You are on page 1of 3

Helix

Helix merupakan salah satu hewan yang hermaprodit. Hewan-hewan tersebut menghasilkan
telur maupun sperma. Telur dan sperma dihasilkan oleh sel-sel yang kadang-kadang dekat
satu sama lain pada satu gonad.
Crepidula
Menurut Adrian dan Owen (1960) menyatakan bahwa tiap individu mengalami suatu
urutan perkembangan, mulai dari tahap aseksual yang diikuti oleh suatu tahap jantan. Tahap
jantan diikuti oleh suatu tahap perantara dan akhirnya tahap betina. Individu jantan relatif
cepat mengalami perubahan memasuki tahap betinam
Lygaeus turcicus
Pada Lygaeus turcicus sudah ditemukan kromosom kelamin X dan Y. Zigot yang
memiliki kromosom kelamin XX akan menjadi individu betina sedangkan yang mempunyai
kromosom kelamin XY akan menjadi individu jantan. Mekanisme perkelaminan tergolong
XX- XY.
Hymenoptera
Pada Hymenoptera telur yang tidak dibuahi akan berkembang menjadi individu
berkelamin jantan yang haploid, sebaliknya telur-telur yang dibuahi biasanya berkembang
menjadi individu betina yang diploid. Kromosom kelamin tidak berpengaruh pada ekspresi
kelamin. Pola ekspresi kelamin pada Hymenoptera disebut sebagai haplo-diploidy (Gardner,
dkk, 1991). Eksperimen Whiting menunjukkan status segmen kromosom tertentu yang
homozigot, heterozigot, atau hemizigot, menentukan ekspresi kelamin. Jika ada 3 segmen
kromosom disebut Xa, Xb, Xc, maka individu memiliki komposisi segmen XaXb, XbXc, atau
XbXc semua betina atau individu hemizigot tergolong jantan. Dalam hal ini ekspresi kelamin
betina tergantung pada heterozigositas bagian suatu kromosom. Ekspresi kelamin juga
tergantung pada komposisi genetik daerah/bagian kromosom tersebuta, dan bukan semata-
mata tergantung pada fenomena diplody dan haploidy. Menurut Adrian dan Owen (1960)
perangkat alela itu sebagai xa,xb,xc dsb bukan alel ganda, tetapi satu satu perangkat vang
terdiri dari banyak alela pada suatu segmen kromosom. Perangkat alela oleh Stanfield (1983)
dinamakan sebgai faktor-faktor kelamin yang komplementer (Complementary sex factors).
Drosophila melanogaster
Pada D. melanogaster terdapat kromosom kelamin X dan Y. mekanisme ekspresi
kelamin pada D. melanogaster dikenal sebagai suatu mekanisme perimbangan antara X dan A
(X/A). Mekanisme tersebut sebagai suatu mekanisme keseimbangan determinasi kelamin
atau keseimbangan gen. Apabila perimbangan mengarah kepada kelamin netral maka secara
fenotip terlihat sebagai individu intersex steril.
Mekanisme ekspresi kelamin X/A berhubungan dengan beberapa gen pada kromosom
X maupun autosom, salah satunya yakni gen Sx1 (sex-lethal) yang terdapat pada kromosom
X. Pada keadaan sedang bekerja gen Sx1 bertanggung jawab atas perkembangan betina,
namun pada keadaan tidak sedang bekerja, maka yang berkembang adalah kelamin jantan.
Selanjutnya ada juga gen dsx (doublesex) dan gen tra (trasformer). Keduanya merupakan gen
resesif autosomal. Gen tra terletak pada kromosom 3 dan mengubah individu betina
(berdasarkan konstitusi kromosom) menjadimindividu jantan steril. Sebaliknya gen dsx
mengubah individu jantan maupun betina menjadi individu intersex.
Ekpresi kelamin pada Drosophila ditentukan oleh suatu rangkaian tahap aktivasi gen,
yang masing-masing menuju ke pembentukan suatu protein yang memungkinkan
penyambungan yang benar atas RNA yang disintesis pada tahap berikutnya. Pada individu
jantan gen-gen Sx1, tra, dan tra 2 ditranskripsikan, tetapi hanya menghasilkan RNA-d yang
non fungsional, transkrip gen dsx disambung-sambung untuk kepentingan biosintesis suatu
protein yang menghentikan gen yang menspesifikasi sifat-sifat betina.
Caddies Flies, Kupu Siang (Butterflies), dan Kupu Malam (Moths), Serta Ulat Sutera
Pada caddies flies, kupu siang (butterflies), dan kupu malam (moths), serta ulat sutera,
individu yang bergenotip XX memiliki fenotip kelamin jantan. Namun ada pula yang
mengatakan bahwa kromosom kelamin pada hewan-hewan itu disimbulkan sebagai ZZ
(jantan) dan ZW atau ZO untuk betina.
Boniella
Cacing Boniella memiliki kelamin terpisah. Individu betina mempunyai belalai
panjang, sedangkan jantan berupa bentukan mikroskopis bersilia yang hidup parasit pada
tubuh betina. Informasi dari Gardner dkk, (1991), menunjukkan ekspresi kelamin pada
Boniella sebagai satu contoh fenomena perkelaminan yang non genetic, dan tergantung pada
factor-faktor lingkungan luar. Individu jantan dan betina memiliki genotipe serupa, tetapi
rangsangan dari lingkungan memulai perkembangan ke arah salah satu kelamin. Potensi
genetic kejantanan dan kebetinaan ada pada zygot, demikian pula beberapa factor spesifik
dalam lingkungan merangsang ekspresi gen-gen yang menghasilkan fenotip jantan maupun
fenotip betina.
Ekspresi kelamin pada Hewan Vertebrata
Pisces
Kebanyakan spesies ikan budidaya memiliki tipe perkelaminan gonochoristik, ikan-
ikan yang memiliki gonad dibedakan menjadi dua tipe yakni spesies yang memiliki gonad
yang belum berdiferensiasi dan yang sudah berdiferensiasi (Yamazaki, 1983). Menurut
Gardner dkk. (1991) pada beberapa ikan juga terdapat mekanisme ekspresi kelamin
kromosomal ZZ-ZW, seperti halnya pada kebanyakan burung, kupu-kupu malam (moths).
Lebih lanjut dikemukakan kromosom heteromorfik, terlihat bahwa semua tipe kromosom
kelamin pada individu jantan berupa XO, XY, dan XXY, sedangkan betina berupa ZW.
Kromosom heteromorfik jantan dinamakan sebagai mekanisme kromosom kelamin ganda.
Amphibia
Pada amphibian ada yang memiliki kromosom kelamin (tipe XY-XX maupun tipe
ZZ-ZW). Ada pula yang tidak memiliki kromosom kelamin. Heterogami jantan tipe
(XY/XX) sudah ditemukan ditemukan pada 3 kelompok Anura-Rana esculenta, Eupsophus
migueli, dan Gastrotheca riobambae. Heterogami betina pada satu kelompok Anura,
Pyxicephalus adspersus. Heterogami betina (tipe ZZ/ZW) sudah diketahui pada satu
kelompok Anura, Pyxicephalus adspersus, Discoglossus pictus, Pleurodeled poireti, P. Walti,
Tritus critatus, T. Marmoratus, Ambistoma laterale. Tipe ekspresi kelamin juga tergolong
kromosomal XX-XY ( Gardner, dkk, 1991).

You might also like