Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
didefenisikan karena nyeri adalah suatu pengalaman yang sangat subjektif dan
sangat personal (Black & Hawks, 2009). Nyeri adalah sebuah sensasi subjektif
sehingga tidak ada dua orang yang berespon dengan cara yang sama (Kozier, et
yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengatakan bahwa impuls
nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem
saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah
pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya
11
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Proses Nyeri
Sistem saraf tepi meliputi saraf sensorik yang khusus mendeteksi kerusakan
jaringan dan menimbulkan sensasi sentuhan, panas, dingin, nyeri dan tekanan.
Reseptor yang menyalurkan sensasi nyeri disebut nosiseptor (Kozier, et. al.,
2010).
nosisepsi (Kozier, et al., 2010), dimana terdapat empat proses yang terlibat dalam
nosisepsi yaitu:
1. Transduksi
membangkitkan nosiseptor. Obat nyeri dapat bekerja selama fase ini dengan
ion-ion menembus membran sel (Paice, 2002 dalam Kozier, et al., 2010).
mekanik, termal, atau kimia beracun menjadi sinyal listrik yang disebut potensial
aksi. Stimulus berbahaya yang timbul saat adanya kerusakan jaringan, suhu
dalam jaringan yang rusak. Bahan kimia lainnya dikeluarkan oleh sel mast
mengaktifkan nosiseptor, yang merupakan reseptor khusus atau ujung saraf bebas
aksi yang dibawa dari nosiseptor ke sumsum tulang belakang terutama melalui
saraf kecil dengan cepat, serat delta-A yang bermielin dan secara perlahan-lahan
2. Transmisi
Transmisi adalah proses dimana sinyal rasa sakit diteruskan dari bagian
perifer ke sumsum tulang belakang dan kemudian ke otak. Dimana potensial aksi
diteruskan dari tempat cedera ke spinal cord kemudian dari spinal cord diteruskan
Proses ini meliputi tiga segmen (McCaffery & Pasero, 1999 dalam Kozier. et al.,
2010) yaitu:
a. Segmen pertama
Impuls nyeri berjalan dari serabut saraf tepi ke medulla spinalis. Zat P
menyeberangi sinaps saraf dari neuron afferen primer ke neuron ordo ke dua di
Segmen ini meliputi transmisi dari medula spinalis dan asendens melalui
c. Segmen ketiga
3. Persepsi
Persepsi adalah saat klien menyadari rasa nyeri. Pada tahap ini individu
masukan nociceptive dirasakan sebagai nyeri. tidak ada satupun lokasi yang tepat
di mana persepsi nyeri ini terjadi, sebaliknya, persepsi nyeri melibatkan beberapa
struktur di otak.
4. Modulasi
Sering kali digambarkan sebagai sistem desendens, proses ini terjadi saat
spinalis (Paice, 2002 dalam Kozier, et al., 2010). Serabut desendens ini
melepaskan zat seperti opioid endogen, serotonin dan norepinefrin yang dapat
analgesiknya (Mc Caffery & Pasero, 1999 dalam Kozier, et al., 2010).
1. Dimensi Fisiologis
anatomi dan fisik dari pengaruh nyeri serta bagaimana stimulasi yang
Dimensi ini mencakup aspek struktural, fungsional, dan biokimia dari pengalaman
rasa sakit serta berbagai perbedaan jenis nyeri yang termasuk dalam dimensi
fisiologis. Persepsi dan transmisi rasa sakit dibawa oleh nosiseptor sepanjang jalur
naik dan jalur turun saraf yang difasilitasi oleh mediator neurochemical
Dimensi fisiologis terdiri dari penyebab organic dari nyeri tersebut seperti
kanker yang telah bermetastase ke tulang atau mungkin juga telah menginfiltrasi
ke sistem saraf (Ahles, et al., 1983; Davis, 2003 dalam Ardinata, 2007).
pengalaman nyeri, yaitu: durasi dan pola nyeri. Durasi nyeri mengacu kepada
apakah nyeri yang dialami tersebut akut atau kronik. Sedangkan pola nyeri dapat
diidentifikasi sebagai nyeri singkat, sekejap, atau transient, ritmik, periodik, atau
Adalah suatu respon emosional terhadap nyeri seperti marah, takut, depresi
dan cemas. Emosi yang negatif dapat mengurangi kualitas hidup. Hubungan
negatif antara depresi dan nyeri dapat menyebabkan kerusakan fungsi (Lewis, et
al., 2011).
