You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proses pengukuran kedalaman suatu perairan sering berhubungan juga dengan
beberapa faktor penting (aspek fisika laut) seperti gelombang. Adapula faktor cahaya atau
kecerahan, tekanan, suara di laut dan lain-lain. Mendapatkan data kedalaman optimum
mencakup seluruh kedalaman dalam area survei. Echosounder adalah solusinya.
Echosounder adalah alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman suatu perairan atau
laut. Terdapat dua tipe Echosounder, yaitu tipe Single Beam dan tipe Multi Beam. Yang
membedakan kedua tipe tersebut adalah jenis pancaran dan penerima pancaran
gelombang bunyi. (Muhammad et al. 2013).
Pada dunia kelautan, teknik untuk mengindetifikasi kedalaman dasar laut yang tepat
dan akurat sangatlah dibutuhkan. Echosounding merupakan teknik untuk mengukur
kedalaman air dengan memancarkan pulsa-pulsa yang teratur dari permukaan air, agar
pantulan gema (echo) yang datang dari dasar laut tersebut dapat didengar kembali. Teknik
ini telah digunakan sejak awal abad ke duapuluh untuk menyediakan informasi tentang
kedalaman air sampai ke awal tahun ke seribu sembilan ratus enam puluh sebagian besar
pengindraan kedalaman air menggunakan single beam echo sounder (Herli, 2008).

Single beam echosounder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan
pancaran tunggal sebagai pengirim dan pengiriman sinyal gelombang suara. Single beam
dapat melakukan pengukuran secara bersamaan pada dua frekuensi yang berbeda. Single
beam echosounder ini memiliki kemampuan yang sangat baik untuk mendeteksi perairan
dangkal mauun dalam karena adanya dua frekuensi yang digunakan dimana frekuensi dua
ratus kilohertz digunakan untuk perairan dangkal dan tiga puluh tiga kilohertz digunakan
untuk perairan dalam (Hollanda et al. 2015).

Sedangkan multibeam echosounder merupakan alat untuk menentukan kedalaman air


dengan sapuan area dasar laut yang luas. Prinsip kerja alat ini secara umum adalah
berdasar pada pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan
setelah itu energi akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (seabed), Multi beam
Echosounder dapat menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi. Multi beam
Echosounder mempunyai cakupan pemetaan yang luas sehingga dapat memetakan
keseluruhan area yang masuk ke dalam jalur survei, lalu setelah itu akan dikoreksi
kembali dengan data yang dihasilkan oleh Single beam Echosounder yang memiliki
akurasi lebih tinggi, namun hanya memiliki daerah cakupan yang sempit yaitu hanya pada
sepanjang jalur survei saja. (Musdiana, 2017).

Survei inspeksi pada umumnya memanfaatkan berbagai macam instrumen


hidroakustik, seperti Multi beam Echosounder (MBES) dan Side Scan Sonar (SSS). Alat
ini sama-sama memanfaatkan gelombang akustik, namun memiliki prinsip kerja yang
berbeda. Multi beam Echosounder berbeda dengan instrumen Side Scan Sonar karena
pola pancaran yang dimiliki oleh Multibeam Echosounder melebar dan melintang
terhadap badan kapal (Made, 2014).

Multi beam Echosounder (MBES) biasanya dimanfaatkan untuk survei batimetri,


yaitu survei yang dimaksudkan untuk mendapatkan data kedalaman dan topografi dasar
laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang mungkin membahayakan. Sedangkan,
Side Scan Sonar (SSS) dimanfaatkan untuk interpretasi obyek secara kualitatif maupun
kuantitatif (Sindi et al. 2016).

Side Scan Sonar adalah metode pencitraan bawah air yang didasarkan pada prinsip
akustik bawah air. Instrumen ini sangat sensitif dan dapat mengukur fitur yang lebih kecil
dari sepuluh centimeter. Side Scan Sonar (SSS) digunakan untuk menghasilkan citra
dasar laut, yang mana diaplikasikan untuk investigasi geologi dan pencarian obyek seperti
bangkai kapal, ranjau, dan pipa. Instrumen Side Scan Sonar ditarik di belakang atau
dipasang pada kapal dan sering disebut Towfish atau Sonar Fish. Instrumen ini mengirim
sinyal Sonar dengan pulsa yang tegak lurus dengan arah Towfish. Sonar Fish memiliki
receiver yang sensitif yang disebut juga sebagai hydrophone yang menerima sinyal
kembali. Guna memperoleh hasil terbaik yang dimungkinkan, kebanyakan sistem yang
digunakan adalah sistem dual frequency (Musdiana, 2017).

1.2 Tujuan Praktikum


Mengetahui berbagai ruang lingkup dan keunggulan dari metode akustik.
Mengenal komponen komponen utama echosouner.
Mengetahui bagaimana prinsip dasar kerja dari echosounder.
BAB II

METODOLOGI

2.1 Latar Belakang

Waktu pelaksanaan praktikum ini berlangsung pada hari Selasa, tanggal 22


September 2017, pada pukul 14.30 WIB sampai dengan selesai, bertempat di
Laboratorium Eksplorasi Sumber Daya Hayati, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.

2.2 Alat dan Bahan

No. Alat Fungsi

1. Echosounder Untuk mengukur kedalaman perairan

2 Alat Tulis Untuk mencatat hasil praktikum


DAFTAR PUSTAKA

Erwanti Sindi R, et al. 2016. Analisis Free Span pada Jalur Pipa Bawah Laut
menggunakan Multi Beam Echosounder dan Side Scan Sonar. Jurnal Geodesi
Undip. Vol.5(1):68 77.

Kautsar Muhammad Al, et al. 2013. Aplikasi Echosounder HI-Target HD 370 untuk
Pemeruman di Perairan Dangkal. Jurnal Geodesi Undip. Vol.2(4):222 239.

Nugraha I Made D.S, dan Yuwono. 2014. Studi Aplikasi Multi Beam Echosounder dan
Side Scan Sonar untuk Mendeteksi Free Span pada Jalur Pipa Bawah Laut . Jurnal
Oseanografi. Vol.10(1):65 69.

Firdaus, Herli. 2008. Sistem Visualisasi Profil Dasar Laut dengan Menggunakan
Echosounder [Tugas Akhir]. Depok: Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. 50
hal.

Talif, Musdiyana. 2017. Analisa Data Multi Beam Echosounder dan Side Scan Sonar
untuk Mengidentifikasi Fitur Dasar Laut di Perairan Kepulauan Riau [Tugas
Akhir]. Surabaya: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Sepuluh November. 87 hal.

Kusuma Hollanda A, et al. 2015. Implementasi Echosounder Single Beam Dual


Frequency dengan Menggunakan Matlab di Pusat Penelitian Geologi Laut,
Cirebon. Di dalam : Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Wilayah
Pesisir dan Pulau Pulau Kecil Berkelanjutan Menuju Kedaulatan Maritim.
Prosiding Seminar Kelautan. Madura, Agustus 2015. Madura : UTM Press. Hlm
63 70.

You might also like