You are on page 1of 14

PENGARUH KEPERAWATAAN SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE

(SEFT) ISLAMI TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI


USIA 45-59 TAHUN DI RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN

Virgianti Nur Faridah*

....... . ..ABSTRAK ....... . ..


Hypertension have come to main problem in Indonesia and become the top mortality rate
because degeneratif and cardiovaskuler diseases. Patient with hypertension generally have labile
emotion which generate its high blood pressure. Therefore nursing intervention not only focused on
physical aspect, but also psychological and spiritual aspect. One of the spiritual interventions and
complementary therapies for the patient of hypertension was Spiritual Emotional Freedom
Technique ( SEFT). The purpose of the study was to analyse the influence Spiritual Emotional
Freedom Technique ( SEFT) Islamic care to blood pressure patient of age hypertension 45-59 years
in dr. Soegiri General Hospital Lamongan. Design used in this study was pretest and posttest
control group. The population was all patient of age hypertension 45-59 years in cardivasculer unit
of dr. Soegiri General Hospital, Lamongan. Sampel taken by consecutive sampling and gots 26
respondents then devided to two groups by random allocation. The independent variabel was
Spiritual Emotional Freedom Technique ( SEFT) Islamic care, and the dependent variabel was
blood pressure. There was the intervening variabel in this study, was the perception. The data were
collected using structured questionnaire and blood pressure tests two times (pre and post) between
control and intervention groups. Data were then analyzed using wilcoxon rank and paired t-test
with level of significance of 0,05. Results showed that there was no difference of perception of
hypertension clients that getting the SEFT Islamic care (p = 0.173) and not getting the SEFT
Islamic care (p = 0.874). There was difference of systolic blood pressure patient of hypertension
that getting the SEFT Islamic care ( p=0.000), and the difference of diastolic blood pressure (p =
0.000). The mean decrease of systolic blood pressure was 25.385 mmHg and the mean decrease of
diastolic blood pressure was 11.538 mmHg. It can be concluded that the nurse can aply the nursing
intervention of SEFT Islamic care to decrease blood pressure in hospital or community, but its must
be recurred and in observation the doctor. Further studies should focus on the effect of SEFT
Islamic care showed by change of neurohormonal blood.

Keywords: SEFT Islamic care, blood pressure, patient of hypertention

PENDAHULUAN. . . kepada semua klien. Bahkan, Makhija (2002)


Keperawatan memandang manusia menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan
merupakan makhluk yang unik dan kompleks religius adalah sangat penting dalam
yang terdiri atas berbagai dimensi. Dimensi kehidupan personal individu dan merupakan
yang komprehensif pada manusia itu meliputi suatu faktor yang sangat kuat (powerful)
dimensi biologis (fisik), psikologis, sosial, dalam penyembuhan dan pemulihan fisik.
kultural dan spiritual (Dossey, 2001; Govier, Salah satu penyakit yang
2000). Dalam kata lain, Makhija (2002) membutuhkan aspek spiritual dalam
mendeskripsikan bahwa tiap individu penyembuhan dan kestabilan kondisi fisiknya
manusia adalah mahluk yang holistik yang adalah penyakit hipertensi. Penyakit
tersusun atas body, main dan spirit. Dimensi hipertensi merupakan peningkatan tekanan
spiritual merupakan salah satu dimensi darah yang memberi gejala yang berlanjut
penting yang perlu diperhatikan oleh perawat untuk suatu target organ, seperti stroke untuk
dalam memberikan asuhan keperawatan otak, penyakit jantung koroner untuk

SURYA 1 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

pembuluh darah jantung dan untuk otot memberi gejala yang berlanjut untuk suatu
jantung (Brunner & Suddart, 2002). target organ seperti otak (stroke), pembuluh
Hipertensi dapat menimbulkan masalah bagi darah jantung (penyakit jantung koroner),
pemenuhan kebutuhan manusia, yang otot jantung (left ventricle hypertrophy)
menurut Teori Henderson terdiri dari 14 (Applegate, 2002). Hipertensi sering kali
kebutuhan dasar manusia, salah satunya disebut sebagai pembunuh gelap (silent
adalah kebutuhan spiritual. Penderita killer) karena termasuk yang mematikan
hipertensi sering merasa takut dan cemas tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih
akan penyakit yang diderita, takut akan dahulu sebagai peringatan (Lanny, 2001).
ancaman komplikasi, dan takut akan tekanan Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk
darahnya yang sering tinggi atau bahkan penyakit jantung koroner dan gangguan
merasa tidak bisa disembuhkan. Penderita pembuluh darah otak yang dikenal dengan
hipertensi juga umumnya mempunyai emosi stroke. Bila tekanan darah semakin tinggi
yang labil sehingga mudah marah dalam maka harapan hidup semakin turun (Lanny,
menghadapi masalah yang menimbulkan 2001).
tekanan darah menjadi tinggi. Oleh karena itu Penyakit hipertensi bisa ditangani
intervensi keperawatan bukan saja terfokus berdasarkan teori keperawatan Virginia
pada aspek fisik saja, tetapi juga aspek psikis Henderson dan Martha E. Rogers dengan
terutama spiritual. titik fokus pada aspek spiritualitas. Teori
Penyakit hipertensi telah menjadi Henderson berfokus pada individu yang
masalah utama dalam kesehatan masyarakat berdasarkan pandangannya, yaitu bahwa
yang ada di Indonesia maupun di beberapa jasmani (body) dan rohani (mind) tidak dapat
negara yang ada di dunia. Prevalensi dipisahkan. Individu yang dimaksud dalam
hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan hal ini adalah klien yang merupakan central
sekitar 15-20%. Hipertensi di Asia figure. Pemenuhan kebutuhan dasar individu
diperkirakan sudah mencapai 8-18% pada tercermin dalam 14 komponen dari asuhan
tahun 2002, hipertensi dijumpai pada 4.400 keperawatan dasar (Basic Nursing Care)
per 10.000 penduduk dan pada tahun 2000 yang salah satunya adalah pemenuhan
sekitar 15-20% masyarakat Indonesia kebutuhan spiritual (Henderson, 2006).
menderita hipertensi (Trenkwalder P et al, Model hemodinamik Martha E. Roger
2004). Hipertensi lebih banyak menyerang menggambarkan manusia yang merupakan
pada usia setengah baya pada golongan umur satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
45-55 tahun. Kira-kira 90-95 % orang yang lagi dengan lingkungannya (Rogers, 1990).
menderita hipertensi dikatakan menderita Kemudian Elkins et.al, (1988) dalam Smith,
hipertensi primer yang juga dikenal sebagai (2009) mengelaborasi model tersebut dalam
hipertensi essensial (Guyton and Hall, 2008). multidimensi spiritualitas.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan Penanganan hipertensi menurut
pada 10 penderita hipertensi primer di URJ Lenny dan Danang (2008), secara garis besar
jantung RSUD dr. Soegiri Lamongan pada dibagi menjadi 2 jenis yaitu secara
bulan Januari 2011 didapatkan hasil bahwa farmakologis dan non farmakologis. Terapi
80% penderita mengatakan masih mengalami farmakologis yang selama ini digunakan
tekanan darah yang sulit dikontrol, terutama adalah obat antihipertensi. Terapi
dalam kondisi stress dan marah. Sehingga farmakologis dapat dikombinasikan dengan
masalah yang dapat diambil adalah kasus terapi non farmakologis yang banyak
hipertensi yang masih tinggi dan sulit macamnya, mulai dari pengaturan pola
terkontrol yang membutuhkan intervensi hidup, berbagai terapi komplementer sampai
keperawatan spiritual. intervensi spiritual yang sekarang ini banyak
Hipertensi merupakan penyakit dikembangkan. Sehingga penatalaksanaan
degeneratif dan kardiovaskuler yang sejak hipertensi bukan saja pada aspek biologis,
tahun 1993 diduga sebagai penyebab tetapi juga aspek psikis dan spiritual.
kematian nomor satu. Hipertensi akan

