You are on page 1of 58

PENGARUH KOMPOSISI SUBSTRAT BERBEDA TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KERANG


POKEA (Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897)

SKRIPSI

OLEH :

LA HINU
I1A2 13 046

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017

i
PENGARUH KOMPOSISI SUBSTRAT BERBEDA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KERANG POKEA
(Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897)

Effect of Different Substrate Compositions on the Growth and Survival Rate


of Pokea freshwater clam
(Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897)

SKRIPSI

OLEH :
LA HINU
I1A2 13 046

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
pada Jurusan Budidaya Perairan

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Komposisi Substrat Berbeda terhadap


Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Kerang Pokea
(Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897)

Nama : La Hinu

Stambuk : I1A2 13 046

Jurusan : Budidaya Perairan

Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan

Menyetujui,

A. Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muhaimin Hamzah, S.Pi., M,Si Dr. Bahtiar, S.Pi., M,Si


NIP. 19750815 200501 1 003 NIP. 19770114 200012 1 001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ketua Jurusan Budidaya Perairan
Ilmu Kelautan

Prof. Ir. H. La Sara, M.Si., Ph.D H. Agus Kurnia, S,Pi., M.Si., Ph.D
NIP. 19600422 198703 1 003 NIP. 19700802 199512 1 001

Tanggal Lulus: 19 Juni 2017

iii
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI DENGAN JUDUL

INI ADALAH KARYA SAYA DENGAN ARAHAN DARI PEMBIMBING

DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN KEPADA

PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER INFORMASI YANG

BERASAL ATAU DIKUTIP DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN

DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI

BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI. APABILA DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI

DAN DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL JIPLAKAN,

MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN

YANG BERLAKU.

KENDARI, 19 JUNI 2017

LA HINU
NIM. I1A213046

iv
RIWAYAT HIDUP

La Hinu, lahir di Desa Lolibu, Kecamatan Lakudo,

Kabupaten Buton Tengah tanggal 20 Juni tahun 1992

merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari

pasangan La Arisi dan Wa Moasi. Penulis mengenyam

pendidikan dasar pada tahun 1998 di SDN 2 Lolibu

Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah dan lulus pada tahun 2004. Pada

tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 3 Lakudo dan lulus pada

tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di MAN 1 Lakudo dan

lulus pada tahun 2011. Tahun 2013 penulis diterima melalui jalur SBMPTN

sebagai mahasiswa di Universitas Halu Oleo Kendari di Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan (FPIK) Jurusan Budidaya Perairan Program Studi Budidaya

Perairan.

v
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, sepatutnya kita bersyukur kepada Allah SWT, atas segala

nikmat yang diberikan terutama nikmat iman, kesehatan, dan ilmu yang

bermanfaat, tak lupa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulisan skripsi ini dapat

diselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah

pada nabi besar Muhammad SAW.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan baik dalam segi penulisan maupun isi. Oleh karena itu dengan rendah

hati dan lapang dada penulis akan senantiasa menerima koreksi yang bersifat

konstruktif guna memperbaiki kekurangan yang ada.

Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat

terkhusus bagi penulis sendiri serta bagi mahasiswa yang membutuhkan yang

berkaitan dengan skripsi ini.

Kendari, 19 Juni 2017

Penulis

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbilalamin, berkat rahmat Allah yang maha pengasih dan

berkat izin-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun

masih memiliki banyak kekurangan. Penulis persembahkan karya ini kepada

ibundaku tercinta Wa Moasi, ayahandaku tercinta La Arisi, Saudara-saudaraku

yang selalu aku banggakan Anarudin, Wa Rima, La Undu, Rasni serta adindaku

tercinta Muliati yang selalu menginspirasi saya dalam berkarya yang tiada henti

memberikan dukungan dan kasih sayang kepada penulis, serta keluarga yang tidak

sempat disebutkan namanya satu persatu yang selalu memberikan dukungan dan

motivasi dalam penyelesaian studi.

Ucapan terima kasih yang sama penulis sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Halu Oleo.

2. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo.

3. Wakil Dekan Bidang Akademik FPIK UHO, Wakil Dekan bidang Umum,

Perencanaan, dan Keuangan FPIK UHO, dan Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Alumni FPIK UHO.

4. H. Agus Kurnia, S.Pi., M.Si., Ph.D., Ketua Jurusan Budidaya Perairan.

5. Ir. Abdul Haris Sarita, M,Si., Penasehat Akademik yang telah banyak memberi

masukan, nasehat, motivasi dan dukungannya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan studi.

6. Dosen Pembimbing Skripsiku Bapak Dr. Muhaimin Hamzah, S.Pi., M,Si. dan

Dr. Bahtiar, S.Pi., M.Si.

vii
7.Dosen penguji skripsiku Bapak Dr., Ir., H. Muhammad Idris, M,Si., Dr. Ir.

Wellem H. Muskita, M.Si., H. Agus Kurnia S.Pi., M.Si., Ph.D., Dr. Muhaimin

Hamzah S.Pi.,M.Si., dan Dr. Bahtiar, S.Pi.,M.Si.

8. Bapak dan Ibu dosen, staf perpustakaan, staf laboratorium dan staf administrasi

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo atas pengajaran

dan bimbingan selama perkuliahan.

9. Bapak Ngadio, S.Pi., M,Si yang telah banyak membantu dan memberikan ide

pemikiran serta seluruh fasilitas yang disediakan selama masa penelitian

10. Rekan tim penelitian Mentari, yang telah banyak membantu, terima kasih atas

kebersamaan dan kerjasamanya selama masa studi.

11. Sahabat-sahabat BDP 013 Hasniati Wabula, S.Pi., Mentari, Risman Adbar

Subair, Hendra Ari Saputra, Hasriyana, Hardiawan, Sahira, Nursina Kalidupa,

Vivi Avisha Aldar, Nasrudin, Alamsyah, Sudarmono, Wa Ode Siti Hatima S.,

Sri Wahyuni Ningsih, Wa Ode Erni, Andi Nur Saban, Wa Ode Muliati, Jamrin,

Yuliarsih, Jarfin, Bambang Sukran, Hasni, Waldin Tasrif, Winarti, Miftakhul

Nur Azizah, La Ode Mailao, Nurfati Baalu, La Ode Zulkifli Zailan, Alan

Adrial, Sadaria, Arif Sabarno, Yusniarti, Muh. Alwi, Ici Lestika, Rama,

Dewiyanti Mochtar, Eko Rianda, Firnawati, Hasbin Rifai, Wa Ode Fitri,

Masdidi, Jeslin, Munir Ali, Muh. Ilham, Hamzan Wadi, Muhammad Iradat,

Rahmat Mubarak, Alan dan teman-teman yang tidak sempat disebutkan satu

persatu.

12. Keluarga BDP, MSP, Agribisnis Perikanan, Ilmu Kelautan, BDP Abalon, dan

PSP seluruh angkatan tanpa terkecuali.

viii
13. Keluarga besar IPPMASLO Kendari, terutama para seniorku serta seluruh

penghuni apartemen Lolibu terima kasih atas motivasi, dukungan dan

kebersamaannya.

14. Teman-temanku yang saat ini ada diperantauan Safarudin, Oki dan kakak

Midin terima kasih atas segala dukungan yang telah diberikan.

Akhir kata penulis ucapkan semoga kebaikan semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian studi ini dibalas oleh Allah SWT dan semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukan. Amin.

ix
Pengaruh Komposisi Substrat Berbeda terhadap Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Kerang Pokea
(Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897)

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya informasi tentang komposisi
substrat optimum untuk pertumbuhan kerang pokea. Tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui pengaruh kombinasi substrat yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang pokea. Penelitian ini dilaksanakan
selama 60 hari (Juli September 2016) di Laboratorium Pembenihan dan
Produksi Ikan. Media pemeliharaan adalah air tawar. Hewan uji yang digunakan
adalah kerang pokea sebanyak 270 individu (dengan ukuran berkisar 0,49-3,50g)
yang ditebar dalam 9 akuarium (30 ind./wadah) dengan ukuran 25 x 30 x 30cm.
Penelitian didesain menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga
perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah perlakuan A (75 %
lumpur : 15 % pasir : 10 % kerikil), perlakuan B (50 % lumpur : 15 % pasir : 35
% kerikil), perlakuan C (25 % lumpur : 15 % pasir : 60 % kerikil). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan komposisi substrat berbeda tidak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan mutlak berat,
petumbuhan mutlak lebar, laju pertumbuhan harian, laju pertumbuhan spesifik dan
tingkat kelangsungan hidup. Kisaran nilai pertumbuhan mutlak berat adalah (-
0,040) - 0,027g; pertumbuhan mutlak panjang 0,052 - 0,257cm; laju pertumbuhan
harian (-0,0007) - 0,0005 g/hari; laju pertumbuhan spesifik pada hari ke-20
berkisar 0,017 - 0,078 %. laju pertumbuhan spesifik pada hari ke 40 berkisar (-
0,133 ) - 0,125 %; laju pertumbuhan spesifik pada hari ke-60 berkisar (-0,156 ).- (-
0.121 ) % serta tingkat kelangsungan hidup 78,89 81,11%.

