Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Amalia Misgi Briliana ( B1200878 )
2. Anggi Saptorini ( B1200879 )
3. Anggia Bunga Pangesti ( B1200880 )
4. Arum Diyanti ( B1200882 )
5. Awlia Maratus Solihah ( B1200883 )
6. Budi Tri Astuti ( B1200884 )
DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
TAHUN AJARAN 2013/201
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karuniaNyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik,
tepat pada waktunya adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan 4, pada semester 4, di tahun ajaran 2014,
dengan judul perdarahan pada kehamilan muda.
Dalam penyelesaian makalah ini , kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak dan kami ucapkan kepada ibu Hasti
Ika Idriastuti, S.SiT, MPH yang telah memberi pengarahan kepada kami sehingga
kami bias menyelesaikan makalah ini. Karena itu, sudah sepantasnya jika kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, semoga
makalah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi generasi
muda.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul. 1
Kata pengantar
Daftar
Isi..
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang. 3
B.
Tujuan..
3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian.......
4
B.
Etiologi........
5
C. Tanda & Gejala
....... 6
D. Diagnosa .............
7
E. Penanganan................................................................................................... 8
F. Komplikasi
. 8
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..
......... 9
BAB I
PANDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak sekali komplikasi pada Ibu dan janin selama masa kehamilan
muda. Beberapa komplikasi tersebut antara lain abortus, kehamilan mola
hidatidosa, dan kehamilan ektopik. Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada
masa kehamilan tersebut sangat membahayakan baik bagi Ibu maupun janin jika
tidak segera ditangani.
Dengan angka kematian Ibu yang tinggi di Indonesia, masih perlu
dipelajari dan didalami lagi komplikasi-komplikasi pada masa kehamilan yang
juga salah satu penyebabnya. Kemahiran-kemahiran para bidan juga dituntut
untuk menyelamatkan Ibu-Ibu yang mempunyai komplikasi-komplikasi
berbahaya yang akan kita bahas pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah itu abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik?
2. Bagaimana seseorang bisa di diagnosis abortus , mola hidatidosa, dan
kehamilan ektopik?
3. Bagaimana cara penanganan abortus , mola hidatidosa, dan kehamilan
ektopik?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik
2. Mengetahui cara menentukan seseorang diagnosis abortus , mola hidatidosa,
dan kehamilan ektopik
3. Mengetahui cara penanganan abortus , mola hidatidosa, dan kehamilan
ektopik
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pembaca
Dengan adanya makalah ini pembaca bisa mendapatkan informasi tentang
komplikasi kehamilan terutama pada perdarahan pervaginam.
2. Bagi Penulis
Dengan adanya makalah ini, penulis mampu menambah wawasan
terutama dalam komplikasi kehamilan muda pada perdarahan pervaginam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian KET
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan
berada di luar tempat yang semestinya.
Kehamilan Ektopik ialah penanaman blastosit yang berlangsung di
manapun kecuali di endometrium yang melapisi ronggo uterus. (Helen
Varney, 2007)
Kehamilan ektopik ialah kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar
rongga uterus, Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik
berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi
kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%.
apabila tidak diatasi atau diberikan penanganan secara tepat dan benar akan
membahayakan bagi sipenderita (Sarwono Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan,
2005)
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang
sekarang masih juga dipakai,oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan
ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang
normal.
(Sarwono prawirohardjo,ilmu kandungan,2005)
Kehamilan Ektopik Terganggu ialah kehamilan ektopik yang mengalami
abortus atau ruptur apabila masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas
ruang implantasi misalnya tuba. (Saifuddin, 2008)
B. Etiologi
1. Faktor dalam lumen tuba
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga
lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.
b. Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini
sering disertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi
sebab lumen tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba
a. Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi
telur yang dibuahi dalam tuba.
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan
telur yang dibuahi di tempat itu.
3. Faktor diluar dinding tuba
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat
menghambat perjalanan telur.
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
4. Faktor lain
a. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri
atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi
ke uterus. Pertumbuhan yang terlalu cepat dapat menyebabkan
implantasi prematur.
b. Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium,
sel telur yang sudah di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam
rahim wanita).
5. Bekas radang pada tuba
6. Kelainan bawaan tuba
7. Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal
8. Operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba
9. Abortus buatan
10. Riwayat kehamilan ektopik yang lalu
11. Infeksi pasca abortus
12. Apendisitis
13. Infeksi pelvis
14. Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
( Winkjosastro, 2005 - Helen Varney, 2007 - Cunningham, 2006)
C. Tanda dan Gejala
Bentuk kehamilan apabila masih utuh akan ada rasa sakit atau tidak
nyaman. Namun bila sudah pecah menimbulkan perdarahan intraabdominal.
Gejala klinisnya meliputi trias gejala klinik :
1. Amonorea (terlambat datang bulan)
Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat untuk beberapa
waktu atau terjadi gangguan siklus haid.
2. Akan terasa mual, pusing dan sebagiannya
3. Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri di daerah bahu dan seluruh
abdomen.