Tekanan emosional dapat dianggap sebagai komponen atau bagian dari rasa
individu terhadap nyeri yang dirasakanya. Menurut McGuire dan Sheilder (1993
dalam Ardinata, 2007), dimensi afektif dari nyeri indentik dengan sifat personal
depresi atau gangguan psikologis lainnya akan lebih mudah mengalami nyeri yang
3. Dimensi Sensori
lokasi, intensitas, dan kualitas. Ketika menilai lokasi, struktur anatomi dan lokasi
ketegangan mengacu pada jumlah atau beratnya nyeri yang dialami dan dapat
dinilai menggunakan skala penilaian nyeri numerik atau dengan kata-kata dengan
Kualitas adalah terkait dengan apa rasa sakit terasa seperti apa dan mungkin
Dimensi sensori pada nyeri berhubungan dengan lokasi dimana nyeri itu
timbul dan bagaimana rasanya. Ahles, et al., (1983 dalam Ardinata, 2007)
menyatakan bahwa terdapat tiga komponen spesifik dalam dimensi sensori, yaitu
lokasi, intensitas, dan kualitas nyeri. Lokasi dari nyeri memberikan petunjuk
penyebab nyeri bila ditinjau dari segi aspek sensori. Lokasi nyeri ini sendiri dapat
dilaporkan oleh pasien pada dua atau lebih lokasi (McGuire & Sheidler, 1993
yang dirasakan oleh pasien, maka akan semakin sulit bagi pasien untuk
melokalisasi area nyerinya. Intensitas nyeri adalah sejumlah nyeri yang dirasakan
oleh individu dan sering kali digambarkan dengan kata-kata seperti ringan, sedang
dan berat. Intensitas nyeri juga dapat dilaporkan dengan angka yang
menggambarkan skor dari nyeri yang dirasakan (McGuire & Sheidler, 1993 dalam
dengan berdenyut, menyebar, menusuk, terbakar dan gatal ( McGuire & Sheidler,
dalam berespon terhadap pengaruh nyeri. Penggunaan strategi koping kognitif dan
Menurut NINR (1994 dalam Sauls, 2002) dimensi kognitif nyeri melibatkan
keyakinan tentang rasa sakit dan terapi nyeri; dan preferensi pribadi serta strategi
penanggulangan. Dalam dimensi ini juga termasuk tingkat dan kualitas kognisi
nyeri. Individu dengan fungsi kognitif terbatas atau yang mengalami gangguan,
dengan tingkat depresi yang rendah juga dan disertai dengan mekanisme koping
yang lebih baik jika dibandingkan dengan pasien yang menganggap nyerinya
adalah sebagai hukuman atau sebagai musuh. Pengetahuan adalah aspek yang
itu sendiri dapat dimodifikasi oleh bagaimana seseorang berpikir tentang nyeri
yang dirasakannya, apa saja pengharapannya atas nyerinya, dan apa makna nyeri
Dimensi ini berkaitan dengan suatu perilaku yang dapat diamati sebagai
respon atau kontrol terhadap nyeri. Misalnya ekspresi wajah saat menahan nyeri
seperti meringis atau mudah marah. Orang-orang yang tidak dapat berbicara atau
diamati atau diperlihatkan oleh individu yang menunjukkan rasa sakit yang
sedang dialami, atau tindakan / upaya yang mungkin dilakukan untuk mengurangi
rasa sakit. Perilaku seperti merintih, mengerang, wajah meringis, dan berjalan
berbaring, kegiatan yang tidak aktif, pijat, penggunaan obat-obatan, dan mencari
Perilaku seperti tidur, istirahat, atau kelelahan yang terkait dengan fenomena nyeri
juga sesuatu yang dapat diamati (NINR, 1994 dalam Sauls, 2002).
seperti faktor demografi, usia dan jenis kelamin. Keluarga dan care giver juga
al., 2011).
Persepsi individu dan tanggapan rasa sakit tentu dipengaruhi oleh keyakinan
dan ajaran anggota keluarga serta kemampuan mereka untuk membayar biaya
sosialnya, rumah dan lingkungan kerja, sikap dan keyakinan tentang rasa sakit.
tetapi juga variabel sosial budaya terkait dengan penyedia layanan akan
persepsi penderita dan penyedia layanan mungkin berbeda (NINR, 1994 dalam
Sauls, 2002).
demografi, adat istiadat, agama, dan faktor-faktor lain yang berhubungan yang
Nyeri menurut waktu disini adalah lamanya nyeri yang dialami seseorang.
a. Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang umumnya berlangsung dalam waktu singkat
atau kurang dari enam bulan (Black & Hawks, 2009), memiliki awitan mendadak
Ignatavicius dan Workman (2010) mendefinisikan nyeri akut adalah nyeri yang
pasien umumnya dapat menjelaskan tentang nyeri yang dirasakan. Nyeri akut
umumnya dapat diakibatkan oleh karena adanya trauma (seperti: fraktur, luka
b. Nyeri kronik
selama enam bulan atau lebih dan mengganggu fungsi tubuh (Kozier, et al.,
adalah nyeri yang berlangsung menetap atau nyeri yang berulang-ulang untuk
periode yang tidak tentu, biasanya nyeri berlangsung lebih dari tiga bulan.
Sumber nyeri kanker adalah kompresi pada saraf, pertumbuhan abnormal jaringan
terjadinya nyeri sperti tindakan pembedahan dan toksisitas dari terapi kemoterapi
atau radioterapi.
Nyeri berdasarkan asal lokasi atau sumber nyeri dapat dibagi ke dalam:
a. Nyeri kutaneus
Nyeri yang berasal di kulit atau jaringan subkutan. Teriris kertas yang
menyebabkan nyeri tajam dengan sedikit rasa terbakar adalah sebuah contoh nyeri
Nyeri kutaneus dapat ditandai dengan onset mendadak dan tajam atau
kualitas tetap atau dengan onset lambat dan kualitas seperti rasa terbakar,
tergantung pada jenis serat saraf yang terlibat. Reseptor nyeri kutaneus berakhir
tepat di bawah kulit dan karena konsentrasi tinggi dari ujung saraf, maka nyeri ini
didefinisikan sebagai nyeri lokal dengan durasi pendek (Black & Hawks, 2009).
Nyeri yang berasal dari ligamen, tendon, tulang, pembuluh darah dan saraf.
sensitif terhadap rangsangan zat atau bahan berbahaya di cutaneus atau jaringan
lebih dalam. Pengalaman nyeri terlokalisasi yang digambarkan sebagai rasa yang
c. Nyeri viseral
kranium dan toraks. Nyeri viseral cenderung menyebar dan seringkali terasa
seperti nyeri somatik profunda, yaitu rasa terbakar, nyeri tumpul atau merasa
Nyeri viseral sangat sulit untuk dilokalisasi, dan beberapa cedera pada
jaringan visceral terlihat seperti nyeri alih atau referred pain, di mana sensasi
terlokalisir pada daerah yang tidak ada hubungannya dengan tempat terjadinya
Nyeri viseral adalah nyeri yang dimediasi oleh nosiseptor. Nyeri yang
digambarkan sebagai nyeri yang mendalam, sakit dan kolik. Sulit untuk
dilokalisasi dan sering dirasa pada daerah cutaneus, yang mungkin lembut
(Gililland, 2008).
a. Nyeri menjalar
sekitarnya. Misalnya, nyeri jantung tidak hanya dapat dirasakan di dada tetapi
juga dirasakan di bahu kiri dan turun ke lengan (Kozier, et al., 2010).
b. Nyeri alih
Nyeri alih adalah nyeri yang di rasakan di satu bagian tubuh yang cukup
jauh dari jaringan yang menyebabkan nyeri. Misalnya, nyeri yang berasal dari
sebuah bagian visera abdomen dapat dirasakan di suatu area kulit yang jauh dari
Nyeri alih adalah bentuk nyeri viseral dan dirasakan di daerah yang jauh
dari tempat stimulus. Itu terjadi ketika serat saraf yang melayani area tubuh yang
jauh dari tempat stimulus lewat di dekat stimulus. Sensasi nyeri alih mungkin
intens, dan mungkin ada sedikit atau tidak ada rasa sakit pada titik stimulus
Nyeri tak tertahankan adalah nyeri yang sangat sulit diredakan. Salah satu
contohnya adalah nyeri akibat keganasan stadium lanjut (Kozier, et al., 2010).
d. Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik adalah nyeri akibat kerusakan sistem saraf tepi atau saraf
pusat di masa kini atau masa lalu dan mungkin tidak mempunyai sebuah stimulus,
seperti kerusakan jaringan atau saraf untuk rasa nyeri. Nyeri neuropatik
terbakar, nyeri tumpul dan nyeri tumpul yang berkepanjangan (Kozier, et al.,
2010). Nyeri yang melibatkan sistem saraf pusat atau sistem saraf perifer
(Gililland, 2008).
e. Nyeri bayangan
Nyeri bayangan adalah sensasi rasa nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh
yang telah hilang misal pada kaki yang telah di amputasi. Nyeri bayangan disebut
mengalami atau merasakan sensasi di bagian tubuh yang sudah diamputasi seolah-
olah bagian tersebut masih ada atau melekat. Serabut saraf yang melayani bagian
ini terus meluas ke bagian perifer, yang berakhir di lokasi sayatan (Black &
Hawks, 2009).
f. Breakthrough pain
Breakthrough pain adalah nyeri yang datang tiba-tiba untuk jangka waktu
yang singkat serta tidak dapat diatasi dengan manajemen nyeri yang normal oleh
pasien. Hal ini sering terjadi pada pasien kanker yang sering memiliki tingkat latar
belakang nyeri yang dikendalikan oleh obat-obatan (Black & Hawks, 2009).
1. Intensitas nyeri
numerik (pain numerical rating scale atau PNRS), dimana 0 sama dengan tidak
nyeri dan 10 sama dengan nyeri hebat yang dikembangkan oleh McCafferey &
Beebe (1993).
Gambar 2.1. Pain Numerical Rating Scale (McCafferey & Beebe, 1993)
Keterangan:
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
perilaku atau behavioral pain assessment scale, dengan skor 0 10. Skor total
Tabel. 2.1 Behavioral Pain Assesment Scale (Campbell, 2000 dalam Scott &
McDonald, 2007)
Wajah 0 1 2 Face
Otot wajah Otot wajah Sering ke selalau score:
rileks tegang, mengerutkan
mengerut, wajah, dagu
mimic wajah mengepal
kesakitan
Restlessness 0 1 2 Restlessness
Diam, Kadang-kadang Sering score:
tampilan gerakan gelisah, memperlihatkan
rileks, posisi tegang gerakan
pergerakan kegelisahan
normal
Vocalisasi 0 1 2 Vocalisation
Tidak ada Kadang-kadang Sering berguman, score:
suara berguman, menangis dan
abnormal menangis, atau menggerutu
menggerutu
Consolability 0 1 2 Consolability
(Kenyamanan) rileks Nyaman bila Sulit untuk merasa score:
disentuh, nyaman baik
distractible dengan sentuhan
atau perbincangan
Meliputi letak atau lokasi dimana nyeri dirasakan, durasi atau waktu nyeri
berlangsung (menit, jam, hari, bulan dan sebagainya), irama (misal terus menerus,
hilang timbul) dan kualitas nyeri (misal nyeri seperti ditusuk, seperti terbakar,
dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja dan aktivitas-aktivitas santai. Nyeri akut
1. Farmakologi
Analgesik opioid terdiri dari turunan opium, seperti morfin dan kodein.
Opioid meredakan nyeri dan memberi rasa euforia lebih besar dengan mengikat
reseptor opiat dan mengaktivasi endogen (muncul dari penyebab di dalam tubuh)
penekan nyeri dalam susunan saraf pusat. Perubahan alam perasaan dan sikap
serta perasaan sejahtera membuat individu lebih nyaman meskipun nyeri tetap
Opioid adalah obat yang aman dan efektif. Obat-obatan ini bekerja dengan
cara meningkatkan sensitivitas dan durasi yang lebih lama dalam menurunkan
antiinflamation drugs/NSAID)
Non opioid mencakup asetaminofen dan obat anti inflamasi non steroid
(NSAID) seperti ibuprofen. NSAID memiliki efek anti inflamasi, analgesik, dan
Obat-obatan ini meredakan nyeri dengan bekerja pada ujung saraf tepi di tempat
Non opioid dan NSAID memiliki peran yang berguna dalam manajemen
c. Analgesik penyerta
penggunaan analgesik tetapi terbukti mengurangi nyeri kronik dan kadang kala
nyeri akut, selain kerja utamanya. Misalnya, sedatif ringan atau penenang dapat
membantu mengurangi ansietas, stres dan ketegangan sehingga pasien dapat tidur
depresi atau gangguan alam perasaan yang mendasari tetapi dapat juga
2. Non farmakologi
dapat dilakukan dengan cara terapi fisik (meliputi stimulasi kulit, pijatan, kompres
hangat dan dingin, TENS, akupunktur dan akupresur) serta kognitif dan
a. Intervensi fisik
fisiologis, dan mengurangi rasa takut yang berhubungan dengan imobilitas akibat
rasa nyeri atau keterbatasan aktivitas (Kozier, et al., 2010) . Intervensi fisik
1) Stimulasi kutaneus
terapi dingin, terapi panas, tekanan, getaran atau pijatan (DeLaune & Ladner,
2011).
persepsi nyeri. Selain itu, stimulasi kutaneus juga dipercaya dapat menghasilkan
impuls nyeri melalui serabut A-delta dan C yang lebih kecil (Kozier, et al., 2010).
a) Pijat
area tersebut. Terapi pijat mengembangkan reaksi ini menjadi cara untuk
drainase limfatik. Pijat juga memiliki efek biokimia, yaitu meningkatkan kadar
dopamin dan limfosit serta memproduksi sel pembunuh secara alami (Corbin,
Aplikasi panas dan dingin dapat dilakukan dengan mandi air hangat,
bantalan panas, kantung es, pijat es, kompres panas atau dingin dan mandi rendam
mengurangi rasa sakit. Aplikasi ini bekerja mengatasi nyeri dengan cara
2001).
