Professional Documents
Culture Documents
pembuluh darah jantung dan untuk otot memberi gejala yang berlanjut untuk suatu
jantung (Brunner & Suddart, 2002). target organ seperti otak (stroke), pembuluh
Hipertensi dapat menimbulkan masalah bagi darah jantung (penyakit jantung koroner),
pemenuhan kebutuhan manusia, yang otot jantung (left ventricle hypertrophy)
menurut Teori Henderson terdiri dari 14 (Applegate, 2002). Hipertensi sering kali
kebutuhan dasar manusia, salah satunya disebut sebagai pembunuh gelap (silent
adalah kebutuhan spiritual. Penderita killer) karena termasuk yang mematikan
hipertensi sering merasa takut dan cemas tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih
akan penyakit yang diderita, takut akan dahulu sebagai peringatan (Lanny, 2001).
ancaman komplikasi, dan takut akan tekanan Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk
darahnya yang sering tinggi atau bahkan penyakit jantung koroner dan gangguan
merasa tidak bisa disembuhkan. Penderita pembuluh darah otak yang dikenal dengan
hipertensi juga umumnya mempunyai emosi stroke. Bila tekanan darah semakin tinggi
yang labil sehingga mudah marah dalam maka harapan hidup semakin turun (Lanny,
menghadapi masalah yang menimbulkan 2001).
tekanan darah menjadi tinggi. Oleh karena itu Penyakit hipertensi bisa ditangani
intervensi keperawatan bukan saja terfokus berdasarkan teori keperawatan Virginia
pada aspek fisik saja, tetapi juga aspek psikis Henderson dan Martha E. Rogers dengan
terutama spiritual. titik fokus pada aspek spiritualitas. Teori
Penyakit hipertensi telah menjadi Henderson berfokus pada individu yang
masalah utama dalam kesehatan masyarakat berdasarkan pandangannya, yaitu bahwa
yang ada di Indonesia maupun di beberapa jasmani (body) dan rohani (mind) tidak dapat
negara yang ada di dunia. Prevalensi dipisahkan. Individu yang dimaksud dalam
hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan hal ini adalah klien yang merupakan central
sekitar 15-20%. Hipertensi di Asia figure. Pemenuhan kebutuhan dasar individu
diperkirakan sudah mencapai 8-18% pada tercermin dalam 14 komponen dari asuhan
tahun 2002, hipertensi dijumpai pada 4.400 keperawatan dasar (Basic Nursing Care)
per 10.000 penduduk dan pada tahun 2000 yang salah satunya adalah pemenuhan
sekitar 15-20% masyarakat Indonesia kebutuhan spiritual (Henderson, 2006).
menderita hipertensi (Trenkwalder P et al, Model hemodinamik Martha E. Roger
2004). Hipertensi lebih banyak menyerang menggambarkan manusia yang merupakan
pada usia setengah baya pada golongan umur satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
45-55 tahun. Kira-kira 90-95 % orang yang lagi dengan lingkungannya (Rogers, 1990).
menderita hipertensi dikatakan menderita Kemudian Elkins et.al, (1988) dalam Smith,
hipertensi primer yang juga dikenal sebagai (2009) mengelaborasi model tersebut dalam
hipertensi essensial (Guyton and Hall, 2008). multidimensi spiritualitas.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan Penanganan hipertensi menurut
pada 10 penderita hipertensi primer di URJ Lenny dan Danang (2008), secara garis besar
jantung RSUD dr. Soegiri Lamongan pada dibagi menjadi 2 jenis yaitu secara
bulan Januari 2011 didapatkan hasil bahwa farmakologis dan non farmakologis. Terapi
80% penderita mengatakan masih mengalami farmakologis yang selama ini digunakan
tekanan darah yang sulit dikontrol, terutama adalah obat antihipertensi. Terapi
dalam kondisi stress dan marah. Sehingga farmakologis dapat dikombinasikan dengan
masalah yang dapat diambil adalah kasus terapi non farmakologis yang banyak
hipertensi yang masih tinggi dan sulit macamnya, mulai dari pengaturan pola
terkontrol yang membutuhkan intervensi hidup, berbagai terapi komplementer sampai
keperawatan spiritual. intervensi spiritual yang sekarang ini banyak
Hipertensi merupakan penyakit dikembangkan. Sehingga penatalaksanaan
degeneratif dan kardiovaskuler yang sejak hipertensi bukan saja pada aspek biologis,
tahun 1993 diduga sebagai penyebab tetapi juga aspek psikis dan spiritual.
