You are on page 1of 3

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah melakukan analisa terhadap permasalahan yang diteliti, maka pada


akhir penulisan hukum ini penulis akan menyampaikan simpulan. Dalam
simpulan ini akan dimuat suatu ikhtisar berdasar hasil penelitian dan pembahasan
sebagai berikut :
1. Pembuat tindak pidana hanya akan dipidana jika ia mempunyai
kesalahan dalam melakukan tindak pidana tersebut. Berdasarkan fakta-
fakta yang terungkap dalam persidangan Terdakwa I Wijayanto bin
Yadi dan Terdakwa II Yopi Yuliardi Prayogo secara bersama-sama
telah terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 359 KUHP
jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Kedua Terdakwa telah terbukti
bersalah, hal ini sesuai dengan bukti-bukti dan keterangan-keterangan
saksi yang menyatakan karena kesalahan kedua Terdakwa yang
melakukan kelalaian dalam menjaga perlintasan kereta api Palur yang
mengakibatkan kecelakaan sehingga hilangnya nyawa 5 (lima) orang.
Maka Majelis Hakim Pengadilan Negeri Karanganyar memutus
hukuman penjara selama 3 (tiga) bulan 15 (lima belas) hari dengan
dikurangi masa tahanan kepada masing-masing Terdakwa I Wijayanto
bin Yadi dan Terdakwa II Yopi Yuliardi Prayogo sebagai bentuk
petanggungjawaban pidana atas tindak pidana kelalaian yang telah
mereka lakukan. Bentuk pertanggungjawaban pidana dari penjaga
palang pintu perlintasan kereta api yang melakukan kelalaian sehingga
menyebabkan kecelakaan antara kereta api dengan pengguna jalan
adalah dengan menjalani pidana penjara.
2. Penerapan huklum yang dilakukan oleh Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Karanganyar sudah tepat dengan menggunakan Pasal 359
KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Tindak pidana yang dilakukan
oleh Terdakwa I Wijayanto bin Yadi dan Terdakwa II Yopi Yuliardi
Prayogo merupakan tindak pidana di bidang lalu lintas, akan tetapi
Undan-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan maupun Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007
tentang Perkeretaapian tidak mengatur sama sekali mengenai kelalaian
yang dilakukan oleh penjaga perlintasan kereta api maka Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Karanganyar memutus perkara Nomor
101/Pid.B/2010/PN.Kray, dengan menggunakan Pasal 359 KUHP.
Tidak adanya peraturan yang bersifat khusus inilah yang menjadi
penyebab adanya perdebatan argumentasi hakim dengan argumentasi
ahli a de Charge yang memperdebatkan bahwa penutupan palang pintu
perlintasan kereta bukanlah suatu keharusan. Dalam memutus perkara
ini Hakim juga menggunakan dasar-dasar teori yang ada dalam hukum
pidana mengenai teori kealpaan, ajaran kausalitas dan ajaran bersifat
melawan hukum. Keterangan-keterangan dari ahli maupun dari
keterangan-keterangan para saksi telah digunakan Hakim secara baik
untuk menambah keyakinan Hakim dalam memutus perkara ini.

B. Saran

Berdasarkan penulisan hukum yang dilakukan oleh penulis terdapat


beberapa kekurangan yang muncul dalam sistem hukum di Indonesia khususnya
yang mengaturr mengenai kelalaian yang dilakukan oleh penjaga perlintasan
kereta api dalam bertugas setelah adanya penulisan hukum ini. Penulis akan
memberikan beberapa pemikiran-pemikiran dalam bentuk saran yaitu:
1. Perlunya revisi pada Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian untuk menambah pengaturan mengenai tindak pidana
kelalaian yang dilakukan oleh penjaga perlintasan kereta api. Mengingat
besarnya tanggungjawab dari penjaga perlintasan kereta api serta banyak
kasus kecelakaan antara kereta api dengan kendaran bermotor di
perlintasan kereta api maka harus ada payung hukum yang kuat atau lebih
bersifat khusus untuk mengatur pertanggungjawaban pidana mengenai
penjaga perlintasan kereta api.
2. Aparat penegak hukum dalam hal ini mulai dari pihak kepolisian, Jaksa
dan Hakim untuk kedepannya agar lebih teliti dalam menerapkan pasal
pada tindak pidana yang dilakukan oleh masayarakat.

You might also like