You are on page 1of 16

SUPERVISI DAN KEPALA SEKOLAH

KELOMPOK 13
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sampai saat ini profesi guru masih sangat diminati oleh
masyarakat,apalagi setelah adanya kebijakan pemerintah tentang sertifikasi
yangmemberikan tunjangan jabatansebesar satu kali gaji pokok dan tunjangan-
tunjangan lain yang cukup menjanjikan, disisi lain pemerintah juga menuntutguru
untuk profesional dalam bekerja. Menurut Mulyasa (2002), sebaiknya
peningkatan mutu pendidikan ditunjang oleh guru profesional yangbermutu,yang
dapat memerankan tugas dan fungsinya dengan baik dalam
rangkamempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui
prosespembelajaran yang berkualitas pula.
Pengukuran kinerja suatu lembaga pendidikan merupakan hal yangsangat
penting.Untuk melakukan evaluasi dan merencanakan pendidikanmasadepan
diperlukan pengukuran kinerja secara tepat, khususnya terhadap kinerjaguru
sebagai pelaksana bahkan ujung tombak pendidikan. Dalam hal ini,berbagai
informasi diperlukan untuk menjamin bahwalayanan pendidikan
danpembelajaran telah dilakukan secara efektif, efisien, dan akuntabel.
Dengandemikian, peningkatan mutu pendidikan harus selalu diukur kinerjanya
melaluiberbagai informasi, pengendalian tugas, laporan pendanaan, dan yang
palingpenting adalah laporan kinerja guru karena guru memiliki peran yang
sangatstrategis dalam menentukan mutu pendidikan, yang memerlukan syarat-
syaratkepribadian dan kemampuan profesional yang standar dan
dapatdipertanggungjawabkan.
Dengan kata lain, penilaiankinerja merupakan tanggung
jawab(akuntabilitas) dari institusi dan individu pekerja terhadap stakholders-nya.
Pekerja (dalam hal ini guru dan kepala sekolah) tidak hanya mempunyaitanggung
jawab langsung kepada atasannya akan tetapi juga kepada orang tuasiswa dan
masyarakat pada umumnya. Kinerja mereka, baik maupun buruk,harus
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Apalagi bila diingat

1
yangmemperkerjakan guru dankepala sekolah, mereka berkewajiban mengadakan
sistem penilaian kinerja yang obyektif dan dapat dipertanggungjawabkankepada
masyarakat.
Penilaian kinerja baik kinerja guru, kepala sekolah, dan staf (tenaga
administrasi sekolah) merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai
pengawas sekolah/madrasah. Kompetensi tersebut termasuk dalam dimensi
kompetensi evaluasi pendidikan. Kinerja kepala sekolah dapat diukur dari
tigaaspek yaitu: (a)perilaku dalam melaksanakan tugas yakni perilaku
kepalasekolah pada saat melaksanakan fungsi-fungsi manajerial, (b) cara
melaksanakan tugas dalam mencapai hasil kerja yang tercermin dalam komitmen
dirinya sebagai refleksi dari kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial yang
dimilikinya, dan (c) dari hasil pekerjaannya yang tercermin dalam perubahan
kinerja sekolah yang dipimpinnya.
Makalah berikut membahas beberapa hal inti yang berkaitan dengan
penilaian kinerja untuk profesi guru dan kepala sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat supervisi dan tugas utamanya?
2. Apa tujuan dan fungsi supervisi?
3. Bagaimana teknik-teknik supervisi?
4. Apa saja tugas kepala sekolah?
5. Bagaimana peran kepala sekolah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat supervisi dan tugas utamanya
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi supervisi
3. Untuk mengetahui teknik-teknik supervisi
4. Untuk mengetahui tugas kepala sekolah
5. Untuk mengetahui peran kepala sekolah