SURYA 2 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

Beberapa terapi komplementer untuk langkah set-up dan tune-in. Kedua aspek
hipertensi antara lain relaksasi progresif, tersebut akan membentuk keikhlasan dalam
akupuntur, akupresur, meditasi, homeopati, rangka menciptakan persepsi positif. Sinyal
refleksiologi, aromaterapi (Lenny & Danang, persepsi positif tersebut akan ditangkap dan
2008). Salah satu terapi komplementer yang mempengaruhi aksis ANS yang akan
direkomendasikan oleh NCCAM (National mengakibatkan kadar katekolamin dan
Center of Complementary and Alternative adrenalin turun. Hasil akhirnya adalah terjadi
Medicine) adalah akupuntur. Saat ini penurunan tekanan darah. Oleh karena itu,
akupuntur memiliki turunan yang dikenal peneliti tertarik untuk meneliti tentang
dengan SEFT (Spiritual Emotional Freedom Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional
Technique). Intervensi spiritual dewasa ini Freedom Technique (SEFT) Islami terhadap
juga banyak dikembangkan untuk tekanan darah penderita hipertensi usia 45-59
penyembuhan penyakit antara lain meditasi, tahun di RSUD dr. Soegiri Lamongan
shalat tahajud, doa dan dzikir. SEFT dalam
hal ini dapat digolongkan sebagai terapi METODE PENELITIAN. .
komplementer dan juga intervensi spiritual, Desain penellitian menggunakan Quasi
karena SEFT merupakan gabungan antara Eksperimental dengan pendekatan pretest
teknik tapping seperti akupuntur dan doa and posttest control group. Sampel diambil
kepasrahan. Dalam penelitian ini difokuskan dari pasien hipertensi primer yang rawat jalan
pada SEFT dalam konteks keperawatan di Poli Jantung RSUD dr. Soegiri Lamongan
Islami. menggunakan metode non probability
Keperawatan SEFT (Spiritual sampling dengan teknik consecutive
Emotional Freedom Technique) Islami sampling, berjumlah 30 pasien yang dibagi
merupakan solusi yang tepat dalam secara Random allocation menjadi kelompok
menurunkan tekanan darah penderita perlakuan dan kontrol. Pengumpulan data
hipertensi. Proses SEFT merupakan menggunakan kuesioner untuk mengukur
gabungan dari aspek biologis dan variabel intervening persepsi penerimaan diri
spiritualitas. Banyak penelitian terdahulu dan spygnomanometer dan stetoskop untuk
tentang akupuntur, akupresur, EFT ataupun mengukur tekanan darah.
SEFT yang mendukung dan menjelaskan
bagaimana sistem energi tubuh dapat HASIL .PENELITIAN
mempengaruhi kondisi fisik dan emosi. Dr. 1. Data Umum
Rowe, seorang psikolog Texas University, 1) Karakteristik Responden
membuktikan bahwa EFT berpengaruh (1) Karakteristik responden
terhadap penurunan stress (Zainuddin, 2005). berdasarkan umur
Mulia Hakam, 2009, menjelaskan SEFT Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik
dilihat dari aspek energy psychology yang responden berdasarkan umur
dapat menurunkan nyeri kanker leher rahim. No. Umur Frekuensi Prosentase
Namun belum ada penelitian yang 1. 45 49 tahun 5 orang 19%
menjelaskan bagaimana SEFT secara Islami, 2. 50 54 tahun 5 orang 19%
mampu mempengaruhi kondisi fisik, dalam 3. 55 59 tahun 16 orang 62%
hal ini adalah tekanan darah penderita Jumlah 26 orang 100%
hipertensi. Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat
Intervensi keperawatan untuk pasien disimpulkan bahwa sebagian besar
hipertensi berdasarkan teori Henderson dan responden berusia 55 59 tahun yaitu
teori Roger menitikberatkan pada intervensi sebanyak 16 orang (62%) dan sebagian
spiritual tanpa melupakan aspek yang lain sama responden berusia 45 49 tahun
dan interaksinya dengan lingkungan. Salah dan 50 54 tahun yaitu sebanyak 5 orang
satunya menggunakan keperawatan SEFT (19%).
Islami, dimana terdiri dari aspek biologis
yaitu tapping dan aspek spiritualitas dalam

