You are on page 1of 27

MAKALAH PERDARAHAN PADA KEHAMILAN MUDA

( ABORTUS, KEHAMILAN EKTOPIK, DAN


MOLAHYDATIDOSA )

Disusun oleh :

Kelompok 1
1. Amalia Misgi Briliana ( B1200878 )
2. Anggi Saptorini ( B1200879 )
3. Anggia Bunga Pangesti ( B1200880 )
4. Arum Diyanti ( B1200882 )
5. Awlia Maratus Solihah ( B1200883 )
6. Budi Tri Astuti ( B1200884 )

DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
TAHUN AJARAN 2013/201
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karuniaNyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik,
tepat pada waktunya adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan 4, pada semester 4, di tahun ajaran 2014,
dengan judul perdarahan pada kehamilan muda.
Dalam penyelesaian makalah ini , kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak dan kami ucapkan kepada ibu Hasti
Ika Idriastuti, S.SiT, MPH yang telah memberi pengarahan kepada kami sehingga
kami bias menyelesaikan makalah ini. Karena itu, sudah sepantasnya jika kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, semoga
makalah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi generasi
muda.

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
Judul. 1
Kata pengantar
Daftar
Isi..
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang. 3
B.
Tujuan..
3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian.......
4
B.
Etiologi........
5
C. Tanda & Gejala
....... 6
D. Diagnosa .............
7
E. Penanganan................................................................................................... 8
F. Komplikasi
. 8
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..
......... 9
BAB I
PANDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak sekali komplikasi pada Ibu dan janin selama masa kehamilan
muda. Beberapa komplikasi tersebut antara lain abortus, kehamilan mola
hidatidosa, dan kehamilan ektopik. Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada
masa kehamilan tersebut sangat membahayakan baik bagi Ibu maupun janin jika
tidak segera ditangani.
Dengan angka kematian Ibu yang tinggi di Indonesia, masih perlu
dipelajari dan didalami lagi komplikasi-komplikasi pada masa kehamilan yang
juga salah satu penyebabnya. Kemahiran-kemahiran para bidan juga dituntut
untuk menyelamatkan Ibu-Ibu yang mempunyai komplikasi-komplikasi
berbahaya yang akan kita bahas pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah itu abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik?
2. Bagaimana seseorang bisa di diagnosis abortus , mola hidatidosa, dan
kehamilan ektopik?
3. Bagaimana cara penanganan abortus , mola hidatidosa, dan kehamilan
ektopik?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik
2. Mengetahui cara menentukan seseorang diagnosis abortus , mola hidatidosa,
dan kehamilan ektopik
3. Mengetahui cara penanganan abortus , mola hidatidosa, dan kehamilan
ektopik
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pembaca
Dengan adanya makalah ini pembaca bisa mendapatkan informasi tentang
komplikasi kehamilan terutama pada perdarahan pervaginam.
2. Bagi Penulis
Dengan adanya makalah ini, penulis mampu menambah wawasan
terutama dalam komplikasi kehamilan muda pada perdarahan pervaginam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Abortus


Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Dibawah ini dikemukakan beberapa definisi para ahli tentang
abortus. Menurut Eastman abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan
dimana fetus belum sanggup hidup sendiri diluar uterus. Belum sanggup diartikan
apabila fetus itu beratnya terletak antara 400-1000 gram, atau usia kehamilan
kurang dari 28 minggu. Menurut Jeffcoat abortus adalah pengeluaran dari hasil
konsepsi sebelum kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by law. Menurut
Holmer abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana
proses plasentasi belum selesai.
2.2 Penyebab dari Abortus
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum
sendiri,faktor ibu,faktor dan faktor bapak.
a. Kelainan Ovum
Menurut HERTIG dkkpertumbuhan abnormal dari fetus sering
menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus
spontan, maka 48.5% disebabkan karena ovum yang patologis;3,2% disebabkan
oleh kelainan letak embrio; dan 9.6% disebabkan karena plasenta yang abnormal.
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili.
Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang
kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya mungkin
muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan
oleh kelainan ovum (50-80%).
b. Kelainan genitalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita anomali Kongenital (hipoplasia
uteri,uterus bikornis,dan lain-lain)
Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang
sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen,
endometritis,mioma submukosa.
Uterus terlalu cepat terengang (kehamilan ganda,mola)
Distorsio Uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.
c. Gangguan sirkulasi plasenta
Kita jumpai pada ibu yang mendderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia
gravidarum, anomil plasenta dan endarteritis oleh karena lues.
d. Penyakit-penyakit ibu
Misalnya pada :
1. Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia,
tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dan sebagainya. Kematian fetus
dapat disebabkan krena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada
fetus.
2. Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain.
3. Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat,
anemi gravis.
4. Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid,
kekurangan vitamin A,C atau E , diabetes melitus.
e. Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus,
sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
f. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis
Atau faktor serviks, yaitu inkompetensi serviks, sevisitis.
g. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
Umpamanya: sangat terkejut, obat-obatan uterotenika, ketakutan,
laparotomi, dan lain-lain. Atau dapat juga karena trauma langsung terhadap
fetus: selaput janin rusak langsung karena instrumen, benda, dan obat-obatan.
h. Penyakit bapak
Umur lanjut, penyakit kronis seperti: TBC, anemi, dekompensasik kordis,
malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, Pb, dan lain-lain) sinar
rontgen, avitaminosis.
2.3 Macam Abortus dan cara Penanganannya
Abortus dibagi dua golongan :
1. Abortus Spontan
Abortus spontan yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis
ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah. Abortus
dapat dibagi :
a. Abortus Kompletus (Keguguran lengkap)
Artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua daan fetus).
Sehingga rongga rahim kosong.
Penanganannya: Hanya dengan uterotonika
b. Abortus Inkomplektus (Keguguran bersisa)
Artinya hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang
tertinggal adalah desidua atau plasenta.
Gejalanya: Didapati antara lain adalah amenorea, sakit perut, dan
mulas-mulas ,pendarahan yang bisa seddikit atau banyak, dan biasanya
berupa stolsel (darah beku). Sudah ada keluar fetus atau jaringan. Pada
abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provakatus yang
dilakukan oleh orang yang yang tidak ahli, sering terjadi infeksi. Pada
pemeriksaan dalam (V.T) untuk abortus yang baru terjadi didapati
serviks terbuka,kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam
kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih
kecil dari yang seharusnya.
Penanganannya: Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan
pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan
secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri
obat-obat uteritonika dan antibiotika.
c. Abortus Insipiens (Keguguran sedang berlangsung)
Adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka
dan ketuban yang teraba. Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
Penanganannya : Seperti abortus inkompletus.
d. Abortus Iminens (Keguguran membakat)
Keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus
masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan
antipasmodika serta istirahat. Kalau pendarahan setelah beberapa minggu
masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau
