You are on page 1of 25

LAPORAN KASUS

SEORANG WANITA 74 TAHUN DENGAN TB PARU BTA


TERKONFIRMASI BAKTERIOLOGIS KASUS BARU DALAM
PENGOBATAN KATEGORI 1 FASE INTENSIF BULAN PERTAMA
STATUS HIV (?) KULTUR (?) DENGAN KOMORBID EFUSI PLEURA
DEKSTRA (PERBAIKAN) DAN ANEMIA MIKROSITIK
HIPERKROMIK.

PEMBIMBING KLINIK :
dr. Musrifah Budi Utami, Sp. PD, M. Kes

OLEH :
YUSUF SAMSUDIN
NIM : J510155021

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UMS/ RSUD KABUPATEN KARANGANYAR
2015
LAPORAN KASUS

SEORANG WANITA 74 TAHUN DENGAN TB PARU BTA


TERKONFIRMASI BAKTERIOLOGIS KASUS BARU DALAM
PENGOBATAN KATEGORI 1 FASE INTENSIF BULAN PERTAMA
STATUS HIV (?) KULTUR (?) DENGAN KOMORBID EFUSI PLEURA
DEKSTRA (PERBAIKAN) DAN ANEMIA MIKROSITIK
HIPERKROMIK.

Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan dewan penguji kepaniteraan klinik


Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing I
dr. Musrifah Budi Utami, Sp. PD, M. Kes

(.............................................)

Ka. Program profesi


dr. D. Dewi Nirlawati

(.............................................)

1
BAB I
LAPORAN KASUS

I. ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 74
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dawung, Rt 04, Kebak Kramat,
Karanganyar.
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : -
No. RM : 00282428
Tanggal Masuk RS : 15 Januari 2016
Tanggal Pemeriksaan : 20 Januari 2016
B. Keluhan Utama :
Sesak nafas
C. Riwayat Penyakit Sekarang

1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengatakan, semakin


sesek dan sulit bernafas. Sesak nafas pasien dirasakan sewaktu waktu,
baik pagi, siang, atau malam. Sesak nafas pasien membaik saat pasien
tidur agak miring ke arah kanan. Pasien mengeluhkan batuk yang
memburuk setiap malam. Berat badan pasien semakin menyusut, pasien
tidak mau makan. Pasien tidak mengeluhkan mual - mual, muntah atau
berak cair. BAB dan BAK pasien normal.

1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan


sesak nafas. Sesak nafas disertai rasa nyeri dan berat saat mengabil dan
menghembuskan nafas, baik saat istirahat, duduk atau berakfifitas. 1
minggu sebelum masuk rumah sakit pasien tidak bisa tidur nyeyak karena
tidak nyaman dan sesak nafas. Pasien juga mengeluhkan batuk yang
kurang lebih sudah dua bulan, disertai dahak dan memburuk 1 minggu

2
sebelum masuk rumah sakit. Pasien tidak mengeluhkan demam atau
keringat dingin pada malam hari.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat jantung : disangkal
2. Riwayat asma : disangkal
3. Riwayat DM : disangkal
4. Riwayat hipertensi : disangkal
5. Batuk lama/ minum OAT : disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat hipertensi : diakui (adik pasien)
2. Riwayat sakit jantung : disangkal.
3. Riwayat DM : disangkal.
4. Riwayat asma : disangkal
5. Batuk lama/ minum OAT : disangkal
F. Riwayat Kebiasaan
1. Riwayat minum obat-obatan bebas : (+), obat pusing, obat pegel
linu, dalam setahun.
2. Riwayat minum jamu : disangkal
3. Riwayat minum-minuman keras : disangkal
4. Riwayat merokok : disangkal
5. Riwayat keluarga merokok : disangkal
G. Riwayat Gizi
Pasien sehari makan tiga kali, porsinya sedang dengan nasi lauk
pauk tempe, tahu, sayur kadang-kadang daging atau ikan. Penderita jarang
makan buah-buahan dan minum susu, kebiasaan mengkonsumsi makanan
yang diasinkan (-) makanan instan (-).
H. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang perempuan umur 74 tahun, tidak bekerja,
mempunyai 3 orang anak. Pasien tinggal serumah dengan anak pertama
beserta keluarganya. Biaya hidup ditanggung oleh anak - anaknya. Pasien
dirawat di rumah sakit dengan jaminan BPJS.

