberikan 2-3
siklus dengan interval 4 minggu.
i. Ketika hemodinamik pasien stabil, perlu upaya diagnostik untuk mencari
penyebab perdarahan. Lakukan pemeriksaan USG transvaginal/ transrektal
(rek B), periksa darah perifer lengkap (DPL) (rek C), hitung trombosit (rek
C), prothrombin time (PT) (rek C), activated partial thromboplastin time
(aPTT) (rek C) dan thyroid stimulating hormone (TSH). Saline Infused
Sonohysterogram (SIS) dapat dilakukan jika endometrium yang terlihat tebal,
untuk melihat adanya polip endometrium atau mioma submukosim.
j. Jika terapi medika mentosa tidak berhasil atau ada kelainan organik, maka
dapat dilakukan terapi pembedahan seperti ablasi endometrium (rek A),
miomektomi, polipektomi, histerektomi. (rel A)1
30
31
Perdarahan uterus abnormal kronik
a. Jika dari anamnesa yang terstruktur ditemukan bahwa pasien mengalami satu atau
lebih kondisi perdarahan yang lama dan tidak dapat diramalkan dalam 3 bulan
terakhir.
b. Pemeriksaan fisik berikut dengan evaluasi rahim, pemeriksaan dfarah perifer lengkap
wajib dilakukan.
c. Pastikan fungsi ovulasi dari pasien tersebut
d. Tanyakan pada pasien adakah penggunaan obat tertentu yang dapat memicu PUA dan
lakukan juga pemeriksaan koagulopati bawaan jika terdapat indikasi
e. Pastikan apakah pasien masih ingin menginginkan keturunan
f. Anamnesis dilakukan untuk menilai ovulasi, kelainan sistemik, dan penggunaan yang
mempengaruhi kejadian PUA. Keinginan pasien untuk memiliki keturunan dapat
menetuka penanganan selanjutnya. Pemeriksaan tambahan meliputi pemeriksaan
darah perifer lengkap, pemeriksaan untuk menilai gangguan ovulasi (fungsi tiroid,
prolaktin, dan androgen serum) serta pemeriksaan hemostasis.1
32
Penanganan perdarahan uterus abnormal berdasarkan penyebab
A. Polip
Penanganan polip endometrium dapat dilakukan dengan :
o Reseksi secara histeroskopo
o Dilatasi dan kuretase
o Kuret hisap
o Hasil dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi
B. Adenomiosis
o Diagnosa adenomiosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan USG atau MRI
o Tanyakan pada pasien apakah menginginkan kehamilan
o Bila pasien menginginkan kehamilan dapat diberikana analog GnRH +
addback therapy atau LNG-IUS selama 6 bulan
33
o Adenomiomektomi dengan teknik osada merupakan alternatif pada pasien
yang ingin hamil (terutama pada adenomiosis > 6cm)
o Bila pasien tidak ingin hamil, reseksi atau ablasi endometrium dapat
dilakukan. Histerektomi dilakukan pada kasus dengan gagal pengobatan.1
C. Leiomioma uteri
o Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan pemeriksaan USG
o Tanyakan pada pasien apakah menginginkan kehamilan
o Histeroskopi reseksi mioma uteri submukosum dilakukan terutama bila pasien
menginginkan kehamilan
Pilihan pertama untuk mioma uteri submukosum berukuran < 4 cm
Pilihan kedua untuk mioma uteri submukosum derajat 0 atau 1
Pilihan ketiga untuk mioma uteri submukosum derajat 2
o Bila terdapat mioma uteri intramural atau subserosum dapat dilakukan
penanganan sesuai PUA-E/O. Pembedahan dilakukan bila respon pengobatan
tidak cocok
o Bila pasien tidak menginginkan kehamilan dapat dilakukan pengobatan untuk
mengurangi perdarahan dan memperbaiki anemia
o Bila respon pengobatan tidak cocok dapat dilakukan pembedahan embolisasi
arteri uterina merupakan alternatif tindakan pembedahan.