kematian nomor satu. Hipertensi akan
Beberapa terapi komplementer untuk langkah set-up dan tune-in. Kedua aspek
hipertensi antara lain relaksasi progresif, tersebut akan membentuk keikhlasan dalam
akupuntur, akupresur, meditasi, homeopati, rangka menciptakan persepsi positif. Sinyal
refleksiologi, aromaterapi (Lenny & Danang, persepsi positif tersebut akan ditangkap dan
2008). Salah satu terapi komplementer yang mempengaruhi aksis ANS yang akan
direkomendasikan oleh NCCAM (National mengakibatkan kadar katekolamin dan
Center of Complementary and Alternative adrenalin turun. Hasil akhirnya adalah terjadi
Medicine) adalah akupuntur. Saat ini penurunan tekanan darah. Oleh karena itu,
akupuntur memiliki turunan yang dikenal peneliti tertarik untuk meneliti tentang
dengan SEFT (Spiritual Emotional Freedom Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional
Technique). Intervensi spiritual dewasa ini Freedom Technique (SEFT) Islami terhadap
juga banyak dikembangkan untuk tekanan darah penderita hipertensi usia 45-59
penyembuhan penyakit antara lain meditasi, tahun di RSUD dr. Soegiri Lamongan
shalat tahajud, doa dan dzikir. SEFT dalam
hal ini dapat digolongkan sebagai terapi METODE PENELITIAN. .
komplementer dan juga intervensi spiritual, Desain penellitian menggunakan Quasi
karena SEFT merupakan gabungan antara Eksperimental dengan pendekatan pretest
teknik tapping seperti akupuntur dan doa and posttest control group. Sampel diambil
kepasrahan. Dalam penelitian ini difokuskan dari pasien hipertensi primer yang rawat jalan
pada SEFT dalam konteks keperawatan di Poli Jantung RSUD dr. Soegiri Lamongan
Islami. menggunakan metode non probability
Keperawatan SEFT (Spiritual sampling dengan teknik consecutive
Emotional Freedom Technique) Islami sampling, berjumlah 30 pasien yang dibagi
merupakan solusi yang tepat dalam secara Random allocation menjadi kelompok
menurunkan tekanan darah penderita perlakuan dan kontrol. Pengumpulan data
hipertensi. Proses SEFT merupakan menggunakan kuesioner untuk mengukur
gabungan dari aspek biologis dan variabel intervening persepsi penerimaan diri
spiritualitas. Banyak penelitian terdahulu dan spygnomanometer dan stetoskop untuk
tentang akupuntur, akupresur, EFT ataupun mengukur tekanan darah.
SEFT yang mendukung dan menjelaskan
bagaimana sistem energi tubuh dapat HASIL .PENELITIAN
mempengaruhi kondisi fisik dan emosi. Dr. 1. Data Umum
Rowe, seorang psikolog Texas University, 1) Karakteristik Responden
membuktikan bahwa EFT berpengaruh (1) Karakteristik responden
terhadap penurunan stress (Zainuddin, 2005). berdasarkan umur
Mulia Hakam, 2009, menjelaskan SEFT Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik
dilihat dari aspek energy psychology yang responden berdasarkan umur
dapat menurunkan nyeri kanker leher rahim. No. Umur Frekuensi Prosentase
Namun belum ada penelitian yang 1. 45 49 tahun 5 orang 19%
menjelaskan bagaimana SEFT secara Islami, 2. 50 54 tahun 5 orang 19%
mampu mempengaruhi kondisi fisik, dalam 3. 55 59 tahun 16 orang 62%
hal ini adalah tekanan darah penderita Jumlah 26 orang 100%
hipertensi. Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat
Intervensi keperawatan untuk pasien disimpulkan bahwa sebagian besar
hipertensi berdasarkan teori Henderson dan responden berusia 55 59 tahun yaitu
teori Roger menitikberatkan pada intervensi sebanyak 16 orang (62%) dan sebagian
spiritual tanpa melupakan aspek yang lain sama responden berusia 45 49 tahun
dan interaksinya dengan lingkungan. Salah dan 50 54 tahun yaitu sebanyak 5 orang
satunya menggunakan keperawatan SEFT (19%).