tidk. Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka
sebaiknya uterus dikosongkan (kuret)
e. Missed Abortion
Adalah keadaan dimanaa janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam
rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus yang sudah
meninggal ini biasanya bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan
sesudah fetus mati, bisa doresobsi disebut fetus papyraceus atau bisa
jadi mola karnosa, diman fetus yang sudah mati 1 minggu akan
mengalami degenerasi dan air ketubannya direabsorbsi.
Gejala: Dijumpai amenorea, pendarahan sedikit-sedikit yang berulang
pada permulaanya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi
malahan tambah rendah. Kalau tadinya ada gejala-gejala kehamilan
belakangan menghilang, diiringi dengan reaksi kehamilan yang menjadi
negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus mati. Pada pemeriksaan dalam,
serviks tertutup dan ada darah sedikit. Sekali-ekali pasien merasa
perutnya dingin dan kosong.
Penanganannya: Berikan obat dengan maksud agar terjadi His sehingga
fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi
dan kuretase. Dapat juga dilakukan histerotomia anteior. Hendaknya
pada penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.
Komplikasi : Bisa timbul hipo atau afibrinogonemia. Fetus yang sudah
mati begitu melekatnya pada rahim sehingga sulit sekai untuk dialkukan
kuretase.
f. Abortus Habitualis (Keguguran berulang)
Adalah keadaan diman penderita mengalami keguguran berturut-
turut 3 kali atau lebih. Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam
10% dari kehamilan dan abortus habitulis 3,6- 9,8% dari abortus spontan.
Kalau seorang penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-
turut maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adlah
sekitar 63%. Kalau abprtus 3 kali beerturut-turut, maka kehamilan ke 4
berjalan normal hanya sekitar 16%.
Penyebabnya :
1. Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi
pembuahan hasilnya adalah pembuahan yang patologis.
2. Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, kesalahan
korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta
menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis. Ini dapat
dibuktikan dengan mengukur kadar pregnandiol dalam urin. Selain
itu juga bergantung kepada keadaan gizi si ibu (malnutrisi), kelainan
antomis dari rahim, febris undulands (contagius abortion), hipertensi
oleh karena kelainan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/vili
terganggu dan fetus jadi mati. Dapat juga gangguan psikis, serviks
inkompeten, atau rhesusu antagonisme.
Penanganannya: Pengobatan pada kelainan endometrium pada
abortus habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada
konsepsi daripada sesudahnya. Merokok dan minum akohol
sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeten
terapinya adalah operatif : SHIRODKAR atau MC DONALD
(cervical cerclage).
g. Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik
Abortus Infeksiosus adalah keguguran yang disertai infeksi genital.
Abortusseptik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran
kuman atau toksinnya kedalam pereedaran darah atau peritonium.
Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus, atau abortus
buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-syarat
asepsis dan antisepsis. Bahkan pada keadaan tertentu dapat terjadi
perforasi rahim.
Gejala:
1. Adanya abortus amenore, pendarahan, keluar jaringan yang telah
ditolong diluar rumah sakit
2. Pemeriksaan kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, pendarahan,
dan sebagainya.
3. Tanda-tanda infeksi alat genital demam, nadi cepat, pendarahan,
berbau, uterus besar dan lembek ,nyeri tekan, lekositosis.
4. Pada abortus septik kelihatan sakit berat, panas tinggi, mengigil, nadi
kecil dan cepat, tekanan darah menurun sampai syok. Perlu
diobservasi apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.
Penanganannya:
1. Bila pendarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang
cukup
2. Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan
pembiakan dan uji kepekaan obat).
3. 24 jam sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau
lebih cepat bila terjadi pendarahan banyak lakukan dilatasi dan
kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi
4. Infus dan pemberian antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan
kemajuan penderita.
5. Pada abortus septik terapi sama saja , hanya dosis dan jenis
antibiotika ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan
hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman.
6. Tindakan operatif ,melihat jenis komplikasi dan banyaknya
pendarahan dilakukan bila keadaan umum membaik dan panas
mereda.
2. Abortus Provakatus (induced abortion)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan mau pun
alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:
a) Abotrus Medisinalis (abortus therapeutica)
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
b) Abortus Kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis.