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Supervisi
1. Hakikat supervisi
Hakikat supervisi secara terminologi berasal dari kata super
dan visi yang mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau
menilik danmenilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap
aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan.
Terdapat beberapa istilah yang hampir sama dengan supervisi,
bahkan dalam pelaksanaanya istilah-istilah tersebut sering digunakan
secara bergantian. Istilah-istilah tersebut, antara lain pengawasan,
pemeriksaan, dan inspeksi.Pengawasan mendandung arti suatu kegiatan
untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan dilakukan sesuai dengan
ketentuan.Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat bagaimana kegiatan
yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Inspeksi dimaksudkan untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan atau kesalahanyang perlu diperbaiki
dalam suatu pekerjaan.
Memahami dekskripsi diatas, sebenarnya istilah-istilah tersebut
identik dengan supervisi sehingga wajar kalau dalam
penggunaanyasering dipertukarkan.
Dalam kaitannya dengan MBS supervise leih ditekankan pada
pembinaan dan peningkatan kemampuan dan kinerja tenaga
kependidikan disekolah dalam melaksanakan tugas untuk memperoleh
pemahaman dan wawasan yang lebih luas tentang supervisi ini, berikut
dikemukakan beberapa pengertian dari para ahli.
Dalam carter Goods Dictionary of Education dikemukakan
definisi supervisi sebagai berikut : Segala usaha pejabat sekolah dalam
memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya, untuk
memperbaiki pengajaran, termasukmenstimulasi, menyeleksi
pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi, dan
merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahkan pengajarana dan metode-
metode mengajaran serta evaluasi pengajaran.
Pidarta (1998) mengutip pendapat Jones, mengungkapkan
bahwa supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh

3
proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk
mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang
berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan. Dalam definisi ini
supervisi dipandang sebagai sub sistem, supervisi tidak terlepas dari
sitem administarasi yang juga menyangkut non guru. Namun titik berat
dari supervisi tersebut adalah perbaikan dan pengemangankinerja
profesional yang menangani para peserta didik. Melalui perbaikan dan
pengembangan kinerja mereka, diharapkan usaha pembimingan
pengajaran dan pelatihan peserta didik juga dapat berkembang secara
langsung dapat meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar.
Sutisna (1985) mendeskripsikan supervisi sebagai bantuan
dalam pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Dengan
kata lain, supervisi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang disediakan
untuk membantu para guru dalam menjalankan pekerjaanya agar lebih
baik. Peran supervisor adalah mendukung, membantu dan membagi,
bukan menyuruh. Sejalan dengan itu, Wiles mengungkapkan bahwa
supervisi yang baik hendaknya mengemangkan kepemimpinan didalam
kelompok, membangun program latihan dalam jabatan untuk
meningkatkan keterampilan dan kemampuan guru dalam menilai hasil
pekerjaannya.
Sahertian (1990) mengemukakan bahwa supervisi merupakan
usaha mengawali, mengarahkan, mengkoordinasi dan membimbing
secara kontinu pertumbuhan guru-guru disekolah baik secara individual
maupun kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran sehingga dapat menstimulasi dan
membimbing pertumuhan tiap murid secara kontinu sehingga dapat lebih
cepat berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern. Pengertian
tersebut menunjukan bahwa supervisi bukanlah kegiatan sesaat seperti
inspeksi, tetapi merupakan kegiatanyang kontinu dan berkesinambungan
sehingga guru-guru selalu berkembang dalam mengerjakan tugas dan
mampu memecahkan berbagai masalah pendidikan dan pengajaran secara
efektif dan efisien.
Beberapa definisi diatas secara implisit memiliki wawasan dan
pandangan baru tentang supervisi yang mengandung ide-ide pokok
seperti menggalakkan pertumbuhan profesional guru, mengembangkan
kepemimpinan demokratis, melepaskan energi dan memecahkan berbagai
masalah yang berkaitan dengan efektivitas proses belajar mengajar.