Islami, dimana terdiri dari aspek biologis
yaitu tapping dan aspek spiritualitas dalam
pengukuran (pre dan post) dengan uji Hasil yang didapatkan pada data
wilcoxon. Dari hasil analisa data tersebut tekanan darah systole post antara kelompok
didapatkan nilai p = 0.874 (p > 0.05), maka kontrol dan perlakuan adalah nilai t-hitung =
berarti Ho diterima yang artinya tidak ada 3.106 dan nilai p = 0.005 (p<0.05), yang
perbedaan persepsi penerimaan diri pada artinya data heterogen atau antara kelompok
kelompok kontrol. kontrol dan perlakuan mempunyai tekanan
(2) Perbedaan persepsi penerimaan darah systole yang berbeda akibat/setelah
diri pada kelompok yang diberikan perlakuan. Rerata tekanan darah
mendapat keperawatan SEFT systole post kelompok kontrol adalah 149.23
Islami dan kelompok perlakuan adalah 131.54.
Nilai/skor jawaban persepsi pada Hasil yang didapatkan pada data
kelompok perlakuan dibandingkan antara 2 tekanan darah diastole post antara kelompok
kali pengukuran (pre dan post) dengan uji kontrol dan perlakuan adalah nilai t-hitung =
wilcoxon. Dari hasil analisa data tersebut 2.326 dan nilai p = 0.029 (p<0.05), yang
didapatkan nilai p = 0.173 (p > 0.05), maka artinya data heterogen atau antara kelompok
berarti Ho diterima yang artinya tidak ada kontrol dan perlakuan mempunyai tekanan
perbedaan persepsi penerimaan diri pada darah diastole yang berbeda akibat/setelah
kelompok perlakuan. diberikan perlakuan. Rerata tekanan darah
systole kelompok kontrol adalah 91.54 dan
2) Perbedaan tekanan darah penderita kelompok perlakuan adalah 85.38.
hipertensi usia 45-59 tahun di RSUD dr.
Soegiri Lamongan (1) Perbedaan tekanan darah systole
Sebelum data kelompok kontrol dan kelompok kontrol
perlakuan dibandingkan antara 2 kali Tabel 6 Hasil pengukuran tekanan darah
pengukuran (pre dan post), maka perlu systole kelompok kontrol
dilakukan uji homogenitas antara data pre No. Hasil Rerata SD
dan post pada kelompok kontrol dan pengukuran
perlakuan. Uji homogenitas untuk data 1. Systole pre 151.54 13.445
tekanan darah dianalisis dengan uji 2. Systole post 149.23 16.053
independent t-test. Hasil yang didapatkan Selisih 2.308 4.385
pada data tekanan darah systole pre antara Tekanan darah systole kelompok
kelompok kontrol dan perlakuan adalah nilai kontrol pada pengukuran 1 (pre) mempunyai
t-hitung = -0.929 dan nilai p = 0.362 rerata 151.54, sedangkan rerata pada
(p>0.05), yang artinya data homogen atau pengukuran 2 (post) adalah 149.23. Rerata
antara kelompok kontrol dan perlakuan tekanan darah systole kelompok kontrol
mempunyai tekanan darah systole yang sama setelah kurun waktu tertentu dan tidak diberi
sebelum diberikan perlakuan. Rerata tekanan apa-apa mengalami penurunan sebesar 2.308.
darah systole pre kelompok kontrol adalah Setelah dilakukan uji paired t-test,
151.54 dan kelompok perlakuan adalah didapatkan nilai t = 1.897 dan nilai p = 0.082
156.92. (p > 0.05) sehingga Ho diterima yang artinya
Hasil yang didapatkan pada data tidak terdapat perbedaan tekanan darah
tekanan darah diastole pre antara kelompok systole kelompok kontrol antara dua kali
kontrol dan perlakuan adalah nilai t-hitung = pengukuran.