3
I. Anamnesis sistem

a. Keluhan utama : sesak nafas

b. Kulit : kering (-), pucat (-), menebal (-), gatal (-), bercak-bercak
kuning (-), luka (-), bintik-bintik perdarahan pada kulit (-), warna
berubah semakin gelap (-)

c. Kepala : pusing (-), nyeri kepala (-), kepala terasa berat (-), perasan
berputar putar (-), rambut mudah rontok (-), leher terasa kaku (-)

d. Mata : mata berkunang kunang (-) pandangan kabur (+), kelopak


bengkak (-), gatal (-)

e. Hidung : tersumbat (-), keluar darah (-), keluar lendir atau air
berlebihan (-), gatal (-)

f. Telinga : Pendengaran berkurang (-). Keluar cairan atau darah (-),


mendengar bunyi mengiang (+) kadang kadang .

g. Mulut : bibir kering (-), gusi mudah berdarah (-), sariawan (-), gigi
mudah goyah (-).

h. Tenggorokan : rasa kering dan gatal (-), nyeri untuk menelan (-), sakit
tenggorokan (-), kemerahan pada tenggorokan (-), suara serak (-)

i. Sistem respirasi : sesak nafas (+), dada ampeg saat mengambil napas
(-), batuk (+), dahak (+), nyeri dada (-), darah (-), mengi (-).

j. Sistem kardiovaskuler : nyeri dada (-), terasa ada yang menekan (-),
sering pingsan (-), berdebar-debar (-), keringat dingin (-), ulu hati
terasa panas (-), bangun malam karena sesak nafas (-).

k. Sistem gastrointestinal : sulit menelan (-), mbeseseg (-), perut panas (-


), mual (-), muntah (-), kembung (-), cepat kenyang (-), rasa perut
penuh (-), nafsu makan berkurang (-), nyeri perut (-), sulit BAB (-),
BAB berdarah merah segar (-), BAB berwarna hitam (-), BAB cair (-
), BAB nyeri (-).

l. Sistem musculoskeletal : lemas (-), badan terasa keju-kemeng (-), otot


jika dipegang terasa sakit (-), kaku sendi (-), nyeri sendi (-), bengkak

4
sendi (-), nyeri pada jari-jari tangan yang kadang menyebar ke siku (-
), nyeri otot (-), kaku otot (-), otot lemah (-), kesemutan (-), kebas (-).

m. Sistem genitouterina : nyeri saat BAK (-), panas saat BAK (-), sering
buang air kecil (-), air kencing jernih, buang air kecil darah (-), nanah
(-), BAK berkali-kali karena tidak lampias/ anyang-anyangan(-),
sering menahan kencing (-), rasa pegal di pinggang (-), BAK berdarah
(-), rasa gatal pada saluran kencing (-),rasa gatal pada alat kelamin (-).

n. Ekstremitas : luka (-), kaku (-) di lutut kanan, bengkak (-), gemetar (-
), terasa dingin (-), nyeri (-), kemerahan (-), bercak merah kebiruan di
bawah kulit seperti bekas memar (-), bintik-bintik perdarahan (-), rasa
panas (-), kesemutan (-), rasa tebal (+) di kedua kaki

o. Sistem neuropsikiatri : nyeri pada wajah (-), kesemutan pada tangan (-


), kejang (-), kesemutan (-), gelisah (-), menggigil (-)

II. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 20 Januari 2016
A. Keadaan Umum Baik
B. Tanda Vital Tensi : 110/70mmHg
Nadi : 84 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan
cukup
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36.4 0C
C. Kulit Warna coklat tua, hiperpigmentasi (-), bercak-bercak
hipopigmentasi (-), tebal (-), kering (-), teleangiektasis
(-), petechie (-), ikterik (-), turgor cukup
D. Kepala Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, uban
(+), mudah rontok (-), luka (-)
E. Mata Konjunctiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-),
perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan
diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema
palpebra (-/-), strabismus (-/-)