SURYA 3 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

(2) Karakteristik responden (5) Karakteristik responden


berdasarkan jenis kelamin berdasarkan lama menderita
Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik hipertensi
responden berdasarkan jenis kelamin Tabel 5. Distribusi frekuensi karakteristik
No. Jenis Frekuensi Prosentase responden berdasarkan lama menderita
kelamin hipertensi
1. Laki-laki 12 orang 46% No. Lama Frekuensi Prosentase
2. Perempuan 14 orang 54% hipertensi
Jumlah 30 orang 100% 1. < 1 tahun 3 orang 11.5%
Tabel 2 diatas menyatakan bahwa 2. 1 3 tahun 11 orang 42.3%
karakteristik responden berdasarkan jenis 3. 4 6 tahun 7 orang 27%
kelamin didapatkan sebagian besar 4. > 6 tahun 5 orang 19.2%
Jumlah 30 orang 100%
berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 14 orang atau 54%. Tabel 5 diatas menyatakan bahwa
karakteristik responden berdasarkan lama
(3) Karakteristik responden menderita hipertensi didapatkan hampir
berdasarkan pendidikan sebagian responden telah menderita
Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik hipertensi selama 1-3 tahun yaitu sebanyak
responden berdasarkan pendidikan 11 orang (42.3%). Sedangkan sebagian kecil
No. Pendidikan Frekuensi Prosentase responden atau 3 orang (11.5%) telah
1. SD/sederajat 4 orang 15.4% menderita hipertensi selama kurang dari 1
2. SMP/sederajat 5 orang 19.2% tahun.
3. SMA/sederajat 13 orang 50%
4. Perguruan Tinggi 4 orang 15.4%
2. Data Khusus
Jumlah 30 orang 100%
1). Perbedaan persepsi penerimaan diri
Berdasarkan tabel 3 diatas penderita hipertensi usia 45-59 tahun di
didapatkan bahwa karakteristik responden RSUD dr. Soegiri Lamongan
berdasarkan pendidikan adalah sebagian Sebelum data kelompok kontrol dan
besar besar SMA/sederajat yaitu sebanyak 13 perlakuan dibandingkan antara 2 kali
orang (50%) dan sebagian kecil pengukuran (pre dan post), maka perlu
berpendidikan SD/sederajat dan perguruan dilakukan uji homogenitas antara data pre
tinggi yaitu sebanyak 4 orang (15.4%). dan post pada kelompok kontrol dan
perlakuan. Uji homogenitas untuk data
(4) Karakteristik responden persepsi dianalisis dengan uji mann-whitney.
berdasarkan pekerjaan Hasil yang didapatkan pada data pre
Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik (kelompok kontrol dan perlakuan) adalah
responden berdasarkan pekerjaan nilai p = 0.341(p>0.05), yang artinya data
No. Pekerjaan Frekuensi %
homogen atau antara kelompok kontrol dan
1. Petani 3 orang 11.5%
2. Pegawai/Karyawan 9 orang 34.6% perlakuan mempunyai persepsi yang sama
3. Wiraswasta 5 orang 19.2% sebelum diberikan perlakuan. Hasil yang
4. Lainnya (pensiun, 9 orang 34.6% didapatkan pada data post antara kelompok
IRT, dll) kontrol dan perlakuan yaitu nilai p = 0.001
Jumlah 30 orang 100%
(p>0.05), yang artinya data heterogen atau
Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat antara kelompok kontrol dan perlakuan
disimpulkan bahwa hampir sebagian mempunyai persepsi yang berbeda
responden memiliki pekerjaan sebagai akibat/setelah diberikan perlakuan.
pegawai/karyawan yaitu 9 orang (34.6%) dan
sebagian kecilnya adalah petani yaitu (1) Perbedaan persepsi penerimaan
sebanyak 3 orang (11.5%). diri pada kelompok kontrol
Nilai/skor jawaban persepsi pada
kelompok kontrol dibandingkan antara 2 kali

SURYA 4 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

pengukuran (pre dan post) dengan uji Hasil yang didapatkan pada data
wilcoxon. Dari hasil analisa data tersebut tekanan darah systole post antara kelompok
didapatkan nilai p = 0.874 (p > 0.05), maka kontrol dan perlakuan adalah nilai t-hitung =
berarti Ho diterima yang artinya tidak ada 3.106 dan nilai p = 0.005 (p<0.05), yang
perbedaan persepsi penerimaan diri pada artinya data heterogen atau antara kelompok
kelompok kontrol. kontrol dan perlakuan mempunyai tekanan
(2) Perbedaan persepsi penerimaan darah systole yang berbeda akibat/setelah
diri pada kelompok yang diberikan perlakuan. Rerata tekanan darah
mendapat keperawatan SEFT systole post kelompok kontrol adalah 149.23
Islami dan kelompok perlakuan adalah 131.54.
Nilai/skor jawaban persepsi pada Hasil yang didapatkan pada data
kelompok perlakuan dibandingkan antara 2 tekanan darah diastole post antara kelompok
kali pengukuran (pre dan post) dengan uji kontrol dan perlakuan adalah nilai t-hitung =
wilcoxon. Dari hasil analisa data tersebut 2.326 dan nilai p = 0.029 (p<0.05), yang
didapatkan nilai p = 0.173 (p > 0.05), maka artinya data heterogen atau antara kelompok
berarti Ho diterima yang artinya tidak ada kontrol dan perlakuan mempunyai tekanan
perbedaan persepsi penerimaan diri pada darah diastole yang berbeda akibat/setelah
kelompok perlakuan. diberikan perlakuan. Rerata tekanan darah
systole kelompok kontrol adalah 91.54 dan
2) Perbedaan tekanan darah penderita kelompok perlakuan adalah 85.38.
hipertensi usia 45-59 tahun di RSUD dr.
Soegiri Lamongan (1) Perbedaan tekanan darah systole
Sebelum data kelompok kontrol dan kelompok kontrol
perlakuan dibandingkan antara 2 kali Tabel 6 Hasil pengukuran tekanan darah
pengukuran (pre dan post), maka perlu systole kelompok kontrol
dilakukan uji homogenitas antara data pre No. Hasil Rerata SD
dan post pada kelompok kontrol dan pengukuran
perlakuan. Uji homogenitas untuk data 1. Systole pre 151.54 13.445
tekanan darah dianalisis dengan uji 2. Systole post 149.23 16.053
independent t-test. Hasil yang didapatkan Selisih 2.308 4.385
pada data tekanan darah systole pre antara Tekanan darah systole kelompok
kelompok kontrol dan perlakuan adalah nilai kontrol pada pengukuran 1 (pre) mempunyai
t-hitung = -0.929 dan nilai p = 0.362 rerata 151.54, sedangkan rerata pada
(p>0.05), yang artinya data homogen atau pengukuran 2 (post) adalah 149.23. Rerata
antara kelompok kontrol dan perlakuan tekanan darah systole kelompok kontrol
mempunyai tekanan darah systole yang sama setelah kurun waktu tertentu dan tidak diberi
sebelum diberikan perlakuan. Rerata tekanan apa-apa mengalami penurunan sebesar 2.308.
darah systole pre kelompok kontrol adalah Setelah dilakukan uji paired t-test,
151.54 dan kelompok perlakuan adalah didapatkan nilai t = 1.897 dan nilai p = 0.082
156.92. (p > 0.05) sehingga Ho diterima yang artinya
Hasil yang didapatkan pada data tidak terdapat perbedaan tekanan darah
tekanan darah diastole pre antara kelompok systole kelompok kontrol antara dua kali
kontrol dan perlakuan adalah nilai t-hitung = pengukuran.
-1.372 dan nilai p = 0.183 (p>0.05), yang
artinya data homogen atau antara kelompok (2) Perbedaan tekanan darah systole
kontrol dan perlakuan mempunyai tekanan kelompok perlakuan
darah diastole yang sama sebelum diberikan Tabel 7 Hasil pengukuran tekanan darah
perlakuan. Rerata tekanan darah diastole pre systole kelompok perlakuan
kelompok kontrol adalah 93.85 dan No. Hasil Rerata SD
kelompok perlakuan adalah 96.92. pengukuran
1. Systole pre 156.92 16.013