-1.372 dan nilai p = 0.183 (p>0.05), yang
artinya data homogen atau antara kelompok (2) Perbedaan tekanan darah systole
kontrol dan perlakuan mempunyai tekanan kelompok perlakuan
darah diastole yang sama sebelum diberikan Tabel 7 Hasil pengukuran tekanan darah
perlakuan. Rerata tekanan darah diastole pre systole kelompok perlakuan
kelompok kontrol adalah 93.85 dan No. Hasil Rerata SD
kelompok perlakuan adalah 96.92. pengukuran
1. Systole pre 156.92 16.013
mampu menyeimbangkan aliran energi tubuh musibah sakit tersebut dengan makna yang
sehingga mempermudah penerimaan sugesti normal dan positif. Jika hipokampus tidak
diri (Zainudin, 2005). pernah menyimpan pesan keagamaan, bisa
Sinyal dari intervensi keperawatan jadi rangsangan tersebut oleh hipokampus
SEFT Islami diatas ditangkap oleh indra diberi makna cemas, depresi atau stres dan
secara visual, audiotory dan tactil. Sinyal sejumlah respons darurat lainnya (Sholeh,
visual ditangkap oleh reseptor nervus opticus 2006).
(N.II) pada mata, auditory ditangkap oleh N. Sementara itu, neokorteks prefrontal
vestibulocochlearis (N.VIII) pada telinga, kiri mengendalikan prefrontal kanan, dimana
dan sinyal tactil ditangkap oleh corpus perasaan cemas, depresi dan agresif
pacini pada subkutan/otot/fascia (Potter & bersarang, agar menerima rangsangan
Perry, 2005; Dharmojono, 2009). Sinyal penyakit hipertensi itu dengan analisis
tersebut berjalan melewati medulla spinalis respons kesabaran, keikhlasan, persepsi
dan medulla oblongata menuju thalamus, positif dan normal. Jika kedua neokorteks
kemudian melewati sinaps tunggal menuju ke kiri-kanan sepakat bulat bahwa rangsangan
amigdala. Sinyal kedua dari thalamus itu diterima dengan suatu keikhlasan,
disalurkan ke neokorteks otak untuk berfikir, kepastian keputusan itu dikirim ke
dianalisis dan kemudian ditentukan makna hipokampus untuk dicocokkan apakah pesan
dan respon emosional. Percabangan ini keikhlasan dalam menerima cobaan penyakit
memungkinkan amigdala mulai memberi hipertensi itu pernah tersimpan dalam
respons sebelum neokorteks merespon dan memori hipokampus. Jika ragu-ragu,
mengolah informasi, sebelum otak rangsangan itu berpindah-pindah dari
sepenuhnya memahami dan pada akhirnya amigdala, hipokampus dan korteks sampai
memulai respons yang telah diolah lebih akhirnya mencapai kepastian (Sholeh, 2006).
dahulu. Inilah yang menyebabkan individu Salah satu faktor utama yang
lebih menonjol emosionalnya daripada menentukan apakah suatu rangsangan atau
rasionalnya (Sholeh, 2006). kondisi yang tidak menyenangkan dapat
Kontribusi iman terhadap korteks menimbulkan stress atau tidak, sangat
amigdala pada intervensi keperawatan SEFT dipengaruhi oleh beberapa kemampuan
Islami terjadi ketika melakukan ucapan doa individu dalam mengendalikan kondisi
kepasrahan, sugesti diri dan self hypnosis tersebut. Jika seseorang dapat menghayati
yang memberikan sinyal berupa muatan nilai makna ucapan doa yang terdapat pada set-up,
yang dapat dijadikan pijakan bagi neokorteks tune-in dan tapping, orang tersebut
dalam mengendalikan amigdala-hipokampus. dimungkinkan dapat mengendalikan kondisi
Ini dilakukan untuk melawan distorsi kognitif yang dihadapi, terutama menghadapi cobaan
yang dimiliki penderita sehingga penyakit hipertensi dengan keikhlasan.
terbentuklah keikhlasan dan amigdala Sebaliknya, bila seseorang mengucap doa
memberikan respons terhadap rangsangan hanya di bibir saja, sebatas pada tataran
(stimulus) dengan respon normal, persepsi ritualitas belaka bukan penghayatan spiritual,
yang positif, bukan respons darurat dan maka orang tersebut tidak akan mencapai
negatif (Sholeh, 2006). keikhlasan dan persepsi yang positif sehingga
Hipokampus dalam hal ini juga tidak mampu mengendalikan kondisi yang
berperan dalam pembentukan persepsi menimbulkan stress (Sholeh, 2006).