Aplikasi panas atau dingin disebut juga dengan terapi panas atau terapi
dingin, adalah alat manajemen nyeri yang efektif, keduanya mudah didapat dan
pada prinsip pengobatan tradisonal Asia. Cara kerjanya mirip akupunktur dan
Terapis menekankan jari pada titik-titik yang berhubungan dengan banyak titik
yang digunakan dalam akupunktur (Kozier, et al., 2010). Rangsangan pada titik
intervensi kompleks yang mungkin berbeda untuk tiap-tiap pasien yang berbeda
dengan keluhan utama yang sama, lama perawatan dan titik-titik akupunktur yang
1997).
Cara kerja akupunktur mencakup dua teori, yang pertama adalah teori
gerbang yaitu adanya mekanisme refleks pada jalur saraf yang dapat menutup rasa
sakit, hal ini mengurangi rasa sakit yang dialami seseorang. Yang kedua yaitu
teori endorfin, endorfin mempunyai efek pembunuh nyeri yang mirip obat,
ini menemukan bahwa terdapat perbedaan intensitas nyeri yang signifikan pada
d) Stimulasi kolateral
berlawanan dengan area yang sakit (misal; menstimulasi lutut kiri jika nyeri
berada di lutut kanan). Area kolateral dapat digaruk karena gatal, dimasase karena
kram, atau diberi kompres dingin atau salep analgesik. Metode ini terutama
berguna jika area yang menyakitkan tidak dapat disentuh karena hipersensitif,
tidak dapat diakses karena terpasang gips atau perban, atau jika nyeri dirasakan di
bagian tubuh yang telah tidak ada atau nyeri bayangan (Kozier, et al., 2010).
2) Imobilisasi
misal pada artritis sendi, trauma ekstremitas dapat membantu mengatasi episode
nyeri akut. Bebat atau alat penyangga harus menahan sendi pada posisi fungsi
yang optimum dan harus digerakkan secara teratur sesuai dengan protokol
Malanga & Nadler (1999) menjelaskan bahwa bed rest atau istirahat dalam
pengobatan LBP masih kontroversial. Walaupun mungkin ada beberapa efek yang
pasien istirahat di tempat tidur, bed rest ternyata juga memiliki banyak efek
istirahat di tempat tidur dan imobilisasi. untuk gejala penyakit LBP istirahat di
tempat tidur yang terbatas dalam hubungannya dengan berdiri dan berjalan. Selain
itu pasien harus dididik untuk menghindari posisi yang meningkatkan tekanan
penelitian, 2 hari istirahat di tempat tidur dapat disarankan untuk pasien dengan
LBP.
sistem saraf tepi dan sistem saraf pusat sehingga menghasilkan penurunan nyeri
TENS tidak mengobati penyebab rasa sakit tetapi bekerja pada persepsi atau
sensasi rasa sakit. TENS bekerja melalui dua cara yaitu memblokir sinyal nyeri
pelepasan penghilang rasa sakit dari dalam tubuh sendiri yaitu zat kimia yang
disebut endorfin.
DeLaune & Ladner, 2011). CBI didesain untuk mengajarkan klien dan
yang menjadi bagian penting dari manajemen nyeri serta dapat digunakan
bersamaaan dengan pemakaian analgesik yang tepat. Tujuan dari intervensi ini
adalah menolong klien agar dapat mengontrol secara keseluruhan nyeri yang
a) Distraksi
dialihkan dari rasa nyeri ke sesuatu hal yang lain (DeLaune & Ladner, 2011).
nyeri (Smeltzer & Bare, 2002). Kozier, et al., (2010) membagi tipe distraksi
terbimbing.
ii. Distraksi Auditor adalah tekhnik pengalihan nyeri yang dilakukan dengan
iv. Distraksi intelektual adalah pengalihan nyeri yang dilakukan dengan cara
b) Reframing
Reframing adalah suatu tekhnik yang dapat diajarkan pada klien untuk
positif. Mengajarkan klien cara memaknai atau memahami suatu rasa nyeri
rasa sakit menjadi lebih buruk. Reframing, mengganti pikiran yang negatif
menjadi pikiran yang positif dapat mengurangi stres serta dapat menimbulkan
c) Tekhnik relaksasi
cemas dan tekanan otot. Meliputi imagery dan progresive muscle relaxation
Hasil review dari sembilan percobaan acak ditemukan bahwa relaksasi efektif
d) Biofeedback
serta memberi pengaruh respon fisiologis atas diri mereka terhadap nyeri
bagaimana proses fisiologis dalam tubuh dapat terpengaruh secara negatif oleh
hanya satu alat untuk meningkatkan kontrol atas kehidupan dan nyeri (Mayo
Clinic, 2006)
e) Latihan fisik
teknik mengangkat atau postur tubuh yang tepat. Dalam program ini, pasien
berpartisipasi dalam latihan rentang gerak pada pagi hari untuk membantu mereka
menjadi lebih lentur dan mempersiapkan tubuh untuk menjalani hari. Latihan
Inflammatory Bowel Disease (IBD-AID) yaitu suatu regimen nutrisi atau diet
untuk penyakit inflamasi saluran cerna bagian bawah selama 4 minggu atau lebih
setidaknya satu obat IBD mereka sebelumnya, dan semua responden memiliki
g) Herbal
Herba telah lama digunakan untuk mengatasi nyeri (DeLaune & Ladner,
2011). Herba adalah tanaman yang dinilai bermanfaat karena sifat obat, rasa, dan
enzim COX-2 oleh senyawa sintetik adalah suatu pendekatan yang menjanjikan
untuk mengurangi peradangan dan nyeri. Obat herbal adalah sumber besar
biomolekul di alam yang belum ditemukan dan diketahui yang dapat memberikan
3. Terapi invasif
Terapi invasif adalah suatu tindakan atau terapi untuk menghilangkan nyeri
yang sifatnya permanen, dan hanya dilakukan sebagai upaya terakhir, secara
umum tindakan ini dilakukan untuk mengatasi nyeri yang tidak terkendali
pasien yang tidak menanggapi terapi lain. Dalam teknik ini, elektroda ditanamkan
dalam tubuh pasien untuk mengirim arus listrik lembut ke saraf di tulang belakang
atau otak. Stimulasi saraf tulang belakang telah digunakan untuk nyeri punggung
kronis dan / atau sakit pada daerah kaki setelah operasi lumbal, nyeri akibat
Kekurangan dari terapi ini adalah biaya yang tinggi dan risiko pengobatan invasif
seperti infeksi.
penyakit yang mendasar, hanya dilakukan pada kasus di mana pendekatan atau
tindak lanjut.