Kata kunci: substrat, pertumbuhan, kelangsungan hidup, kerang pokea.

x
Effect of Different Substrate Compositions on the Growth and Survival Rate of
Pokea freshwater clam
(Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897)

ABSTRACT

The experiment was motivated by limited information about substrate


composition for growth of pokea freshwater clam. The objective of the
experiment was to determine the effect of different substrate compositions on the
growth and survival rate of pokea freshwater clam. The experiment was
performed for 60 days (July to September, 2016) in Laboratory of Fish
Production. A total of 270 pokea (Initial weight: 0,49-3,59g) were distributed
into 9 aquarium (30 ind./tank) with size 25 x 30 x 30cm. the experiment design
used was completely randomited design with three treatments and three
replications. Three substrate compotitions applied were: 75% mud + 15% sand +
10% gradel (treatment A), 50% mud + 15 % sand + 35 % gradel (treatment B),
25% mud + 15% sand + 60% gradel (treatment C). The result showed that
different substrate compotition were not significantly different in absolute growth
rate, growth of width shell, daily growth rate, specific growth rate, and survival
rate of pokea. The ranged of absolute growth rate of pokea were (-0,040)-
0,027g; growth of length shell of pokea was ranged between 0,052-0,257cm;
daily growth rate of pokea ranged between (-0,0007)-0,0005g/day; specific
growth rate of pokea was ranged between (-0,156)-(0,121)% in 60 days of
rearing. The survival rate of pokea in all treatment was ranged 78,89-81,11%.
Keywords: substrate, growth, survival rate, pokea shell

xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii
PERNYATAAN ..................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................... vii
ABSTRAK .............................................................................................. x
ABSTRACT ............................................................................................ xi
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan dan Kegunaan ................................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Klasifikasi dan Morfologi Kerang Pokea .................................. 5
B. Aspek Ekologi dan Pergerakanya .............................................. 7
C. Aspek Biologi ............................................................................ 9
D. Substrat ...................................................................................... 10
E. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup .................................... 12

III. METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat .................................................................... 15
B. Alat dan Bahan .......................................................................... 15
C. Prosedur Penelitian .................................................................... 15
D. Rancangan Percobaan ................................................................ 17
E. Parameter yang Diamati ............................................................ 18
F. Analisis Data ............................................................................. 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ........................................................................................... 21
1. Pertumbuhan Mutlak ........................................................... 21
2. Laju Pertumbuhan Harian.................................................... 22

xii
3. Laju Pertumbuhan Spesifik ................................................. 23
4. Tingkat Kelangsungan Hidup .............................................. 24
5. Parameter Kualitas Air ........................................................ 25
B. Pembahasan ............................................................................... 25
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................. 29
B. Saran .................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Alat dan bahan yang digunakan ......................................................... 15

2. Nilai kisaran beberapa parameter kualitas air selama penelitian........ 25

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Morfologi kerang pokea......................................................................... 5

2. Mekanisme pergerakan kerang air tawar pada saat berpindah


tempat ................................................................................................. 8

3. Tata letak satuan perobaan ..................................................................... 18

4. Pertumbuhan mutlak bobot tubuh (g) kerang pokea selama


penelitian ............................................................................................ 21

5. Pertumbuhan mutlak lebar cangkang (cm) kerang pokea selama


penelitian ............................................................................................ 22

6. Laju pertumbuhan harian (g/hari) kerang pokea selama penelitian ... 22

7. Laju pertumbuhan spesifik (%) kerang pokea hari ke-20, 40,


dan 60 ................................................................................................ 23

8. Tingkat kelangsungan hidup (%) kerang pokea selama penilitian ..... 24

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data berat rata-rata (g) kerang pokea selama penelitian ...................... 35

2. Data lebar rata-rata (g) kerang pokea selama penelitian ...................... 35

3. Rata-rata pertumbuhan mutlak berat kerang pokea selama


penelitian .............................................................................................. 36

4. Hasil analisis pertumbuhan mutlak berat kerang pokea selama


penelitian .............................................................................................. 36

5. Rata-rata pertumbuhan mutlak lebar selama penelitian ....................... 36

6. Hasil analisis pertumbuhan mutlak lebar kerang pokea....................... 36

7. Rata-rata laju pertumbuhan harian kerang pokea ................................ 37

8. Hasil analisis laju pertumbuhan harian kerang pokea .......................... 37

9. Laju pe rtumbuhan spesifik kerang pokea hari ke-20 .......................... 37

10. Hasil analisis laju pertumbuhan spesifik kerang pokea hari ke-20 ...... 37

11. Laju pertumbuhan spesifik kerang pokea hari ke-40 ........................... 38

12. Hasil analisis laju pertumbuhan spesifik kerang pokea hari ke-40 ...... 38

13. Laju pertumbuhan spesifik kerang pokea hari ke-60 ........................... 38

14. Hasil analisis laju pertumbuhan spesifik kerang pokea hari ke-60 ...... 38

15. Kelangsungan hidup kerang pokea ...................................................... 39

16. Hasil analisis ragam tingkat kelangsungan hidup kerang pokea ......... 39

17. Dokumentasi penelitian ....................................................................... 40

xvi
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerang pokea (Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897),

merupakan salah satu kerang air tawar yang termasuk dalam kelas bivalvia dari filum

moluska. Organisme ini memiliki cangkang berwarna coklat kehitaman. Di alam

biasanya ditemukan di dasar sungai dalam keadaan membenamkan diri dalam

substrat. Substrat yang ditempati oleh kerang ini bervariasi mulai dari lumpur, pasir

hingga kerikil.

Kelebihan kerang pokea dibandingkan dengan kerang lain yang hidup di

perairan tawar yakni memiliki nilai ekonomis penting serta adaptasi yang tinggi

terhadap perubahan lingkungan perairan tawar. Kerang pokea, dikenal oleh

masyarakat Sulawesi Tenggara, sebagai salah satu makanan khas bagi masyarakat

yang tinggal di pinggiran sungai. Kerang ini biasanya dijual dalam bentuk mentah

namun juga ada yang dijual dalam bentuk olahan yaitu sate pokea. Selain rasanya

yang lezat, sate pokea juga memiliki kandungan gizi yang tinggi khususnya protein

yaitu sekitar 50,48% (Yenni dkk., 2011).

Kepadatan kerang ini di alam tergolong cukup tinggi. Namun sebaliknya,

pengambilan kerang pokea sebagai bahan makanan (sumber protein) telah dijadikan

masyarakat sebagai mata pencaharian dengan intensitas yang cukup tinggi. Hal ini

disebabkan permintaan masyarakat terhadap daging pokea yang cukup besar,

sehingga pengambilan biota ini dilakukan secara terus menerus. Kondisi tersebut

dikhawatirkan dapat menyebabkan populasi kerang ini akan semakin berkurang,


2

selain itu tidak menutup kemungkinan jika eksploitasi terus berlangsung akan

menyebabkan penurunan populasi secara drastis hingga suatu saat kerang ini akan

mengalami kepunahan.

Selain pengambilan kerang pokea yang tidak selektif untuk ukuran

konsumsi, populasi kerang pokea juga akan berkurang akibat kerusakan habitat yang

dilakukan oleh berbagai aktivitas masyarakat sekitar daerah aliran sungai, misalnya

pengambilan pasir yang dilakukan secara terus menerus sehingga substrat sebagai

habitat pokea akan mengalami kerusakan. Penurunan populasi kerang pokea hasil

tangkapan masyarakat akibat kegiatan penambangan pasir sehingga mempengaruhi

beberapa faktor lingkungan seperti: ketersediaan makanan, kuat arus dan tipe substrat

dan kondisi lingkungan itu sendiri (Bahtiar, 2005).

Hingga saat ini pemenuhan daging pokea masih mengandalkan penangkapan

kerang pokea dari habitat aslinya yakni pada dasar sungai baik pada substrat berpasir

maupun pada substrat berlumpur. Berdasarkan kondisi tersebut perlu ada upaya-

upaya untuk mempertahankan kerang pokea dari ancaman kepunahan agar kedepan

regenerasi pokea tetap lestari. Salah satu upaya tersebut antara lain dengan

melakukan budidaya.