A. Pengertian KET
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan
berada di luar tempat yang semestinya.
Kehamilan Ektopik ialah penanaman blastosit yang berlangsung di
manapun kecuali di endometrium yang melapisi ronggo uterus. (Helen
Varney, 2007)
Kehamilan ektopik ialah kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar
rongga uterus, Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik
berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi
kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%.
apabila tidak diatasi atau diberikan penanganan secara tepat dan benar akan
membahayakan bagi sipenderita (Sarwono Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan,
2005)
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang
sekarang masih juga dipakai,oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan
ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang
normal.
(Sarwono prawirohardjo,ilmu kandungan,2005)
Kehamilan Ektopik Terganggu ialah kehamilan ektopik yang mengalami
abortus atau ruptur apabila masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas
ruang implantasi misalnya tuba. (Saifuddin, 2008)

Kehamilan ektopik terganggu adalah terjadi bila telur yang dibuahi


berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterik. Kehamilan
ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik terganggu karna
kehamilan pada pars interstisialis tubah dan kanalis servikalis masih termasuk
dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. Apabila pada kehamilan ektopik
terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil
tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu. ( fadiun &
feryanto, ahmad , asuhan kebidanan patologis. 2011. hal 46 47)

B. Etiologi
1. Faktor dalam lumen tuba
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga
lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.
b. Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini
sering disertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi
sebab lumen tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba
a. Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi
telur yang dibuahi dalam tuba.
b. Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan
telur yang dibuahi di tempat itu.
3. Faktor diluar dinding tuba
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat
menghambat perjalanan telur.
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
4. Faktor lain
a. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri
atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi
ke uterus. Pertumbuhan yang terlalu cepat dapat menyebabkan
implantasi prematur.
b. Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium,
sel telur yang sudah di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam
rahim wanita).
5. Bekas radang pada tuba
6. Kelainan bawaan tuba
7. Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal
8. Operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba
9. Abortus buatan
10. Riwayat kehamilan ektopik yang lalu
11. Infeksi pasca abortus
12. Apendisitis
13. Infeksi pelvis
14. Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
( Winkjosastro, 2005 - Helen Varney, 2007 - Cunningham, 2006)
C. Tanda dan Gejala

Bentuk kehamilan apabila masih utuh akan ada rasa sakit atau tidak
nyaman. Namun bila sudah pecah menimbulkan perdarahan intraabdominal.
Gejala klinisnya meliputi trias gejala klinik :
1. Amonorea (terlambat datang bulan)
Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat untuk beberapa
waktu atau terjadi gangguan siklus haid.
2. Akan terasa mual, pusing dan sebagiannya
3. Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri di daerah bahu dan seluruh
abdomen.
4. Terdapat perdarahan melalui vaginal