Seorang ahli bedah dapat memotong saraf yang berada dekat dengan
sakit ke otak. Hasil terbaiknya adalah tindakan operasi mampu mengurangi rasa
sakit dan menghilangkan kebutuhan untuk sebagian atau seluruh obat penghilang
rasa sakit hanya sebentar, menciptakan rasa sakit baru dari kerusakan saraf di
mengalami cedera.
otot, atau kekakuan yang terletak di bawah batas kosta dan di atas lipatan glutealis
inferior, dengan atau tanpa sakit kaki (sciatica). Menurut SPMA (2012) LBP
adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai
lumbosakral (sekitar tulang ekor), disertai adanya kekakuan pada bagian bawah
punggung.
Menurut IASP (dalam Yuliana, 2011), yang termasuk dalam LBP adalah:
Adalah nyeri di daerah yang dibatasi: superior oleh garis trasversal imajiner
yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra thorakalis terakhir, inferior
oleh garis trasversal imajiner yang melalui ujung prosesus soinosus dari vertebra
sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas lateral
spina lumbalis.
Adalah nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis trasversal imajiner
yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis pertama, inferior oleh garis
trasversal imajiner yang melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh
3. Lumbosacral pain
Adalah nyeri di daerah sepertiga bawah daerah lumbar spinal pain dan
LBP terbagi ke dalam dua bentuk berdasarkan lamanya nyeri yang dirasakan
oleh pasien:
LBP akut adalah nyeri yang dirasakan kurang dari atau selama empat
minggu. Low back pain akut biasanya diasosiasikan dengan beberapa aktivitas
yang disebabkan stress yang tidak biasa pada jaringan punggung bawah. Gejala
(2008) LBP akut adalah nyeri punggung yang berlangsung kurang dari enam
LBP kronik adalah nyeri yang dirasakan kurang lebih tiga bulan atau pada
terutama sekali saat bangkit atau bangun setelah duduk dalam waktu yang lama
(Lewis, et al., 2011). LBP dapat menjadi kronik jika gejala yang dirasakan lebih
dari tiga bulan dan menetap hingga dua belas bulan atu lebih (Davies, 2008).
Selain itu, IASP (dalam Yuliana, 2011) membagi LBP ke dalam LBP akut
adalah nyeri yang telah dirasakan kurang dari tiga bulan, LBP kronik adalah nyeri
yang telah dirasakan sekurang-kurangnya tiga bulan dan LBP subakut adalah
nyeri yang telah dirasakan minimal lima sampai tujuh minggu, tetapi tidak lebih
LBP dapat disebabkan oleh beberapa hal dibawah ini diantaranya adalah:
1. Strain otot
Strain atau spasme otot adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan,
otot pada tulang belakang, Vertebra adalah tulang yang membentuk tulang
belakang di mana tulang belakang lewat. Ketika otot-otot ini atau ligamen
Karena saraf mencapai semua bagian tubuh dari sumsum tulang belakang,
Menurut Safety Matter @ Work (2008), Strain atau spasme otot pada tulang
menekuk. Ketegangan pada otot lumbal terjadi ketika otot bergerak secara
2. Sprain ligamen
gerakan menjepit atau memutar. Fungsi ligamen adalah menjaga stabilitas namun
sendi terasa nyeri tekan dan gerakan sendi terasa sangat nyeri (Smeltzer, 2002).
Sprain pada ligamen lumbal disebabkan ketika ligamen dan tulang serta
3. Degenerasi disc
pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resopsi tulang lebih besar dari
Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi
mudah fraktur dengan stress yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang
(Smeltzer, 2002).
Herniasi disc, kebanyakan terjadi pada disc ke dua dari bawah dari tulang
belakang lumbal, dan tepat di bawah pinggang. Sebuah lumbal hernia disc dapat
menekan ujung saraf di tulang belakang dan dapat menyebabkan rasa sakit, mati
rasa, kesemutan atau kelemahan dari kaki yang disebut sciatica (North American
pulposus dari diskus ke dalam anulus (cincin fibrosa di sekitar diskus), yang
sentral dan lateral, HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri yang terletak pada
punggung bawah, ditengah-tengah antara bokong dan betis, belakang tumit dan
5. Spondhylosis
Spondilosis adalah fraktur stres melalui pars interarticularis yang bisa terjadi
terhadap stres mekanik karena tulang belakang pada daerah ini terus bergerak
sedangkan tulang panggul berada pada keadaan tetap di wilayah ini, karena itu lesi
yang paling umum terjadi disini. Nyeri sering terlokalisasi, memburuk saat
melakukan posisi ekstensi dan rotasi, dan nyeri semakin memberat pada malam
6. Spondilolithesis
dari tempat yang semestinya, Jika perpindahan berlebihan, nyeri dan kelainan
7. Spinal stenosis
Spinal stenosis adalah penyempitan kanal vertebra atau kanal serabut saraf
yang diakibatkan pergerakan tulang yang masuk ke dalam ruas atau kanal tulang
seluruh spinal cord. Jika tekanan tidak di tanggulangi, kelemahan dan kelumpuhan
beberapa orang terhadap munculnya rasa sakit yang terkait dengan penyakit
2012). Black dan Hawks (2009) membagi penyebab LBP ke dalam empat
kelompok yaitu:
a. Biomekanikal
LBP yang terjadi karena adanya kompresi pada disc, herniasi disc,torsion
injury dan vibrasi. Masalah-masalah tersebut didapati pada pasien yang memiliki
b. Destruktif
LBP yang terjadi karena adanya infeksi, tumor dan penyakit reumatoid.
c. Degeneratif
LBP yang terjadi karena adanya penyakit osteoporosis dan stenosis spinal.
pada serabut saraf. Kolumna spinalis dapat menyempit dan menekan saraf,
kondisi ini disebut spinal stenosis, dan biasanya dijumpai pada orang tua.