SURYA 5 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi
2. Systole post 131.54 12.810 pengukuran
Selisih 25.385 8.771 1. Diastole pre 96.82 6.304
Tekanan darah systole kelompok 2. Diastole post 85.38 7.763
perlakuan pada pengukuran 1 (pre) Selisih 11.538 6.887
mempunyai rerata 156.92, sedangkan rerata Tekanan darah diastole kelompok
pada pengukuran 2 (post) adalah 131.54. perlakuan pada pengukuran 1 (pre)
Rerata tekanan darah systole kelompok mempunyai rerata 96.82, sedangkan rerata
perlakuan setelah kurun waktu tertentu dan pada pengukuran 2 (post) adalah 85.38.
diberi perlakuan intervensi keperawatan Rerata tekanan darah diastole kelompok
SEFT Islami mengalami penurunan sebesar perlakuan setelah kurun waktu tertentu dan
25.385. diberi perlakuan intervensi keperawatan
Setelah dilakukan uji paired t-test, SEFT Islami mengalami penurunan sebesar
didapatkan nilai t = 10.436 dan nilai p = 11.538.
0.000 (p < 0.05) sehingga Ho ditolak yang Setelah dilakukan uji paired t-test,
artinya terdapat perbedaan tekanan darah didapatkan nilai t = 6.040 dan nilai p = 0.000
systole kelompok perlakuan antara sebelum (p < 0.05) sehingga Ho ditolak yang artinya
dan sesudah pemberian intervensi terdapat perbedaan tekanan darah diastole
keperawatan SEFT Islami. Hal tersebut kelompok perlakuan antara sebelum dan
menujukkan bahwa intervensi keperawatan sesudah pemberian intervensi keperawatan
SEFT Islami berpengaruh terhadap SEFT Islami. Hal tersebut menujukkan
penurunan tekanan darah systole. bahwa intervensi keperawatan SEFT Islami
berpengaruh terhadap penurunan tekanan
(3) Perbedaan tekanan darah diastole darah diastole.
kelompok kontrol
Tabel 8 Hasil pengukuran tekanan darah PEMBAHASAN . .
diastole kelompok kontrol 1. Perbedaan persepsi penerimaan diri
No. Hasil Rerata SD penderita hipertensi usia 45-59 tahun yang
pengukuran mendapat dan tidak mendapat
1. Diastole pre 93.85 5.064 Keperawatan SEFT Islami di RSUD dr.
2. Diastole post 91.54 5.547 Soegiri Lamongan
Selisih 2.308 4.385 Berdasarkan hasil analisa data
didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan
Tekanan darah diastole kelompok persepsi penerimaan diri baik pada kelompok
kontrol pada pengukuran 1 (pre) mempunyai kontrol maupun perlakuan. Sehingga dapat
rerata 93.85, sedangkan rerata pada disimpulkan bahwa intervensi Keperawatan
pengukuran 2 (post) adalah 91.54. Rerata SEFT Islami tidak berpengaruh terhadap
tekanan darah systole kelompok kontrol perubahan persepsi.
setelah kurun waktu tertentu dan tidak diberi Persepsi timbul karena adanya
apa-apa mengalami penurunan sebesar 2.308. respons terhadap stimulus. Stimulus yang
Setelah dilakukan uji paired t-test, dipersepsikan berupa keperawatan SEFT
didapatkan nilai t = 1.897 dan nilai p = 0.082 Islami yang terdiri dari tiga langkah yaitu
(p > 0.05) sehingga Ho diterima yang artinya set-up, tune-in dan tapping. Pengucapan
tidak terdapat perbedaan tekanan darah set-up words yang berupa doa kepasrahan
diastole kelompok kontrol antara dua kali pada langkah Set-up terkandung cognitive
pengukuran. therapy, sugesti diri, affirmation serta
meditasi dan relaksasi (doa). Langkah tune-
(4) Perbedaan tekanan darah diastole in mengandung self hypnosis yang mampu
kelompok perlakuan menghapus program bawah sadar yang
Tabel 9 Hasil pengukuran tekanan darah menjadi akar penyebab dari emosi negatif
diastole kelompok perlakuan yang kita alami (Zainudin, 2005). Sedangkan
No. Hasil Rerata SD langkah tapping pada titik energi tubuh

