Professional Documents
Culture Documents
PEMBIMBING KLINIK :
dr. Musrifah Budi Utami, Sp. PD, M. Kes
OLEH :
YUSUF SAMSUDIN
NIM : J510155021
Pembimbing I
dr. Musrifah Budi Utami, Sp. PD, M. Kes
(.............................................)
(.............................................)
1
BAB I
LAPORAN KASUS
I. ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 74
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dawung, Rt 04, Kebak Kramat,
Karanganyar.
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : -
No. RM : 00282428
Tanggal Masuk RS : 15 Januari 2016
Tanggal Pemeriksaan : 20 Januari 2016
B. Keluhan Utama :
Sesak nafas
C. Riwayat Penyakit Sekarang
2
sebelum masuk rumah sakit. Pasien tidak mengeluhkan demam atau
keringat dingin pada malam hari.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat jantung : disangkal
2. Riwayat asma : disangkal
3. Riwayat DM : disangkal
4. Riwayat hipertensi : disangkal
5. Batuk lama/ minum OAT : disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat hipertensi : diakui (adik pasien)
2. Riwayat sakit jantung : disangkal.
3. Riwayat DM : disangkal.
4. Riwayat asma : disangkal
5. Batuk lama/ minum OAT : disangkal
F. Riwayat Kebiasaan
1. Riwayat minum obat-obatan bebas : (+), obat pusing, obat pegel
linu, dalam setahun.
2. Riwayat minum jamu : disangkal
3. Riwayat minum-minuman keras : disangkal
4. Riwayat merokok : disangkal
5. Riwayat keluarga merokok : disangkal
G. Riwayat Gizi
Pasien sehari makan tiga kali, porsinya sedang dengan nasi lauk
pauk tempe, tahu, sayur kadang-kadang daging atau ikan. Penderita jarang
makan buah-buahan dan minum susu, kebiasaan mengkonsumsi makanan
yang diasinkan (-) makanan instan (-).
H. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang perempuan umur 74 tahun, tidak bekerja,
mempunyai 3 orang anak. Pasien tinggal serumah dengan anak pertama
beserta keluarganya. Biaya hidup ditanggung oleh anak - anaknya. Pasien
dirawat di rumah sakit dengan jaminan BPJS.
3
I. Anamnesis sistem
b. Kulit : kering (-), pucat (-), menebal (-), gatal (-), bercak-bercak
kuning (-), luka (-), bintik-bintik perdarahan pada kulit (-), warna
berubah semakin gelap (-)
c. Kepala : pusing (-), nyeri kepala (-), kepala terasa berat (-), perasan
berputar putar (-), rambut mudah rontok (-), leher terasa kaku (-)
e. Hidung : tersumbat (-), keluar darah (-), keluar lendir atau air
berlebihan (-), gatal (-)
g. Mulut : bibir kering (-), gusi mudah berdarah (-), sariawan (-), gigi
mudah goyah (-).
h. Tenggorokan : rasa kering dan gatal (-), nyeri untuk menelan (-), sakit
tenggorokan (-), kemerahan pada tenggorokan (-), suara serak (-)
i. Sistem respirasi : sesak nafas (+), dada ampeg saat mengambil napas
(-), batuk (+), dahak (+), nyeri dada (-), darah (-), mengi (-).
j. Sistem kardiovaskuler : nyeri dada (-), terasa ada yang menekan (-),
sering pingsan (-), berdebar-debar (-), keringat dingin (-), ulu hati
terasa panas (-), bangun malam karena sesak nafas (-).
4
sendi (-), nyeri pada jari-jari tangan yang kadang menyebar ke siku (-
), nyeri otot (-), kaku otot (-), otot lemah (-), kesemutan (-), kebas (-).
m. Sistem genitouterina : nyeri saat BAK (-), panas saat BAK (-), sering
buang air kecil (-), air kencing jernih, buang air kecil darah (-), nanah
(-), BAK berkali-kali karena tidak lampias/ anyang-anyangan(-),
sering menahan kencing (-), rasa pegal di pinggang (-), BAK berdarah
(-), rasa gatal pada saluran kencing (-),rasa gatal pada alat kelamin (-).
n. Ekstremitas : luka (-), kaku (-) di lutut kanan, bengkak (-), gemetar (-
), terasa dingin (-), nyeri (-), kemerahan (-), bercak merah kebiruan di
bawah kulit seperti bekas memar (-), bintik-bintik perdarahan (-), rasa
panas (-), kesemutan (-), rasa tebal (+) di kedua kaki
5
F. Telinga Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan
mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)
G. Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi
penghidu baik
H. Mulut Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), produksi ludah
sedikit (-), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-
), stomatitis (-), luka pada sudut bibir (-)
I. Leher JVP tidak meningkat, simetris, pembesaran kelenjar
tiroid (-), pembesaran limfonodi cervical (-), leher kaku
(-), distensi vena-vena leher (-)
J. Thorax Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada
kanan tidakn sama dengan kiri, retraksi intercostal (-),
spider nevi (-), pernafasan torakoabdominal, sela iga
melebar (+), pembesaran kelenjar getah bening axilla
(+/+)
Jantung :
Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
Palpasi Iktus kordis tidak kuat angkat,
Perkusi Batas jantung kanan atas : SIC (Spatium Inter Costale)
II linea parasternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis
dekstra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis
sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea
medioklavicularis sinistra
Auskultasi Heart Rate: 84 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II
murni, intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-).