d. Kelainan lainnya
LBP juga dapat terjadi karena kelainan psikologis seperti depresi, stres dan
2013), aktivitas tubuh yang kurang baik, kegemukan kondisi fisik yang lemah,
kesalahan posisi pada saat tidur dan berdiri, beberapa aktivitas seperti jogging dan
berlari, mengangkat beban berat dan duduk dalam waktu yang lama (Erhlick,
2003), gaya hidup (Schoen, 2004) juga dapat menyebabkan terjadinya LBP.
yaitu artritis atau penyakit sendi lainnya seperti osteoporosis, infeksi virus atau
1. Obesitas
Obesitas adalah berat badan yang berlebihan (Perry, 2013). Obesitas adalah
salah satu dari beberapa faktor gaya hidup yang telah diduga tidak hanya
berkaitan dengan hubungan antara obesitas dan LBP. Berat badan yang berlebihan
bisa memiliki efek buruk mekanik di bagian belakang disebabkan oleh bantalan
berat badan yang berlebihan (Kelsey, 1975 ; Aro & Leino, 1985; Pope 1985;
Eliovaara, 1987; Deyo & Bass 1989; Bostman 1993; Wright, et al., 1995 dalam
2. Kondisi fisik yang buruk serta postur tubuh yang buruk dan posisi tidur
4. Duduk untuk waktu yang lama seperti duduk didalam mobil, truk atau
duduk pada kursi yang tidak menyangga postur dengan baik (Ehrlick, 2003;
Cooper, 2003).
LBP juga merupakan keluhan yang erat berkaitan dengan usia, biasanya
nyeri ini mulai dirasakan pada mereka pada usia dekade ke dua dan insiden tinggi
dijumpai pada dekade ke lima. Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan
Kasjmir, 1999).
1. Nyeri pada daerah punggung dan tungkai bawah disertai dengan kekakuan
bulan tanpa perbaikan), nyeri akan semakin jelas pada saat melakukan
Hawks, 2009).
yang normal dan mungkin ada deformitas tulang belakang (Smeltzer, 2012).
4. Hipererestesia (mati rasa dan tingling) pada area yang dijalari serabut saraf
1. Farmakologis
LBP.
Merupakan obat bebas yang paling efektif untuk LBP dengan efek samping
yang paing sedikit. Obat ini tidak memiliki efek anti inflamasi. Obat ini
mengurangi nyeri dengan bekerja secara sentral di otak untuk mematikan persepsi
dapat diterima. Obat ini murah, mudah didapat serta memiliki efek atau resiko
yang rendah (Malanga & Nadler, 1999). Asetaminofen bekerja dalam menurunkan
nyeri dengan menghambat sistesis prostaglandin pada sistem saraf pusat (Wilson,
2008).
Penggunaan OAINS (obat anti inflamasi non steroid) lebih baik secara
terus menerus agar terbentuk suatu konsentrasi obat anti inflamasi di dalam
darah, dan efektivitas OAINS berkurang apabila hanya digunakan setiap merasa
nyeri. Karena OAINS dan asetaminofen bekerja dengan mekanisme yang berbeda,
maka kedua obat ini dapat digunakan secara bersamaan (Rahim, 2013). OAINS
merupakan pilihan pertama untuk penanganan LBP karena obat ini selain
Nadler, 1999).
demikian menurunkan impuls nyeri yang dihantarkan oleh sistem saraf pusat
(Wilson, 2008).
mengatasi nyerinya. Untuk serangan LBP yang berat, obat anti nyeri
punggung bawah untuk periode watu yang singkat (kurang dari dua minggu).
Setelah dua minggu pertama, tubuh secara cepat membangun toleransi alami
LBP harus dibatasi pada rasa sakit yang tidak berespon terhadap pengobatan
kontraindikasi (Malanga & Nadler, 1999). Walaupun obatanti nyeri golongan ini
dapat digunakan untuk mengatasi nyeri yang sangat hebat, namun menurut
Bogduk (2004) penggunaan obat anti nyeri golongan ini sebaiknya digunakan
secara hati-hati. Obat-obatan anti nyeri golongan narkotika bekerja dengan cara
penyakit LBP, dan biasanya dalam jangka waktu yang singkat, dengan
dalam beberapa pasien dengan LBP serta memiliki efek tambahan yang
Nadler, 1999). Obat ini bekerja dengan cara mengurangi kejang pada otot yang
Obat ini bekerja secara sentral (di otak) untuk memodulasi sensasi rasa sakit
dan tidak memiliki efek anti inflamasi. Ini adalah pereda nyeri yang lebih kuat
dibandingkan asetaminofen, tapi tidak sekuat obat jenis narkotika. Obat ini
sering menjadi pilihan yang baik untuk perawatan LBP karena pasien tidak
memiliki toleransi terhadap penggunaan yang lama dan angka kejadian yang
Obat-obat ini bekerja dengan dua cara yang pertama sebagai reseptor
(Wilson, 2008).
Steroid oral digunakan untuk jangka waktu yang singkat (satu hingga dua
minggu). Steroid oral ada dalam berbagai bentuk di mana pasien diberikan mulai
dengan dosis tinggi untuk awal nyeri punggung bawah dan kemudian turun ke
dosis yang lebih rendah untuk lebih dari lima atau enam hari (Rahim, 2013).
Steroid oral memberikan efek anti-inflamasi yang kuat, obat ini berguna
inflamasi dengan steroid lebih lengkap dibanding dengan OAINS karena respon
membuat lebih sulit untuk mengatasi rasa sakit. Oleh karena itu, sering kali
penting untuk mengatasi nyeri sakit dan obat depresi harus diperlakukan secara
simultan untuk menghasilkan pengobatan yang sukses (Rahim, 2013). Obat ini
Nadler, 1999).
nyeri saraf (yang sering bermanifestasi sebagai nyeri tungkai) dan bagi pasien
neuroleptik untuk jangka waktu yang panjang secara aman. Obat-obatan ini
tidak bersifat adiktif dan dapat ditolertir dengan baik oleh pasien (Rahim, 2013).
i. Obat-obatan osteoporosis
2. Non Farmakologis
meliputi terapi fisik aktif dapat dilakukan dengan latihan, peregangan dan
penguatan dan terapi fisik pasif atau terapi modalitas yaitu dengan pengompresan
dapat diberikan juga obat-obatan golongan anti nyeri golongan opioid jika
mengurangi aktifitas fisik dengan cara bed rest total, pemberian obat-obatan
atau kompres dingin), ultrasound, pijatan, TENS, terapi fisik dan injeksi
dilakukan ketika telah terjadi kerusakan umum yang didapatkan dari hasil -
hasil tes diagnostik, penderita low back pain tidak memberikan respon
nyeri yang menetap yang disertai atau tidak adanya penurunan neurologi.