5
F. Telinga Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan
mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)
G. Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi
penghidu baik
H. Mulut Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), produksi ludah
sedikit (-), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-
), stomatitis (-), luka pada sudut bibir (-)
I. Leher JVP tidak meningkat, simetris, pembesaran kelenjar
tiroid (-), pembesaran limfonodi cervical (-), leher kaku
(-), distensi vena-vena leher (-)
J. Thorax Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada
kanan tidakn sama dengan kiri, retraksi intercostal (-),
spider nevi (-), pernafasan torakoabdominal, sela iga
melebar (+), pembesaran kelenjar getah bening axilla
(+/+)
Jantung :
Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
Palpasi Iktus kordis tidak kuat angkat,
Perkusi Batas jantung kanan atas : SIC (Spatium Inter Costale)
II linea parasternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis
dekstra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis
sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea
medioklavicularis sinistra
Auskultasi Heart Rate: 84 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II
murni, intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-).
Pulmo :
Depan
Inspeksi Statis Normochest, simetris, sela iga melebar (-), retraksi (-)
Dinamis Pengembangan dada kanan agak sedikit tertinggal
dengan pengenbangan dada kiri, sela iga melebar (-),

6
retraksi intercostal (-)
Palpasi Statis Simetris
Dinamis Pergerakan dada kanan agak tertinggal dengan
pergerakan dada kiri, fremitus raba kanan tidak sama
dengan fremirtus raba kiri
Perkusi
Kanan Sonor:
Batas paru-hepar di SIC VI linea medioklavikularis
dextra
Kiri Sonor, redup pada batas jantung.
Auskultasi Kanan Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan
wheezing (-), ronchi basah kasar (+), ronchi basah halus
basal paru (-), krepitasi (-)
Kiri Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan
wheezing (-), ronchi basah kasar (-), ronchi basah halus
basal paru (-), krepitasi (-)
Belakang
Inspeksi Statis Normochest, simetris, sela iga melebar kanan dan kiri
(-), iga mendatar (-)
Dinamis Pengembangan dada simetris kanan sama dengan kiri,
sela iga melebar kanan dan kiri (-), retraksi interkostal
kanan dan kiri (-)
Palpasi Statis Dada kanan dan kiri simetris, sela iga melebar , kanan
dan kiri (-), retraksi intercostal kanan dan kiri (-),
gerakan tertinggal kanan dan kiri (-)
Dinamis Pergerakan kanan sama dengan kiri, simetris, fremitus
raba kanan sama dengan fremitus raba kiri, penanjakan
dada kanan sama dengan kiri
Perkusi Sonor
Auskultasi Kanan Suara dasar vesikuler normal, wheezing (-), ronchi
basah kasar (+), ronchi basah halus di basal paru kanan
(-), krepitasi kanan (-)
Kiri Suara dasar vesikuler intensitas normal, wheezing kiri (-

7
), ronchi basah kasar kiri (-), ronchi basah halus di basal
kiri (+), krepitasi kanan dan kiri (-)
K Punggung kifosis (+), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok
kostovertebra (-),
L. Abdomen
Inspeksi Dinding perut sejajar dari dinding thorak, distended (-),
venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)
Auskultasi Peristaltik (+) normal, frekuensi 7x/ menit
Perkusi Timpani, pekak alih (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
M Genitourinaria Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)
N. Ekstremitas
Superior dekstra Edema (-), bengkak (-), akral dingin (-), ulkus (-), kaku
(-), sianosis (-), akral dingin (-), luka (-), deformitas (-),
ikterik (-), petechie (-), ekimosis (-), Spoon nail (-),kuku
pucat (-), clubbing finger (-), hiperpigmentasi (-), nyeri
tekan otot (-)
Superior sinistra Edema (-), bengkak (-), akral dingin (-), ulkus (-), kaku
(-), sianosis (-), akral dingin (-), luka (-), deformitas (-),
ikterik (-), petekie (-), ekimosis (-), Spoon nail (-),
kuku pucat (-), clubbing finger (-), hiperpigmentasi (-),
nyeri tekan otot (-)
Inferior dekstra Edema (-), bengkak (-), akral dingin (-), ulkus (-), kaku
(-), sianosis (-), akral dingin (-), luka (-), deformitas (-),
ikterik (-), petekie (-), ekimosis (-), Spoon nail (-),
kuku pucat (-), clubbing finger (-), hiperpigmentasi (-),
nyeri tekan otot (-)
Inferior Sinistra Edema (-), bengkak (-),akral dingin (-), ulkus (-), kaku
(-), sianosis (-), pucat (-), akral dingin (-), luka (-),
deformitas (-), ikterik (-), petekie (-), ekimosis (-),
Spoon nail (-), kuku pucat (-), clubbing finger (-),
hiperpigmentasi (-), nyeri tekan otot (-)