4. Terdapat perdarahan melalui vaginal
D. DIAGNOSA
D. Etiologi
Penyebab mola dapat diketahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan antara
lain :
Faktor ovum
Imuno selektif dari trofoblas
Keadaan sosio ekonomi rendah
Paritas tinggi
Kekurangan protein
Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
2. Inspeksi
Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan yang
disebut muka mola (Mola Face).
3. Palpasi
Uterus lebih besar dari ukuran normal, teraba lembek
Tidak teraba bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin
Adanya fenomena harmonika : darah dan mola keluar dan fundus uteri turun, lalu
naik lagi karena terkumpulnya darah lagi
4. Auskultasi
Tidak terdengar DJJ
Terdengar bising dan bunyi khas
5. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologis atau
imunologik (gaili manini dan plamotest) akan positif setelah pengenceran.
6. Pemeriksaan dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian janin,
terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta
evaluasi keadaan serviks.
7. Uji sonde : sonde dimasukkan pelan-pelan kedalam kanalis servikalis dan kavum
uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak
ada tahanan kemungkinan mola.
8. Foto rontgen abdomen, tidak terlihat tulang : janin (pada kehamilan 3 4 bulan).
9. Arteriogram khusus pelvis.
10. Ultrasonografi : Akan terlihat bayangan badai salju atau gumpalan seperti buah
anggur dan tidak terlihat janin.
F. Diagnosa Banding
Kehamilan ganda
Hidramnion
Abortus
G. Komplikasi
Perdarahan hebat sampai syok
Perdarahan berulang-ulang yang menyebabkan anemia
Infeksi sekunder
Perforasi karena keganasan dan tindakan
Menjadi ganas (PTG), mola distruens atau karsinoma
H. Penanganan
1. Terapi
a. Kalau perdarahan banyak yang keluar jaringan mola atau syok dan perbaiki
keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Tindakan
pertama adalah melakukan manual digital untuk mengeluarkan sebanyak mungkin
jaringan dan pembekuan darah, barulah dengan tenang dan hati-hati evakuasi dan
sisanya dengan kuretase.
b. Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil,
Pasang beberapa gayang laminaria untuk memperlebar pembukaan selama 12 jam
Setelah itu pasang infus, dektrose 5 % yang berisi 50 satuan, oksitosin (pitosin atau
sintosinon). Cabut laminaria, kemudian setelah itu lakukan evakuasi isi cavum
uteri dengan hati-hati pakailah cunam ovum yang agak besar atau kuret besar
ambillah dulu pada bagian tengah
Baru bagian-bagian lainnya pada kuretase pertama. Keluarkanlah jaringan
sebanyak mungkin tak usah terlalu bersih
Kalau perdarahan banyak berikan transfusi darah dan lakukan tampon utero vaginal
selama 24 jam.
c. Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histopatologik dalam 2 porsi :
Porsi 1 yang dikeluarkan dengan cunam ovum.
Porsi 2 yang dikeluarkan dengan kuretase
d. Berikan obat-obatan : antibiotika, uterotonika dan perbaikan umum penderita.
e. 7 10 hari sesudah kerokan yang pertama dilakukan kerokan kedua, ada
beberapa institut yang melakukan histerotomia.
f. Histerotomia total dilakukan pada mola resiko tinggi (high risk mola), usia lebih
dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi
pusat atau lebih.
Bentuk kehamilan apabila masih utuh akan ada rasa sakit atau tidak
nyaman. Namun bila sudah pecah menimbulkan perdarahan intraabdominal.
Gejala klinisnya meliputi trias gejala klinik :
5. Amonorea (terlambat datang bulan)
Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat untuk beberapa
waktu atau terjadi gangguan siklus haid.
6. Akan terasa mual, pusing dan sebagiannya
7. Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri di daerah bahu dan seluruh
abdomen.
8. Terdapat perdarahan melalui vaginal
DIAGNOSA
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak(akut) biasanya
tidak sulit. Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat untuk
beberapa waktu atau terjadi gangguan siklus haid disertai nyeri perut bagian
bawah dan penesmus. Dapat terjadi perdarahan pervaginam.
Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan,pucat,dan pada pemeriksaan
ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan dalam rongga perut. Pada
pemeriksaan ginekologik ditemukan servik yang nyeri bila digerakkan dan kavum
douglas yang menonjol dan nyeri raba.
Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu jenis
apitik atau menahun. Kelambatan haid tidak jelas,tanda dan gejala kehamilan
muda tidak jelas,demikian pula nyeri perut tidak nyata dan sering penderita
tampak tidak terlalu pucat. Hal ini dapat terjadi apabila perdarahan pada
kehamilan ektopik yang terganggu berlangsung lambat. Dalam keadaan
demikian,alat bantu diagnostik amat diperlukan untuk memastikan diagnosis.(
Hanifa wiknjosastro , 2000)
PENANGANAN
Penanganan kehamilan ektopik terganggu pada umumnya adalah
laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan
menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum
penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin
dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan
yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi
reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu
dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada
kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif).
Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya
jaringan ektopik yang belum terangkat.
Daftar Pustaka