1299 pasien LBP yang mengikuti penelitian ini 691 (51%) menggunakan lebih
dari satu modalitas CAM untuk mengatasi nyeri LBP mereka, dimana penggunaan
terapi panas dipakai oleh 476 pasien untuk mengatasi nyeri LBP.
a. Rest
b. Ice
Gunakan kompres dingin pada punggung bawah selama 15 menit setiap 1-2
c. Early Exercise
punggung) untuk menurunkan rasa sakit. Jangan lakukan latihan jika dapat
meningkatkan nyeri.
d. Positioning
peredaan nyeri (Kozier. et al., 2010). Arovah (2010) menyatakan bahwa terapi
panas disebut juga dengan istilah thermotherapy yaitu pemberian aplikasi panas
ketegangan otot (Arovah, 2010), terapi ini adalah terapi sederhana yang dapat
secara efektif mengurangi rasa sakit, inflamasi dan spasme otot (Metules, 2007).
melebarkan pembuluh darah yang dapat meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi
kekakuan otot (Arovah, 2010). Panas, di sisi lain, mengontrol peradangan dengan
meningkat dengan cepat membawa zat kekebalan tubuh ke area tersebut dan
Menurut Potter dan Perry (2009) kerja thermotherapy pada dasarnya adalah
(pengaliran lewat medium cair atau gas), konversi (pengubahan bentuk energi)
lama pemberian panas, dan respon jaringan terhadap panas. Pada dasarnya setelah
panas terabsorbsi pada jaringan tubuh, panas akan disebarkan ke daerah sekitar.
Supaya tujuan terapeutik dapat tercapai jumlah energi panas yang diberikan harus
dan meningkatkan aliran darah ke area yang terinfeksi, membawa oksigen, zat
dan mengurangi kekakuan sendi oleh peningkatan elastisitas otot (Gatlin &
Schulmeister, 2007).
pada daerah peradangan dan penurunan viskositas darah. Aliran darah meningkat
dengan cepat membawa zat-zat kekebalan atau imum ke area yang sakit dan
berbagai keadaan seperti kekakuan otot atau hernia discus intervertebra. Pada
kondisi hernia diskus intervertebralis isi dari diskus intervertebralis keluar dari
tempatnya karena tekanan kronis maupun akut dan menjepit syaraf spinalis.
Sebagian besar kasus hernia ini dicetuskan oleh kekakuan otot, oleh karenanya
keadaan ini dapat diperbaiki dengan thermotherapy. Selain itu sprain ( robekan
ligamen sendi) dan strain ( robekan otot) juga dapat diatasi dengan
thermotherapy.
a. Krim panas.
Krim panas dapat meredakan nyeri otot ringan. Walaupun demikian krim
tidak dapat menembus otot sehingga kurang efektif dalam mengatasi nyeri otot
(Arovah, 2010). Krim diklofenak adalah salah satu krim yang dapat digunakan
pergelangan kaki akibat keseleo (sprain) pada 134 responden yang mengalami
sprain 48 jam sebelum penelitian dilakukan selama satu minggu pemakaian krim
placebo dalam menghilangkan rasa sakit (nyeri yang timbul akibat gerakan)
Bantal yang dipergunakan berupa kain yang berisi silika gel yang dapat
pada leher, tulang belakang dan kaki. Bantal pemanas juga dipergunakan untuk
2010).
Menurut Medical Center The Ohio State University (2009) Panas adalah
aplikasi kehangatan pada kulit untuk menghilangkan nyeri. Salah satu metode
aplikasi panas yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan sebuah bantal
nyeri tetapi bekerja dengan obat nyeri untuk membantu mendapatkan bantuan
hydrocollator dan berisi silika gel yang dapat direndam pada air panas. Kantong
dari teknik ini adalah teknik ini tidak dapat menjangkau otot karena hambatan dari
lapisan lemak subcutaneus yang bertindak sebagai isolator dan reaksi vasodilatasi
yang kemudian mentransfer panas ke bagian tubuh yang lain (Arovah, 2010).
Kantong atau botol air panas merupakan sumber terapi panas kering yang
biasa di gunakan di rumah. Alat ini sangat nyaman dan relatif tidak mahal
(Arovah, 2010). Suhu air yang berada dalam kantong harus memiliki nilai yang
individu dewasa yang lemah atau tidak sadar 40,5 C sampai 46 C (Kozier, et
al., 2010) dengan lamanya pemakaian berkisar 15-20 menit (Kusyati, 2006).
dengan obat nyeri untuk membantu mendapatkan pereda nyeri yang lebih baik
e. Tangki whirlpool
Kecepatan dan arah gerakan air diatur dengan banyak sedikitnya udara yang
f. Parafin bath
terapi nyeri bagian ujung-ujung tubuh. Parafin merupakan semacam lilin cair
yang tidak berwarna yang terbuat dari hidrokarbon yang dipergunakan sebagai
digunakan selama puluhan tahun oleh dokter, ahli fisioterapi dan terapis okupasi
dalam melakukan rehabilitasi dan manajemen nyeri serta tenaga medis profesional
peradangan, strain, kejang otot, dan banyak lagi. Terapi panas parafin adalah
suatu metode non-invasif yang menerapkan panas untuk meredakan kekakuan otot
meningkatkan penyediaan nutrisi dan oksigen pada tingkat sel dan membuang
panas dan dingin. Biasanya digunakan untuk apliaksi pada ekstremitas. Pada
hangat (41-43 C) dan penampungan air dingin (10 -18 C). Terapi ini
diindikasikan pada fase peralihan antara tahap akut dan kronis dimana diperlukan
peningkatan suhu secara minimal untuk meningkatkan aliran darah tapi mencegah
pembilasan sisa metabolisme. Secara bergantian air dingin dan panas pada kulit
dan otot perifer akan mengenai pembuluh darah yang ada pada kulit maka
pembuluh darah yang terkena akan menyempit dan melebar yang bertindak
sebagai pompa dalam otot sehingga sensasi yang terjadi akan mengurangi nyeri
(Lane, 2010).
jaringan yang lebih dalam. Gelombang tersebut secara selektif diserap oleh
jaringan dengan kadar air yang tinggi misalkan otot. Banyaknya energi panas
diserap oleh otot bergantung pada ketebalan otot dan tebalnya lapisan lemak di
bawah kulit. Bentuk terapi dengan shortwave diathermy dapat berupa gelombang
i. Terapi ultrasound
yang dapat dirubah menjadi panas pada jaringan tubuh bagian dalam. Gelombang
suara ultra juga memiliki efek anti inflamasi yang kuat serta efektif untuk
(Arovah, 2010).