Salah satu faktor penting dalam melakukan budidaya kerang adalah substrat,

dimana kerang pokea hidup membenamkan diri di dalamnya. Substrat digunakan

oleh kerang ini untuk hidup dan mencari makan, namun sejauh ini informasi tentang

substrat yang optimum untuk pertumbuhan kerang ini belum tersedia. Berdasarkan

hal tersebut maka penelitian tentang pengaruh kombinasi substrat (kerikil, pasir dan
3

lumpur) yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang pokea

penting untuk dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah

Kerang pokea memiliki nilai ekonomis penting karena daging pokea sebagai

bahan makanan (sumber protein) bagi masyarakat terutama masyarakat yang

bermukim di sekitar aliran sungai. Namun sumberdaya pokea saat ini semakin

menurun. Hal ini disebabkan oleh kerusakan habitat pokea akibat dari berbagai

aktivitas manusia antara lain kegiatan penambangan pasir sehingga mempengaruhi

beberapa faktor lingkungan habitat kerang pokea. Adanya penangkapan kerang pokea

dalam jumlah besar maka dapat mengurangi populasi kerang ini di alam.

Untuk mengatasi kepunahan agar kedepan regenerasi pokea tetap lestari,

maka perlu dilakukan kegiatan budidaya kerang pokea. Salah satu upaya yang

dilakukan adalah dengan menyiapkan informasi dasar tentang pertumbuhan pokea

pada kombinasi substrat berbeda. Substrat sebagai habitat kerang pokea terdiri dari

tiga tipe yakni subtrat kerikil, substrat berpasir dan substrat berlumpur. Ketiga

substrat tersebut akibat kegiatan manusia untuk berbagai kepentingan telah

dieksploitasi secara berlebihan sehingga mengalami kerusakan. Perbedaan tipe

substrat diduga mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang pokea.

C. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi

substrat yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang pokea.
4

Kegunaan penelitian adalah sebagai bahan informasi bagi pembudidaya yang

akan melakukan kegiatan budidaya kerang pokea dan menjadi pembanding bagi

penelitian selanjutnya.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Morfologi Kerang Pokea

Menurut Dharma (1988), sistematika kerang pokea adalah :

Kingdom : Animalia

Fillum : Molusca

Kelas : Pelecypoda

Ordo : Eulamellabranchia

Family : Corbiculidea

Genus : Batissa

Spesies : Batissa violacea var. celebensis von Martens, 1897

Gambar 1. Morfologi kerang pokea (A) lebar cangkang, (B) panjang


cangkang, (C) tebal cangkang (Sumber: Bahtiar, 2005)

Organisme ini mempunyai dua cangkang pada sebuah engsel. Cangkang

tersebut dapat berukuran besar dengan warna luar cangkang bervariasi bergantung

pada jenis dan tempat hidupnya. Selanjutnya dijelaskan bahwa organisme ini

mempunyai siphon, berkaki besar dan mempunyai insang yang berbentuk daun

yang pada tepi sebelah menyebelah membentuk filament. Permukaan cangkang


6

organisme selalu ditemukan dalam keadaan membenamkan diri di dalam pasir atau

lumpur di dasar perairan (Jasin, 1992)

Kerang air tawar mempunyai cangkang yang berfungsi sebagai pelindung

dari hewan pemangsa dan mencegah tubuhnya agar tidak kehilangan air terlalu

banyak. Cangkang ini terdiri atas dua keping yang berukuran relatif sama dan

bertumpu pada satu engsel yang terletak disebelah lateral (Bahtiar, 2005).

Tampak langsung yang dapat terlihat dari kerang ini yaitu cangkang besar dan

tebal, berbentuk membundar agak memanjang. Puncak berada ditengah-tengah atau

sedikit ke arah anterior. Sisi dorsal lurus atau agak cekung dibagian depan apex dan

umumnya cembung dibelakang. Sisi anterior meninggi hampir bersamaan dengan

sisi basal. Peralihan dari dorsal ke posterior dan dari posterior ke sisi basal

membundar pada kerang muda tetapi cenderung menyudut pada kerang dewasa.

Dibagian luar, cangkang kerang mempunyai rusuk-rusuk konsentrik yang cukup

meninggi. Ligamen diluar cangkang, relatif besar. Gigi kardinal berjumlah tiga

dengan gigi tengah terbelah dua. Epidermis kerang muda berwarna hijau

kekuningan, kerang tua berwarna coklat kehitaman. Bagian dalam cangkang

berwarna putih dengan sedikit warna ungu di luar garis palial (Dermawan, 2013)

Menurut Jasin (1992), bahan cangkang kerang pokea tersusun dari zat kapur

(CaCO3) yang sangat keras. Struktur kerang ini terdiri dari luar ke dalam yakni :

a. Periostracum, yaitu lapisan tipis yang berwarna coklat terdiri dari zat tanduk yang

dikeluarkan atau dihasilkan oleh tepi mantel dan berguna untuk melindungi

cangkang terhadap asam karbonat dalam air.


7

b. Perismatik, merupakan lapisan tengah yang terdiri dari kristal-kristal kalsium

karbonat yang dihasilkan oleh tepi mantel.

c. Nacreous, yaitu lapisan mutiara yang dihasilkan seluruh permukaan mantel tipis

halus yang meyebabkan sinar yang berkilau

Dalam ekosistem organisme ini menduduki konsumen tingkat kedua dalam

jaring-jaring makanan (Nontji, 1993). Bahan-bahan makanan yang masuk melalui

celah sebelah dalam posterior yang disebut siphon ventral, sedangkan zat-zat hasil

ekskresi feses dan air yang tidak mengandung oksigen akan dikeluarkan melalui

siphon dorsal (Renel, 2001)

B. Aspek Ekologi dan Pergerakannya

Menurut Sugiri (1989) pergerakan kerang dibedakan atas dua macam menurut

tujuannya, yaitu kedepan dan menceburkan diri dalam lumpur atau pasir untuk

berjalan maju ke depan maka seekor kerang mengeluarkan kakinya. Kemudian darah

dipompakan masuk ke dalam kaki menjadi gemuk dan karena itu ia dapat berjalan

menuju ke depan.

Selanjutnya Sugiri (1989) menjelaskan bahwa, kerang pokea untuk

menceburkan diri, yaitu dengan mengeluarkan kakinya ke dalam pasir. Kaki

dikeluarkan sejauh mungkin ke dalam pasir. Gerakan ini diulanginya sehingga

badannya terkubur dalam pasir.


8

Beberapa spesies kerang air tawar memiliki strategi tertentu untuk beradaptasi

terhadap lingkungan. Diantaranya kerang yang hidup di substrat dasar akan memiliki

kaki dan siphon yang sudah teradaptasi dengan tempat hidupnya. Kaki digunakan

untuk bergerak secara horizontal sebagai alat untuk berpindah dan gerakan vertikal

untuk menggali substrat (Baron dan Jacques, 1992). Siphon kerang yang terdiri dari

inhalat dan exhalant sudah teradaptasi dengan kedalaman substrat. Sementara pada

kerang air laut seperti yang dilaporkan oleh Bachok et al. (2006) kerang Psammotaea

elongata menjulurkan ujung siphon sejajar dengan permukaan substrat, sedangkan

pada kerang Opah (Gafrarium tumidum) posisi ujung siphonnya berada di dalam

substrat atau di atas permukaan substrat.

Masing-masing siphon kerang yang hidup di substrat memiliki sensor dan

perilaku berbeda terhadap partikel makanan (Bachok et al., 2006). Nurdin et al.

(2006) mengemukakan bahwa kerang Batissa violacea dapat menyeleksi partikel

makanan yang akan difiltrasi dan dimakan. Bachok et al. (2006) juga menemukan

bahwa pada kerang Opah partikel makanan yang masuk ke dalam inhalant siphon
9

tidak semuanya dimakan. Partikel makanan tersebut dikeluarkan oleh exhalant siphon

dan terakumulasi di permukaan substrat di sekitar siphon. Informasi mengenai

struktur histologis kaki dan siphon kerang darah (Anadara antiquata L.) pada

berbagai substrat perlu diketahui karena struktur kaki dan siphon mempunyai

hubungan yang erat dengan kelimpahan atau ketersediaan kerang darah ini di

habitatnya (Silpiani, 2011).

C. Aspek Biologi

Bivalvia jenis ini dapat ditemukan pada permukaan atau membenamkan diri

di dalam substrat (Sastrapradja, 1977: Djajasasmita, 1977) dan hanya terrdistribusi

pada segmen muara (sejauh limpasan pasang) (Bahtiar, 2007). Pokea ditemukan pada

scmua tekstur substrat perairan dari kerikil sampai dengan liat (Bahtiar, 2007).

Seperti halnya bivalvia air tawar lain, kepadatan dan distribusinya sangat dipengaruhi

oleh tekstur substrat. Tekstur substrat bagi bivalvia dibutuhkan sebagai habitat untuk

mengubur diri, mencari makan dan aktivitas biologi lainnya (Kobak. 2005).