34
D. Malignancy and hyperplasia
o Diagnosis hiperplasia endometrium atipik ditegakkan berdasarkan penilaian
histopatologi
o Tanyakan apakah pasien menginginkan kehamilan
o Jika pasien menginginkan kehamilan dapat dilakukan D&K dilanjutkan
dengan pemberian progestin, analog GnRH atau LNG-IUS selama 6 bulan
o Bila pasien tidak menginginkan kehamilan tindakan histrektomi merupakan
pilihan
o Biopsi endometrium diperlukan untuk pemeriksaan histopatologi pada akhir
bulan ke 6 pengobatan
o Jika keadaan hyperplasia atipik menetap, lakukan histrektomi
35
E. Coagulopathy
o Terminologi koagulopati digunakan untuk kelainan hemostasis sistemik yang
berkaitan dengan PUA.
o Penanganan multidisiplin diperlukan pada kasus ini
o Pengobatan dengan asam traneksamat, progestin, kombinasi pil estrogen-
progestin dan LNG-IUS pada kasus ini meberikan hasil yang sama bila
dibandingkan dengan kelompok tanpa kelainan koagulasi
o Jika terdapat kontraindikasi terhadap asam trneksamat atau PKK dapat
diberikan LNG-IUS atau dilakukan pembedahan bergantung pada umur pasien
o Terapi spesifik seperti desmopressin dapat digunakan pada penyakit von
willebrand1
36
F. Ovulatory dysfunction
o Gangguan ovulasi merupakan salah satu penyebab PUA dengan manifestasi
klinik perdarahan yang sulit diramalkan dan jumlah darah yang bervariasi
o Pemeriksaan hormon tiroid dan prolaktin perlu dilakukan terutama pada
keadaan oligomenorea bila dijumpai hiperprolaktinemia yang disebabkan oleh
hipotiroid maka kondisi ini harus diterapi
o Pada perempuan umur > 45 tahun atau dengan risiko tinggi keganasan
endometrium perlu dilakukan pemeriksaan USG transvaginal dan
pengambilan sampel endometrium
o Bila tidak dijumpai faktor resiko untuk keganasan endometrium lakukan
penilaian apakah pasien menginginkan kehamilan atau tidak
o Bila menginginkan kehamilan dapat langsung mengikuti prosedur tatalaksana
infertilitas
o Bila pasien tidak menginginkan kehamilan dapat diberikan terapi hormonal
dengan menilai ada atau tidaknya kontraindikasi terhadap PKK
o Bila tidak dijumpai kontraindikasi dapat diberikan PKK selama 3 bulan
(rekomendasi A)
o Bila dijumpai kontraindikasi pemberian PKK dapat diberikan preparat
progestin selama 14 hari, kemudian stop 14 hari. Hal ini diulang sampai 3x
siklus
o Setelah 3 bulan lakukan evaluasi untuk menilai hasil pengobatan
37
o Bila keluhan pasien berkurang pengobatan hormonal dapat dilanjutkan atau di
stop sesuai keinginan pasien
o Bila keluhan tidak berkurang lakukan pemberian PKK atau progestin dosis
tinggi (naikkan dosis setiap 2 hari sampai perdarahan berhenti atau dosis
maksimal). Perhatian terhadap kemungkinan munculnya efek samping sepert
sindrom pra haid. Lakukan pemeriksaan ulang dengan USG TV atau SIS
untuk menyingkirkan kemungkinan adanya polip endometrium atau mioma
uteri. Pertimbangkan tindakan kuretase untuk menyingkirkan keganasan
endometrium. Bila pengobatan medikamentosa gagal, dapat dilakukan ablasi
endometrium, reseksi mioma dengan histeroskopi dan histerektomi. Tindakan
ablasi endometrium pada perdarahan uterus yang banyak dapat ditawarkan
setelah memberikan informed consent yang jelas pada pasien. Pada uterus
dengan ukuran < 10 minggu.1
38
G. Endometrial
o Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid
yang teratur
o Pemeriksaan fungsi tiroid dilakukan bila didapatkan gejala dan tanda
hipotiroid atau hipertiroid pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
USG transvaginal dan SIS terutama dapat dilakukan untuk menilai kavum
uteri
o Jika pasien memerlukanb kontrasepsi lanjutkan ke G, jika tidak lanjutkan ke
point 4
39
o Asam traneksamat 3x1 g dan asam mefenamat 3x500mg merupaka pilihan lini
pertama dalam tatalaksana menoragia
o Lakukan observasi selama 3 sillus menstruasi
o Jika respon pengobatan tidak adekuat lanjutkan ke point 7
o Nilai apakah terdapat kontraindikasi pemberian PKK
o PKK mampu mengurangi jumlah perdarahan dengan menekan pertumbuhan
endometrium. Dapat dimulai pada hari apa saja, selanjutnya pada hari pertama
siklus menstruasi
o Jika pasien memiliki kontraindikasi terhadap PKK maka dapat diberikan
preparat progestin siklik selama 14 hari diikuti dengan 14 hari tanpa obat.