Arovah (2010).
Terapi dingin adalah penerapan bahan atau alat yang dingin pada
bagian tubuh yang mengalami nyeri. Terapi dingin merupakan terapi yang
sederhana dan merupakan salah satu metode penyembuhan non farmakologi yang
vasokonstriksi lokal dan viskositas darah meningkat. Aliran darah menurun dan
(Metules, 2007).
Inti dari terapi dingin adalah menyerap kalori area lokal cedera sehingga
terjadi penurunan suhu. Semakin lama waktu terapi, penetrasi dingin semakin
dalam. Pada umumnya terapi dingin pada suhu 3,5 C selama 10 menit dapat
kandungan air yang tinggi merupakan konduktor yang baik sedangkan jaringan
1999).
Pada terapi dingin, digunakan modalitas terapi yang dapat menyerap suhu
Efek pendinginan yang terjadi tergantung jenis aplikasi terapi dingin, lama terapi
dan konduktivitas. Pada dasarnya agar terapi dapat efektif, lokal cedera harus
dapat diturunkan suhunya dalam jangka waktu yang mencukupi (Arovah, 2010).
a. Mengurangi suhu daerah yang sakit, membatasi aliran darah dan mencegah
cairan masuk ke jaringan di sekitar luka. Hal ini akan mengurangi nyeri dan
pembengkakan.
Selain itu menurut ASPMN (2002 dalam DArchy, 2007) terapi dingin
vasokonstriksi pembuluh darah, merelaksasi otot pada area yang sakit serta
Arovah (2010) antara lain cedera (sprain, strain dan kontusi), sakit kepala
(migrain, tension headache dan cluster headache) dan peradangan pada sendi.
a. Es dan masase es
krim yang memiliki pegangan atau gagang yang dibungkus dengan handuk yang
dilapisi kantok plastik, tempatkan es pada area yang sakit gosokkan es di atas
kulit dengan handuk sebagai es mencair, pijat daerah selama 5 sampai 7 menit
dan membuat es tersebut dapat terjaga dalam waktu relatif lama di luar freezer
dari pada kemasan plastik. Terdapat dua jenis ice packs yaitu yang berbahan gel
hypoallergenic dan yang berisi cairan atau kristal. Pada umumnya ice packs dapat
dipergunakan selama 15 sampai 20 menit. Pada kemasan ice packs yang berupa
Ice packs yang umum digunakan dalam aplikasi dingin harus digunakan
dengan menempatkan handuk antara kulit dan ice packs untuk menjaga rasa
dingin yang ekstrim selama kontak antara kulit dengan es. Pengobatan dingin
dapat dilakukan selama 15-30 menit rata-rata sampai sensasi mati rasa dirasakan
pada area yang sakit . Ice packs harus diterapkan setidaknya selama 20 menit
(Demir, 2012).
c. Kantong air es
kantong air es pada area yang sakit dimana kantong akan diisi batu-batu es serta
sedikit air yang diaplikasikan pada area yang sakit selama 15-20 menit (New York
Chiropractice College, 2003) dengan suhu air yang digunakan berkisar 3-7 C
kantong air es. Kantong air es bukanlah obat penghilang rasa sakit tetapi bekerja
dengan obat nyeri untuk membantu mendapatkan bantuan nyeri yang lebih baik.
d. Vapocoolant spray
peregangan dan penyemprotan dalam satu arah saja pada sudut akut ke daerah
kulit yang berdekatan dengan area sakit. Peregangan pasif lembut diterapkan saat
penyemprotan.
Cold baths merupakan terapi mandi di dalam air dingin dalm jangka waktu
Pada terapi ini air dan es dicampur untuk mendpatkan suhu 10C sampai dengan
berkurang, terapi dihentikan dan dilanjutkan terapi lain seperti massage atau
kembali. Dalam tiap sesi terapi, perendaman kembali dapat dilakukan sampai tiga
Teori keperawatan yang akan di aplikasikan pada penelitian ini adalah teori
diadaptasi dari teori integral Wilber (4 kuadran tersebut adalah individual interior,
dikembangkan oleh Dossey (2008). Healing adalah integrasi dari totalitas tubuh
pikiran, dan jiwa; kebaikan yang melekat pada manusia; kemampuan untuk
(2010) CAM terdiri atas terapi komlementer dan terapi alternatif, terapi
komplementer adalah semua terapi yang digunakan sebagai tambahan untuk terapi
practice (terapi secara biologi) dan energi medicine (terapi energi). Terapi secara
Hydrotherapy adalah penggunaan air, es, uap dan temperatur panas atau
yang dapat dilkukan meliputi berendam seluruh badan, mandi uap atau sauna dan
Penurunan Skala
Nyeri HEALING
manajemen nyeri non farmakologi yang dapat dilakukan diantaranya adalah terapi
yang akan diteliti. Variabel adalah karakteristik yang melekat pada populasi,
bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya dan diteliti dalam suatu
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel dependen yaitu intensitas
nyeri pasien LBP dan variabel independen adalah terapi panas, terapi dingin,
bahwa nyeri pada penderita LBP akan tangani dengan aplikasi hydrotherapy
dalam bentuk terapi panas, terapi dingin dan terapi panas - dingin.
proses tersebut, diharapkan terjadi perubahan intensitas nyeri pada pasien LBP,
yang selanjutnya akan dididentifikasi kelompok intervensi mana yang lebih baik
sebagai berikut:
Terapi Panas
Terapi Panas -
Dingin