Beberapa penelitian pada bivalvia air tawar menunjukkan adanya korelasi yang kuat

antara kepadatan dan distribusi bivalvia dengan tekstur substrat. Beberapa

diantaranya adalah Dreissena sp. yang mencapai kepadatan maksimum pada tekstur

batu dan kerikil (Meliina dan Rasmussen, 1994) dan Corbicula fluminea yang

mempunyai famili yang sama dengan pokea, mempunyai biomassa paling tinggi pada

tekstur pasir sangat kasar dan pasir halus (Sousa et al., 2008 dalam Bahtiar 2012)

Kehidupan kerang sangat bergantung pada kualitas air karena sifatnya yang

menyaring air untuk memperoleh makanan dan oksigen. Kualitas air ditentukan oleh
10

kandungan sedimen tersuspensi dan bahan-bahan kimia yang terlarut dalam air dan

pengaruh sedimen itu sendiri serta keadaan tanah sedimen yang diendapkan (Arsyad,

1989). Menurut Bahtiar (2012) kerang jenis ini dapat ditemukan pada berbagai jenis

substrat perairan mulai dari substrat kerikil hingga liat. Kepadatan pokea tertinggi

ditemukan pada tekstur lempung dan terrendah pada tekstur pasir dan kerikil.

Secara morfologi hewan jantan sukar dibedakan dengan hewan betina,

karena bentuknya yang sama bila dilihat dari penampakan luar. Alat kelamin

hewan ini terbungkus oleh mantel dan cangkang yang sangat kuat dan keras

(Saharudin, 2003).

D. Substrat

Substrat yaitu permukaan suatu benda (batu, kayu, pasir, lempung dsb) yang

terbenam di dasar perairan tempat organisme menempel dan bergerak diatasnya atau

membenamkan diri didalamnya (Suwignyo, dkk., 2005). Selanjutnya Dahuri (1993)

menyatakan bahwa tekstur tanah adalah perbandingan relatif dari berbagai gabungan

besar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi-

fraksi liat, debu dan pasir. Rizal (2013) mengemukakan bahwa, tekstur substrat

sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus. Tekstur lempung berliat misalnya,

dipengaruhi oleh kecepatan arus yang bergerak lambat sehingga mempunyai substrat

liat dan debu yang tinggi.

Menurut Suwignyo et al. (2005), pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan nisbi

yang baik bagi kerang yaitu terdapat pada substrat lumpur berpasir. pada kerang

Anodonta woodiana menyukai lingkungan yang didominasi oleh pasir berlumpur,


11

habitat paling baik bagi pertumbuhannya, karena mengandung persentase pasir dan

lumpur yang seimbang (44,67% dan 48%).

Tipe substrat sangat mempengaruhi keberadaan kerang dan penyebaran jenis-

jenis hewan benthos yang hidup didalamnya. Oleh karena itu, tipe substrat dikatakan

sebagai faktor pendukung bagi organisme dasar (Odum, 1994). Perbedaan substrat

memiliki ciri khas masing-masing. Perbedaan tersebut diantaranya dalam hal

mengikat bahan organik. Kandungan substrat berlempung lebih banyak mengandung

bahan organik jika dibanding dengan substrat pasir dan kerikil. Nybakken (1992)

menyatakan bahwa, substrat berpasir tidak banyak mengandung bahan organik,

karena bahan organik tersebut hanyut dibawa arus air. Kecepatan arus pada substrat

berpasir biasannya lebih tinggi. Lebih lanjut dikatakan bahwa jenis substrat dan

ukurannya merupakan salah satu faktor ekologi yang mempengaruhi bahan organik

dan penyebaran organisme makrozoobentos, karena semakin halus tekstur substrat

maka semakin besar kemampuannya untuk menjebak bahan organik

Bahtiar (2005) menjelaskan bahwa, kerang pokea dapat hidup pada berbagai

tipe substrat mulai dari pasir, kerikil, lumpur, hingga campuran antar ketiga tipe

substrat tersebut. Perbedaan kepadatan juga sangat bervariasi diantara ketiga tipe

substrat tersebut. Kepadatan kerang pokea tertinggi didapatkan pada substrat lempung

dan terendah pada substrat pasir kasar dan kerikil.

Sawaluddin (2003) menjelaskan bahwa, pada tipe substrat berpasir memiliki

kandungan oksigen relatif besar dibandingkan tipe substrat yang halus seperti liat dan

lumpur karena pada tipe substrat berpasir kemungkinan terjadi percampuran yang

intensif dengan air yang berbeda diatasnya, tetapi dari segi kandungan bahan organik
12

atau zat makanan pada substrat berpasir lebih sedikit karena arus yang lewat pada

substrat berpasir menghanyutkan bahan organik sedangkan pada tipe substrat

berlumpur terjadi sebaliknya, yaitu kandungan oksigen relatif lebih sedikit.

E. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran berupa pertambahan bobot dan

panjang dalam waktu tertentu (Effendi, 1977). Selanjutnya Agus (2002) menjelaskan

bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: keturunan,

kuantitas dan kualitas makanan, suhu dan besarnya ruang yang ditempati.

Koela (2008) menyatakan bahwa, pertumbuhan mutlak berat kerang pokea

yang didapatkan berkisar (0,016 0,250g). Nilai ini masih lebih kecil daripada

penelitian Ryni (2008), yang mendapatkan pertumbuhan mutlak berkisar 0,31 1,05g

dengan kisaran berat rata-rata 1,92g. Hal ini diduga karena ukuran kerang pokea

yang digunakan jauh lebih besar berkisar 1,8 3,2g. Hasil yang diperoleh sesuai

dengan pernyataan Dharma (1988) bahwa, pertumbuhan siput dan kerang yang

berumur muda jauh lebih cepat dibanding siput yang sudah dewasa. Koela (2008)

juga mendapatkan pertumbuhan mutlak panjang kerang pokea berkisar 0,023-0,62cm.

selanjutnya Ryni (2008) mendapatkan pertumbuhan mutlak panjang sebesar 0,98cm

untuk kerang pokea yang dipelihara pada keramba di Sungai Pohara dengan

kepadatan yang berbeda.

Menurut Gusrina (2008), dalam pertumbuhannya kerang-kerangan dapat

kawin secara crossbreeding atau hibridisasi yang akan menghasilkan individu-

individu baru yang unggul, kadang-kadang ada juga yang steril dan dapat
13

menghasilkan strain baru (Rustidja, 2005). Pertumbuhan merupakan salah satu aspek

penting dalam biologi kerang dan umumnya pertumbuhan kerang diukur dengan

pertumbuhan panjang cangkangnya. B. violacea dapat mencapai panjang 7-10 cm.

Djajasasmita (1977) dalam Bahtiar (2005) menyatakan bahwa, pertumbuhan somatik

kerang Batissa diduga dapat diketahui dari garis-garis disekeliling umbo yang

merupakan garis pertumbuhan tahunan. Umbo merupakan titik awal cangkang,

sedangkan garis pertumbuhan berikutnya menggambarkan jarak dari fase terjadinya

pertumbuhan dengan fase tidak terjadinya pertumbuhan.

Elyani (1990) menyatakan bahwa, suhu air yang baik untuk pertumbuhan

kerang yaitu dengan temperatur 24,0-29,0C. Menurut Palinussa (2010), pada

kisaran suhu air 20-30C merupakan suhu air yang sesuai bagi kehidupan plankton

yang juga sebagai pakan kerang. Dalam fase pertumbuhanya, kerang yang berumur

muda jauh lebih cepat dibanding kerang yang sudah dewasa. Menurut Elyani (1990)

bahwa, pada kerang kijing (Anodonta woodiana) yang berukuran ukuran 2-5cm

mempunyai pertumbuhan lebih cepat daripada kijing ukuran besar. Ada kerang yang

tumbuh terus sepanjang hidupnya, tetapi ada pula yang pertumbuhannya terhenti

setelah dewasa

Menurut Pamudi (1997), kelangsungan hidup merupakan persentase populasi

organisme yang hidup tiap periode waktu pemeliharaan tertentu atau jumlah populasi

organisme yang hidup sampai akhir pemeliharaan yang dihubungkan dengan jumlah

organisme pada awal pemeliharaan. Dengan demikian kelangsungan hidup erat

kaitannya dengan mortalitas yaitu kematian yang terjadi pada organisme sehingga

terjadi penurunan populasi yang jumlahnya semakin berkurang. Selanjutnya


14

dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas dan kelangsungan

hidup dibagi atas dua faktor, yaitu faktor dari dalam yang meliputi (umur) stadia,

ukuran dan kemampuan adaptasi dengan lingkungan. Faktor dari luar yaitu kondisi

fisiokimia dan biologi media, kompetisi dalam mendapatkan makanan (apabila

jumlah makanan terbatas) serta penanganan yang kurang baik.