Pulmo :
Depan
Inspeksi Statis Normochest, simetris, sela iga melebar (-), retraksi (-)
Dinamis Pengembangan dada kanan agak sedikit tertinggal
dengan pengenbangan dada kiri, sela iga melebar (-),
6
retraksi intercostal (-)
Palpasi Statis Simetris
Dinamis Pergerakan dada kanan agak tertinggal dengan
pergerakan dada kiri, fremitus raba kanan tidak sama
dengan fremirtus raba kiri
Perkusi
Kanan Sonor:
Batas paru-hepar di SIC VI linea medioklavikularis
dextra
Kiri Sonor, redup pada batas jantung.
Auskultasi Kanan Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan
wheezing (-), ronchi basah kasar (+), ronchi basah halus
basal paru (-), krepitasi (-)
Kiri Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan
wheezing (-), ronchi basah kasar (-), ronchi basah halus
basal paru (-), krepitasi (-)
Belakang
Inspeksi Statis Normochest, simetris, sela iga melebar kanan dan kiri
(-), iga mendatar (-)
Dinamis Pengembangan dada simetris kanan sama dengan kiri,
sela iga melebar kanan dan kiri (-), retraksi interkostal
kanan dan kiri (-)
Palpasi Statis Dada kanan dan kiri simetris, sela iga melebar , kanan
dan kiri (-), retraksi intercostal kanan dan kiri (-),
gerakan tertinggal kanan dan kiri (-)
Dinamis Pergerakan kanan sama dengan kiri, simetris, fremitus
raba kanan sama dengan fremitus raba kiri, penanjakan
dada kanan sama dengan kiri
Perkusi Sonor
Auskultasi Kanan Suara dasar vesikuler normal, wheezing (-), ronchi
basah kasar (+), ronchi basah halus di basal paru kanan
(-), krepitasi kanan (-)
Kiri Suara dasar vesikuler intensitas normal, wheezing kiri (-
7
), ronchi basah kasar kiri (-), ronchi basah halus di basal
kiri (+), krepitasi kanan dan kiri (-)
K Punggung kifosis (+), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok
kostovertebra (-),
L. Abdomen
Inspeksi Dinding perut sejajar dari dinding thorak, distended (-),
venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)
Auskultasi Peristaltik (+) normal, frekuensi 7x/ menit
Perkusi Timpani, pekak alih (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
M Genitourinaria Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)
N. Ekstremitas
Superior dekstra Edema (-), bengkak (-), akral dingin (-), ulkus (-), kaku
(-), sianosis (-), akral dingin (-), luka (-), deformitas (-),
ikterik (-), petechie (-), ekimosis (-), Spoon nail (-),kuku
pucat (-), clubbing finger (-), hiperpigmentasi (-), nyeri
tekan otot (-)
Superior sinistra Edema (-), bengkak (-), akral dingin (-), ulkus (-), kaku
(-), sianosis (-), akral dingin (-), luka (-), deformitas (-),
ikterik (-), petekie (-), ekimosis (-), Spoon nail (-),
kuku pucat (-), clubbing finger (-), hiperpigmentasi (-),
nyeri tekan otot (-)
Inferior dekstra Edema (-), bengkak (-), akral dingin (-), ulkus (-), kaku
(-), sianosis (-), akral dingin (-), luka (-), deformitas (-),
ikterik (-), petekie (-), ekimosis (-), Spoon nail (-),
kuku pucat (-), clubbing finger (-), hiperpigmentasi (-),
nyeri tekan otot (-)
Inferior Sinistra Edema (-), bengkak (-),akral dingin (-), ulkus (-), kaku
(-), sianosis (-), pucat (-), akral dingin (-), luka (-),
deformitas (-), ikterik (-), petekie (-), ekimosis (-),
Spoon nail (-), kuku pucat (-), clubbing finger (-),
hiperpigmentasi (-), nyeri tekan otot (-)
8
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah rutin
No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
1 Hb 9,7 12-15
2 Leukosit 59.000 5.000-10.000
3 Hematokrit 34.6 35 47
4 Trombosit 167 150 450
5 Eritrosit 4.38 3.50 5.50
6 MCV 75,8 82-92
7 MCH 23,3 27-31
8 MCHC 30,7 32-37
9 GDS 130 76-115
10 SGOT 33,5 0-46
11 SGPT 16,1 0-42
9
3. Foto thorak PA
Kesan :
1. Cor tidak dinilai, posisi deviasi ke lateral kiri.
2. Efusi pleura kanan
IV. ASSESMENT
Tanggal 20 januari 2016 :
Tb paru BTA terkonfirmasi bakteriologis kasus baru dalam pengobatan kategori
1 fase intensif bulan pertama status hiv (?) Kultur (?) Dengan komorbid efusi
pleura dekstra (perbaikan) dan anemia mikrositik hiperkromik.