4
Pendekatan-pendekatan baru tentang supervisitersebut menekankan pada
peranan supervisi selaku bantuan, pelayanan serta fasilitas (pemberi
kemudahan) kepada guru dan personil pendidikan lain untuk
meningkatkan kemampuan dan kualitas pendidikan umumnya, khusunya
kualitas prosesi belajar mengajar disekolah.
Pada hakikatnya supervisi mengandung beberapa kegiatan
pokok yaitu pembinaan yang kontinu, pengembangan kemampuan
profesioanl personil. Perbaikan situasi belajar mengajar, dengan sasaran
akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta
didik. Dengan kata lain, dalam supervisi ada proses pelayanan untuk
membantu atau membina guru-guru, pembinaan ini menyebabkan
perbaikan dan peningkatan kemampuan profesional guru. Perbaikan dan
peningkatan kemampuan kemudian ditransfer kedalam perilaku mengajar
sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang lebih baik, yang akhirnya
juga meningkatkan pertumbuhan peserta didik.
2. Tugas Utama Supervisor
Untuk merealisasikan preskripsi diatas, Sahertian
mengutip pendapat Gwyn dan merumuskan sepuluh tugas utama
supervisor, yaitu (Mulyasa, 2002: 159-160).
a. Membantu guru mengerti dan memahami para peserta didik;
b. Membantu mengembangkan dan memperbaiki, baik secara
individual maupun secara bersama-sama;
c. Membantu seluruh staf sekolah agar lebih efektif dalam
melaksanakan proses belajar-mengajar;
d. Membantu guru meningkatkan cara mengajar yang efektif;
e. Membantu guru secara individual;
f. Membantu guru agar dapat menilai para peserta didik lebih
baik;
g. Menstimulur guru agar dapat menilai diri sendiri dan
pekerjaannya;
h. Membantu guru agar merasa bergairah dalam pekerjaannya
dengan penuh rasa aman;
i. Membantu guru dalam melaksanakan kurikulum disekolah;
j. Membantu guru agar dapat memberikan informasi yang seluas-
luasnya kepada masyarakat tentang kemajuan sekolahnya.

5
3. Tujuan dan Fungsi Supervisi
Berdasarkan beberapa kajian terhadap pengertian dan hakikat
supervise diatas dapat disimpulkan bahwa supervise bertujuan
mengembangkan iklim yang kondusif dan lebigh baik dalam kegiatan
mengajar. Dengan kata lain tujuan supervise pengajaran adalah
membantu dan memberikan kemudahan kepada para guru untuk belajar
bagaimana untuk meningkatkan kemampuan mereka guna mewujudkan
tujuan belajar peserta didik.
Secara khusus, Ametembun (1981) mengupas tujuan supervise
pendidikan sebagai berikut:membina kepala sekolah dan guru-guru untuk
lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah
dalam merealisasikan tujuan tersebut;
a. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk
mempersiapkan peserta didik nya menjadi anaggota masyarakat
yang leih efektif;
b. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis
secara kritis terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulita-
kesulitan belajar mengajar, serta menolong mereka
merencanakan perbaikan-perbaikan;
c. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta
warga sekolah lain terhadap cara kerja yang demokratis dan
komprehensif serta memperbesar kesediaan untuk tolong
menolong;
d. Setiap supervisor pendidikan harus memahami dan mampu
melaksanakan supervisi sesuai dengan fungsi dan tugas
pokoknya, baik yang menyangkut penelitian, penilaian,
perbaikan, maupun, penegembangan.

Dalam supervisi, penelitian merupakan suatu kegiatan untuk


memperoleh gambaran yang jelas dan objektif tentang situasi
pendidikan.Melalui penelitian ini diperoleh data dan informasi-informasi
yang diperlukan sebagai dasar dan untuk menganalisis situasi pendidikan
dan pengajaran secara lebih mendalam.Hasil analisis dan kesimpulan
penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan
tindakan-tindakan dan langkah-langkah yang perlu dilakukan guna
memperbaiki dan mengembangkan situasi pendidikan dan pengajaran.

6
Penilaian merupakan tindak lanjut untuk mengetahui hasil
penelitian lebih jauh, yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi situasi pendidikan dan pengajaran yang telah diteliti
sebelumnya.Penilaian lebih dititik beratkan pada aspek-aspek positif
yang dapat dikembangkan daripada aspek-aspek negatif atau kekurangan
dari orang yang disupervisi. Meskipun demikian,tidak berarti
kekurangan dan kelemahan yang ada dan kasat mata di abaikan begitu
saja, melainkan perlu diungkap kepermukaaan untuk dicarikan perbaikan
dan jalan pemecahannya. Hal ini lebih ditekankan pada pemecahan
masalah, perbaikan kekurangan dan peningkatan kualitas, bukan pada
penemuan kekurangan dan kelemahan.Sementara aspek-aspek positif
sangat perlu diperhatikan dalam rangka pembinaan dan peningkatan
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai.Dalam pada itu, untuk
meyakinkan orang yang disupervisi bahwa kegiatan ini tidak bermaksud
mencari-cari kesalahan dan kelemahan, tetapi untuk membantu
pengembangan karier dan kemampuan profesional mereka.