15

III. METODE PENELITIAN

B. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan (Juli-Semptember, 2016) di

Laboratorium Unit Pembenihan dan Pembesaran Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Universitas Halu Oleo, Kendari

C. Alat dan Bahan

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan


No. Alat dan Bahan Kegunaan
1. Alat
- Timbangan analitik Menimbang kerang dan pakan
- Timbangan duduk Menimbang substrat
- Waskom Tempat mencampur substrat
- Akuarium Wadah budidaya
- Botol akua Menyimpan pokea
- Gelas akua Menyimpan pakan
- Thermometer Mengukur suhu air
- Pompa air Memompa air
- Jangka Sorong Mengukur panjang, lebar dan tebal
kerang
2. Bahan
- Kerang pokea Obyek penelitian
- Air Media penelitian
- Kotoran sapi Pakan organisme penelitian
- Kotoran ayam Pakan organisme penelitian
- Jerami padi Pakan organisme penelitian
- Batang pisang Pakan organisme penelitian
- Larutan EM4 Bahan fermentasi
- Gula merah Bahan fermentasi

C. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Pakan Fermentasi

Mencacah batang pisang dan jerami padi. Selanjutnya batang pisang, jerami

padi, feses ayam dan feses sapi masing-masing ditabur diatas terpal. Membuat larutan
16

EM4 dengan dosis 20 ml/liter air dan ditambahkan gula merah sebanyak 0,3 kg yang

telah dilarutkan didalam air sebanyak 200 ml. Selanjutnya menyiramkan larutan EM4

pada bahan baku secara merata, kemudian ditutup rapat dengan menggunakan terpal

dan didiamkan selama 1 minggu. Setelah itu dikering anginkan setiap pagi dan sore

hari. Fermentasi yang telah jadi ditandai dengan hilangnya bau pengap dan telah

berwarna kehitaman. Lamanya fermentasi berkisar selama 2 minggu.

2. Tahap Persiapan Wadah Penelitian

Tahap awal pelaksanaan penelitian adalah persiapan wadah, substrat (pasir,

kerikil, lumpur), dan kerang pokea. Wadah yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu akuarium yang terbuat dari kaca tipis dengan ukuran 25 x 30cm per akuarium

dan luasnya 750cm2 sebanyak 9 buah. Terlebih dahulu akuarium diisi dengan

campuran substrat sesuai perlakuan masing-masing yaitu substrat pasir, kerikil dan

lumpur dengan ketebalan substat sekitar 5cm. Kemudian dilanjutkan dengan

pengisian air (air sumur bor). Setelah itu kerang pokea dimasukkan ke dalam wadah

pemeliharaan. Kerang pokea yang menjadi hewan uji diperoleh dari Sungai Pohara,

Kabupaten Konawe. Untuk menunjang kelangsungan hidup kerang pokea, maka

setiap wadah uji dimasukkan pompa air untuk menjaga agar air tetap tersirkulasi dan

juga sebagai pengatur oksigen..

3. Tahap Adaptasi

Sebelum kerang pokea dimasukkan ke dalam wadah penelitian terlebih

dahulu dilakukan adaptasi untuk menyesuaikan diri pada lingkungan yang baru agar
17

tidak mengalami stress ataupun kematian. Pada penelitian ini air yang digunakan

berasal dari air sumur bor. Kerang pokea dipelihara dalam wadah dan diberi pakan

terfermentasi berupa campuran kotoran sapi, kotoran ayam, jerami padi dan batang

pisang masing-masing 25% : 25% : 25% : 25%.

4. Tahap Pemeliharaan

Lama waktu pemeliharaan hewan uji dalam penelitian ini adalah selama 2

bulan. Pakan yang diberikan selama pemeliharaan berupa pakan dengan kompososi

campuran kotoran sapi, kotoran ayam, jerami padi dan batang pisang yang telah di

fermentasi sebanyak 5% dari bobot tubuh per hari dengan frekuensi pemberian

setiap 20 hari sekali. Pakan tersebut diberikan dengan cara ditaburkan di atas

substrat sebagai habitat pokea selama pemeliharaan karena menurut Nybakken

(1992), pokea mengambil makanan dengan sistem filter feeding. Pengukuran panjang,

lebar, tebal dan berat kerang pokea dilakukan 20 hari sekali selama penelitian.

D. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan

Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan

adalah kombinasi substrat pasir, lumpur dan kerikil dengan perbandingan:

A : 75 % lumpur : 15 % pasir : 10 % kerikil

B : 50 % lumpur : 15 % pasir : 35 % kerikil

C : 25 % lumpur : 15 % pasir : 60 % kerikil


18

Penempatan satuan percobaan dilakukan secara acak dengan letak perlakuan

dapat dilihat pada Gambar berikut:

A1 C1 B2

A3 C3 B1

A2 C2 B3

Gambar 3: Tata letak satuan percobaan

E. Paramater yang Diamati

1. Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan mutlak kerang pokea selama penelitian dihitung dengan

menggunakan rumus yang disarankan oleh Effendi (1997):

a. Pertumbuhan mutlak bobot

h = Wt Wo

Keterangan: h = pertumbuhan mutlak bobot (g)


Wt = bobot rata-rata individu pada waktu - t (g)
Wo = bobot rata-rata individu pada awal penelitian (g)

b. Pertumbuhan mutlak lebar

h = Lt Lo

Keterangan: h = pertumbuhan mutlak lebar (cm)


Lt = lebar rata-rata individu pada waktu - t (cm)
Lo = lebar rata-rata individu pada awal penelitian (cm)
19

2. Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian diketahui dengan menggunakan rumus Effendie

(1978) sebagai berikut :

Wt Wo
W
t

Keterangan : W = laju pertumbuhan harian (g/hari)


Wt = bobot rata-rata individu pada waktu - t (g)
Wo = bobot rata-rata individu pada awal penelitian (g)
t = waktu (hari)

3. Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik diketahui dengan menggunakan rumus Effendie

(1978) sebagai berikut :

LnWt LnWo
LPS = x100%
t

Keterangan : LPS = laju pertumbuhan spesifik (%)


Wt = bobot rata-rata individu pada waktu t (g)
Wo = bobot rata-rata individu pada awal penelitian (g)
t = waktu (hari)

4. Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup dihitung dengan menggunakan rumus Effendi

(1997) sebagai berikut:


Nt
SR (%) = x100%
No
Keterangan: SR = tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = jumlah kerang pokea pada akhir penelitian (ekor)
No = jumlah kerang pokea pada awal penelitian (ekor)
20

5. Kualitas Air

Kualitas air yang diukur dalam penelitian ini adalah suhu, DO, pH, dan

amoniak.

F. Analisa Data

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan dan

kelangsungan hidup kerang pokea, data dianalisis dengan menggunakan analisis

ragam dengan bantuan software SPSS 16.0. Jika hasil analisis menunjukkan pengaruh

yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada

taraf kepercayaan 95%. Data kualitas air dianalisis secara deskriptif.


21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan selama 60 hari diperoleh data pertumbuhan

mutlak bobot, pertumbuhan mutlak lebar, laju pertumbuhan harian, laju pertumbuhan

spesifik, tingkat kelangsungan hidup dan kualitas air.

1. Pertumbuhan Mutlak

1.1. Pertumbuhan Mutlak Bobot

Pertumbuhan Mutlak Bobot (g)


0.040 0.027
0.020
Bobot (g)

0.000
A B C
-0.020
-0.040
-0.040 -0.040
-0.060
Perlakuan

Gambar 4. Pertumbuhan mutlak bobot tubuh (g) kerang pokea selama penelitian.

Pertumbuhan mutlak berat tertinggi didapatkan pada perlakuan C (0,027 g),

kemudian diikuti oleh perlakuan A dan B dengan nilai yang sama (-0,040 g). Hasil

analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap pertumbuhan mutlak berat kerang pokea (Gambar 4 dan

Lampiran 4).
22

1.2. Pertumbuhan Mutlak Lebar

Pertumbuhan Mutlak Lebar (cm)


0.300 0.257

Lebar (Cm)
0.250
0.200
0.150
0.100 0.052 0.067
0.050
0.000
A B C
Perlakuan

Gambar 5. Pertumbuhan mutlak lebar cangkang (cm) kerang pokea selama penelitian.

Pertumbuhan mutlak lebar tertinggi didapatkan pada perlakuan A (0,257 cm),

kemudian diikuti perlakuan C (0,067 cm) dan terendah pada perlakuan B (0,052 cm).

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi substrat berbeda tidak

memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan mutlak lebar

kerang pokea (Gambar 5 dan Lampiran 6).

2. Laju Pertumbuhan Harian

Laju Pertumbuhan Harian (gr/hari)


0.0010
0.0005
Pertumbuhan

0.0005
(gr/hari)

0.0000
-0.0005 A B C
-0.0010 -0.0007 -0.0007
Perlakuan

Gambar 6. Laju pertumbuhan harian (g/hari) kerang pokea selama penelitian.