10
V. PLANING
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TB PARU
A. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang berkembang dari infeksi sistemik
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya bakteri ini
menyebar dari orang ke orang melalui transmisi udara. (Lobue et al, 2008).
Penyakit ini biasanya menyerang organ paru. Walaupun begitu, sepertiga dari
jumlah kasus tuberkulosis menyerang organ ekstra paru (Raviglione,2005).
B. Morfologi dan Struktur Bakteri
Mycobacterium tuberculosisberbentuk batang lurus atau sedikit melengkung,
tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 0,6 m dan
panjang 1 4 m. Dinding M.tuberculosissangat kompleks, terdiri dari lapisan
lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M.tuberculosis ialah
asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut
cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi.
Asam mikolat merupakan asam lemak berantaipanjang (C60 C90) yang
dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan
peptidoglikan oleh jembatanfosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada diniding
sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan
arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebebkan
bakteri M.tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabilasekali diwarnai, tahan
terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam alkohol.
Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen
lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik antigen M.tuberculosis dapat
diidentifikasi dengan menggunakan antibodi monoklonal . Saat ini telah dikenal
purified antigens dengan berat molekul 14 kDa (kiloDalton), 19 kDa, 38 kDa, 65
kDa yang memberikan sensitiviti dan spesifisiti yang bervariasi dalam
mendiagnosis TB. Ada jugayang menggolongkan antigen M.tuberculosis dalam
kelompok antigen yang disekresi dan yang tidak disekresi (somatik). Antigen
yang disekresi hanya dihasilkan oleh basil yang hidup, contohnya antigen
30.000 , protein MTP 40 dan lain lain.
12
C. Etiologi
Kuman M.tuberculosis
D. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi
beberapa tipe pasien, yaitu:
Kasus baru : Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Kasus
kambuh (Relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan
atau kultur).
Kasus setelah putus berobat (Default ) : Adalah pasien yang telah
berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
Kasus setelah gagal (Failure) : Adalah pasien yang hasil pemeriksaan
dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima
atau lebih selama pengobatan.
Kasus Pindahan (Transfer In) : Adalah pasien yang dipindahkan dari
UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
Kasus lain: Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas.
Dalam kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang
E. Patofisiologi
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru, dimana ia akan membentuk suatu sarang pneumonik, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mugkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah
satu nasib sebagai berikut :
13
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad
integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian dimana terdapat penekanan bronkus,
biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga
menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat
atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang
tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada
lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya. Penyebaran ini juga terjadi ke dalam usus
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Kejadian penyebaran ini sangat
bersangkutan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi basil. Sarang
yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak
terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan
cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa,
typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan
tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal,
genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir
dengan :
Sembuh dengan meninggalkan sekuele
(misalnya pertumbuhan terbelakang pada anak setelah mendapat
ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau
Meninggal
Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.
F. Manifestasi klinis
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
respiratorik (atau gejalaorgan yang terlibat) dan gejala sistemik.
1. Gejala respiratorik
14
batuk 3 minggu
batuk darah
sesak napas
nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita
terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam
proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang
pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk
membuang dahak ke luar.
Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat,
misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat
dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan
terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala
sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat
cairan.
2. Gejala sistemik
Demam
Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan
untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan
biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturutturut atau
dengan cara:
Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
15
Dahak Pagi ( keesokan harinya )
Sewaktu/spot ( pada saatmengantarkan dahak pagi)
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto
lateral. Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT-Scan.
Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran
bermacam-macam bentuk (multiform).
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas
paru dan segmen superior lobus bawah
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas
Kalsifikasi atau fibrotik
Kompleks ranke
Fibrotoraks/Fibrosis parenkim parudan atau penebalan pleura
Luluh Paru (Destroyed Lung ) :
Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang
berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru. Gambaran radiologik luluh
paruterdiri dari atelektasis, multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit
untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran
radiologik tersebut.
Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan
aktiviti proses penyakit
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan
pengobatandapat dinyatakan sbb (terutama pada kasus BTA dahak negatif)
Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas
chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus
16
dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis5 (sela iga 2)
dan tidak dijumpai kaviti.
Lesi luas
Bila proses lebih luas dari lesi minimal.
H. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan
obat utama dan tambahan.
A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Obat yang dipakai:
17
BB > 60 kg : 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan 29
Tuberkulosis di Indonesia
BB < 40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg / kali
18
Tabel dosis pemberian OAT
19
Tabel pengkategorian pengobatan TB
20
IV - Kronik RHZES / sesuai hasil uji
resistensi (minimal OAT
yang sensitif) + obat lini
2 (pengobatan minimal
18 bulan)
IV - MDR TB Sesuai uji resistensi +
OAT lini 2 atau H
seumur hidup
21
22
DAFTAR PUSTAKA
23
24