You are on page 1of 11

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KESUBURAN, PEMUPUKAN DAN KESEHATAN TANAH


TRILOGI BIOMASSA

Disusun Oleh :

Dinda W Apriliyana (15/383468/PN/14299)


Galuh Nurul Hidayati (15/383472/PN/14303)
Indriyani A. Sinambela (15/383473/PN/14304)
Agustina Tri Kinasih (15/383525/PN/14356)
Devy Krisnawati (15/383528/PN /14359)

Golongan A5 Sore Kelompok 3


Asisten : Husna Rafi Julias

LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH


DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
ABSTRAK

Praktikum Kesuburan Pemupukan dan Kesehatan Tanah acara minggu ke-2 yang berjudul Trilogi
Biomassa dilaksanakan pada 3 Agustus 2017 di Laboratorium Tanah , Kuningan, Departemen Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Acara Trilogi Biomassa terbagi menjadi
pembuatan arang sekam, biochar, dan Pupuk Organik Cair (POC), Pembuatan pupuk organik merupakan
salah satu upaya meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman untuk mengembalikan bahan organik padat,
berair, dan lunak kedalam tanah. Pupuk organik dipilih karena ramah lingkungan, tidak menggunakan zat
kimia dan murah sehingga dapat mendukung produktivitas tanaman. Konsep trilogi biomassa yaitu
mendukung pelestarian alam dengan mengelola kembali seluruh hasil dari limbah melalui proses produksi
yang mendukung pertumbuhan tanaman. Metode yang digunakan dalam pengelolaan biomassa dapat melalui
pirolisis untuk mengelola biomassa padat dihasilkan biochar, melalui bio-composting menggunakan reaktor
biokompos Hi untuk mengelola biomassa berair dan dihasilkan biokompos (pupuk organik cair) dan
komposting untuk mengelola biomassa lunak dihasilkan kompos. Alat dan bahan yang digunakan antara lain
jerami, seresah, kayu bakar, ranting pohon, pemantik api, limbah organik (sayuran atau buah busuk), tong
terbuka, tong plastik, air, dan EM4.
Kata Kunci : Trilogi Biomassa, biochar, pembakaran, Hermetia illucent .
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan laju pertumbuhan penduduk meningkatan aktivitas manusia sehingga
menyebabkan bertambahnya peningkatan limbah dan rusaknya kondisi tanah. Limbah
merupakan sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang
harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk
kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan
umumnya bersifat padat. Sumber limbah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah aktivitas
rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.
Tanah berguna sebagai media tanaman yang menyediakan air dan unsur hara yang diperlukan
tanaman. Kebutuhan tanaman harus dipenuhi dari tanah. Jenis tanaman mempengaruhi banyaknya
kebutuhan yang dapt disediakan oleh tanah. Air tersedia bagi tanaman dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh tanaman. Air tidak terserap langsung oleh tanah akibat gravitasi dan limpasan.
Unsur hara memiliki kandungan yang berbeda beda. Pemupukan dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan unsur hara pada tanman. Perbaikan kandungan unsur hara akan menambah kandungan
unsur hara dalam tanah yang berasal dari pupuk. Penambahan unsur hara melalui pupuk dapat
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Indonesia mempunyai kondisi tanah yang memprihatinkan karena kondisi hara mineral yang
terkandung dalam tanah utamanya kandungan C-organik sudah sangat rendah, rata rata kurang dari
2% padahal kondisi yang seharusnya adalah 5%. Kondisi tanah yang bagus terdiri dari udara 25%,
Bahan Organik 5%, Air 25%, mineral 45%. Rendahnya kandungan C-organik pada lahan pertanian
diakibatkan oleh lahan yang dikelola secara intensif tanpa memperhatikan kelestarian dan
kesehatan tanah, yaitu tanpa usaha pengembalian bahan organik ke dalam tanah. Hal ini menjadi
salah satu sebab terjadinya pelandaian produktivitas meskipun jenis dan dosis pupuk kimia
ditingkatkan, karena tanah telah menjadi sakit.
Terdapat dua macam pupuk yang terdiri dari pupuk alami dan pupuk buatan. Pupuk buatan
berasal dari bahan kimia yang dikemas oleh pabrik. Pupuk alami berasal dari bahan organik yang
tersedia di alam. Bahan organik berasal dari seluruh biomassa yang berbentuk cair, lunak, dan
padat. Bahan dari limbah organik dapat ditemukan dengan mudah di lingkungan sekitar. Untuk
mengembalikan tingkat kesuburan lahan yang saat ini tengah kritis diperlukan suatu tindakan
pemberian masukan agar kondisi tanah dapat kembali baik. Tindakan ini bisa berupa pemberian
input pupuk organik maupun anorganik serta pengolahan tanah disertai pemberian bahan
pembenah tanah. Dengan memanfaatkan limbah dan sampah organik sebagai bahan dalam
pembuatan biochar, POC dan arang sekam maka hal ini akan memberikan solusi dalam
permasalahan pengelolaan dan pengolahan limbah organik serta sebagai bahan pembenah tanah,
limbah yang menumpuk dapat dikelola dengan baik dengan dijadikan biochar, POC dan arang
sekam sedangkan hasil dari pembuatan tersebut bisa dijadikan bahan sebagai bahan pembenah
tanah.
Pengelolaan limbah organik dapat memberikan keuntungan berupa pengurangan penumpukan
biomassa limbah organik secara besar-besaran di tempat pembuangan umum, yang tidak sedap
dipandang dan potensial menjadi penyebab berkembang patogen baik sebagai ancaman kesehatan
manusia maupun tumbuhan budidaya. Proses pembuatan pupuk alami dengan melakukan
pengomposan. Penggunaan pupuk organik dipilih karena mudah, murah, dan ramah ligmungan.
Tujuan pembuatan pupuk organik agar mengetahui teknik pembuatan, proses, manfaat dari pupuk
organik. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memanfaatkan limbah rumah tangga agar lebih
berguna untuk meningkatkan kesehatan tanah.