SURYA 6 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

mampu menyeimbangkan aliran energi tubuh musibah sakit tersebut dengan makna yang
sehingga mempermudah penerimaan sugesti normal dan positif. Jika hipokampus tidak
diri (Zainudin, 2005). pernah menyimpan pesan keagamaan, bisa
Sinyal dari intervensi keperawatan jadi rangsangan tersebut oleh hipokampus
SEFT Islami diatas ditangkap oleh indra diberi makna cemas, depresi atau stres dan
secara visual, audiotory dan tactil. Sinyal sejumlah respons darurat lainnya (Sholeh,
visual ditangkap oleh reseptor nervus opticus 2006).
(N.II) pada mata, auditory ditangkap oleh N. Sementara itu, neokorteks prefrontal
vestibulocochlearis (N.VIII) pada telinga, kiri mengendalikan prefrontal kanan, dimana
dan sinyal tactil ditangkap oleh corpus perasaan cemas, depresi dan agresif
pacini pada subkutan/otot/fascia (Potter & bersarang, agar menerima rangsangan
Perry, 2005; Dharmojono, 2009). Sinyal penyakit hipertensi itu dengan analisis
tersebut berjalan melewati medulla spinalis respons kesabaran, keikhlasan, persepsi
dan medulla oblongata menuju thalamus, positif dan normal. Jika kedua neokorteks
kemudian melewati sinaps tunggal menuju ke kiri-kanan sepakat bulat bahwa rangsangan
amigdala. Sinyal kedua dari thalamus itu diterima dengan suatu keikhlasan,
disalurkan ke neokorteks otak untuk berfikir, kepastian keputusan itu dikirim ke
dianalisis dan kemudian ditentukan makna hipokampus untuk dicocokkan apakah pesan
dan respon emosional. Percabangan ini keikhlasan dalam menerima cobaan penyakit
memungkinkan amigdala mulai memberi hipertensi itu pernah tersimpan dalam
respons sebelum neokorteks merespon dan memori hipokampus. Jika ragu-ragu,
mengolah informasi, sebelum otak rangsangan itu berpindah-pindah dari
sepenuhnya memahami dan pada akhirnya amigdala, hipokampus dan korteks sampai
memulai respons yang telah diolah lebih akhirnya mencapai kepastian (Sholeh, 2006).
dahulu. Inilah yang menyebabkan individu Salah satu faktor utama yang
lebih menonjol emosionalnya daripada menentukan apakah suatu rangsangan atau
rasionalnya (Sholeh, 2006). kondisi yang tidak menyenangkan dapat
Kontribusi iman terhadap korteks menimbulkan stress atau tidak, sangat
amigdala pada intervensi keperawatan SEFT dipengaruhi oleh beberapa kemampuan
Islami terjadi ketika melakukan ucapan doa individu dalam mengendalikan kondisi
kepasrahan, sugesti diri dan self hypnosis tersebut. Jika seseorang dapat menghayati
yang memberikan sinyal berupa muatan nilai makna ucapan doa yang terdapat pada set-up,
yang dapat dijadikan pijakan bagi neokorteks tune-in dan tapping, orang tersebut
dalam mengendalikan amigdala-hipokampus. dimungkinkan dapat mengendalikan kondisi
Ini dilakukan untuk melawan distorsi kognitif yang dihadapi, terutama menghadapi cobaan
yang dimiliki penderita sehingga penyakit hipertensi dengan keikhlasan.
terbentuklah keikhlasan dan amigdala Sebaliknya, bila seseorang mengucap doa
memberikan respons terhadap rangsangan hanya di bibir saja, sebatas pada tataran
(stimulus) dengan respon normal, persepsi ritualitas belaka bukan penghayatan spiritual,
yang positif, bukan respons darurat dan maka orang tersebut tidak akan mencapai
negatif (Sholeh, 2006). keikhlasan dan persepsi yang positif sehingga
Hipokampus dalam hal ini juga tidak mampu mengendalikan kondisi yang
berperan dalam pembentukan persepsi menimbulkan stress (Sholeh, 2006).
positif. Hipokampus adalah tempat bagi Secara empiris, terdapat lima prinsip
ingatan dan penyimpanan berbagai pesan, keberhasilan penerapan keperawatan SEFT
termasuk pesan keagamaan, seperti pesan Islami, antara lain yakin terhadap kekuasaan
harus sabar bila tertimpa musibah/sakit, Allah Swt; khusyuk (hati dan pikiran kita
segala sesuatu itu tidak lepas dari kehendak hadir saat berdoa); ikhlas atau ridho
Allah Swt, dan kehendak Allah Swt adalah menerima rasa sakit kita (baik fisik maupun
keputusan terbaik. Maka, hipokampus sesuai emosi) dengan sepenuh hati dan tanpa
dengan fungsinya, memberikan makna mengeluh/complain; pasrah (menyerahkan

SURYA 7 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

apa yang terjadi nanti kepada Allah Swt); dan menuju positif akibat intervensi keperawatan
syukur (meskipun tertimpa musibah/cobaan SEFT Islami sangat mungkin terjadi namun
tapi masih banyak hal lain yang patut memang tidak mudah dan membutuhkan
disyukuri). Kelima hal tersebut apabila waktu pembelajaran, sedangkan intervensi
tidak/kurang diterapkan dalam keperawatan keperawatan SEFT Islami disini hanya
SEFT Islami, akan menjadi hambatan diberikan satu kali dua dengan putaran saja.
spiritual tersendiri dan hasil yang diharapkan Kurang efektifnya intervensi ini juga
menjadi kurang efektif (Zainuddin, 2005). dimungkinkan karena hambatan spiritual
Berdasar penjelasan diatas, dapat penderita, seperti kurang yakin, kurang
disimpulkan bahwa pada dasarnya khusyuk, kurang ikhlas, kurang pasrah dan
keperawatan SEFT Islami dapat kurang syukur. Penderita hipertensi tersebut
mengefektifkan coping. Coping mechanism mungkin menolak atas sugesti diri yang
adalah suatu mekanisme untuk mengatasi terdapat pada SEFT Islami atau merasa
perubahan yang dihadapi atau beban yang nyaman dengan kondisinya saat ini sehingga
diterima. Lipowski membagi coping dalam tidak mau berubah.
dua bentuk yaitu coping style dan coping
strategy. Sifat dasar coping style adalah 2. Perbedaan tekanan darah systole dan
mengurangi makna suatu konsep yang diastole penderita hipertensi usia 45-59
dianutnya, seperti pengingkaran atau distorsi tahun di RSUD dr. Soegiri Lamongan
kognitif sampai pada tingkatan yang ringan Terdapat perbedaan bermakna rerata
terhadap suatu keadaan (Sholeh, 2006). tekanan darah systole dan diastole antara
Coping style yang terdapat pada keperawatan kelompok kontrol dan perlakuan. Setelah
SEFT Islami teraplikasi dalam cognitive dilakuan uji paired t-test, didapatkan hasil
therapy, self hypnosis dan sugesti diri yang yang signifikan baik pada tekanan darah
terkandung dalam langkah set-up, tune-in dan systole dan diastole, yang artinya ada
tapping. Sedangkan coping strategy perbedaan tekanan darah systole dan diastole
merupakan coping yang digunakan individu antara kelompok kontrol dan perlakuan.
secara sadar dan terarah mulai dari mengenal, Meskipun tidak terbukti bahwa
mempelajari dan mengatasi sakit atau intervensi keperawatan SEFT islami dapat
stressor yang dihadapinya. Dalam langkah mempengaruhi perubahan persepsi, namun
tune-in, penderita diajak untuk mengenal dan tetap terbukti terjadi penurunan tekanan
mempelajari sakitnya, kemudian diatasi darah systole dan diastole. Hal ini
dengan melakukan tapping pada 9 titik dikarenakan adanya pengaruh tapping
tubuh. Terbentuknya mekanisme coping bisa melalui jalur humoral yaitu dengan
diperoleh melalui proses belajar dalam mempengaruhi perubahan neurohormonal
pengertian yang luas dan relaksasi. Apabila (Dharmojono, 2009). Hormon yang
individu mempunyai mekanisme coping yang mengalami perubahan adalah katekolamin
efektif dalam menghadapi stressor, stressor dengan kadar rendah yang tidak
tidak akan menimbulkan stress yang menyebabkan vasokonstriksi sistemik dan
berakibat kesakitan/penyakit, tetapi kardiak inotropik, sehingga tekanan darah
sebaliknya, stressor justru menjadi menjadi dan denyut jantung stabil (Dharmojono,
stimulan yang mendatangkan wellness. 2009).
Kemampuan coping mechanism setiap orang Apabila intervensi keperawatan
tergantung dari temperamen individu, SEFT Islami dilakukan dengan benar dan
persepsi serta kognisi terhadap stressor yang berulang, maka proses perubahan tekanan
diterima (Sholeh, 2006). darah melalui jalur PNI. Stimulus yang
Jadi, tidak adanya perbedaan diberikan dapat memblok sinyal stres dan
persepsi akibat intervensi keperawatan SEFT digantikan dengan sinyal yang positif. Impuls
Islami dikarenakan aplikasinya yang sebatas positif tersebut akan berjalan menuju
pada tataran ritualitas belaka, bukan Talamus kemudian berespon melepaskan
penghayatan spiritual. Perubahan persepsi CRF dari hipotalamus, selanjutnya terjadi