D. DIAGNOSA

Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak(akut) biasanya


tidak sulit. Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat untuk
beberapa waktu atau terjadi gangguan siklus haid disertai nyeri perut bagian
bawah dan penesmus. Dapat terjadi perdarahan pervaginam.
Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan,pucat,dan pada pemeriksaan
ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan dalam rongga perut. Pada
pemeriksaan ginekologik ditemukan servik yang nyeri bila digerakkan dan kavum
douglas yang menonjol dan nyeri raba.
Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu jenis
apitik atau menahun. Kelambatan haid tidak jelas,tanda dan gejala kehamilan
muda tidak jelas,demikian pula nyeri perut tidak nyata dan sering penderita
tampak tidak terlalu pucat. Hal ini dapat terjadi apabila perdarahan pada
kehamilan ektopik yang terganggu berlangsung lambat. Dalam keadaan
demikian,alat bantu diagnostik amat diperlukan untuk memastikan diagnosis.(
Hanifa wiknjosastro , 2000)
Kehamilan ektopik lanjut biasa saja terjadi dimana janin dapat tumbuh terus
karena mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen dari plasenta yang
meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya,misalnya ligamentum
latum,uterus,dasar panggul,usus,dan sebagainya.
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan,
antara lain dengan inspeksi,palpasi.
1. Anamnesa
a. Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak biasanya tidak sulit
. keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat untuk beberapa
waktu atau terjadi gangguan haid disertai nyeri perut bagian bawah dan tenesmus.
b. Dapat terjadi pendarahan pervaginam
c. Gejala subjektif kehamilan lainnya (mual,pusing ,pucat dan nampak kesakitan)
d. Nyeri perut , lokal maupun menyeluruh bisa sampai pingsan atau nyeri bahu
e. Pendarahan pervaginam
2. Pemeriksaan fisik
Dapat ditemukan :
a. Tanda tanda syok hipovolemik
a) Hipotensi
b) Takikardi
c) Pucat ,anemis , eksterimitas dingin
b. Nyeri abdomen
a) Perut tegang
b) Nyeri tekan dan nyeri lepas abdomen
3. Pemeriksaan ginekologis
Perdarahan dalam rongga perut tanda syok dapat di temukan. Tanda kehamilan
muda mungkin ditemukan:
1) Nyeri goyang serviks (pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri)
2) Korpus uteri sedikit membesar dan lunak ,nyeri pada perabaan
3) Kanan / kiri uterus : nyeri pada perabaan dan dapat teraba masa tumor
4) Kavum douglas bisa menonjol karena berisi cairan darah nyeri tekan (+)
4. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan
jumlah sel darah merah dapat meningkat. Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel
darah merah berguna dalam menegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu
terutama ada tanda perdarahan dalam rongga perut,bahwa kadar Hb pada pasien
semakin menurun karena perdarahan yang terus menerus terjadi didalam rongga
perut.
2) USG
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik terganggu.
Diagnosis pastinya ialah apa bila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang
didalam nya tampak denyut jantung janin. Dan dapat dinilai kavum uteri,kosong
atau berisi. Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri,adanya kantung
kehamilan di luar kavum uteri,adanya massa komplek di rongga panggul.
3) Kuldosentesis
Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam
kavum Douglas ada darah, cara ini amat berguna dalam membantu diagnosis
kehamilan ektopik terganggu.
4) Laparoskopi
Digunakan sebagai alat Bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan ektopik
terganggu. Pada pemeriksaan ini dapat dilihat dengan mata sendiri perubahan-
perubahan pada tuba dan darah yang terkumpul dalam rongga perut terutama pada
kehamilan ektopik yang sudah terjadi rupture pada tuba. ( pantikawati, ika &
saryono.2010.hal 130)
E. PENANGANAN

Penanganan kehamilan ektopik terganggu pada umumnya adalah


laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan
menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum
penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin
dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan
yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi
reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu
dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada
kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif).
Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya
jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik terganggu dapat pula dengan
transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga
antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat
mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.

F. Komplikasi Kehamilan EktopikTerganggu (KET)

Komplikasi yang dapat terjadi yaitu ;


- Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi
operasi.
- Infeksi
- Sterilitas
- Pecahnya tuba falopii
- Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio.
A. Pengertian Mola Hydatidosa

Mola Hydatidosa adalah jonjot-jonjot korion (Chorionic Villi) yang


tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak
cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Kelainan ini merupakan
neo plasma trofoblas yang jinak-jinak (benigna)
(Rustam Mochtar, 1998 : 238).

Hamil Mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil


konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi poliferasi dan vili
korialis disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang
lebih cepat dari usia gestasi, tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi
oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur (Sarwono Prawirohardjo, 2002 :
156).

B. Klasifikasi Mola Hydatidosa


Kehamilan Mola Hydatidosa dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Mola Hydatidosa lengkap
Mola hydatidosa lengkap apabila vili hidropik, tidak ada janin dan
membrane, kromosom maternalhaploid dan paternal 2 haploid.

2. Mola Hydatidosa parsial


Mola hidatidosa parsial apabila janin tidak teridentifikasi, campuran villi
hidropik dan normal, kromosom paternal diploid

3. Mola Hydatidosa invasif


Mola hydatidosa invasif apabila korioadenoma destruen, menginvasi
miometrium, terdiagnosis 6 bulan pasca evakuasi mola.
C. Patofisiologi kehamilan mola hydatidosa
Penyakit trofoblastik gestasional (GTD) terjadi ketika diferensiasi sel
normal dalam blastokis berhenti dan sel trofoblastik berpoliferasi. Poliferasi
trofoblas mengakibatkan peningkatan kadar HCG.

