Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
pelaksana asuhan keperawatan dimana perawat memberikan pelayanan
keperawatan jiwa dengan memperhatikan aspek bio-psiko-sosio-spiritual. Sebagai
pendidik yaitu perawat mengajarkan klien teknik mengontrol halusinasinya
dengan cara menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas
dan mengontrol halusinasi dengan minum obat.
Berdasarkan uraian di atas kelompok membahas kasus tentang Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Pengecapan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mampu memahami dan menyusun asuhan keperawatan pada pasien
dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pengecapan.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mampu memahami definisi Halusinasi
2. Mampu memahami etiologi dari Halusinasi
3. Mampu memahami rentang respon Halusinasi
4. Mampu memahami klasifikasi Halusinasi
5. Mampu memahami proses terjadinya Halusinasi
6. Mampu memahami manifestasi klinis Halusinasi
7. Mampu memahami pohon masalah Halusinasi
8. Mampu memahami penatalaksanaan Halusinasi
9. Mampu memahami komplikasi Halusinasi
1.3 Manfaat
1. Mampu memahami, menyusun serta menganalisis askep pada klien
dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pengecapan.
2. Mengetahui askep yang benar sehingga menjadi bekal untuk praktik di
rumah sakit.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indra tanpa adanya rangsangan
dari luar yang dapat meliputi semua penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh atau baik (DepKes RI, 1998).
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca
indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya
mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik. (Maramis, 2005).
Kemudian Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa halusinasi merupakan bentuk
kesalahan pengamatan tanpa pengamatan objektivitas penginderaan dan tidak
disertai stimulus fisik yang adekuat.
2.2 Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis, lesi pada area frontal, temporal dan limbic, gangguan
otak (kerusakan otak, keracunan zat halusinogenik), genetik.
b. Neurotransmiter, abnormalitas pada dopamin dan serotonin.
c. Psikologis, teori psikodinamik untuk terjadinya respon
neurobiologist yang maladaptive.
d. Sosiobudaya, stress yang menumpuk dapat menunjang awitan
skizofrenia.
2. Faktor presipitasi
Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap
stressor dan maslah koping dapat mengindikasi kemungkinnan
kekambuhan (kelliat,2006).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. biologis
3
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnomalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak akibat ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Sterss lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
c. Sumber koping.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
4
2. Halusinasi Penglihatan
Halusinasi penglihatan adalah stimulus visual dalam bentuk kilatan
cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau
kompleks. Bayangan biasa yang menyenangkan atau menakut ksn seperti
melihat monster. (stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu.
2) Ketakutan Kepada sesuatu yang tidak jelas.
b. Data Objektif
Melihat bayangan, sinar bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster.
3. Halusinasi Penghidu
Halusinasi Penghidu adalah membaui bau-bauan tertentu seperti bau
darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenang kan.
Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang , atau dimensia.
(stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Menghidu sedang membaui bau-bauan tertentu.
2) Menutup hidung.
b. Data Subjektif
Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses kadang-kadang bau
itu menyenangkan.
4. Halusinasi Pengecap
Halusinasi pengecap adalah Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,
urin atau feses. (stuart,2007)
a. Data Objektif
1) Sering meludah.
2) Muntah.
b. Data Subjektif
Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses.
5
5. Halusinasi Perabaan
Halusinasi Perabaan adalah mengalami nyeri atau ketidak nyamanan
tanpa stimulus yang jelas. Rasa tesentrum listrik yang datang dari tanah,
benda mati atau orang lain. (stuart,2007)
a. Data Objektif
Menggaruk-garuk permukaan kulit
b. Data Subjektif
1) Menyatakan ada serangga di permukaan kulit.
2) Merasa tersengat listrik.
6. Halusinasi Kinestetik
Klien merasakan badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota
badannya bergerak. Data objektif memegang kakinya yang dianggap bergerak
sendiri. Data subjektif klien mengatakan badannya melayang di udara.
7. Halusinasi Viseral
Klien merasakan perasaan tertentu timbul dalam tubuhnya. Data objektif
memegang badannya yang dianggap berubah bentuk dan tidak normal seperti
biasanya. Data subjektif klien mengatakan perutnya menjadi mengecil setelah
minum soft drink.
6
Adaptif Maladaptif
Menurut Stuart dan Laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi.
1. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
2. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra
yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang
sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
3. Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek
keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak
lama.
4. Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
budaya umum yang berlaku.
5. Hubungan sosial harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut
hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk
kerjasama.
6. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi
impuls eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran
sensorik pada area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan
kejadian yang telah dialami sebelumnya.
7
7. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang.
8. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan
nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma
sosial atau budaya umum yang berlaku.
9. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial
atau budaya umum yang berlaku.
10. Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
11. Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam
berinteraksi.
8
Mulai dirasakan adanya bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang
lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
3. Fase Ketiga
Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk kedalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak
berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian
hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien
berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.
