You are on page 1of 12

PRINSIP PRINSIP PEMBELAJARAN

KELOMPOK 6

------------------------------------------------------------------

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar
ini tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus
menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa
bertindak secara tepat. Oleh karenanya, sebagai calon guru perlu
mempelajari teori dan prinsip-prinsip belajar yang dapat membimbing
aktivitas dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan
langkah demi langkah prosedur pembelajaran, namun bisa memberi arah
prioritas-prioritas dalam tindakan guru. Dalam perencanaan pembelajaran,
prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas belajar kemungkinan
dalam pembelajaran.
Dalam melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan
prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang
tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang kelihatannya baik
tetapi nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses belajar siswa. Selain
itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar, ia memiliki dan
mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan
belajar siswa.
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh
para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan.
Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang
relativ berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya

1
pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya
maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip itu
berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan,
serta perbedaan individual.

B. LATAR BELAKANG MASALAH


1. Apa pengertian prinsip pembelajaran?
2. Bagaimana prinsip yang dilakukan dalam pembelajran?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian prinsip pembelajaran
2. Untuk mengetahui prinsip yang dilakukan dalam pembelajaran

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PRINSIP PEMBELAJARAN
Kata prinsip berasal dari bahasa latin Asas (Kebenaran yang menjadi
pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya) Dasar. Prinsip merupakan
sebuah kebenaran atau kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam
berfikir atau bertindak.
Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 9), belajar
merupakan suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi
lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 10), belajar merupakan
kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar
orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
Pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses mengajar dan belajar.
Aktivitas ini merupakan proses dua arah, antara pihak guru dan peserta didik.
Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan berpijak
dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses
pembelajaran yang dinamis dan terarah.
Davies (1987: 32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan
kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses
pembelajaran,yaitu:
1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya.

3
2. Setiap murid belajar menuntut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk
setiap kelompok umur,terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
3. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberi
penguatan(reinforcement).
4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran,
memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
5. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka
ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih
baik.

B. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN

Damyati dan Mudjiono (2012: 42), Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan


perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/pengalaman,
pengulangan tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individu.

Adapun penjelasan tentang prinsip-prinsip pembelajaran diuraikan sebagai


berikut:
1. Perhatian Dan Motivasi
Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki
energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat. Motivasi
sebagai suatu kekuatan yang mampu mengubah energi dalam diri seseorang
dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam
kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat
dalam pembelajaran.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat
juga bersifat eksternal yakni dari orang lain, guru, teman, orang tua dan
sebagainya. Motivasi dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik.
Motif Intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang
dilakukan. Contoh, seorang siswa yang dengan sungguh-sungguh mempelajari
mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang
dipelajarinya. Sedangkan Motif Ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada

4
di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Contoh,
siswa belajar bersungguh-sungguh bukan disebabkan ingin memiliki
pengetahuan yang dipelajarinya melainkan didorong oleh keinginan naik kelas
atau mendapat ijazah.
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi peserta didik adalah
disadarinya oleh peserta didik bahwa motivasi belajar yang ada pada dirinya
harus dibangkitkan dan dikembangkan secara terus-menerus. Hal ini dapat
dicapai dengan mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, termasuk
menanggapi secara positif pujian atau dorongan dari orang lain, harus
mempunyai rencana tentang tujuan dia belajar dan kapan harus menyelesaikan
jenjang pendidikan yang sedang dijalaninya dan lain sebagainya.

2. Keaktifan
Keaktifan anak dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar
yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam
proses pembelajaran. Demikian pula berarti harus dapat diterapkan oleh setiap
siswa dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai oleh
adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika
dibutuhkan.

Davies (1987: 31), mengemukakan bahwa, belajar adalah menyangkut apa


yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang
dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah. Jadi, dalam
pembelajaran yang mengolah dan mencerna adalah peserta didik sesuai
dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing, guru
hanya merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan
pelajaran.
Sebagai implikasi prinsip keaktifan bagi peserta didik terbentuk perilaku-
perilaku untuk mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil
percobaan, ingin mengetahui segala percobaan yang dilakukan di
laboratorium, membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan sebagainya.
Proses selanjutnya terjalin keterlibatan langsung peserta didik dalam
pembelajaran.

