Setelah melakukan analisa terhadap permasalahan yang diteliti, maka pada
akhir penulisan hukum ini penulis akan menyampaikan simpulan. Dalam simpulan ini akan dimuat suatu ikhtisar berdasar hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut : 1. Pembuat tindak pidana hanya akan dipidana jika ia mempunyai kesalahan dalam melakukan tindak pidana tersebut. Berdasarkan fakta- fakta yang terungkap dalam persidangan Terdakwa I Wijayanto bin Yadi dan Terdakwa II Yopi Yuliardi Prayogo secara bersama-sama telah terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 359 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Kedua Terdakwa telah terbukti bersalah, hal ini sesuai dengan bukti-bukti dan keterangan-keterangan saksi yang menyatakan karena kesalahan kedua Terdakwa yang melakukan kelalaian dalam menjaga perlintasan kereta api Palur yang mengakibatkan kecelakaan sehingga hilangnya nyawa 5 (lima) orang. Maka Majelis Hakim Pengadilan Negeri Karanganyar memutus hukuman penjara selama 3 (tiga) bulan 15 (lima belas) hari dengan dikurangi masa tahanan kepada masing-masing Terdakwa I Wijayanto bin Yadi dan Terdakwa II Yopi Yuliardi Prayogo sebagai bentuk petanggungjawaban pidana atas tindak pidana kelalaian yang telah mereka lakukan. Bentuk pertanggungjawaban pidana dari penjaga palang pintu perlintasan kereta api yang melakukan kelalaian sehingga menyebabkan kecelakaan antara kereta api dengan pengguna jalan adalah dengan menjalani pidana penjara. 2. Penerapan huklum yang dilakukan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Karanganyar sudah tepat dengan menggunakan Pasal 359 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Tindak pidana yang dilakukan oleh Terdakwa I Wijayanto bin Yadi dan Terdakwa II Yopi Yuliardi Prayogo merupakan tindak pidana di bidang lalu lintas, akan tetapi Undan-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian tidak mengatur sama sekali mengenai kelalaian yang dilakukan oleh penjaga perlintasan kereta api maka Majelis Hakim Pengadilan Negeri Karanganyar memutus perkara Nomor 101/Pid.B/2010/PN.Kray, dengan menggunakan Pasal 359 KUHP. Tidak adanya peraturan yang bersifat khusus inilah yang menjadi penyebab adanya perdebatan argumentasi hakim dengan argumentasi ahli a de Charge yang memperdebatkan bahwa penutupan palang pintu perlintasan kereta bukanlah suatu keharusan. Dalam memutus perkara ini Hakim juga menggunakan dasar-dasar teori yang ada dalam hukum pidana mengenai teori kealpaan, ajaran kausalitas dan ajaran bersifat melawan hukum. Keterangan-keterangan dari ahli maupun dari keterangan-keterangan para saksi telah digunakan Hakim secara baik untuk menambah keyakinan Hakim dalam memutus perkara ini.
B. Saran
Berdasarkan penulisan hukum yang dilakukan oleh penulis terdapat
beberapa kekurangan yang muncul dalam sistem hukum di Indonesia khususnya yang mengaturr mengenai kelalaian yang dilakukan oleh penjaga perlintasan kereta api dalam bertugas setelah adanya penulisan hukum ini. Penulis akan memberikan beberapa pemikiran-pemikiran dalam bentuk saran yaitu: 1. Perlunya revisi pada Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian untuk menambah pengaturan mengenai tindak pidana kelalaian yang dilakukan oleh penjaga perlintasan kereta api. Mengingat besarnya tanggungjawab dari penjaga perlintasan kereta api serta banyak kasus kecelakaan antara kereta api dengan kendaran bermotor di perlintasan kereta api maka harus ada payung hukum yang kuat atau lebih bersifat khusus untuk mengatur pertanggungjawaban pidana mengenai penjaga perlintasan kereta api. 2. Aparat penegak hukum dalam hal ini mulai dari pihak kepolisian, Jaksa dan Hakim untuk kedepannya agar lebih teliti dalam menerapkan pasal pada tindak pidana yang dilakukan oleh masayarakat.