You are on page 1of 9

Hana Rosanna

1306405465
UUEF-B
Tugas Katalog

Anatomi UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah


Aspek UU No. 32 Tahun 2004
Judul Pemerintahan Daerah
Latar Belakang / a. Menyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat UUD
Alasan Diterbitkan Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintahan daerah, yang
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan,
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta
peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. Peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan


pemerintahan daerah dengan lebih memperhatikan aspek-aspek
hubungan antarsusunan pemerintahan dan antarpemerintahan daerah,
potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan
persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-
luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban
menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara;

c. Penggantian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang


Pemerintahan Daerah yang tidak sesuai dengan perkembangan
keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi
daerah

d. Perlu ditetapkan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.


Dasar Hukum Pasal 1, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20,
Pasal 21, Pasal 22D, Pasal 23E ayat (2), Pasal 24A ayat (1), Pasal 31
ayat (4), Pasal 33, dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; UU Nomor 28 Tahun 1999; UU
Nomor 17 Tahun 2003; UU Nomor 22 Tahun 2003; UU Nomor 1
Tahun 2004; UU Nomor 10 Tahun 2004; UU Nomor 15 Tahun 2004;
Ketentuan Umum Definisi: Pemerintah pusat; Pemerintahan daerah; Pemerintah daerah;
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; Otonomi daerah; Daerah otonom;
Desentralisasi; Dekonsentrasi; Tugas pembantuan; Peraturan daerah
(Perda); Peraturan kepala daerah; Desa; Perimbangan keuangan
antara Pemerintah dan pemerintahan daerah; Anggaran pendapatan
dan belanja daerah (APBD); Pendapatan daerah; Belanja daerah;
Pembiayaan; Pinjaman daerah; Kawasan khusus; Pasangan calon
kepala daerah dan calon wakil kepala daerah (pasangan calon);
Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD); Panitia Pemilihan
Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara, dan Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara (PPK, PPS, dan KPPS); Kampanye pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah (Kampanye).
Asas Penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada Asas Umum
Penyelenggaraan Negara yang terdiri atas:
a. asas kepastian hukum;
b. asas tertib penyelenggara negara;
c. asas kepentingan umum;
d. asas keterbukaan;
e. asas proporsionalitas;
f. asas profesionalitas;
g. asas akuntabilitas;
h. asas efisiensi; dan
i. asas efektivitas.
Tujuan Menyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan meningkkatan efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah
Materi/Muatan yang Pembentukan daerah dan kawasan khusus; Pembagian urusan
Diatur pemerintahan penyelenggaraan pemerintahan;
Kepegawaian daerah; Peraturan daerah dan peraturan kepala daerah;
Perencanaan pembangunan daerah; Keuangan daerah; Kerjasama dan
Penyelesaiian perselisihan; Kawasan Perkotaan; Desa; Pembinaan dan
pengawasan; Pertimbangan dalam Kebijakan otonomi daerah;
Ketentuan lain-lain; Ketentuan Peralihan; Ketentuan Penutup
Materi Kefarmasian -
Sanksi Umum:
Sanksi diberikan oleh Pemerintah dalam rangka pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sanksi diberikan kepada
pemerintahan daerah, kepala daerah atau wakil kepala daerah,
anggota DPRD, perangkat daerah, PNS daerah, dan kepala desa.

Kampanye:
Pelanggaran atas ketentuan larangan pelaksanaan kampanye pada
Pasa1 78 (poin a-f) merupakan tindak pidana dan dikenai sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelanggaran atas ketentuan larangan pelaksanaan kampanye dalam


Pasal 78 (poin g-j), dikenai sanksi:
a. peringatan tertulis apabila penyelenggara kampanye melanggar
larangan walaupan belum terjadi gangguan;
b. penghentian kegiatan kampanye di tempat terjadinya pelanggaran
atau di seluruh daerah pemilihan yang bersangkutan apabila terjadi
gangguan terhadap keamanan yang berpotensi menyebar ke daerah
pemilihan lain.
Tata cara pengenaan sanksi terhadap pelanggaran larangan
pelaksanaan kampanye ditetapkan oleh KPUD. Pelanggar dikenai
sanksi penghentian kampanye selama masa kampanye oleh KPUD.