Kemudian diulang selama 3 siklus. Dapat ditawarkan penggunaan LNG-IUS
o Jika setelah 3 bulan, respon pengobatan tidak adekuat dapat dilakukan
penilaian USG transvaginal atau SIS untuk menilai kavum uteri
o Jika dengan USG TV atau SIS didapatkan polip atau mioma submukosum
segera pertimbangkan untuk melakukan reseksi dengan histeroskopi
o Jika hasil USG TV atau SIS didapatkan ketebalan endometrium > 10 mm,
lakukan pengambilan sampel endometrium untuk menyingkirkan
kemungkinan hiperplasia
o Jika terdapat adenomiosis dapat dilakukan pemeriksaan MRI, terapi dengan
progestin, LNG IUS, GnRH atau histerektomi
o Jika hasil pemeriksaan USG TV atau SIS menunjukkan hasil normal atau
terdapat kelainan tetapi tidak dapat dilakukan terapi konservatif maka
dilakukan evaluasi terhadap funsi reproduksinya
o Jika pasien sudah tidak menginginkan fungsi reproduksi dapat dilakukan
ablasi endometrium atau histerektomi. Jika pasien masih ingin
mempertahankuan fungsi reproduksi anjurkan pasien untuk mencatat siklus
haidnya dengan baik dan memantau kadar HB
40
H. Iatrogenik
- Penanganan karena efek samping PKK
o Penanganan efek sampaing PUA-E disesuaikan dengan algoritma PUA-E
o Perdarahan sela ( breakthrough bleeding) dapat terjadi dalam 3 bulan pertama
atau setelah 3 bulan penggunaan PKK
o Jika perdarahan sela terjadi dalam 3 bulan pertama makan penggunaan PKK
dilanjutkan dengan mencatat siklus haid
o Jika pasien tidak ingin melanjutkan PKK atau perdarahan menetap selama > 3
bulan lanjutkan ke point 5
41
o Lakukan pemeriksaan Chlamydia dan Neisseria (endometritis), bila positif
berikan doksisiklin 2 x 100 mg selama 10 hari. Yakinkan pasien minum PKK
secara teratur. Pertimbangkan untuk menaikkan dosis estrogen jika usia pasien
lebih dari 35 tahun dilakukan biopsi endometrium
o Jika perdarahan abnormal menetap lakukan TVS, SIS atau histeroskopi untuk
menyingkirkan kelainan saluran reproduksi
o Jika perdarahan sela terjad isetelah 3 bulan pertama penggunaan PKK,
lanjutkan ke point 5
o Jika efek samping berupa amenorea lanjutkan ke point 9
o Singkirkan kehamilan
o Jika tidak hamil, naikkan dosis estrogen atau lanjutkan pil yang sama.1
42
o Jika dalam 4-6 bulan pertama pemakaian kontrasepsi, lanjutkan ke 7. Jika
tidak lanjutkan ke 9
o Berikan 3 alternatif sebagai berikut :
Lanjutkan kontrasepsi progestin dengan dosis yang sama
Ganti kontrasepsi dengan PKK ( jika tidak ada kontraindikasi)
Sunti DMPA setiap 2 bulan (khusus akseptor DMPA)
o Bila perdarahan tetap berlangsung setelah 6 bulan lanjutkan ke point 9
o Berikan estrogen jangka pendek (EEK 4x1.25 mg/hari selama 7 hari) yang
dapat diulang jika perdarahan abnormal terjadi kembali. Pertimbangkan
pemilihan metoda kontrasepsi lain.1
43
o Jika tidak dijumpai rasa nyeri dan AKDR digunakan dalam 4-6 bulan pertama
lanjutkan ke point 4. Jika tidak lanjutkan ke point 5
o Lanjutkan penggunaan AKDR, jika perlu ditambahkan AINS. Jika setelah 6
bulan perdarahan tetap terjadi dan pasien ingin diobati lanjutkan ke point 5
o Berikan PKK untuk 1 siklus
o Jika perdarahan abnormal menetap lakukan pengangkatan AKDR. Bila usia
pasien > 35 tahun lakukan biopsi endometrium1
Kemungkinan penyebab PUA pada individu bisa lebih dari satu karena
itudibuatsistem penulisan.1
Angka 0 : tidak ada kelainan pada pasien
Angka 1 : terdapat kelainan pada pasien
Tanda tanya : belumdilakukanpenilaian
44
II.9 Penatalaksanaan
45
kepala. Dosisnya untuk perdarahan mens yang berat adalah 1g (2x500mg) dari
awal perdarahan hingga 4 hari.8
Obar anti inflamasi non steroid (AINS)
Kadar prostaglandin pada endometrium penderita gangguan haid akan
meningkat. AINS ditujukan untuk menghambat siklooksigenase, dan akan