Laju pertumbuhan harian rata-rata tertinggi didapatkan pada perlakuan C

(0,0005 g/hari), kemudian diikuti perlakuan B dan C memiliki nilai yang sama yaitu
23

(-0,0007 g/hari). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis substrat

berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan

harian kerang pokea (Gambar 6 dan Lampiran 8).

3. Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju Pertumbuhan Spesifik (%)


0.150
Pertumbuhan Spesifik

0.125
0.100
0.078
0.050 0.061
0.042
0.017 Perlakuan A
0.000
(%)

t-20 t-40-0.044 t-60 Perlakuan B


-0.050
Perlakuan C
-0.100
-0.121
-0.150 -0.136
-0.156
-0.200
Gambar 7. Laju pertumbuhan spesifik (%) kerang pokea pada hari 20, 40 dan 60

Laju pertumbuhan spesifik pada hari ke-20 tertinggi didapatkan pada

perlakuan C (0,078%), kemudian diikuti perlakuan B (0,061%) dan terendah pada

perlakuan A (0,017%). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan

komposisi substrat berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

laju pertumbuhan spesifik kerang pokea (Gambar 7 dan Lampiran 10).

Laju pertumbuhan spesifik pada hari ke-40 tertinggi didapatkan pada

perlakuan C (0,125%), kemudian perlakuan A (0,042%), dan terendah pada perlakuan

B (-0,133%). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan komposisi substrat

berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan

spesifik kerang pokea (Lampiran 12).


24

Laju pertumbuhan spesifik pada hari ke-60 tertinggi didapatkan pada

perlakuan B (-0.121%), kemudian diikuti perlakuan C (-0,136%), dan terrendah

perlakuan A (-0,156%). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan

komposisi substrat berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap

laju pertumbuhan spesifk kerang pokea (Lampiran 14).

4. Tingkat Kelangsungan Hidup

Kelangsungan Hidup (%)


82.00 81.11
persentase (%)

81.00
80.00 78.89 78.89
79.00
78.00
77.00
A B C
Perlakuan

Gambar 8. Tingkat kelangsungan hidup (%) kerang pokea selama penelitian

Tingkat kelangsungan hidup tertinggi didapatkan pada perlakuan B (81,11%)

diikuti perlakuan A dan C memilki tingkat kelangsungan hidup yang sama (78,89%).

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan komposisi substrat berbeda tidak

memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup kerang

pokea (Gambar 8 dan Lampiran 16).


25

5. Parameter Kualitas Air

Tabel 2. Nilai kisaran beberapa parameter kualitas air selama penelitian


No Parameter Kisaran Kisaran toleransi
27-35C (Asikin, 1981)
1 Suhu 30-31 0C
5,6-8,3 (Fuller, 1974)
2 pH 7
4,5-6,5ppm (Jabang, 2000)
3 DO 5,0-5,4 mg/L
4 Amoniak 0,031 - 0,061 0,05mg/l (Susanto, 1999)

B. Pembahasan

Pertumbuhan mutlak berat tertinggi didapatkan pada perlakuan C yaitu 0,027g

(Gambar 4). Hasil yang didapat dalam penelitian ini masih lebih rendah dibanding

dengan penelitian yang dilakukan oleh Koela (2008) yaitu sebesar 0,157g.

Rendahnya pertumbuhan mutlak berat ini juga disebabkan oleh singkatnya waktu

pemeliharaan yaitu hanya 60 hari, sedangkan pertumbuhan kerang-kerangan

umumnya sangat lambat apalagi pada waktu-waktu tertentu, pertumbuhan cenderung

melambat atau bahkan berhenti. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Koela (2008)

yang hanya mendapatkan pertumbuhan sebesar 0,0009 gram/hari.

Pertumbuhan mutlak lebar yang tertinggi didapatkan pada perlakuan A

(0,257cm) (Gambar 5). Nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian

skala laboratorium Koela (2008) yang mendapatkan pertumbuhan mutlak lebar

sebesar 0,062cm namun lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Riny

(2008) yang mendapatkan pertumbuhan mutlak panjang sebesar 0,98cm untuk kerang

pokea yang dipelihara pada keramba di Sungai Pohara dengan kepadatan yang

berbeda.
26

Hasil penelitian laju pertumbuhan harian tertinggi didapatkan pada perlakuan

C (0,0005g/hari). Hasil ini lebih rendah jika dibanding dengan penelitian Koela

(2008) yaitu sebesar 0,0009g/hari. Sedangkan pada laju pertumbuhan spesifik hasil

penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan laju pertumbuhan spesifik dari

hari ke-20 hingga hari ke-60 mengalami penurunan pertumbuhan. Laju pertumbuhan

spesifik yang mengalami penurunan ini diduga disebabkan oleh jumlah pakan yang

diberikan belum memenuhi kebutuhan kerang untuk tumbuh sehingga menyebabkan

terjadinya penurunan laju pertumbuhan spesifik pada kerang. Hal ini didukung oleh

pernyataan Lovel (1988) mengemukakan bahwa sebelum terjadi pertumbuhan,

kebutuhan energi untuk maintenance harus terpenuhi terlebih dahulu, kemudian

kelebihan energy dalam pakan akan digunakan untuk pertumbuhan. Faktor lain yang

diduga menyebabkan kecenderungan penurunan laju pertumbuhan spesifik pada

kerang ini yaitu banyaknya jumlah kerang berukuran besar yang mati, sehingga

menyebabkan menurunya berat rata-rata ketika proses sampling berlangsung.

Kelangsungan hidup berdasarkan hasil penelitian (Gambar 7) menunjukkan

bahwa kelangsungan hidup tertinggi didapatkan pada perlakuan B yaitu 81,11% yang

diikuti perlakuan A dan C dengan nilai yang sama yaitu 78,89%. Hal ini menandakan

bahwa kualitas air dalam media budidaya masih dalam kisaran yang dapat ditoleransi

oleh kerang pokea untuk melangsungkan hidup. Hal ini didukung oleh Gusrina

(2008) yang menyatakan bahwa, kualitas air merupakan salah satu faktor pembatas

bagi organisme perairan untuk hidup.

Secara keseluruhan berdasarka hasil analisis ragam (Lampiran 4, 6, 8, 10 dan

16) menunjukkan hasil bahwa perlakuan perbedaan komposisi substrat tidak


27

memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan mutlak bobot,

pertumbuhan mutlak lebar, laju pertumbuhan harian, laju pertumbuhan spesifik, dan

tingkat kelangsungan hidup kerang pokea. Hal ini diduga disebabkan oleh ketiga jenis

substrat tersebut merupakan habitat alami kerang pokea di alam. Hasil penelitian

Bahtiar (2005), menunjukkan bahwa kerang ini dapat hidup pada berbagai tipe

substrat seperti pasir bercampur kerikil, pasir berlempung, serta pasir campuran

lumpur. Hal ini juga didukung oleh Bengen (1995) yang menyatakan bahwa, jenis

substrat yang disenangi oleh kerang adalah kombinasi dari ketiga jenis substrat yaitu

pasir, kerikil dan liat, karena substrat memberikan peranan yang besar terhadap

kehidupan organisme kerang dalam hal pemenuhan bahan organik didalam substrat.

Suhu yang didapatkan selama penelitian yaitu berkisar 30-310C nilai ini lebih

tinggi jika dibandingkan dengan suhu yang didapatkan di habitat alami kerang ini

(Sungai Pohara) yaitu berkisar 28-290C (Bahtiar, 2012). Suhu yang didapatkan

selama penelitian ini diduga mempengaruhi penurunan pertumbuhan kerang pokea

karena suhu yang terlalu tinggi dapat meningkatkan laju metabolisme dalam tubuh

kerang yang diikuti oleh tingginya kebutuhan energi yang digunakan untuk proses

metabolisme tersebut. Hal ini sesuai dengan Taena (2001) yang menyatakan bahwa

suhu mempengaruhi fungsi fisiologis pada organisme, penyebab kematian, pengatur

fotosintesa, respirasi, metabolismee, pertumbuhan dan reproduksi. Pattiasina (2002)

menyatakan bahwa pertumbuhan pada bivalvi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu

suplai makan, ruang, serta faktor lingkungan antara lain suhu, salinitas, dan pH.

Kisaran pH yang didapatkan selama penelitian yaitu 7. Nilai pH ini diduga

sangat mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang pokea. Hal ini
28

sesuai dengan Bahtiar (2005), bahwa bivalvia air tawar dapat tumbuh dan

berproduksi pada kisaran pH 5,6 8,3.