Pasangan calon dan/atau tim kampanye yang terbukti melakukan


pelanggaran berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dikenai sanksi pembatalan sebagai pasangan
calon oleh DPRD.
Aturan Pada saat berlakunya undang-undang ini, nama, batas, dan ibukota
Peralihan/Penutup provinsi, daerah khusus, daerah istimewa, kabupaten, dan kota, tetap
berlaku kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan.

Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan


secara
langsung dengan daerah otonom wajib mendasarkan dan
menyesuaikan pengaturannya pada Undang-Undang ini.

(1) Semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan


pemerintahan daerah sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan
dengan Undang-Undang ini dinyatakan tetap berlaku.

(2) Peraturan pelaksanaan atas Undang-Undang ini ditetapkan


selambatlambatnya 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini
ditetapkan.

Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, maka Undang-Undang


Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan tidak
berlaku.

Anatomi Undang-Undang No.8 Tahun 2005 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah


Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-undang
Aspek UU Nomor 8 Tahun 2005
Judul Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3
Tahun 2005 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-undang
Latar Belakang / a. Peristiwa bencana alam, kerusuhan, gangguan keamanan, dan/atau
Alasan Diterbitkan gangguan lainnya di seluruh atau sebagian wilayah pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah dapat mengakibatkan tidak dapat
dilaksanakan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sesuai
dengan jadwal;

b. Ketentuan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


belum mengatur kemungkinan penundaan pelaksanaan Pemilihan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebagai akibat peristiwa
dalam huruf a;

c. Untuk memberi landasan hukum yang kuat dalam mengatasi


permasalahan huruf a dan b. Pemerintah telah menetapkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;

d. Perlu ditetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang


tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang;
Dasar Hukum 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 dan Pasal 22 UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437).
Ketentuan Umum Sertifikasi Kompetensi Kerja; Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia; Menteri; Badan Nasional Sertifikat Profesi (BNSP)
Tujuan Untuk memberi landasan hukum yang kuat dalam mengatasi
permasalahan peristiwa bencana alam, kerusuhan, gangguan keamanan,
dan/atau gangguan lainnya di seluruh atau sebagian wilayah pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah dapat mengakibatkan tidak dapat
dilaksanakan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sesuai
dengan jadwal.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Undang-


Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Materi/Muatan Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3
yang Diatur Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang.
Materi -
Kefarmasian
Sanksi -
Aturan -
Peralihan/Penutup

Anatomi Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1996 Tentang Penyertaan Modal Negara
Republik Indonesia untuk Pendirian Perseroan Terbatas dalam Bidang Usaha Kawasan
Industri
Aspek PP No.72 Tahun 1996
Judul Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian
Perseroan Terbatas dalam Bidang Usaha Kawasan Industri
Latar Belakang / a. Demi menunjang pembangunan nasional, diperlukan penyertaan
Alasan Diterbitkan modal Negara Republik Indonesia dalam pendirian Perusahaan
Perseroan Terbatas di bidang pembangunan kawasan industri bersama-
sama dengan Pemerintah Daerah dan perusahaan swasta di Propinsi
Lampung;

b. Penyertaan modal Negara Republik Indonesia perlu ditetapkan


dengan Peraturan Pemerintah;
Dasar Hukum 1. Pasal 5 ayat (2) UUD 1945;
2. UU Nomor 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969
tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara (Lembaran Negara Tahun
1969 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2890)
menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor
40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2904);
3. UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran
Negara Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3587);
4. PP Nomor 12 Tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan
(PERSERO) (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2894) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1972
(Lembaran Negara Tahun 1972 Nomor 32, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2987);
Ketentuan Umum -
Tujuan penyertaan modal Negara Republik Indonesia dalam pendirian
Perusahaan Perseroan Terbatas di bidang pembangunan kawasan
industri perlu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah untuk menunjang
pembangunan nasional
Materi/Muatan Penyertaan modal; Maksud dan tujuan perseroan terbatas; Modal;
yang Diatur Pelaksanaan pendirian perseroan terbatas; Ketentuan Penutup
Materi -
Kefarmasian
Sanksi
-
Aturan Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan
Peralihan/Penutup Pemerintah ini diatur oleh Menteri Keuangan dan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri
sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar


setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.