positif. Hipokampus adalah tempat bagi Secara empiris, terdapat lima prinsip
ingatan dan penyimpanan berbagai pesan, keberhasilan penerapan keperawatan SEFT
termasuk pesan keagamaan, seperti pesan Islami, antara lain yakin terhadap kekuasaan
harus sabar bila tertimpa musibah/sakit, Allah Swt; khusyuk (hati dan pikiran kita
segala sesuatu itu tidak lepas dari kehendak hadir saat berdoa); ikhlas atau ridho
Allah Swt, dan kehendak Allah Swt adalah menerima rasa sakit kita (baik fisik maupun
keputusan terbaik. Maka, hipokampus sesuai emosi) dengan sepenuh hati dan tanpa
dengan fungsinya, memberikan makna mengeluh/complain; pasrah (menyerahkan
apa yang terjadi nanti kepada Allah Swt); dan menuju positif akibat intervensi keperawatan
syukur (meskipun tertimpa musibah/cobaan SEFT Islami sangat mungkin terjadi namun
tapi masih banyak hal lain yang patut memang tidak mudah dan membutuhkan
disyukuri). Kelima hal tersebut apabila waktu pembelajaran, sedangkan intervensi
tidak/kurang diterapkan dalam keperawatan keperawatan SEFT Islami disini hanya
SEFT Islami, akan menjadi hambatan diberikan satu kali dua dengan putaran saja.
spiritual tersendiri dan hasil yang diharapkan Kurang efektifnya intervensi ini juga
menjadi kurang efektif (Zainuddin, 2005). dimungkinkan karena hambatan spiritual
Berdasar penjelasan diatas, dapat penderita, seperti kurang yakin, kurang
disimpulkan bahwa pada dasarnya khusyuk, kurang ikhlas, kurang pasrah dan
keperawatan SEFT Islami dapat kurang syukur. Penderita hipertensi tersebut
mengefektifkan coping. Coping mechanism mungkin menolak atas sugesti diri yang
adalah suatu mekanisme untuk mengatasi terdapat pada SEFT Islami atau merasa
perubahan yang dihadapi atau beban yang nyaman dengan kondisinya saat ini sehingga
diterima. Lipowski membagi coping dalam tidak mau berubah.
dua bentuk yaitu coping style dan coping
strategy. Sifat dasar coping style adalah 2. Perbedaan tekanan darah systole dan
mengurangi makna suatu konsep yang diastole penderita hipertensi usia 45-59
dianutnya, seperti pengingkaran atau distorsi tahun di RSUD dr. Soegiri Lamongan
kognitif sampai pada tingkatan yang ringan Terdapat perbedaan bermakna rerata
terhadap suatu keadaan (Sholeh, 2006). tekanan darah systole dan diastole antara
Coping style yang terdapat pada keperawatan kelompok kontrol dan perlakuan. Setelah
SEFT Islami teraplikasi dalam cognitive dilakuan uji paired t-test, didapatkan hasil
therapy, self hypnosis dan sugesti diri yang yang signifikan baik pada tekanan darah
terkandung dalam langkah set-up, tune-in dan systole dan diastole, yang artinya ada
tapping. Sedangkan coping strategy perbedaan tekanan darah systole dan diastole
merupakan coping yang digunakan individu antara kelompok kontrol dan perlakuan.
secara sadar dan terarah mulai dari mengenal, Meskipun tidak terbukti bahwa
mempelajari dan mengatasi sakit atau intervensi keperawatan SEFT islami dapat
stressor yang dihadapinya. Dalam langkah mempengaruhi perubahan persepsi, namun
tune-in, penderita diajak untuk mengenal dan tetap terbukti terjadi penurunan tekanan
mempelajari sakitnya, kemudian diatasi darah systole dan diastole. Hal ini
dengan melakukan tapping pada 9 titik dikarenakan adanya pengaruh tapping
tubuh. Terbentuknya mekanisme coping bisa melalui jalur humoral yaitu dengan
diperoleh melalui proses belajar dalam mempengaruhi perubahan neurohormonal
pengertian yang luas dan relaksasi. Apabila (Dharmojono, 2009). Hormon yang
individu mempunyai mekanisme coping yang mengalami perubahan adalah katekolamin
efektif dalam menghadapi stressor, stressor dengan kadar rendah yang tidak
tidak akan menimbulkan stress yang menyebabkan vasokonstriksi sistemik dan
berakibat kesakitan/penyakit, tetapi kardiak inotropik, sehingga tekanan darah
sebaliknya, stressor justru menjadi menjadi dan denyut jantung stabil (Dharmojono,
stimulan yang mendatangkan wellness. 2009).