8
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah rutin
No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
1 Hb 9,7 12-15
2 Leukosit 59.000 5.000-10.000
3 Hematokrit 34.6 35 47
4 Trombosit 167 150 450
5 Eritrosit 4.38 3.50 5.50
6 MCV 75,8 82-92
7 MCH 23,3 27-31
8 MCHC 30,7 32-37
9 GDS 130 76-115
10 SGOT 33,5 0-46
11 SGPT 16,1 0-42

2. Pemeriksaan dahak sewaktu pagi sewaktu


Tgl pemeriksaan Spesimen dahak Hasil
19 Januari 2016 Sewaktu Negative
20 Januari 2016 Pagi Positif
20 Januari 2016 Sewaktu Positif

9
3. Foto thorak PA

Kesan :
1. Cor tidak dinilai, posisi deviasi ke lateral kiri.
2. Efusi pleura kanan

4. Analisa cairan pleura


Cairan pleura yang diperiksa adalah transudat

5. Konsul paru tanggal 19 Januari 2016


Didapatkan efusi pleura dekstra et causa TB paru dd keganasan. Telah
dilakukan pungsi pada tanggal 19 Januari 2016

IV. ASSESMENT
Tanggal 20 januari 2016 :
Tb paru BTA terkonfirmasi bakteriologis kasus baru dalam pengobatan kategori
1 fase intensif bulan pertama status hiv (?) Kultur (?) Dengan komorbid efusi
pleura dekstra (perbaikan) dan anemia mikrositik hiperkromik.

10
V. PLANING

1. Bed rest duduk


2. Infuse RL 20 tpm
3. 02 2 lpm
4. Injeksi Cefoperazon/ 12 jam
5. R/H/Z/E 300/300/750/750
6. Curcuma 3x1
7. Ambroxol 3x 30 mg
8. Transfusi PRC 2 kolf

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TB PARU
A. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang berkembang dari infeksi sistemik
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya bakteri ini
menyebar dari orang ke orang melalui transmisi udara. (Lobue et al, 2008).
Penyakit ini biasanya menyerang organ paru. Walaupun begitu, sepertiga dari
jumlah kasus tuberkulosis menyerang organ ekstra paru (Raviglione,2005).
B. Morfologi dan Struktur Bakteri
Mycobacterium tuberculosisberbentuk batang lurus atau sedikit melengkung,
tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 0,6 m dan
panjang 1 4 m. Dinding M.tuberculosissangat kompleks, terdiri dari lapisan
lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M.tuberculosis ialah
asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut
cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi.
Asam mikolat merupakan asam lemak berantaipanjang (C60 C90) yang
dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan
peptidoglikan oleh jembatanfosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada diniding
sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan
arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebebkan
bakteri M.tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabilasekali diwarnai, tahan
terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam alkohol.
Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen
lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik antigen M.tuberculosis dapat
diidentifikasi dengan menggunakan antibodi monoklonal . Saat ini telah dikenal
purified antigens dengan berat molekul 14 kDa (kiloDalton), 19 kDa, 38 kDa, 65
kDa yang memberikan sensitiviti dan spesifisiti yang bervariasi dalam
mendiagnosis TB. Ada jugayang menggolongkan antigen M.tuberculosis dalam
kelompok antigen yang disekresi dan yang tidak disekresi (somatik). Antigen
yang disekresi hanya dihasilkan oleh basil yang hidup, contohnya antigen
30.000 , protein MTP 40 dan lain lain.

12
C. Etiologi
Kuman M.tuberculosis
D. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi
beberapa tipe pasien, yaitu:
Kasus baru : Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Kasus
kambuh (Relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan
atau kultur).
Kasus setelah putus berobat (Default ) : Adalah pasien yang telah
berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
Kasus setelah gagal (Failure) : Adalah pasien yang hasil pemeriksaan
dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima
atau lebih selama pengobatan.
Kasus Pindahan (Transfer In) : Adalah pasien yang dipindahkan dari
UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
Kasus lain: Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas.
Dalam kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang
E. Patofisiologi
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru, dimana ia akan membentuk suatu sarang pneumonik, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mugkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah
satu nasib sebagai berikut :

13
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad
integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian dimana terdapat penekanan bronkus,
biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga
menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat
atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang
tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada
lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya. Penyebaran ini juga terjadi ke dalam usus
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Kejadian penyebaran ini sangat
bersangkutan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi basil. Sarang
yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak
terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan
cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa,
typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan
tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal,
genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir
dengan :
Sembuh dengan meninggalkan sekuele
(misalnya pertumbuhan terbelakang pada anak setelah mendapat
ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau
Meninggal
Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.