Anatomi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek


Aspek Permenkes No 9 Tahun 2017
Judul Apotek
Latar Belakang / a. Meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan kualitas
Alasan Diterbitkan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, perlu penataan
penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Apotek;
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotik sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik perlu
disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan hukum;
c. Perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Apotek;
Dasar Hukum 1. Ordonansi Obat Keras (Sterkwerkende Geneesmiddelen
Ordonanntie, Staatsblad 1949:419);
2. UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671);
3. UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062);
4. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
6. UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
7. PP Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3781);
8. PP Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
9. PP Nomor 44 Tahun 2010 tentang Prekursor (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5126);
10. PP Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan UndangUndang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5419);
11. PP Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5942);
12. PP Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 59);
13. Permenkes Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 322)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 31 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1137)
14. Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 50)
15. Permenkes Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekusor Farmasi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 74);
16. Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508)
Ketentuan Umum Definisi: Apotek; Fasilitas Kefarmasian; Tenaga Kefarmasian;
Apoteker; Tenaga Teknis Kefarmasian; Surat Tanda Registrasi Apoteker
(STRA); Surat Izin Apotek (SIA); Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA);
Surat Izin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian (SIPTTK); Resep;
Sediaan Farmasi; Alat Kesehatan; Bahan Medis Habis Pakai; Organisasi
Profesi; Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan (Kepala
Balai POM); Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Kepala
Badan); Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; Direktur Jendral; Menteri
Tujuan a. meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek
b. memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kefarmasian di Apotek
c. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam
memberikan pelayanan kefarmasian di Apotek.
Materi/Muatan Persyaratan Pendirian; Perizinan; Penyelenggaraan; Pengalihan
yang Diatur tanggung jawab; Pembinaan dan pengawasan Apotek;
Materi Persyaratan Pendirian; Perizinan; Penyelenggaraan; Pengalihan
Kefarmasian tanggung jawab; Pembinaan dan pengawasan Apotek;
Sanksi Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dapat
dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan; dan
c. pencabutan SIA
Aturan Peralihan:
Peralihan/Penutup 1. Permohonan izin Apotek yang telah diajukan sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini tetap diproses berdasarkan ketentuan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik.
2. Izin Apotek yang dikeluarkan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik dinyatakan masih
tetap berlaku sampai dengan 5 (lima) tahun sejak Peraturan Menteri
ini diundangkan.
3. Apotek yang telah melakukan pelayanan kefarmasian berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik wajib menyesuaikan
dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini paling lama 2 (dua)
tahun sejak Peraturan Menteri ini mulai berlaku.
4. Apotek rakyat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
284/MENKES/PER/III/2007 tentang Apotek Rakyat yang telah
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 53 Tahun 2016 tentang Pencabutan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 284/MENKES/PER/III/2007 tentang
Apotek Rakyat harus menyesuaikan diri menjadi Apotek mengikuti
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini. Dalam hal apotek rakyat
tidak menyesuaikan diri menjadi Apotek, apotek rakyat dapat
menyesuaikan diri menjadi toko
5. obat/pedagang eceran obat mengikuti ketentuan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 167/KAB/B.VIII/1972 tentang Pedagang
Eceran Obat sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1331/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 167/KAB/B.VIII/1972
tentang Pedagang Eceran Obat. Penyesuaian diri apotek rakyat
menjadi Apotek atau toko obat/pedagang eceran obat paling lama 6
(enam) bulan sejak Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 Tahun
2016 tentang Pencabutan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
284/MENKES/PER/III/2007 tentang Apotek Rakyat diundangkan.

Penutup:
1. Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
2. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

You might also like