SURYA 8 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

respon lewat aksis SAM (Simpathetic serius karena dapat menimbulkan hipotensi
Adrenal Medullary). Respons lewat aksis dan mengganggu pembuluh darah. Perlu
SAM akan melepas katekolamin berkadar dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti
rendah dan tidak bersifat darurat Selanjutnya nadi, respirasi dan EKG untuk memastikan
katekolamin masuk ke dalam sirkulasi darah tidak terjadi kondisi yang serius.
mengalir ke seluruh tubuh. Katekolamin
dengan kadar rendah tidak menyebabkan 3. Kaitan Keperawatan SEFT Islami
vasokonstriksi sistemik dan kardiak dalam Asuhan Keperawatan Spiritual
inotropik, sehingga tekanan darah dan denyut Dalam keperawatan spiritual,
jantung stabil (Nursalam, 2008). Selain itu, terdapat empat tahap proses keperawatan
katekolamin akan mempengaruhi fungsi yang telah lazim diterapkan, yaitu :
membran sel sehingga fungsinya terganggu. 1. Pengkajian, penggalian tentang status
Kalsium intrasel akan meningkat yang spiritual individu dan identifikasi
mengakibatkan kontraksi otot polos. Juga kebutuhan dan diagnosa spesifik
mengakibatkan peningkatan kadar Na +/H+ di 2. Perencanaan
ekstrasel sehingga terjadi peningkatan pH 3. Intervensi dan implementasi
yang mengakibatkan hipertrofi vaskular. 4. Evaluasi
Kedua hal ini menyebabkan tahanan perifer Berikut akan dijabarkan keempat
meningkat dan timbulah hipertensi. Namun langkah dalam keperawatan spiritual
bila kadar katekolamin rendah, hal tersebut tersebut:
tidak akan terjadi (E. Susalit dalam Slamet 1. Pengkajian
Suyono, 2004). Seorang perawat dalam melakukan
Sinyal positif yang masuk ke pengkajian perlu sampai pada pengkajian
hipotalamus tidak akan merangsang spiritual dan persepsi tentang penyakit
pengeluaran kortisol, aldosteron dan ADH. yang diderita. Pengkajian spiritual itu
Kortisol menyebabkan peningkatan penting karena spiritualitas seseorang
glukoneogenesis, katabolisme protein dan akan turut mempengaruhi status
lemak sehingga kadar gula darah dan kesehatannya, juga dapat memberikan
viskositas darah meningkat. Hal tersebut informasi tentang daya mekanisme
menyebabkan kontraktilitas jantung coping pasien, untuk mengetahui adanya
meningkat. Sedangkan aldosteron dan ADH disstres spiritual dalam menghadapi
menimbulkan peningkatan reabsorbsi air dan penyakit yang diderita, dan untuk
Na sehingga volume cairan meningkat. memahami pasien secara holistik
Ketiga hal tersebut dapat mencetuskan sehingga dapat memenuhi kebutuhannya
peningkatan tekanan darah. Sinyal positif secara holistik pula.
juga masuk lewat sistem syaraf simpatis dan Model pengkajian spiritual bisa
medula adrenal namun tidak menimbulkan bermacam-macam, antara lain :
peningkatan produksi epinefrin dan 1) Model Rogers yang terdiri dari
norepinefrin. Keduanya mampu sembilan domain yaitu dimensi
meningkatkan kontraktilitas dan frekuensi transedental, makna dan tujuan
jantung penyebab hipertensi (Patricia A hidup, misi dalam hidup, kesucian
Potter, 2005). hidup, nilai material, altruism,
Dari uraian diatas dapat disimpulkan idealism, kesadaran akan derita dan
bahwa keperawatan SEFT Islami spiritualitas bermakna
berpengaruh terhadap perubahan tekanan 2) Howdens Spirituality Assessment
darah, meskipun tanpa melalui perubahan Scale; berisi 28 item pertanyaan
persepsi terlebih dahulu. Namun penurunan (Dossey,2000). Empat area spesifik
tekanan darah systole yang cukup drastis yang terkandung didalamnya yaitu
dalam waktu singkat (rerata 25 mmHg makna dan tujuan hidup; kelebihan
bahkan yang tertinggi menurun 40 mmHg), dan kekurangan diri; hubungan
membutuhkan perhatian dan pertimbangan