D. Etiologi
Penyebab mola dapat diketahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan antara
lain :
Faktor ovum
Imuno selektif dari trofoblas
Keadaan sosio ekonomi rendah
Paritas tinggi
Kekurangan protein
Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

E. Diagnosa dan Gejala


1. Anamnesa
Terdapat gejala-gejala yang hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari
kehamilan biasa
Kadang kala ada tanda toksemia gravidarum
Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak tidak teratur warna tengguli tua atau
kecoklatan seperti bumbu rujak
Pembesaran uterus lebih besar dari usia gestasi
Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan yang merupakan diagnosa
pasti

2. Inspeksi
Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan yang
disebut muka mola (Mola Face).
3. Palpasi
Uterus lebih besar dari ukuran normal, teraba lembek
Tidak teraba bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin
Adanya fenomena harmonika : darah dan mola keluar dan fundus uteri turun, lalu
naik lagi karena terkumpulnya darah lagi
4. Auskultasi
Tidak terdengar DJJ
Terdengar bising dan bunyi khas

5. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologis atau
imunologik (gaili manini dan plamotest) akan positif setelah pengenceran.

6. Pemeriksaan dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian janin,
terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta
evaluasi keadaan serviks.

7. Uji sonde : sonde dimasukkan pelan-pelan kedalam kanalis servikalis dan kavum
uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak
ada tahanan kemungkinan mola.

8. Foto rontgen abdomen, tidak terlihat tulang : janin (pada kehamilan 3 4 bulan).
9. Arteriogram khusus pelvis.
10. Ultrasonografi : Akan terlihat bayangan badai salju atau gumpalan seperti buah
anggur dan tidak terlihat janin.

F. Diagnosa Banding
Kehamilan ganda
Hidramnion
Abortus
G. Komplikasi
Perdarahan hebat sampai syok
Perdarahan berulang-ulang yang menyebabkan anemia
Infeksi sekunder
Perforasi karena keganasan dan tindakan
Menjadi ganas (PTG), mola distruens atau karsinoma

H. Penanganan
1. Terapi
a. Kalau perdarahan banyak yang keluar jaringan mola atau syok dan perbaiki
keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Tindakan
pertama adalah melakukan manual digital untuk mengeluarkan sebanyak mungkin
jaringan dan pembekuan darah, barulah dengan tenang dan hati-hati evakuasi dan
sisanya dengan kuretase.
b. Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil,
Pasang beberapa gayang laminaria untuk memperlebar pembukaan selama 12 jam
Setelah itu pasang infus, dektrose 5 % yang berisi 50 satuan, oksitosin (pitosin atau
sintosinon). Cabut laminaria, kemudian setelah itu lakukan evakuasi isi cavum
uteri dengan hati-hati pakailah cunam ovum yang agak besar atau kuret besar
ambillah dulu pada bagian tengah
Baru bagian-bagian lainnya pada kuretase pertama. Keluarkanlah jaringan
sebanyak mungkin tak usah terlalu bersih
Kalau perdarahan banyak berikan transfusi darah dan lakukan tampon utero vaginal
selama 24 jam.
c. Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histopatologik dalam 2 porsi :
Porsi 1 yang dikeluarkan dengan cunam ovum.
Porsi 2 yang dikeluarkan dengan kuretase
d. Berikan obat-obatan : antibiotika, uterotonika dan perbaikan umum penderita.
e. 7 10 hari sesudah kerokan yang pertama dilakukan kerokan kedua, ada
beberapa institut yang melakukan histerotomia.
f. Histerotomia total dilakukan pada mola resiko tinggi (high risk mola), usia lebih
dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi
pusat atau lebih.