B. Tujuan
1. Mengetahui konsep trilogi biomassa untuk meningkatkan kesuburan tanaman
2. Mengetahui tahap pengelolaan biomassa dari berbagai sumber limbah organik
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari tanaman atau hewan
yang telah mengalami proses rekayasa. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang
digunakan untuk menyuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pupuk organik memiliki berbagai jenis dan varian. Jenis pupuk organik dapat dibedakan
berdasarkan bahan baku, metode pembuatan dan wujudnya. Berdasarkan bahan bakunya, pupuk
organik dapat terbuat dari kotoran hewan, hijauan atau campuran keduanya. Sementara itu,
berdasarkan metode pembuatan, pupuk organik dapat dibedakan menjadi kompos aerob, bokhasi,
dan jenis pupuk lainnya. Dari sisi wujud, pupuk organik ada yang berbentuk serbuk, cair, granul,
dan tablet (Glio, 2015).
Biomassa didefinisikan sebagai jumlah total bahan organik di atas tanah pada pohon, termasuk
daun, ranting, cabang, batang utama, dan kulit yang dinyatakan dalam berat kering oven ton per
unit area (Brown, 1997 cit. Agustina 2013). Biomassa diproduksi oleh organisme autotrof,
terutama tanaman. Biomassa tak hidup dimineralisasikan oleh dekomposer menjadi CO2, air, dan
mineral (Schulze, 2001).
Pemberian pupuk organik bertujuan untuk menyediakan nutrisi serta memperbaiki sifat
kimia dan biologi tanah. Dengan demikian, penggunaan pupuk organik diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi pemupukan nitrogen, memperbaiki kinerja fisiologi tanaman dan mikroba
didalam tanah, serta membuat tanaman berproduksi maksimal. Untuk menyediakan kebutuhan
unsur nitrogen bagi tanaman, biasanya dibutuhkan volume yang cukup besar jika menggunakan
pupuk organik konvensional (Suwahyono, 2011).
Hermetia illucens tersebar luas di daerah beriklim tropis dan hangat antara sekitar 45N
dan 40S. Di banyak negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, massa sampah organik
dapat dikurangi secara substansial dengan menggunakan larva dari non-hama tentara hitam
terbang, Hermetia illucens L. (Diptera: Stratiomyidae). Keuntungan tambahan dari H. illucens
adalah kemampuannya untuk mengusir oviposisi lalat rumah perempuan yang merupakan vektor
penyakit serius terutama di negara berkembang (Diener et al., 2011). H. illucens larva lahap
memakan di pembusukan sisa organik dari pasar dan restoran, kotoran hewan dan kotoran
manusia, penurunan dapat terjadi masing-masing 33-58% bahan organik dari kotoran sapi dan
50% dari kotoran ayam serta pengurangan bahan kering sampah organic kota hingga 70% (Diener
et al., 2015).
Pengolahan limbah organik dapat berupa usaha-usaha untuk mengembalikan biomassa
(material yang menyusun organisme) ke dalam tanah tanpa membahayakan tanah, sebaliknya
untuk memperbaiki struktur dan komposisi tanah. Pengolahan limbah organik dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara diantaranya adalah sebagai berikut: yang pertama adalah
penumpukan, metode ini tidak memusnahkan sampah secara langsung, tetapi membiarkan ampah
membusuk menjadi bahan organic. Penumpukan dilakukan karena murah dan sederhana, namun
memiliki resiko yaitu sebagai sumber penyakit dan menyebabkan pencemaran. Yang kedua adalah
pembakaran hal ini sering dilakukan oleh masyarakat akan tetapi akan menimbulkan pencemaran
udara. Ketiga adalah pengomposan yang merupakan langkah sederhana yang tidak menimbulkan
efek samping bagi lingkungan. Pengolahan sampah dengan cara pengomposan atau pengubahnya
menjadi pupuk merupakan alternative terbaik (Hadisuwito,2012). Pengembalian ini diharapkan
dapat memicu peningkatan kualitas tanah dan sejalan dengan usaha-usaha peningkatan produksi
khususnya di bidang pertanian.
Pengolahan limbah dengan bahan material yang berbeda akan berbeda pula teknik
pembuatannya, produk dan tentunya kemanfaatan dari produk itu sendiri. bahan kayu kering
dimasukan tong terbuka, dibakar bertahap sampai membara kemudian direndam menggunakan air.
Keunggulan reaktor biokompos Hi yakni tidak memerlukan listrik, tenaga, bahan kimia, air,
ataupun mikrobia biang (aktivator). Reaktor tertutup sehingga aman dari gangguan hewan yang
mengaduk limbah organik, serta tidak menjadi sarang nyamuk atau serangga lainnya. Cara
penggunaan yang mudah hanya dengan membuka tutup, memasukkan limbah organik, dan
menutup kembali. Tutup tidak perlu rapat agar terjadi pertukaran gas dan sebagai rute keluar
masuk lalat dewasa yang akan bertelur. Reaktor dibuat dengan memanfaatkan barang bekas yaitu
tong fiber 200 L (bekas wadah khemikalia). Pertama-tama dilakukan pembakaran pada jerami
untuk memantik munculnya api.Dalam hal ini pembakaran tidak menggunakan minyak tanah,
karena Limbah minyak terdiri atas bermacam macam senyawa, di antaranya berupa hidrokarbon
ringan, hidrokarbon berat, pelumas, dan bahan ikutan dalam hidrokarbon (Shaheen 1992).
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa organik yang terdiri atas karbon dan hidrogen.
Tumpahan hidrokarbon ke tanah dan air dapat meracuni flora dan fauna yang hidup di sekitar
(Salim dan Suryanti,2014).
III. METODOLOGI