Perbaikan dilakukan berdasarkan hasil penelitian dan penilaian.


Dalam hal ini supervisor telah mengatahui dan memahami kondisi
pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khusunya,
serta keadaan berbagai fasilitas pendukung, dana, dan daya upaya yang
dipergunakan, apakah baik atau uruk, memuaskan atau tidak, mengalami
kemajuan atau tidak, apakah telah mencapai target yang telah ditetapkan
aytau tidak, dan sebagainnya. Berkaitan dengan kelemahan dan
kekurangan, tugas supervisor selanjutnya adalah mencari jalan
pemecahan, mengarahkan perbaikan-perbaikan, meningkatkan keadaan,
dan melakukan penyepurnaan-penyempurnaan.

Pengembangan merupakan upaya untuk senantiasa


mempertahankan dan meningkatkan kondisi-kondisi yang sudah
baik yang ditemukan dari hasil penelitian dan penilaian.
Sehubungan dengan itu, supervisor dituntut untuk memelihara,
menjaga dan meningkatkan hasil-hasil yang telah dicapai supaya
kondisi dan situasi tersebut tidak mengalami penurunan, tetapi
akan lebih baik dan meningkat, baik secara kuantitas maupun
kualitas. Dalam pelaksanaannya fungsi-fungsi tersebut harus
dilakukan secara simultan, konsisten dan kontinu dalam suatu

7
program supervisi. Sebagai inti dari kegiatan supervisi adalah
bagaimana mengintegrasikan fungsi-fungsi tersebut ke dalam tugas
pembinaan terhadap pribadi guru dan tenaga kependidikan lainnya,
yang disupervisi. Supervisi pendidikan dilakukan atas dasar kerja
sama, partisipasi, dan kolaborasi; tidak berdasarkan atas paksaan
dan kepatuhan. Dengan begitu, diharapkan timbul kesadaran serta
perkembangan inisiatif dan imajinasi dari pihak guru, bukan
komformitas. Dalam hal ini, supervisi berarti bagaimana
memberikan kemudahan dan membantu guru mengembangkan
potensinya secara optimal. Supervisi hendaknya melahirkan
kepemimpinan yang sanggup meningkatkan efektivitas dan
efisiensi program sekolah secara keseluruhan serta memperkaya
lingkungan para guru; memberi kesempatan kepada mereka untuk
bekerja meningkatkan kinerja, mengidentifikasi, serta memecahkan
berbagai permasalahan yang mereka hadapi; melibatkan guru-guru
dalam merumuskan tujuan-tujuan dan menilai berbagai kegiatan
pendidikan, menilai program sekolah serta segala usaha
penyesuaian pengajaran dengan kebutuhan dan perkembangan
peserta didik dan tuntutan masyarakat global ( Mulyasa, 2002: 158-
159).

4. Teknik-teknik Supervisi
Supervisor hendaknya dapat memilih teknik-teknik
supervisi yang tepat, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Untuk kepentingan tersebut, berikut ini diuraikan beberapa teknik
supervisi yang dapat dipilih dan digunakan supervisor pendidikan,
baik yang bersifat kelompok maupun individual. Teknik-teknik
tersebut, antara lain kunjungan dan observasi kelas, pembicaraan
individual, diskusi kelompok, demonstrasi mengajar, dan
perpustakaan profesional (Mulyasa, 2002: 160),
a. Kunjungan dan observasi kelas
Kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk
mendapatkan informasi tentang proses belajar mengajar
secara langsung, baik yang menyangkut kelebihan maupun