2. Periksa Ulang (Follow Up)


a. Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan memakai kontrasepsi pil
b. Dianjurkan mematuhi jadwal periksa ulang selama 2 3 tahun.
Setiap minggu pada triwulan pertama
Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya
c. Pada saat periksa ulang penting diperhatikan
Gejala klinik : perdarahan, keadaan umum
Pemeriksaan dalam dan ispekulo tentang keadaan serviks
Reaksi biologis atau imunologis air seni
1 x seminggu sampai hasil negative
1 x 2 minggu selama trimester selanjutnya
1 x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
1 x 3 bulan selama tahun berikutnya
kalau reaksi titer tetap (+) maka harus dicurigai adanya keganasan-keganasan
dapat timbul setelah 3 tahun, 1 tahun, 24 minggu, 12 minggu maupun 6 minggu.

3. Sitostika Profiaksis pada Mola Hydatidosa


Pemberian Methotraxate (MTX), bila
Pengamatan lanjutan sukar dilakukan
4 minggu setelah evakuasi mola, uji kehamilan tetap (+) pada high risk mola
BAB III
TINJAUAN KASUS
SKENARIO 1
Ny. Heni umur 17 tahun amenore 13 minggu, datang ke BPM dengan mengeluh
mengeluarkan darah dari jalan lahir, perut mulas. Ku: lemas dan pucat.
Bagaimana perdarahan itu terjadi pada kehamilan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kehamilan Ektopik ialah penanaman blastosit yang berlangsung di
manapun kecuali di endometrium yang melapisi ronggo uterus. (Helen Varney,
2007)
Kehamilan Ektopik Terganggu ialah kehamilan ektopik yang mengalami
abortus atau ruptur apabila masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang
implantasi misalnya tuba. (Saifuddin, 2008)

Tanda dan Gejala

Bentuk kehamilan apabila masih utuh akan ada rasa sakit atau tidak
nyaman. Namun bila sudah pecah menimbulkan perdarahan intraabdominal.
Gejala klinisnya meliputi trias gejala klinik :
5. Amonorea (terlambat datang bulan)
Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat untuk beberapa
waktu atau terjadi gangguan siklus haid.
6. Akan terasa mual, pusing dan sebagiannya
7. Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri di daerah bahu dan seluruh
abdomen.
8. Terdapat perdarahan melalui vaginal

DIAGNOSA
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak(akut) biasanya
tidak sulit. Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat untuk
beberapa waktu atau terjadi gangguan siklus haid disertai nyeri perut bagian
bawah dan penesmus. Dapat terjadi perdarahan pervaginam.
Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan,pucat,dan pada pemeriksaan
ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan dalam rongga perut. Pada
pemeriksaan ginekologik ditemukan servik yang nyeri bila digerakkan dan kavum
douglas yang menonjol dan nyeri raba.
Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu jenis
apitik atau menahun. Kelambatan haid tidak jelas,tanda dan gejala kehamilan
muda tidak jelas,demikian pula nyeri perut tidak nyata dan sering penderita
tampak tidak terlalu pucat. Hal ini dapat terjadi apabila perdarahan pada
kehamilan ektopik yang terganggu berlangsung lambat. Dalam keadaan
demikian,alat bantu diagnostik amat diperlukan untuk memastikan diagnosis.(
Hanifa wiknjosastro , 2000)

PENANGANAN
Penanganan kehamilan ektopik terganggu pada umumnya adalah
laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan
menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum
penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin
dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan
yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi
reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu
dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada
kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif).
Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya
jaringan ektopik yang belum terangkat.

Komplikasi Kehamilan EktopikTerganggu (KET)

Komplikasi yang dapat terjadi yaitu ;


- Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi
operasi.
- Infeksi
- Sterilitas
- Pecahnya tuba falopii
- Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio.

Daftar Pustaka

1. Fadlun & feryanto, ahmad.2011.Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salema


Medika.
2. Cunningham, F.Gary.2006.Obstretri Williams.Edisi 21.Jakarta : EGC.
3. Wiknjosastro , Hanifa . 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
4. Helen Varney .2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
5. Winkjosastro, Hanifa.2005.Ilmu Kandungan. Jakarta.Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.Halaman 250-60.
6. Saifuddin, Abdul Bari. 2008.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

You might also like