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 3 Agustus 2017 di Laboratorium Kuningan,
Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada praktikum
dilaksanakan 3 perlakuan yaitu pembuatn arang sekam, biochar dan Pupuk Organik Cair (POC).
Bahan yang digunakan pada arpembuatan arang sekam yaitu sekam padi atau gabah kering tanpa
biji 3 karung, kayu atau seresah untuk perapian, bahan pembuatan biochar adalah kayu bakar
kering EM4 sebagai aktivator dan seresah , sedangkan untuk pembuatan POC yaitu limbah buah
,sayur, dan daging sebanyak 1 kg. Adapun alat yang digunakan berupa pisau, korek api, cerobong
asap atau pipa berlubang dari logam, drum, penyangga pipa, tong bekas yang diberi kran beserta
tutup tong, dan ember. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pembuatan arang sekam
yaitu disiapkan sekam padi sebanyak 3 karung, pipa berlubang serta penyangga dipasang
sebagaimana mestinya dengan didalam penyangga ada perapian dari seresah dan kayu. Prosees
pembakaran sekam dengan kondisioksigen rendah tanpa langsung tersentuh api, sehingga proses
pembakaran menggunakan asap perapian dan panasnya. Sekam dibolak balik agar tidak menjadi
abu dan apabila kondisi sekam sudah menghitam api dimatikan. Pada pembuatan Biochar langkah-
langkahnya adalah kayu dimasukkan kedalam tong drum secara terbuka kemudian dibakar,
pembakaran dilakukan hingga kayu menjadi arang bukan menjadi abu, apabila kayu sudah
membentuk arang api dimatikan, kemudian arang tersebut direndam pada EM4 untuk aktivator
minimal selama 24 jam. Kemudian u ntuk pembuatan POC, limbah buah ,sayur dan daging
dipotong-potong kemudian dimasukkan kedalam tong teertutup yang sudah terpasang kran. POC
didiamkan selama beberapa minggu. POC bersifat jangka yang singkat. Selanjutnya diamati
perubahan-perubahan yang terjadi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Trilogi Biomassa (Yuwono, 2016)