F. Manifestasi klinis
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
respiratorik (atau gejalaorgan yang terlibat) dan gejala sistemik.
1. Gejala respiratorik

14
batuk 3 minggu
batuk darah
sesak napas
nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita
terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam
proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang
pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk
membuang dahak ke luar.
Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat,
misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat
dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan
terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala
sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat
cairan.
2. Gejala sistemik
Demam
Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan
menurun
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan
untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan
biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturutturut atau
dengan cara:
Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)

15
Dahak Pagi ( keesokan harinya )
Sewaktu/spot ( pada saatmengantarkan dahak pagi)
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto
lateral. Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT-Scan.
Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran
bermacam-macam bentuk (multiform).
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas
paru dan segmen superior lobus bawah
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas
Kalsifikasi atau fibrotik
Kompleks ranke
Fibrotoraks/Fibrosis parenkim parudan atau penebalan pleura
Luluh Paru (Destroyed Lung ) :
Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang
berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru. Gambaran radiologik luluh
paruterdiri dari atelektasis, multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit
untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran
radiologik tersebut.
Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan
aktiviti proses penyakit
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan
pengobatandapat dinyatakan sbb (terutama pada kasus BTA dahak negatif)
Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas
chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus

16
dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis5 (sela iga 2)
dan tidak dijumpai kaviti.
Lesi luas
Bila proses lebih luas dari lesi minimal.
H. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan
obat utama dan tambahan.
A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Obat yang dipakai:

1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:


Rifampisin
INH
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination)
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari :
Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin
150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol
275 mg dan
Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin
150 mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid. 400 mg
1. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
Kanamisin
Kuinolon
Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin +
asam klavulanat
Derivat rifampisin dan INH
B. Dosis OAT
Rifampisin . 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu
atau

17
BB > 60 kg : 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan 29
Tuberkulosis di Indonesia
BB < 40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg / kali

INH 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg /kg BB 3 X seminggu, 15 mg/kg


BB 2 X semingggu atau 300 mg/hari untuk dewasa. lntermiten : 600 mg / kali
Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X semingggu, 50
mg /kg BB 2 X semingggu atau :
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1 000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg /kg BB, 30mg/kg
BB 3X seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau :
BB >60kg : 1500 mg
BB 40 -60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali
Streptomisin:15mg/kgBB atau
BB >60kg : 1000mg
BB 40 - 60 kg : 750 mg
BB < 40 kg : sesuai BB

18
Tabel dosis pemberian OAT

19
Tabel pengkategorian pengobatan TB

Kategori Kasus Paduan obat yang Keterangan


diajurkan
I - TB paru 2 RHZE / 4 RH atau
BTA +, 2 RHZE / 6 HE
*2RHZE / 4R3H3
BTA - , lesi
luas

II - Kambuh -RHZES / 1RHZE / Bila streptomisin alergi,


- Gagal sesuai hasil uji resistensi dapat diganti kanamisin
pengobatan atau 2RHZES / 1RHZE /
5 RHE
-3-6 kanamisin,
ofloksasin, etionamid,
sikloserin / 15-18
ofloksasin, etionamid,
sikloserin atau 2RHZES
/ 1RHZE / 5RHE
II - TB paru Sesuai lama
putus pengobatan
berobat sebelumnya, lama
berhenti minum obat
dan keadaan klinis,
bakteriologi dan
radiologi saat ini (lihat
uraiannya) atau
*2RHZES / 1RHZE /
5R3H3E3
III -TB paru 2 RHZE / 4 RH atau
BTA neg. 6 RHE atau
lesi minimal *2RHZE /4 R3H3

20
IV - Kronik RHZES / sesuai hasil uji
resistensi (minimal OAT
yang sensitif) + obat lini
2 (pengobatan minimal
18 bulan)
IV - MDR TB Sesuai uji resistensi +
OAT lini 2 atau H
seumur hidup

21
22
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. 2011. Stop TB Menuju Terobosan Universal Strategi Nasional


Pengendalian TB di Indonesia tahun 2010 2014. Jakarta
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2014. Tuberculosis Pedoman Diagnosis
dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta

23
24

You might also like