menurunkan sintesa prostaglandin pada endometrium. Prostaglandin
mempengaruhi reaktivitas jaringan lokal dan terlibat dalam respon inflamasi,
jalur nyeri, perdarahan uterus, dan kram uterus.AINS dapat mengurangi jumlah
darah haid hingga 20-50 persen Pemberian AINS dapat dimulai sejak perdarahan
hari pertama astau sebelumnya hingga perdarahan yang banyak berhenti. Efek
samping : gangguan pencernaan, diare, perburukan asma pada penderita yang
sensitif, ulkus peptikum hingga kemungkinan terjadinya perdarahan dan
peritonitis.8
Pemilihan obat-obatan pada perdarahan uterus abnormal (hormonal)
Estrogen
Sediaan ini digunakan pada kejadian perdarahan akut yang banyak. Sediaan
yang digunakan adalah EEK, dengan dosis 2.5 mg per oral 4x1 dalam waktu 48
jam. Pemberian EEK dosis tinggi tersebut dapat disertai dengan pemberian obat
anti emetik seperti promethazine 25 mg per oral atau intra muskular setiap 4-6
jam sesuai dengan kebutuhan.Mekanisme kerja obat ini belum jelas,
kemungkinan aktivitasnya tidak terkait langsung dengan endometrium. Obat ini
bekerja memacu vasospasme pembuluh kapiler dengan cara mempengaruhi
kadar fibrinogen, faktor IV, faktor X, proses aggregasi trombosit dan
permeabilitas pembuluh kapiler. Pembentukan reseptor progesteron akan
meningkat sehingga diharapkan pengobatan selanjutnya dengan menggunakan
progestin akan lebih baik. Efek samping berupa gejala akibat defek estrogen
yang berlebihan seperti perdarahan uterus, mastodinia dan retensi cairan.8
PKK
Perdarahan haid berkurang pada penggunaan pil kontrasepsi kombinasi akibat
endometrium yang atrofi. Dosis yang dianjurkan pada saat perdarahan akut
adalah 4x1 tablet selama 4 hari, dilanjutkan dengan 3x1 tablet selama 3 hari,
dilanjutkan dengan 2x1 tablet selama 2 hari, dan selanjutnya 1x1 tablet selama 3
minggu. Selanjutnya bebas pil selama 7 hari, kemudian dilanjutkan dengan
pemberian pil kontrasepsi kombinasi paling tidak selama 3 bulan.Apabila
46
pengobatannya ditujukan untuk menghentikan haid, maka obat tersebut dapat
diberikan secara kontinyu, namun dianjurkan setiap 3-4 bulan dapat dibuat
perdarahan lucut. Efek samping dapat berupa perubahan mood, sakit kepala,
mual, retensi cairan, payudara tegang, deep vein trombosis, stroke dan serangan
jantung.8
Progestin
Obat ini akan bekerja menghambat penambahan reseptor estrogen serta akan
mengaktifkan enzim 17-hidroksi steroid dehodrogenase pada sel-sel
endometrium, sehingga estradiol akan dikonversi menjadi estron yang efek
biologisnya lebih rendah dibandingkan estradiol. Meski demikian penggunaan
progestin yang lama dapat memicu efek mitotik yang menyebabkan terjadinya
atrofi endometrium.Progestin dapat diberikan secara siklik maupun kontinyu.
Pemberian siklik diberikan selama 14 hari kemudian stop selama 14 hari, begitu
berulang-ulang tanpa memperhatikan pola perdarahannya.8
Apabila perdarahan terjadi pada saat sedang mengkonsumsi progestin, makan
dosis obat progestin dapat dinaikkan.Selanjutnya hitung hari pertama perdarahan
tadi sebagai hari pertama, dan selanjutnya progestin diminum sampai 14 hari.
Pemberian progestin secara siklik dapat menggantikan pemberian pil kontrasepsi
kombinasi apabila terdapat kontraindikasi (misalkan : hipersensitivitas, kelainan
pembekuan darah, riwayat stroke, riwayat penyakit jantung koroner atau infark
miokard, kecurigaan keganasan payudara ataupun genital, riwayat penyakit
kuning akibat kolestatis, kanker hati). Sediaan progestin yang dapat diberikan
antara lain MPA 1x10 mg, norestiron asetat dengan dosis 2-3 x 5 mg,
didrogestron 2x5 mg atau nomegestrol asetat 1x 5 mg selama 10 hari per siklus.