Biomassa dibagi dalam tiga bentuk yaitu keras, berair, dan lunak.Bagian keras misalnya yaitu
kayu, bambu, cabang, dan ranting dapat dibuat menjadi biochar (arang hidup) melalui proses yang
disebut pirolisis (pembakaran tanpa oksigen). Aktivasi biochar adalah dengan merendam arang
hasil pembakaran kedalam POC (pupuk organic cair) selama beberapa waktu. Biochar dapat
diaplikasikan langsung ke tanah sebagai mulsa di permukaan tanah maupun diikutkandalam proses
pemupukan. Di alam, biochar dapat bertahan selama beberapa abad. Biochar bermanfaat untuk
pembenah tanah karena mengandung bahan alami atau sintetik mineral atau organic untuk
menanggulangi kerusakan atau degradasi tanah dan mensuplai nutrisi bagi tanaman.
Pengolahan limbah organic dibagi menjadi tiga jenis yaitu pengolahan limbah untuk material
keras, misalnya kayu, bamboo, cabang, ranting dan kertas. Pengolahan limbah organic untuk bahan
material basah, misalnya buah, sayur, daging dan susu. Pengolahan limbah organic untuk bahan
material lunak, misalnya daun, kotoran ternak dan pupuk kandang. Pengolahan limbah dengan
bahan material yang berbeda mengakibatkan perbedaan teknik pembuatan, produk dan
kemanfaatan dari produk tersebut.
Pada bahan material keras, pembakaran tidak menggunakan minyak tanah, karena limbah
minyak yang terdiri dari bermacam macam senyawa. Pengolahan limbah untuk materian keras
dilakukan dengan membakar jerami sedikit demi sedikit untuk mempertahankan bara api.
Kemudian dilanjutkan dengan penambahan limbah daun kering yang berfungsi mempertahankan
bara api. Limbah ranting selanjutnya dimasukkan sebagai material bahan keras dan yang terahir
dimasukkan limbah kayu. Proses ini berakhir dengan mengguyur bara tersebut secara perlahan-
lahan kemudian arang yang berhasil terbentuk diambil untuk dilakukan perendaman menggunakan
bioaktivator EM4.
Hermetia illucens merupakan salah satu jenis lalat yang sangat berbeda dengan lalat
sampah. Jenis lalat ini memiliki tahap non makan lalat dewasa bersayap tanpa bagian mulut yang
mengakitbatkan penularan penyakit dari jenis lalat lainnya. Hermetia illucens tidak menjadi
sumber penularan peyakit kepda manusia. Larva Hermetia illucens mengurangi populasi bakteri
buruj dan dapat mengolah limbah organik dalam waktu singkat. Hermetia illucens dapat mengurai
sampah yang kemudian hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Pengelolaan limbah padat berupa biochar dimulai dari wilayah Amerindian kuno di
wilayah Amazon Brasil pertama yang membuat tanah bumi gelap, juga dikenal sebagai terra
preta, melalui slash-dan-char. Tanah ini ditandai dengan kadar karbon lebih tinggi, hingga 150 g
C / kg tanah dibandingkan dengan tanah sekitarnya (20 - 30 g C / kg tanah). kadar karbon yang
meningkat secara terus menerus mengakitbatkan adanya akumulasi kandungan yang lebih tinggi
dibandingkan tanah lain disekitarnya.
Biochar juga berkemampuan untuk memegang air dan hara dalam tanah, membantu
mencegah terjadinya kehilangan pupuk akibat aliran permukaan (runoff) dan pencucian (leaching),
sehingga memungkinkan penghematan pupuk dan mengurangi polusi pada lingkungan sekitar.
Biochar, sebagai salah satu teknologi yang murah dan bisa diterapkan secara luas dalam skala kecil
ataupun luas (Basri dan Azis. 2011).
IV. PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Biomassa dapat dimanfaatkan dengan teknik pengolahan dengan tiga macam bagian
biomassa yaitu keras, berair, dan lunak.
2. Lalat hitam dapat mendekomposisi limbah limbah organik karena memiliki enzim
dalam sistem pencernaanya
3. Aplikasi pemanfaatan biomassa dari bagian keras melalui teknik pirolisis yang
ditambahkan EM4