8
kekurangan dan kelemahannya. Melalui teknik ini kepala
sekolah dapat mengamati secara langsung kegiatan guru
dalam melakukan tugas utamanya, mengajar, penggunaan
alat, metode, dan teknik mengajar secara keseluruhan
dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Hasil observasi kelas ini dapat digunakan oleh
supervisor bersama guru untuk menentukan cara-cara yang
paling tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi
belajar mengajar. Agar kunjungan kelas berlangsung
efektif, hendaknya dipersiapkan dengan teliti dan
dilaksanakan secara hati-hati dengan penampilan yang baik
pula.
Kunjungan dan observasi kelas dapat dilakukan dengan
tiga pola, kunjungan kelas dan observasi tanpa memberi
tahu guru yang akan dikunjungi, kunjungan dan observasi
dengan terlebih dahulu memberi tahu, serta kunjungan atas
undangan guru. Ketiga pola tersebut memiliki kelebihan
masing-masing, pola mana yang akan dipilih harus
disesuaikan dengan tujuan utama kunjungan dan observasi
kelas.
Sering timbul persoalan berkaitan dengan pola
kunjungan dan observasi kelas, terutama pola yang bukan
atas dasar undangan guru, apakah kunjungan tersebut perlu
diberitahukan terlebih dahulu atau tidak kepada guru yang
akan dikunjungi dan diobservasi. Kunjungan tanpa
pemberitahuan sebelumnya akan menemukan keadaan yang
sebenarnya atau apa adanya dalam situasi belajar mengajar,
tetapi cara ini seringkali dinilai kurang baik oleh guru.
Sebaliknya kunjungan dengan memberitahukan terlebih
dahulu ada kemungkinan keadaan kelas tidak
mencerminkan apa adanya seperti yang biasa dilakukan
karena sudah dikondisikan, tetapi cara ini dapat
menciptakan hubungan yang lebih baik antara supervisor

9
dan guru. Hal tersebut akan lebih terasa lagi dalam
kunjungan kelas atas undangan guru.
Sehubungan dengan itu, kunjungan kelas dengan atau
tanpa pemberitahuan, sebaiknya supervisor jangan hanya
mengambil kesimpulan sepintas atas dasar satu kali
kunjungan saja. Untuk mendapatkan gambaran yang
lengkap dan akurat mengenai situasi kelas mungkin
diperlukan beberapa kali kunjungan atau dilengkapi dengan
teknik-teknik yang lain (Mulyasa, 2002: 160-161).
b. Pembicaraan Individual
Kunjungan dan observasi kelas pada umumnya
dilengkapi dengan pembicaraan individual antara kepala
sekolah dan guru. Pembicaraan individual dapat pula
dilakukan tanpa harus melakukan kunjungan kelas terlebih
dahulu jika kepala sekolah merasa bahwa guru memerlukan
bantuan atau guru itu sendiri yang merasa perlu bantuan.
Pembicaraan individual merupakan salah satu alat supervisi
penting karena dalam kesempatan tersebut supervisor dapat
bekerja secara individual dengan guru dalam memecahkan
masalah pribadi yang berhubungan dengan proses belajar-
mengajar (Mulyasa, 2002: 161).
c. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok atau pertemuan kelompok adalah
suatu kegiatan mengumpulkan sekelompok orang dalam
situasi tatap muka dan interaksi lisan untuk bertukar
informasi atau berusaha mencapai suatu keputusan tentang
masalah-masalah bersama. Kegiatan diskusi ini dapat
mengambil beberapa bentuk pertemuan, seperti panel,
seminar, lokakarya, konperensi, kelompok studi, kelompok
komisi, dan kegiatan lain yang bertujuan bersama-sama
membicarakan dan menilai masalah-masalah tentang
pendidikan dan pengajaran. Kegiatan diskusi kelompok
disekolah dapat dikembangkan melalui rapat sekolah untuk
membahas bersama-sama masalah pendidikan dan