SURYA 9 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

dengan diri, orang lain dan (3) Mendemonstrasikan keputusasaan


lingkungan; transedental. atau ketidak beranian
3) The FICA Model (Girardin, 2000) (4) Memilih untuk tidak melakukan
Model ini terdiri dari empat area, ritual keagamaan yang biasa
yaitu keyakinan dan kepercayaan; dilakukan
pentingnya keyakinan dan (5) Mempunyai perasaan ambivalen
kepercayaan tersebut; komunitas (ragu) mengenai keyakinan
spiritual; pelayanan yang (6) Mengekspresikan bahwa dia tidak
diharapkan. penya alas an untuk hidup
4) JAREL Spiritual Well-being Scale; (7) Merasakan perasaan kekosongan
berisi 21 pernyataan yang dijawab spiritual
berdasarkan skala mulai sangat (8) Mengekspresikan perhatian, marah,
setuju sampai dengan sangat tidak dendam, ketakutan, penderitaan dan
setuju (Burkhadrt,2002). kematian
5) Spiritual Assessment Tool; model (9) Meminta bantuan spiritual terhadap
yang interaktif dan terdiri dari aspek suatu gangguan dalam sistem
makna dan tujuan hidup; kekuatan keyakinan.
diri dan hubungan sesama (Dossey, (Tawi, 2008)
2002) 2. Kesejahteraan Spritual, potensial terhadap
6) Qualitative Assessment Tools; perbaikan
instrument ini berupa pertanyaan 1) Definisi
terbuka atau cerita tentang Keberadaan individu yang mengalami
spiritualitas pasien. penguatan kehidupan dalam berhubungan
Pada penelitian ini lebih mengarah dengan kekuasaan yang lebih tinggi (setinggi
pada pengkajian spiritual menggunakan yang ditetapkan individu), diri, komunitas
sembilan domain spiritual Rogers. dan lingkuingan yang memelihara dan
Pengkajian mengenai persepsi penerimaan merayakan kesatuan (Tawi, 2008).
diri perlu pula dilakukan, dimana terdiri dari 2) Batasan Karakteristik (Tawi, 2008)
aspek ketabahan hati, harapan sembuh dan (1) Kekuatan dari dalam diri yang
pandai mengambil hikmah atas penyakit memelihara : rasa kesadaran;
hipertensi yang diderita. hubungan saling percaya; kekuatan
Menurut Carpenito (1999), ada 3 yang menyatu; sumber yang sakral;
diagnosa keperawatan yang termasuk dalam kedamaian dari dalam diri.
lingkup nilai/kepercayaan/spiritual, yaitu : (2) Motifasi yang tidak ada batasannya
1. Distres Spiritual (aktual/resiko) dan komitmen yang diarahkan pada
1) Definisi nilai tertinggi dari cinta, makna,
Keadaan dimana individu atau harapan, keindahan dan kebenaran.
kelompok mengalami atau berisiko (3) Hubungan saling percaya dengan
mengalami gangguan dalam sistem atau hubungan yang sangat
keyakinan atau nilai yang memberi kekuatan, memberikan dasar untuk makna dan
harapan, dan arti kehidupan seseorang (Tawi, harapan dalam pengalaman
2008). kehidupan dan kasih sayang dalam
2) Batasan Karakteristik hubungan seseorang.
Mayor : Mengalami suatu gangguan dalam (4) Mempunyai makna dan tujuan
sistem keyakinan terhadap eksistensi seseorang.
Minor (mungkin terdapat): 2. Perencanaan
(1) Mempertanyakan makna kehidupan, 1). Distres Spiritual
kematian dan penderitaan Kriteria hasil, individu akan :
(2) Mempertanyakan kredibilitas (1) Melanjutkan latihan spiritual
terhadap sistem keyakinan yang tidak mengganggu
kesehatan

SURYA 10 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

(2) Mengekspresiakan pengurangan Hasilnya adalah terjadi penurunan


perasaan bersalah dan ansietas tekanan darah pada penderita hipertensi
(3) Mengekspresikan kepuasan setelah diberikan keperawatan SEFT
dengan kondisi spiritual. Islami. Selain itu, penderita dianjurkan
2). Resiko distres Spiritual untuk melanjutkan praktek latihan
Kriteri hasil, individu akan : spiritual (keperawatan SEFT Islami)
(1) Melanjutkan praktek ritual selama tidak mengganggu kesehatan dan
spiritual yang bermanfaat dengan pelatihan terlebih dahulu, serta
(2) Mengekspresikan peningkatan penderita mengekspresikan kepuasan
kenyamanan setelah bantuan spiritual dan mampu mengendalikan
3). Kesejahteraan Spritual, potensial emosi .
terhadap perbaikan
Kriteria hasil, individu akan: KESIMPULAN DAN SARAN.
(1) Mempertahankan hubungan 1. Kesimpulan
yang sebelumnya dengan 1) Persepsi penerimaan diri pada penderita
keberadaan dirinya yang lebih hipertensi usia 45-59 tahun yang
tinggi. mendapat dan tidak mendapat
(2) Terus melaksanakan spiritual keperawatan SEFT Islami tidak
yang tidak mengakibatkan menunjukkan perbedaan
sesuatu yang buruk terhadap 2) Tekanan darah systole dan diastole pada
kesehatan penderita hipertensi usia 45-59 tahun
(3) Mengekspresikan yang mendapat keperawatan SEFT
keharmonisan spiritual dan Islami menunjukkan perbedaan
kesatuan yang berkelanjutan bermakna
3. Intervensi dan implementasi 3) Keperawatan SEFT Islami mampu
Intervensi yang direkomendasikan pada mempengaruhi penurunan tekanan darah
penelitian ini adalah keperawatan SEFT systole dan diastole tanpa merubah
Islami, yang terdiri dari aspek biologi persepsi pada penderita hipertensi usia
dalam langkah tapping, dan aspek 45-59 tahun di RSUD dr. Soegiri
spiritual yang teraplikasi dalam langkah Lamongan
set-up dan tune-in. Intervensi ini
merupakan salah satu bentuk caring 2. Saran
berupa latihan spiritual Islami dengan Keperawatan SEFT Islami dapat
menghayati ucapan doa kepasrahan, self dijadikan alternatif intervensi non
hypnosis dan sugesti diri sehingga dapat farmakologis untuk menurunkan tekanan
mengurangi perasaan bersalah dan cemas darah dan bisa diterapkan oleh perawat baik
akan penyakit hipertensi dan bila di rumah sakit ataupun di komunitas asalkan
dilakukan secara berkala mampu menjadi dengan pemeriksaan dan pengawasan medis.
latihan pengendalian emosi bagi Penerapan keperawatan SEFT Islami
penderita. Selain itu, proses tapping pada hendaknya dilakukan secara berkala untuk
9 titik tubuh juga mampu dapat merubah persepsi menjadi positif,
menyeimbangkan energi tubuh dan hampir sama seperti latihan pengendalian
menghasilkan perubahan hormonal yaitu emosi. Selain itu, penderita hipertensi juga
katekolamin berkadar rendah. Sebagai bisa dimandirikan dengan pembelajaran dan
catatan, implementasi keperawatan SEFT penerapan keperawatan SEFT Islami untuk
Islami hanya diperuntukkan pada diri sendiri. Perlu pula dilakukan penelitian
penderita hipertensi derajat ringan lebih lanjut tentang efek SEFT terhadap
sampai sedang saja dengan pemeriksaan neurohormonal seseorang sehingga
dan pengawasan medis. memperkuat penjelasan ilmiah sampai tahap
4. Evaluasi biomolekuler.

SURYA 11 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

Doosey, Barbara Montgomery. (2008).


. . .DAFTAR PUSTAKA . . . Theory of Integral Nursing.
Advances in Nursing Science Vol. 31,
Afandi, (2008). Pemikiran Ketuhanan Al- No. 1, pp. E52E73
Kindi. http://digilib.uin-
suka.ac.id/gdl.php? Fisher, John. Brumley, David. (2008).
mod=browse&op=read&id=digilib- Nurses and carers spiritual
uinsuka--afandi-713. Diakses tanggal wellbeing in the workplace.
5 Maret 2011 Australian Journal Of Advanced
Nursing. Volume 25 Number 4
Akbar, (2011). Al Ghazali Sang Hujjatul
Islam. . Fryback, et all. Spirituality and People with
http://masmoi.wordpress.com/2010/06/ Potentially Fatal Diagnoses. Nursing
15/al-ghazali-sang-hujjatul-islam/. Forum Journal. Volume 34, No. 1,
Diakses 5 Maret 2011 January-March, 2001.