B. Saran
Waktu serta pemanfaatn hasil praktikum dimaksimalkan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina T, L. 2013. Model Penduga Biomassa Hutan Alam Lahan Kering Menggunakan Citra
Alos Palsar Resolusi 50 m di area kerja PT Trisetia Intiga [skripsi]. IPB. Bogor.
Basri, A.B. dan A. Azis, 2011, Arang Hayati Sebagai Bahan Pembenah Tanah. Serambi
Pertanian 5(1).
Diener, S., C. Zurbrgg dan K. Tockner, 2015, Bioaccumulation of heavy metals in the black
soldier fly, Hermetia illucens and effects on its life cycle. Journal of Insects as Food and
Feed, 2015. 1(4): 261-270
Diener, S., C. Z. Eawag, D. H. Nguyen, A. Morel, T. Koottatep, K. T. Leibniz. 2011. Black
soldier fly larvae for organic waste treatment prospects and constraints. Proceedings of the
WasteSafe 52:1-8. Bangladesh.
Glio, M. T. 2015. Pupuk Organik dan Pestisida Nabati No. 1 ala Tosin Glio. Jakarta. PT. AgroMedia
Pustaka.

Hadisuwito ,S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Agro Media: Jakarta
Salim, F, dan Suryanti, Tuti.2014. Fitoremidasi Tanah Tercemar Minyak Bumi Menggunakan
Empat Jenis Rumput. Jurnal Riset Industri 8(2):123-128.
Schulze, Ernst-Detlef., M. Heimann, S. Harrison, E. Holland, J. Lloyd, I. C. Prentice, and David
S. Schimel. 2001. Global Biogeochemical Cycles in the Climate System. Academic Press,
California.
Shaheen, EI. 1992. Technology of Environmental Pollution Control. Okohama: Pen Well Books
Tulsa.
Suwahyono, U. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik secara Efektif dan Efisien.
Bogor. Penebar Swadaya.

You might also like