Patrick W. Rondonuwu 16202107002 Kawasan Suaka Alam (KSA)
Kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di
daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan Pelestarian Alam (KPA)
Kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di
daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari Sumber Daya Alam Hayati dan ekosistemnya. Pengelolaan KSA dan KPA
Upaya sistematis yang dilakukan untuk
mengelola kawasan melalui kegiatan perencanaan, perlindungan, pengawetan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian. Konservasi sumber daya alam hayati
Pengelolaan sumber daya alam hayati
yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Taman Nasional adalah
KPA yang mempunyai Ekosistem asli, dikelola
dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi Zonasi
(1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat
mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional. (2) Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti taman nasional, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli. (3) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Taman Nasional dapat dimanfaatkan : a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; b. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam; c. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air, energi air, angin, panas matahari, panas bumi, dan wisata alam; d. pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar; e. pemanfaatan sumber Plasma Nutfah untuk penunjang budidaya; dan f. pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat. Taman Hutan Raya dapat dimanfaatkan :
a. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi; c. Koleksi kekayaan keanekaragaman hayati; d. Penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air, energi air, angin, panas matahari, panas bumi, dan wisata alam; e. Pemanfaatan tumbuhan dan Satwa Liar dalam rangka menunjang budidaya dalam bentuk penyediaan Plasma Nutfah; f. Pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat; dan g. Pembinaan populasi melalui Penangkaran dalam rangka pengembangbiakan satwa atau perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam lingkungan yang semi alami. Taman Wisata Alam dapat dimanfaatkan untuk :
a. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air,
energi air, angin, panas matahari, panas bumi, dan wisata alam; b. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; c. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam; d. pemanfaatan sumber Plasma Nutfah untuk penunjang budidaya; e. pembinaan populasi dalam rangka penetasan telur dan/atau pembesaran anakan yang diambil dari alam; dan f. pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat. Lembaga Konservasi
Lembaga yang bergerak di bidang konservasi
tumbuhan dan satwa di luar habitatnya (ex situ), baik berupa lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah. Penangkaran
Upaya perbanyakan melalui
pengembangbiakan dan pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Penangkaran untuk tujuan pemanfaatan jenis dilakukan melalui kegiatan: a. Pengembangbiakan satwa atau perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam lingkungan yang terkontrol; dan b. Penetasan telur dan atau pembesaran anakan yang diambil dari alam. c. Penangkaran dapat dilakukan terhadap jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi atau yang tidak dilindungi. Lembaga Konservasi wajib memenuhi syarat-syarat
a. mempekerjakan dan memiliki tenaga ahli di bidang penangkaran jenis yang
bersangkutan; b. memiliki tempat dan fasilitas penangkaran yang memenuhi syaratsyarat teknis; c. membuat dan menyerahkan proposal kerja. 2. Dalam menyelenggarakan kegiatan penangkaran, penangkar berkewajiban untuk: a. membuat buku induk tumbuhan atau satwa liar yang ditangkarkan; b. melaksanakan sistem penandaan dan atau sertifikasi terhadap individu jenis yang ditangkarkan; c. membuat dan menyampaikan laporan berkalsa kepada pemerintah. Hanya dapat dipertukarkan atas Persetujuan Presiden. Tumbuhan liar jenis Raflesia dan satwa liar jenis: a. Anoa (Anoa depressicornis, Anoa quarlesi); b. Babi rusa (Babyrousa babyrussa); c. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus); d. Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis); e. Biawak Komodo (Varanus komodoensis); f. Cendrawasih (Seluruh jenis dari famili Paradiseidae); g. Elang Jawa, Elang Garuda (Spizaetus bartelsi); h. Harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae); i. Lutung Mentawai (Presbytis potenziani); j. Orangutan (Pongo pygmaeus); k. Owa Jawa (Hylobates moloch) Terima Kasih