4. Fase Keempat
Adalah fase conquering atau panic yaitu klien lebur dengan
halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam,
memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya,
hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang
lain di lingkungan.
Perilaku klien : Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri,
perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau kakatonik, tidak mampu
merespons terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespons
lebih dari satu orang.
9
6. Perilaku panik.
7. Curiga dan bermusuhan.
8. Ekspresi muka tegang.
9. Tampak tremor dan berkeringat.
10. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
11. Pehatian dengan lingkungan yang kurang.
12. Tidak dapat membedakan realita dan tidak.
13. Bertindak merusak diri, lingkungan dan orang lain.
14. Diam.
15. Rentang perhatianhanya beberapa detik atau menit
Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab, dan akibat. Masalah
utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh
klien. Umumnya, masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan
utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan
penyebab masalah utama. Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu
10
masalah yang lain, demikian seterusnya. Akibat adalah adalah salah satu dari
beberapa masalah klien yang merupakan efek atau akibat dari masalah utama.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan
pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di
lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau
bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara
fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati
pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya
hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di
lakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan
realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan
permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di
berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang
ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan
data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain
yang dekat dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolahraga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini
11
dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Pasien menyusun jadwal kegiatan dan
memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data
pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses
keperawatan, misalnya dari percakapan dengan pasien di ketahui bila
sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila
ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat
menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri
dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di
beritahukan pada keluarga pasien dan petugas lain agar tidak
membiarkan pasien sendirian.
6. Farmakotherapi (anti psikotik) harus ditinjang oleh psikoterapi seperti
Klorpromazin 150-600 mg/hari, Haloperidol 5-15 mg/hari, Porpenozin
12-24 mg/hari dan Triflufirazin 10-15 mg/hari. Obat dimulai dengan
dosis awal sesuai dengan dosis anjuran, dinaikkan dosis tiap 2 minggu
dan bisa pula dinaikkan sampai mencapai dosis (stabilisasi) , kemudian
diturunkan setiap 2 minggu sampai mencapai dosis pemeliharaan.
Dipertahankan 6 bulan-2 tahun (diselingi masa bebas obat 1-2
hari/minggu ). Kemudian tapering off, dosis diturunkan tiap 2- 4 minggu
dan dihentikan.
7. Satu macam pendekatan terapi tidak cukup, tujuan utama perawatan
dirumah sakit adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung
masyarakat.
( Arif Mansjoer, 1999 : 2000 ).
2.9 Komplikasi
Dampak dari gangguan sensori persepsi: halusinasi menurut Stuart dan
Laraia 2007 adalah :
12
a. Resiko perilaku kekerasan
Hal ini terjadi bahwa klien dengan halusinasi kronik cenderung untuk
marah-marah dan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.
b. Kerusakan interaksi social
Hal ini terjadi karena perilaku klien yang sering marah-marah dan
resiko melakukan kekerasan, maka lingkungan akan menjauh dan
mengisolasinya.
13
BAB III
3.1 Pengkajian
A. IDENTITAS KLIEN
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bandarejo
Informan : Ny. R
C. FAKTOR PREDISPOSISI
2. Pengobatan sebelumnya?
14
3. Penganiayaan Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya Fisik 17
Aniaya Seksual
Penolakan
KDRT
Tindakan Kriminal
D. MASALAH FISIK
15
Jelaskan : Pasien sering meludah dan terkadang
memuntahkan makanannya dikarenakan merasakan
makanan amis seperti darah tetapi tidak dirasakan
orang lain.
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram (3 Generasi)
Keterangan: : Laki-laki
: Perempuan
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
2. Konsep Diri
16
b. Identitas diri : Pasien Menyadari bahwa ia terlahir sebagai laki-
laki.
3. Hubungan Sosial
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain (di rumah dan di RS):
4. Spiritual
17
Pada saat pasien sebelum merasakan makanan yang tidak pernah
orang lain rasakan, pasien sangat tekun beribadah namun setelah
kejadian itu pasien kadang-kadang beribadah dan kadang-kadang
tidak.
Pada saat dirumah sakit pasien tidak pernah sholat sehingga pasien
merasa gelisah dan tidak tenang.
F. STATUS MENTAL
seperti biasanya
tidak sesuai
2. Pembicaraan
3. Aktifitas Motorik
18
4. Alam perasaan
5. Afek
7. Persepsi halusinasi
Pengecapan Penghidu
19
Masalah Keperawatan : Halusinasi pengecapan.
8. Proses pikir
pembicaraan/Prese
rvasi
9. Isi pikir
Waham
Jelaskan :
Waham nihilistik.
20
Disorientasi
11. Memori
pendek
21
Pasien juga dapat memedakan yang bersih
dan yang kotor.