Apabila pasien mengalami perdarahan hebat saat kunjuungan, dosis progestin
dapat dinaikkan setiap 2 hari hingga perdarahan berhenti. Pemberian dilanjutkan
untuk 14 hari dan kemudian berhenti selama 14 hari, demikian selanjutnya
berganti-ganti pemberian progestin secra kontinyu dapat dilakukan apabila
tujuannya untuk membuat amenorea. Terdapat beberapa pilihan yaitu :
- Pemberian progestin oral : MPA 10-20 mg per hari
- Pemberian DMPA setiap 12 minggu
- Penggunaan LNG IUS
Efek samping : peningkatan berat badan, perdarahan bercak, rasa begah,
payudara tegang, sakit kepala, jerawat dan timbul perasaan depresi.8
47
Androgen
Danazol adalah suatu sintetik isoxazol yang berasala dari turunan 17a-etinil
tetosteron.Obat tersebut memiliki efek androgenik yang berfungsi untuk
menekan produksi estradiol dari ovarium, serta memiliki efek langsung terhadap
reseptor estrogewn di endometrium dan di luar endometrium.Pemberian dosis
tinggi 200 mg atau lebih per hari dapat dipergunakan untuk mengobati
perdarahan menstrual hebat.Danazol dapat menurunkan hilangnya darah dalam
menstruasi kurang lebih 50% bergantung dari dosisnya dan hasilnya terbukti
lebih efektif dibanding dengan AINS atau progestin oral.Dengan dosis lebih dari
400 mg per hari dapat menyebabkan amenorea. Efek sampingya dialami oleh
75% pasien yakni : penigkatan berat badan, kulit berminyak,jerawat, perubahan
suara.8
Agonis Gonadotropine Releasing Hormone (GnRH)
Obat ini bekerja dengan cara mengurangi reseptor GnRH pada hipofisis
melalui mekanisme down regulation terhadap reseptor dan efek pasca reseptor,
yang akan mengakibatkan hambatan pada pelepasan hormon gonadotropin.
Pemberian obat ini biasanya ditujukan pada wanita dengan kontraindikasi untuk
operasi.Obat ini dapat membuat penderita menjadi amenorea. Dapat diberikan
luprolid acetate 3.75 mg intramuskular setiap 4 minggu, namun pemberiannya
dianjurkan tidak lebih dari 6 bulan karena terjadi percepatan demielinisasi
tulang. Apabila pemberiannya melebihi 6 bulan, maka dapat diberikan tambahan
terapi estrogen dan progestin dosis rendah (add back therapy). Efek samping
biasanya muncul pada penggunaan jangka panjang, yakni : keluhan-keluhan
mirip wanita menopause (misalkan hot flushes, keringat yang bertambah,
kekeringan vagina), osteoporosis (terutama tulang-tulang trabekular apabila
penggunaan GnRH agonis lebih dari 6 bulan).8
48
BAB III
KESIMPULAN
PALM COEIN adalah suatu sistem klasifikasi untuk etiologi dari perdarahan uterus
abnormal. PALM COEIN terdiri dari Polip, Adenomiosis, Leiomyoma, Maligancy and
Hyperplasia, Coagulopathy, Ovulatory dysfunction, Endometrial, Iatrogenik, dan Not yet
classified. Perdarahan uterus Abnormal terbagi menjadi 3 yaitu akut, kronik, dan
intermenstrual bleeding yang digunakan untuk menggantikan terminologi metroragia.
Terdapat beberapa algoritma untuk mengatasi perdarahan uterus abnormal bai akut,
maupun kronik, dan juga terdapat algoritma dalam mengatasi perdarahn uterus abnormal
berdasarkan penyebab. Obat-obatan yang digunakan dapat berupa obat-obatan non hormonal
seperti asam traneksamat, Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS), dan juga dapat berupa
hormonal seperti Estrogen, pil kontrasepsi kombinasi, progestin, androgen dan agonis
gonadrotropin releasing hormon.
49
DAFTAR ISI
3. Rifki Muhammad dkk. Profil pendarahan uterus abnormal di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandon Manado periode 1 januari 2013-31 desember 2014. Jurnal e-clinic )eCi),
4. Prof. Dr. Sarwono P. dr, .2011. ilmu kandungan edisi : ketiga. Yayasan Bina Pustaka.
Jakarta.
5. Speroff L, Fritz, Marc A, 2005, Regulation of the menstrual Cycle dalam: Clinical
Wilkins.
6. David L, Steven F Palter, 2007, Reproductive Physiology dalam Berek & Novaks
Wilkins.
50