5
3. Keterlibatan Langsung Pengalaman
Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktivitas mengajar dan belajar, maka
guru harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan
langsung ini mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik.
Prinsip ini diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga
dalam kelas sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran.
Dimyati (2009: 45), Belajar yang baik adalah belajar dari pengalaman
langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar
mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung
dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
Apabila proses belajar untuk mencapai perubahan-perubahan tersebut
melibatkan peran langsung siswa, maka akan terjadi perubahan-perubahan
yang lebih cepat karena siswa terlibat di dalam mengalami sendiri, atau
mempraktekkan sendiri dimensi-dimensi kemampuannya. Dengan demikian
pula sekaligus siswa mengetahui kemampuan-kemampuan dirinya, sehingga
memungkinkan tumbuhnya dorongan atau motivasi untuk mengembangkan
diri.
Sebagai implikasinya peserta didik dituntut untuk mengerjakan sendiri
tugas belajar yang diberikan oleh gurunya. Dengan keterlibatan ini mereka
akan mendapat pengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan
implikasi prinsip keterlibatan langsung adalah segala kegiatan yang dilakukan
di sekolah apakah itu berbentuk intrakurikuler ataukah ekstrakurikuler.
Meskipun kegiatan tersebut tidak menjamin terwujudnya prinsip keaktifan
pada diri peserta didik, namun dengan keterlibatan ini diharapkan dapat
mewujudkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.

4. Pengulangan
Prinsip pengulangan adalah teorinkoneksionisme. Tokohnya yang terkenal
adalah thorndike dengan teorinya yang terkenal pula yaitu law of exercise
bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan

6
pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar timbulnya
respon benar. Prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
Sebab, dalam pembelajaran masih sangat dibutuhkan pengulangan-
pengulangan atau latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respons akan
bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan hilang sama
sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu, perlu banyak
latuhan, pengulangan, dan pembiasaan.(Dimyati, 2009: 43).
Deporter (2000: 23) mengemukakan bahwa studi-studi menunjukkan
bahwa siswa lebih banyak belajar jika pelajarannya memuaskan, menanatang
serta ramah, dan mereka memiliki peran di dalam pengambilan keputusan.
Bilamana anak merasa tertantang dalam suatu pelajaran, maka ia dapat
mengabaikan aktivitas lain yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya.
Model-model pembelajaran yang menempatkan siswa hanya menerima
saja apa yang diberikan atau disampaikan oleh guru, memiliki kadar
keterlibatan mental yang sangat rendah. Beberapa bentuk kegiatan berikut
dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru untuk menciptakan tantangan dalam
kegiatan belajar, yaitu:
a. Merancang dan mengelola kegiatan inquiry dan eksperimen;
b. Memberikan tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa;
c. Mendorong siswa untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi
pembelajaran;
d. Mengembangkan bahan-bahan pembelajaran yang menarik;
e. Membimbing siswa menemukan fakta, konsep, prinsip dan generalisasi;
f. Merancang dan mengelola kegiatan diskusi.
Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa
untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam
permasalahan. Dengan kesadaran ini diharapkan siswa tidak merasa bosan
dalam melakukan pengulangan. Misalnya menghafal unsur-unsur kimia,
mengerjakan soal latihan dan sebagainya.
5. Prinsip Balikan Atau Penguatan
Peserta didik akan belajar bersemangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik akan merupakan balikan yang

7
menyenangkan dan berpengaruh baik bagi hasil usaha belajar selanjutnya.
Namun dorongan belajar tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan atau
penguatan positif, penguatan negatif pun dapat berpengaruh pada hasil belajar
selanjutnya.
Apabila peserta didik memperoleh nilai yang baik dalam ulangan tentu dia
akan belajar bersungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang lebih baik
untuk selanjutnya. Karena nilai yang baik itu merupakan penguatan positif.
Sebaliknya, bila peserta didik memperoleh nilai yang kurang baik tentu dia
merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas, dia terdorong pula
untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif yang berarti
bahwa peserta didik mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak
menyenangkan. Misalnya dengan segera mencocokan jawaban dengan kunci
jawaban, menerima kenyataan terhadap skor yang dicapai, atau menerima
teguran dari guru/orang tua karena hasil beajarnya jelek.
Sumantri dan Permana (1999: 274) mengemukakan secara khusus
beberapa tujuan dari pemberian penguatan,yaitu:
a. Membangkitkan motivasi belajar peserta didik
b. Merangsang peserta didik berpikir lebih baik
c. Menimbulkan perhatian peserta didik
d. Menumbuhkan kemampuan berinisiatif secara pribadi
e. Mengendalikan dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke
arah perilaku yang mendukung belajar