Kemampuan coping mechanism setiap orang Apabila intervensi keperawatan
tergantung dari temperamen individu, SEFT Islami dilakukan dengan benar dan
persepsi serta kognisi terhadap stressor yang berulang, maka proses perubahan tekanan
diterima (Sholeh, 2006). darah melalui jalur PNI. Stimulus yang
Jadi, tidak adanya perbedaan diberikan dapat memblok sinyal stres dan
persepsi akibat intervensi keperawatan SEFT digantikan dengan sinyal yang positif. Impuls
Islami dikarenakan aplikasinya yang sebatas positif tersebut akan berjalan menuju
pada tataran ritualitas belaka, bukan Talamus kemudian berespon melepaskan
penghayatan spiritual. Perubahan persepsi CRF dari hipotalamus, selanjutnya terjadi
respon lewat aksis SAM (Simpathetic serius karena dapat menimbulkan hipotensi
Adrenal Medullary). Respons lewat aksis dan mengganggu pembuluh darah. Perlu
SAM akan melepas katekolamin berkadar dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti
rendah dan tidak bersifat darurat Selanjutnya nadi, respirasi dan EKG untuk memastikan
katekolamin masuk ke dalam sirkulasi darah tidak terjadi kondisi yang serius.
mengalir ke seluruh tubuh. Katekolamin
dengan kadar rendah tidak menyebabkan 3. Kaitan Keperawatan SEFT Islami
vasokonstriksi sistemik dan kardiak dalam Asuhan Keperawatan Spiritual
inotropik, sehingga tekanan darah dan denyut Dalam keperawatan spiritual,
jantung stabil (Nursalam, 2008). Selain itu, terdapat empat tahap proses keperawatan
katekolamin akan mempengaruhi fungsi yang telah lazim diterapkan, yaitu :
membran sel sehingga fungsinya terganggu. 1. Pengkajian, penggalian tentang status
Kalsium intrasel akan meningkat yang spiritual individu dan identifikasi
mengakibatkan kontraksi otot polos. Juga kebutuhan dan diagnosa spesifik
mengakibatkan peningkatan kadar Na +/H+ di 2. Perencanaan
ekstrasel sehingga terjadi peningkatan pH 3. Intervensi dan implementasi
yang mengakibatkan hipertrofi vaskular. 4. Evaluasi
Kedua hal ini menyebabkan tahanan perifer Berikut akan dijabarkan keempat
meningkat dan timbulah hipertensi. Namun langkah dalam keperawatan spiritual
bila kadar katekolamin rendah, hal tersebut tersebut:
tidak akan terjadi (E. Susalit dalam Slamet 1. Pengkajian
Suyono, 2004). Seorang perawat dalam melakukan
Sinyal positif yang masuk ke pengkajian perlu sampai pada pengkajian
hipotalamus tidak akan merangsang spiritual dan persepsi tentang penyakit
pengeluaran kortisol, aldosteron dan ADH. yang diderita. Pengkajian spiritual itu
Kortisol menyebabkan peningkatan penting karena spiritualitas seseorang
glukoneogenesis, katabolisme protein dan akan turut mempengaruhi status
lemak sehingga kadar gula darah dan kesehatannya, juga dapat memberikan
viskositas darah meningkat. Hal tersebut informasi tentang daya mekanisme
menyebabkan kontraktilitas jantung coping pasien, untuk mengetahui adanya
meningkat. Sedangkan aldosteron dan ADH disstres spiritual dalam menghadapi
menimbulkan peningkatan reabsorbsi air dan penyakit yang diderita, dan untuk
Na sehingga volume cairan meningkat. memahami pasien secara holistik
Ketiga hal tersebut dapat mencetuskan sehingga dapat memenuhi kebutuhannya
peningkatan tekanan darah. Sinyal positif secara holistik pula.