Oksigen terlarut yang didapatkan selama penelitian yaitu 5,0-5,4 ppm. Kadar

ini masih dalam kadar yang baik untuk pertumbuhan kerang pokea. Hal ini sesuai

dengan Jabang (2000) yang menyatakan bahwa, kisaran oksigen terlarut dalam air

yang baik untuk pertumbuhan kerang adalah berkisar antara 4,5 - 6,5ppm.

Berdasarkan hasil penelitian kadar amoniak yang didapatkan selama

penelitian yaitu berkisar antara 0,031 - 0,061mg/l. Kadar amoniak 0,061mg/l ini juga

diduga mempengaruhi penurunan pertumbuhan berat kerang pokea. Hal ini didukung

oleh pernyataan Susanto (1999) bahwa, kadar amoniak untuk pemeliharaa ikan

sebaiknya dibawah 0,05mg/l.


29

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Komposisi substrat yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda

nyata terhadap pertumbuhan mutlak berat, pertumbuhan mutlak panjang, laju

pertumbuhan harian, laju pertumbuhan spesifik, dan tingkat kelangsungan hidup

kerang pokea.

2. Nilai kisaran pertumbuhan mutlak berat (-0,040)-0,027g; pertumbuhan mutlak

panjang 0,052 - 0,257cm; Laju pertumbuhan harian (-0,0007)-0,0005g/hari; Laju

pertumbuhan spesifik pada hari ke-20 berkisar 0,017-0,078%. Laju pertumbuhan

spesifik pada hari ke 40 berkisar (-0,133)-0,125%; Laju pertumbuhan spesifik

pada hari ke-60 berkisar (-0,156)-(-0.121)% serta tingkat kelangsungan hidup

78,8981,11%.

3. Kualitas air masih dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh kerang pokea,

kecuali pada kadar amoniak (0,061 mg/l)

B. Saran

Melihat pertumbuhan kerang pokea yang sangat lambat dengan perlakuan

komposisi substrat berbeda, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan metode

yang berbeda misalnya metode polikultur atau IMTA.


30
31

DAFTAR PUSTAKA

Agus, D., 2002. Kepadatan dan distribusi bivalvia pada kawasan intertidal di pantai
Desa Langara Iwawo. Kec. Wawonii Kab. Kendari. Skripsi. Jurusan
Perikanan Fakultas Pertanian. Unhalu. Kendari.
Arsyad, S,1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Asikin, T. 1981. Kerang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta
Bachok, Z., P. L. Mfilinge & M. Tsuchiya. 2006. Food sources of coexisting
suspension-feeding bivalves as indicated by fatty acid biomarkers,
subjected to the bivalves abundance on a tidal flat. Journal of
Sustainability Science and Management. 1 : 92-111.
Bahtiar, 2005. Kajian populasi pokea (Batissa violacea var. celebensis von Martens,
1897) di Sungai Pohara Kendari Sulawesi Tenggara.Thesis Sekolah
Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
______. 2007. Preferensi habitat dan lingkungan perairan pokea (Batissa violacea
var. celebensis, von Martens 1897) di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara.
Jurnal Aqua Hayati. Volume 5 : 81-87
______. 2012. Studi bioekologi dan dinamika populasi pokea (Batissa violacea var.
celebensis von Martens, 1897) yang Tereksploitasi Sebagai Dasar
Pengelolaan di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara. Disertasi Sekolah
Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Baron, J. & C. Jacques. 1992. Effects of environment factors on the distribution of
the edible bivalves Atactodea striata, Gafrarium tumidum and Anadara
scapha on the coast of New Caledonia (SW Pacific). Aquatiqa Living
Resour. 5 : 107 114.
Bengen, D.G., 1995. Sinopsi Analisa Statistik Multi Variabel/Multi Dimensi.
Program Pasca sarjana. IPB. Bogor.
Dahuri R., N. S, Putra, Zairion dan Sulistiono. 1993. Metode dan Teknik Analisis
Biota Perairan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga
Penelitian. IPB. Bogor. 207 hal.
Dermawan, A. 2013. Biota Perairan Terancam Punah di Indonesia Prioritas
Perlindungan. Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Ditjen
Kelautan, Pesisir, dan Pulau Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia (Indonesia Shell II) Sarana Graha.
Jakarta.
32

Djajasasmita. M. 1911. An Anotated list of the Spesies of the Genus Corbicula From
Indonesia (Mollusca Corbiculidae). Bulletin Zoologisch Museum. Uni
versiten Van Amsterdam. Amsterdam.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan, Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta,
163hal.
Elyani, E. 1990. Tingkat Pertumbuhan Kijing Taiwan (Anodonta woodiana, Lea) di
Berbagai Habitat Perairan. [Karya Ilmiah]. Institut Pertanian Bogor,
Bogor, 45hal.
Fuller, S.L.H. 1974. Pollution Ecology of Freshwater Inocrebrates, Clams and
Mussels (Molusca, Bivalvia), Eds. C.W. Hart and S.L.H. Fuller,
Academi Press, New York and London.
Gaspersz, V. 1994. Metode Rancangan Percobaan Armico. Bandung. Kanisius.
Yogyakarta.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan untuk Sekolah Menengah Kejuruan jilid 1. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional
Jabang. 2000. Kepadatan, penyebaran dan perilaku makan kerang lokan Batissa
violacea Lamarck di Estuaria Batang Masang Tiku, Sumatera Barat serta
laju pertumbuhannya di laboratorium. Tesis. Program Paska Sarjana.
Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Jasin, M. 1992. Zoology Invertebrata Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya.
Kobak, J. 2005. Recruitment and distribution of Dreisena polymorpha (Bivalvia) on
substrates of different shape and orientation. internal. Rev. Hydrobiol. 2:
159-170.
Koela, A. 2008. Pengaruh substrat yang berbeda terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup kerang pokea (Batissa violacea celebensis). Skripsi.
Jurusan Perikanan FPIK Universitas Halu Oleo Kendari
Lovel, T. 1988. Nutrition and feeding of fish. An AVI Book. Published by Van
Nostrad Reinhold. New York.
Martens, V.E. 1897. Sss- und Brackwasser-Mollusken des Indischen Archipels.
Zoologische Ergebnisse einer Reise Niederlndisch Ost-Indien 4: 1-381
Mellina. E and Rasmussen. J.B. 1994. Patterns in the Distribution and Abundance of
Zebra Mussel (Dreissellu polymorpha) in River and Lakes in Relation to
Substrate and Other Physicochemical Factors. Can. J. Fish. Aquat. Sci.
51: 1024- 1036.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
33

Nurdin, J., Neti, M., Izmiarti, Anjas, M., Rio, D., Jufri, M. 2006. Kepadatan populasi
dan pertumbuhan kerang darah Anadara antiquata L. (Bivalvia: Arcidae)
di Teluk Sungai Pisang, Kota Padang, Sumatera Barat. Jurusan Biologi.
FMIPA. Universitas Andalas. Padang. Makara Sains, 10(2): 96-101.
Nurdin, M. 1995. Pemanfaatan Ampas Sagu sebagai Substrat Pembuatan Protein Sel
Tunggal. Laporan Hasil Penelitian, Lembaga Penelitian Unhalu, Kendari.
Nybakken. J.W., 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. (Terjemahan
Eidman, M.Koesbiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan Sukarjo).
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Odum, 1994. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh Samsul, T.
Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Palinussa, E. M. 2010. Pemanfaatan kijing taiwan (Anodonta woodiana, Lea) sebagai
biofilter pada sistem budidaya ikan mas. [Tesis]. Institut Pertanian
Bogor, Bogor, 37 hlm.
Pamudi, 1997. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Post Benih Udang Windu
Peneaus Monodon Fab. Asal Cilacap dan Hidrid Cilacap-Aceh Yang di
Infeksi Monodon baculovirus (MBV). Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
Rangan, J.K. 1996. Struktur dan tipilogi komunitas gastropoda pada zona hutan
manggrove perairan Kulu, kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Tesis
Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor.
Renel, F. 2001. Studi kepadatan dan distribusi kerang pokea (B.violacea celebensis)
pada sungai Pohara Desa Andodawi Kecamatan Bondoala Kabupaten
Konawe Selatan. Skripsi Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian.
Universitas Haluoleo. Kendari.
Rizal, Emiyarti dan Abdullah, 2013. Pola distribusi dan kepadatan kijing taiwan
(Anadonta woodiana) di Sungai Aworeka Kabupaten Konawe. Jurnal
Mina Laut Indonesia, 02(06): 142-153.
Rustidja. 2005. Breedeng dan Reproduksi Hewan Air Pemijahan Ikan-Ikan Tropis.
Universitas Briwijaya. Malang
Ryni., S. 2008. Pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan dan kelangsungan
hidup benih kerang pokea (Batisa violacea celebensis). Skripsi. Jurusan
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Haluoleo.
Kendari.
Saharuddin. 2003. Studi kepadatan kerang pokea (B. violacea celebensis) pada
perairan sungai Pohara Desa Lausu Kecamatan Bondoala. Skripsi
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Kendari.
Sastrapradja. 1977. Sumber Protein Hewani. Lembaga Biologi Nasional-LIPI. Bogor
Sawaluddin. 2003. Struktur komunitas makrozoobenthos dan keterkaitannya dengan
karakteristik sedimen di perairan sungai Wanggu Propinsi Sulawesi
34

Tenggara. Skripsi. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian. Universitas


Haluoleo. Kendari.
Silpiani, R. 2011. Analisis Histologi Kaki dan Sifons Kerang Darah Anadara
antiquata L. (Bivalvia : Arcidae) pada Dua Tipe Substrat di Perairan
Laut Dangkal Sungai Pisang, Teluk Kabung, Sumatera Barat. Universitas
Andalas. Padang
Sousa, R., Antunes, C., and L. Guilhennino. 2008. Ecology of the invasive asian clam
Corbicula fluminea (Muller. (774) in Aquatic Ecosystems: an Overview.
Ann. Limnol. - Int. J. Lim. 44 (2):85-94.
Sugiri, B. 1989. Zoologi Avertrebrata II. Depdikbud Ditjen Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Ilmu Hayati. IPB. Bogor.