2. BAB/BAK
3. Mandi
22
Jelaskan : Pasien dapat mandi sendiri tanpa bantuan dari
orang lain
4. Berpakaian/berhias
6. Penggunaan obat
23
Dikaji kemampuan pasien yang dapat dilakukan di rumah :
Perawatan lanjutan
Sistem pendukung
Masalah Keperawatan : -
Mempersiapkan makanan
Mencuci pakaian
Pengaturan keuangan
Masalah Keperawatan : -
Transportasi
24
H. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Aspek medis
Terapi :
1. Thnhexyphenidyl 3x2
2. Haloperidol 3x1
3. Carbamazepine 3x1
No Data Masalah
1. DS : Perubahan persepsi sensori:
Istri Tn A mengatakan Halusinasi pengecapan.
memiliki riwayat aniaya
fisik waktu umur 17 tahun
karena ayah dari Tn. A
yang sering mabuk.
25
Pasien mengatakan
makanannya amis seperti
darah.
DO :
Pasien sering meludah
Pasien sering
memuntahkan
makanannya.
Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Gangguan Tujuan
persepsi umum:
sensori; Klien dapat
Halusinasi berhubung
Pengecapan an dengan
orang lain
untuk -Ekspresi wajah 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling
mencegah bersahabat, klien percaya dengan klien percaya sebagai dasar
timbulnya nampak tenang, dengan menggunakan/ interaksi perawat dan
halusinasi. mau berjabat komunikasi terapeutik klien.
Tujuan tangan, yaitu sapa klien dengan
khusus: membalas ramah, baik secara
1. Klien salam, mau verbal maupun non
dapat duduk dekat verbal, perkenalkan
membina perawat. nama perawat, tanyakan
hubungan nama lengkap klien dan
saling panggilan yang disukai,
26
percaya. jelaskan tujuan
pertemuan, jujur dan
menepati janji, bersikap
empati dan menerima
klien apa adanya.
2. Dorong klien 2. Mengetahui masalah
mengungkapkan yang dialami oleh
perasaannya. klien.
3. Dengarkan klien 3. Agar klien merasa
dengan penuh perhatian diperhatikan.
dan empati.
27
3. Klien -Klien dapat 1. Diskusikan dengan 1. Mengetahui
dapat menyebutkan klien tentang tindakan tindakan yang
mengontrol tindakan yang yang dilakukan bila dilakukan dalam
halusinasi. dapat dilakukan halusinasinya timbul. mengontrol
. apabila halusinasinya.
halusinasinya
timbul.
28
halusinasi-
nya.
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mampu memahami dan menyusun asuhan keperawatan pada pasien
dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pengecapan.
1. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indra tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua penginderaan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh atau baik (DepKes RI,
1998).
2. Etiologi
- Faktor Predisposisi
a. Biologis, lesi pada area frontal, temporal dan limbic, gangguan
otak (kerusakan otak, keracunan zat halusinogenik), genetik.
b. Neurotransmiter, abnormalitas pada dopamin dan serotonin.
c. Psikologis, teori psikodinamik untuk terjadinya respon
neurobiologist yang maladaptive.
d. Sosiobudaya, stress yang menumpuk dapat menunjang awitan
skizofrenia.
- Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. biologis
b. Sterss lingkungan
c. Sumber koping.
3. Klasifikasi Halusinasi
a. Halusinasi Penglihatan
b. Halusinasi Pendengaran
c. Halusinasi Penghidu
30
d. Halusinasi Pengecapan
e. Halusinasi perabaan
f. Halusinasi Kinestetik
g. Halusinasi Viseral.
6. Manifestasi Klinis
Bicara sendiri, senyum sendiri, ketawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa
suara, pergerakan mata yang cepat, menarik diri dari orang lain, berusaha
31
untuk menghindari orang lain, perilaku panik, curiga dan bermusuhan,
ekspresi muka tegang, tampak tremor dan berkeringat, mudah
tersinggung, jengkel dan marah.
7. Pohon Masalah
Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah
yang dimiliki oleh klien. Umumnya, masalah utama berkaitan erat
dengan alasan masuk atau keluhan utama. Core Problem adalah
gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pengecapan.
8. Penatalaksanaan
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik.
b. Melaksanakan program terapi dokter.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah
yang ada.
d. Memberi aktivitas pada pasien.
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan.
f. Farmakotherapi (anti psikotik) harus ditinjang oleh psikoterapi.
g. Satu macam pendekatan terapi tidak cukup, tujuan utama perawatan
dirumah sakit adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem
pendukung masyarakat. ( Arif Mansjoer, 1999 : 2000 ).
9. Komplikasi
Dampak dari gangguan sensori persepsi: halusinasi menurut Stuart dan
Laraia 2007 adalah :
a. Resiko perilaku kekerasan.
b. Kerusakan interaksi sosial.
4.2 Saran
1. Pada perawat diharapkan dapat :
a. Memenuhi kebutuhan dasar klien.
b. Meningkatkan kemampuan komunikasi terapeutik terhadap klien
sehingga asuhan keperawatan dapat terlaksana secara optimal.
32
2. Pada klien dianjurkan untuk dapat :
a. Minum obat secara teratur.
b. Dapat menggunakan koping adaptif bila ada masalah.
33
DAFTAR PUSTAKA
34