juga masuk lewat sistem syaraf simpatis dan Model pengkajian spiritual bisa
medula adrenal namun tidak menimbulkan bermacam-macam, antara lain :
peningkatan produksi epinefrin dan 1) Model Rogers yang terdiri dari
norepinefrin. Keduanya mampu sembilan domain yaitu dimensi
meningkatkan kontraktilitas dan frekuensi transedental, makna dan tujuan
jantung penyebab hipertensi (Patricia A hidup, misi dalam hidup, kesucian
Potter, 2005). hidup, nilai material, altruism,
Dari uraian diatas dapat disimpulkan idealism, kesadaran akan derita dan
bahwa keperawatan SEFT Islami spiritualitas bermakna
berpengaruh terhadap perubahan tekanan 2) Howdens Spirituality Assessment
darah, meskipun tanpa melalui perubahan Scale; berisi 28 item pertanyaan
persepsi terlebih dahulu. Namun penurunan (Dossey,2000). Empat area spesifik
tekanan darah systole yang cukup drastis yang terkandung didalamnya yaitu
dalam waktu singkat (rerata 25 mmHg makna dan tujuan hidup; kelebihan
bahkan yang tertinggi menurun 40 mmHg), dan kekurangan diri; hubungan
membutuhkan perhatian dan pertimbangan
Applegate WB (2002). High blood pressure Govier I (2000) Spiritual care in nursing: a
treatment in the elderly. Clinics in systematic approach. Nursing
Geriatric Medicine, 8: 103-117. Standard. 14, 17, 32-36.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar : Henderson, V. (2006). The concepts of
Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, nursing. Journal of advance nursing,
Jakarta, EGC. 53, (1), 25-31.
Carol A, Miller. 2001. Nursing Care Of Hotz, Robert Lee. (2002). Brain Region May
Older Adult. Lippincott : Philadelphia Linked to Region. The Setle Times Company.
Makhija (2002). Spiritual nursing. Nursing Sholeh M. (2006). Terapi Salat Tahajjud:
journal of India. (June, 2002). Menyembuhkan berbagai Penyakit.
Cetakan XXI. November 2006. Mizan
Muhalla. (2011). Dzikir Meningkatkan media Utama: Bandung
Kekebalan Tubuh.
http://www.prodikeperawatansmh.co.c Sholichatun, Yulia. (2005). Membingkai
c/2011/01/dzikir-meningkatkan- Spiritualitas Hanya Dengan Islam.
kekebalan-tubuh.html. Diakses 5 Maret Suhuf, Vol. XVII, No. 01/Mei 2005:
2011. 36-49
Neaton JD, Wentworth D (2002). Serum Silbernagl S dan Lang F (2000). Color Atlas
cholesterol, blood pressure, cigarette of Pathophysiology. Thieme, New
smoking, and death from coronary York, 210-212.
heart disease. Overall findings and
differences by age for 316,099 white Smith, Amy Rex. (2006). Using the Synergy
men. Arch Intern Med;152:56-64 Model to Provide Spiritual Nursing
Care in Critical Care Settings.
Nursalam. (2009). Model Holistik berdasar Critical Care Nurse Vol 26, No. 4
Teori adaptasi (Roy dan PNI)
sebagai Upaya Modulasi Respon Smith, Dorothy Woods. 2009. Theory of
Imun (Aplikasi pada Pasien HIV dan Spirytuality : with Rogers Model.
AIDS). Makalah pada seminar University of Southern Maine School
Nasional Keperawatan, 16 Mei 2009. of Nursing
Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Tawi, Mirzal. (2008). Disstres spiritual.
Fundamental Keperawatan: Konsep, http://syehaceh.wordpress.com/2008/
Proses dan Praktik. Jakarta: EGC 05/13/distress-spiritual/. Diakses
tanggal 10 Juli 2011.
Santrok, John W. 2002. Life Span
Development: Perkembangan Masa Taylor, Lilis & LeMone. (2002).
Hidup, Edisi 5 Jilid 2. Jakarta: Fundamentals of nursing: The art and
Erlangga science of nursing care. (3rd Ed.).
Philadelphia: Lippincott.