Applegate WB (2002). High blood pressure Govier I (2000) Spiritual care in nursing: a
treatment in the elderly. Clinics in systematic approach. Nursing
Geriatric Medicine, 8: 103-117. Standard. 14, 17, 32-36.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Grosvenor, Dorothy. (2000). Teaching


Penelitian, Suatu Pendekatan Teknik Spiritual Care To Nurses. Scottish
(Edisi revisi VI). PT. Asdi Mahasatya Journal of Healthcare Chaplaincy
: Jakarta. Vol. 3. No. 2

Ariyanto, M. Darojat. (2006). Psikoterapi Guibert R, Franco ED (2001). Choosing a


Dengan Doa. SUHUF, Vol. XVIII, definition of hypertension: impact on
No. 01/Mei 2006: 3 26 epidemiological estimates. J
Hypertens.14:12751280
Bailon, S.G. dan Maglaya, A.S, (1997).
Family health Nursing: The Process. Gunawan, Lany. (2001). Hipertensi :
Philiphines: UP College on Nursing Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta,
Diliman Penerbit Kanisius

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar : Henderson, V. (2006). The concepts of
Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, nursing. Journal of advance nursing,
Jakarta, EGC. 53, (1), 25-31.

Carol A, Miller. 2001. Nursing Care Of Hotz, Robert Lee. (2002). Brain Region May
Older Adult. Lippincott : Philadelphia Linked to Region. The Setle Times Company.

Clerah G. Mathonsi. (2008). Stress, Coping, Jalaluddin Rahmat. 2001. Psikologi


and Spiritual Wellbeing of a Sample Kumunikasi. PT Rosdakarya. Bandung
of Nurses. School of Psychology,
University of KwaZulu-Natal Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment
Dharmojono. (2009). Teknik Hebat of High Blood Pressure. The seventh
Penyembuhan dengan Akupuntur dan report of the Joint National Committee
Moksibasi. Yogyakarta : Media on Prevention, Detection, Evaluation,
Pressindo. and Treatment of High Blood Pressure.

SURYA 12 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

Arch Intern Med. 2007;157:24132446 Shirley, M. H. H. (1996). Family Health


Care Nursing : Theory, Practice, and
Kinney, Carolyn K, Rodgers, Denise M, Research. Philadelphia : F. A Davis
Nash, Kathleen A, Bray Christell O. Company
2003. Holistic Healing for Women with
Breast Cancer through a Mind, Body Sholeh M. (2000). Disertasi: Pengaruh
and Spirit Self Environment Program. Sholat Tahajjud terhadap Peningkatan
Journal of Holistic Nursing. Vol 21 : Respon ketahanan Tubuh Imunologik,
260 Suatu Pendekatan
Psikoneuroimunologi. Surabaya.
Koren, Mary Elaine, et.al. 2009. Nurses
Work Environment and Spirituality : Sholeh M. (2008). Pelatihan Shalat Tahajud:
A descriptive study. International Solusi Praktis Menyembuhkan
Journal of Caring Sciences. Vol 2 Berbagai penyakit. Penerbit Hikmah:
Issues 3. Jakarta Selatan.

Makhija (2002). Spiritual nursing. Nursing Sholeh M. (2006). Terapi Salat Tahajjud:
journal of India. (June, 2002). Menyembuhkan berbagai Penyakit.
Cetakan XXI. November 2006. Mizan
Muhalla. (2011). Dzikir Meningkatkan media Utama: Bandung
Kekebalan Tubuh.
http://www.prodikeperawatansmh.co.c Sholichatun, Yulia. (2005). Membingkai
c/2011/01/dzikir-meningkatkan- Spiritualitas Hanya Dengan Islam.
kekebalan-tubuh.html. Diakses 5 Maret Suhuf, Vol. XVII, No. 01/Mei 2005:
2011. 36-49

Neaton JD, Wentworth D (2002). Serum Silbernagl S dan Lang F (2000). Color Atlas
cholesterol, blood pressure, cigarette of Pathophysiology. Thieme, New
smoking, and death from coronary York, 210-212.
heart disease. Overall findings and
differences by age for 316,099 white Smith, Amy Rex. (2006). Using the Synergy
men. Arch Intern Med;152:56-64 Model to Provide Spiritual Nursing
Care in Critical Care Settings.
Nursalam. (2009). Model Holistik berdasar Critical Care Nurse Vol 26, No. 4
Teori adaptasi (Roy dan PNI)
sebagai Upaya Modulasi Respon Smith, Dorothy Woods. 2009. Theory of
Imun (Aplikasi pada Pasien HIV dan Spirytuality : with Rogers Model.
AIDS). Makalah pada seminar University of Southern Maine School
Nasional Keperawatan, 16 Mei 2009. of Nursing

Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Tawi, Mirzal. (2008). Disstres spiritual.
Fundamental Keperawatan: Konsep, http://syehaceh.wordpress.com/2008/
Proses dan Praktik. Jakarta: EGC 05/13/distress-spiritual/. Diakses
tanggal 10 Juli 2011.
Santrok, John W. 2002. Life Span
Development: Perkembangan Masa Taylor, Lilis & LeMone. (2002).
Hidup, Edisi 5 Jilid 2. Jakarta: Fundamentals of nursing: The art and
Erlangga science of nursing care. (3rd Ed.).
Philadelphia: Lippincott.

SURYA 13 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

Trenkwalder P, Ruland D, Stender M, Wiriatmadja, Maman S. (2010). Mengenal


Gebhard J, Trenkwalder C, Lydtin H, Dzat Allah.
Hense HW (2004). Prevalence, Http://ferrydjajaprana.multiply.com.
awareness, treatment and control of Diakses 28 Maret 2011
hypertension in a population over
the age of 65 years: results from the Wright, Michael. (2004). Hospice care and
Starnberg Study on Epidemiology of models of spirituality. European
Parkinsonism and Hypertension in Journal Of Palliative Care vol 11(2).
the Elderly (STEPHY). J
Hypertens.;12:709716 Yusriandi. (2009). Pemikiran Al Ghazali
tentang Al Quran, tafsir, takwil.
Wandi, (2008), Al Kindi Filosof Islam http://suakakata.blogspot.com/2009/07/
Pertama. pemikiran-al-ghazali-tentang-al-
http://mentoringku.wordpress.com/2 quran.html. Diakses 5 Maret 2011.
008/09/24/al-kindi-filosof-islam-
pertama/. Diakses tanggal 5 Maret Zainudin, Ahmad Faiz. (2005). SEFT for
2011 Healing + Success, Happiness +
Greatness. Jakarta : Afzan Publishing

SURYA 14 Vol.02, No.XII, Agus 2012

You might also like