Susanto, H dan Rachdianto, A. 1999. Kiat Budidaya Ikan Mas di lahan Kritis.
Penebar Swadaya. Jakarta. 113 hal.
Suwignyo, S., Widigdo B,, Wardiano Y., dan Krisanti M. 2005, Avertebrata Air.
penebar swadaya. Depok.
Taena, M. 2001. Studi kualitas air dan pertumbuhan kerang mutiara (Pinctada
maxima) pada kedalaman pemeliharaan berbeda. Thesis Pascasarjana
Universitas Hasanudin. Makassar. 147 hal.
Yenni, Nurhayati, T., Nurjanah, Losung, F. 2011. Kandungan mineral, proksimat dan
penanganan kerang pokea (Batissa violacea celebensis) dari Sungai
Pohara Sulawesi Tenggara. Prosiding Seminar Nasional dan Pertemuan
Ilmiah Tahunan ke-3 MPHPI 2011. Institut Pertanian Bogor, Bogor, 6-7
Oktober 2011.
34

LAMPIRAN
35

Lampiran 1. Data Berat Rata-Rata (g) Kerang Pokea selama Penelitian

Hari ke-
Perlakuan/ulangan PM
0 20 40 60
A1 1.668 1.722 1.776 1.708 0.039
A2 2.025 1.995 2.014 1.934 -0.091
A3 1.944 1.932 1.903 1.877 -0.067
B1 1.997 2.000 1.930 1.837 -0.160
B2 1.626 1.613 1.686 1.631 0.004
B3 1.965 2.051 1.981 2.000 0.036
C1 1.739 1.821 1.870 1.767 0.028
C2 2.154 2.191 2.247 2.226 0.071
C3 2.162 2.129 2.178 2.145 -0.017

Lampiran 2. Data Lebar Rata-Rata (g) Kerang Pokea selama Penelitian


Hari ke-
Perlakuan/ulangan PM
0 20 40 60
A1 1.993 2.013 2.037 2.010 0.013
A2 2.126 2.123 2.143 2.215 0.589
A3 2.072 2.075 2.127 2.135 0.170
B1 2.012 2.112 2.104 2.089 0.077
B2 1.943 1.982 2.004 2.015 0.071
B3 2.143 2.143 2.748 2.150 0.007
C1 2.032 2.070 2.139 2.069 0.037
C2 2.172 2.198 2.235 2.248 0.076
C3 2.117 2.183 2.227 2.204 0.087
36

Lampiran 3. Rata-rata Pertumbuhan Mutlak Berat Kerang Pokea selama


Penelitian
Ulangan
Perlakuan jumlah rata2 Stand. Deviasi
1 2 3
A 0.039 -0.091 -0.067 -0.119 -0.040 0.069
B -0.160 0.004 0.036 -0.120 -0.040 0.105
C 0.028 0.071 -0.017 0.082 0.027 0.044

Lampiran 4. Hasil Analisis Pertumbuhan Mutlak Berat Kerang Pokea


ANOVA
PERTUMBUHAN_MUTLAK_BERAT
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between
.009 2 .005 .758 .509
Groups
Within Groups .036 6 .006
Total .045 8

Lampiran 5. Rata-rata Pertumbuhan Mutlak Lebar Kerang Pokea selama


Penelitian
Ulangan
Perlakuan jumlah rata2 Stand. deviasi
1 2 3
A 0.013 0.589 0.170 0.772 0.257 0.298
B 0.077 0.071 0.007 0.155 0.052 0.039
C 0.037 0.076 0.087 0.201 0.067 0.026

Lampiran 6. Hasil Analisis Pertumbuhan Mutlak Lebar Kerang Pokea


ANOVA
PERTUMBUHAN_MUTLAK_LEBAR
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between
.079 2 .039 1.301 .339
Groups
Within Groups .182 6 .030
Total .261 8
37

Lampiran 7. Laju Pertumbuhan Harian Kerang Pokea


Ulangan Stand.
Perlakuan Jumlah rata2
1 2 3 Deviasi
A 0.0007 -0.0015 -0.0011 -0.0020 -0.0007 0.0012
B -0.0027 0.0001 0.0006 -0.0020 -0.0007 0.0018
C 0.0005 0.0012 -0.0003 0.0014 0.0005 0.0007

Lampiran 8. Hasil Analisis Laju Pertumbuhan Harian Kerang Pokea

ANOVA
LAJU_PERTUMBUHAN_HA
RIAN
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between
.000 2 .000 .757 .509
Groups
Within Groups .000 6 .000
Total .000 8

Lampiran 9. Laju Pertumbuhan Spesifik Kerang Pokea Hari ke-20


Perlakuan Rata- Stand.
Perlakuan Jumlah
1 2 3 rata deviasi
A 0.158 -0.075 -0.031 0.052 0.017 0.124
B 0.007 -0.040 0.215 0.182 0.061 0.136
C 0.229 0.084 -0.078 0.235 0.078 0.153

Lampiran 10. Hasil Analisis Laju Pertumbuhan Spesifik Kerang Pokea Hari ke-20
ANOVA
LPS
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between
.006 2 .003 .154 .860
Groups
Within Groups .115 6 .019
Total .121 8
38

Lampiran 11. Laju Pertumbuhan Spesifik Kerang Pokea Hari ke-40


Perlakuan Stand.
Perlakuan Jumlah Rata-rata
1 2 3 deviasi
A 0.153 0.049 -0.076 0.127 0.042 0.115
B -0.178 0.219 -0.173 -0.133 -0.044 0.228
C 0.134 0.128 0.114 0.376 0.125 0.010

Lampiran 12. Hasil Analisis Laju Pertumbuhan Spesifik Hari ke-40


ANOVA
LPS_HARI_KE_40
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between
.043 2 .022 .992 .425
Groups
Within Groups .130 6 .022
Total .173 8

Lampiran 13. Laju Pertumbuhan Spesifik Kerang Pokea Hari ke-60


Perlakuan Rata- Stand.
Perlakuan Jumlah
1 2 3 rata deviasi
A -0.195 -0.203 -0.069 -0.467 -0.156 0.075
B -0.246 -0.165 0.048 -0.363 -0.121 0.152
C -0.283 -0.049 -0.076 -0.408 -0.136 0.128

Lampiran 14. Hasil Analisis Laju Pertumbuhan Spesifik Hari ke-60


ANOVA
LPS_HARI_KE_60
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between
.002 2 .001 .060 .942
Groups
Within Groups .090 6 .015
Total .092 8
39

Lampiran 15. Kelangsungan Hidup Kerang Pokea


Ulangan Stand.
Perlakuan jumlah Rata-rata
1 2 3 Deviasi
A 83.33 86.67 66.67 236.67 78.89 10.72
B 73.33 90.00 80.00 243.33 81.11 8.39
C 70.00 83.33 83.33 236.67 78.89 7.70

Lampiran 16. Hasil Analisis Ragam Kelangsungan Hidup Kerang Pokea


ANOVA
SR
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between
9.877 2 4.938 .061 .942
Groups
Within Groups 488.889 6 81.481
Total 498.765 8
40

Lampiran 17. Dokumentasi Penelitian

A B

C D

E F

Keterangan:
A= pembuatan larutan EM4
B= fermentasi pelepah pisang
C= fermentasi feses ayam
D= fermentasi feses sapi
E= wadah budidaya
F= pengukuran DO
41

G H

I J

K L

G= pengukuran pH
H= pengukuran bobot
I = pengukuran panjang
J= pengukuran lebar
K= pengukuran tebal
L= subtrat

You might also like