6. Perbedaan individu
Sebelum guru menentukan strategi pembelajaran, metode dan teknik-
teknik evaluasi yang akan dipergunakan, maka guru terlebih dahulu dituntut
untuk memahami karakteristik siswa dengan baik. Hal ini dikarenakan dari
hasil sejumlah riset menunjukkan bahwa keberagaman faktor. Seperti sikap
siswa, kemampuan dan gaya belajar, pengetahuan serta kemampuannya dan
konteks pembelajaran merupakan komponen yang memberikan dampak
sangat penting terhadap apa yang sesungguhnya harus siswa-siswa pelajari
(killen,1998: 5).

8
Dalam pandangan Deporter & Henarcki (2001: 117) terdapat tiga
karakteristik atau modalitas belajar siswa yang perlu diketahui oleh setiap
pendidik dalam prose pembelajaran,yaitu:
a. Orang-orang yang visual, yang seringkali ditandai suka mencoret-coret
ketika berbicara di telpon, berbicara dengan tepat, lebih suka melihat peta
dari pada mendengarkan penjelasan;
b. Orang-orang yang auditorial, yang sering ditandai suka berbicara sendiri,
lebih suka mendengarkan ceramah atau seminar daripada membaca buku ,
lebih suka berbicara daripada menulis;
c. Orang-orang yang kinestetik, yang sering ditandai berpikir lebih baik
ketika bergerak atau berjalan, banyak menggerakkan anggota tubuh ketika
berbicara, sulit untuk duduk dan diam.
Secara lebih spesifik berkenaan dengan implikasi atau penerapan
prinsip-prinsip perbedaan individual dalam proses pembelajaran, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan guru sebagai berikut:
a. Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan
kelemahan dirinya untuk selanjutnya mendapat perlakuan dan layanan
kegiatan belajar yang mereka butuhkan
b. Para siswa harus terus didorong untuk mampu memahami potensi
dirinya dan untuk selanjutnya mampu merencanakan dan
melaksanakan kegiatan
c. Peserta didik membutuhkan variasi layanan, tugas, bahan dan metode
yang selaras dengan minat, tujuan dan latar belakang mereka
d. Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan
kelemahan dirinya serta pemenuhan kebutuhan belajar maupun
bimbingan yang berbeda denga siswa-siswa yang lain
e. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar dapat lebih
diperkuat bilamana para siswa tidak merasa terancam oleh proses yang
ia ikuti serta lingkungannya sehingga mereka memiliki keleluasaan
untuk berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan belajar

9
f. Para siswa yang telah memahami kekuatan dirinya akan lebih
cenderung memiliki dorongan dan minat untuk belajar secara lebih
sungguh-sungguh.
Sebagai implikasi dari prinsip perbedaan individual bagi peserta didik
adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar dan
sebagainya.

10
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan berpijak dengan
harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses pembelajaran
yang dinamis dan terarah. Prinsip belajar merupakan pandangan-
pandangan mendasar dan dianggap penting yang dijadikan sebagai
pegangan didalam melaksanakan kegiatan belajar.
2. Kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam proses
pembelajaran akan membantu meningkatkan efektivitas pengelolaan
pembelajaran yang pada akhirnya dapat tercapai tujuan pembelajaran yang
dirumuskan. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi,
keaktifan, keterlibatan langsung/pengalaman, pengulangan, balikan dan
penguatan, serta perbedaan individu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Davies, Ivor K. (Penerjemah:Sudarsono S., Dkk.). 1987. Pengelolaan Belajar.


Deporter, Bobby. 2000. Quantum Teaching. Mempraktikkan Quantum Learning
Di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.

Dimyati Dan Mudjiono. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Jakarta: C.V. Rajawali Dan PAU-UT.
Killen, Roy. 1998. Effective Teaching Strategies-Lesson From Research And
Practice. Second Edition. Australia: Social Science Press.

Sumantri, M Dan Permana, J. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:


Depdiknas Dirjen Dikti.

12

You might also like