10
pengajaran disekolah itu. Kegiatan seperti ini oleh Morrant
(1981) disebut sebagai School-based development
program, yaitu the kind of teachers development activities
that are run on the school premises for the sole benefit of
teacher of that school. Pertemuan-pertemuan semacam itu
penting dalam supervisi modern agar guru dapat menikmati
berbagai suasana pertemuan kelompok dengan tenang dan
menyenangkan (Mulyasa, 2002: 161-162).
d. Demonstrasi Mengajar
Demonstrasi mengajar ialah proses belajar mengajar
yang dilakukan oleh seorang guru yang memiliki
kemampuan dalam hal mengajar sehingga guru lain dapat
mengambil hikmah dan manfaatnya. Demonstrasi mengajar
bertujuan untuk memberi contoh bagaimana cara
melaksanakan proses belajar mengajar yang baik dalam
menyajikan materi, menggunakan pendekatan, metode,
media pembelajaran. Demonstrasi mengajar merupakan
teknik supervisi yang besar manfaatnya bagi guru-guru.
Perlu dipahami oleh supervisor bahwa tidak ada cara
mengajar yang paling baik untuk setiap tujuan. Oleh karena
itu, supervisor perlu menjelaskan kesempatan demonstrasi
mengajar tersebut sebagai salah satu alternatif penampilan
dengan maksud tertentu. Guru-guru hendaknya mendapat
kesempatan untuk menganalisis penampilan mengajar yang
diamatinya itu (Mulyasa, 2002: 162).
e. Perpustakaan profesional
Ciri profesional seorang guru antara lain tercermin
dalam kemauan dan kemampuannya untuk belajar secara
terus dalam rangka meningkatkan dan memperbaiki tugas
utamanya, yaitu mengajar. Guru hendaknya merupakan
kelompok reading peoplei dan menjadi bagian dari
masyarakat belajar, yang menjadikan belajar sebagai
kebutuhan hidupnya. Untuk kepentingan tersebut
diperlukan berbagai sumber belajar yang dapat memenuhi

11
kebutuhan guru, terutama dalam kaitannya dengan sumber-
sumber belajar berupa buku. Dikatakan demikian karena
buku merupakan gudang ilmu dan merupakan salah satu
sumber pengetahuan yang utama. Sehubungan dengan itu,
diperlukan sejumlah buku perpustakaan sesuai dengan
bidang ilmu atau bidang kajian setiap guru. Dalam hal ini
kehadiran perpustakaan disekolah sangat dirasakan
manfaatnya dan sangat penting bagi peningkatan dan
pertumbuhan jabatan guru (Mulyasa, 2002: 162).

Disamping teknik-teknik supervisi yang telah diuraikan


diatas, masih banyak teknik lain seperti program orientasi,
lokakarya, buletin supervisi, penelitian tindakan (action research),
pengembangan kurikulum, rapat guru, bahkan penilaian diri sendiri
berkaitan dengan pelaksanaan tugas oleh guru. Pada hakikatnya
tidak ada suatu teknik tunggal yang bisa memenuhi segala
kebutuhan, dan baik tidaknya teknik yang digunakan bergantung
pada situasi dan waktu pelaksanaannya. Oleh karena itu, untuk
mencapai tujuan supervisi secara optimal perlu digunakan beberapa
teknik supervisi agar data dan informasi yang diperoleh dapat
saling melengkapi dan menyempurnakan.

B. Kepala Sekolah
1. Tugas Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, seorang
kepala sekolah haruslah orang yang profesional. Secara profesional seorang
kepala sekolah memiliki tugas-tugas sebagai berikut:
a. Kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan
sekolah yang dipimpinnya. Segala informasi yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus selalu terpantau oleh
kepala sekolah.
b. Kepala sekolah bertindak dan bertanggung jawab atas segala tindakan
yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru,

12
siswa, staf, dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung
jawab kepala sekolah.
c. Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus
mampu menghadapi berbagai persoalan. Dengan segala keterbatasan,
seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pendistribusian tugas
secara cepat serta dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara
kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah.
d. Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional. Kepala
sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis,
kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi. Serta harus dapat
melihat setiap tugas sebagai satu keseluruhan yang saling berkaitan.
e. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam
lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari
manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa
menimbulkan konflik. Untuk itu, kepala sekolah harus jadi penengah
dalam konflik tersebut.
f. Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat
membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan
kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat
berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat dikembangkan prinsip
jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, (2)
terbentuknya aliansi atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS,
BP3, komite sekolah, dan sebagainya; (3) terciptanya kerjasama
(cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas
dapat dilaksanakan.
g. Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam
berbagai forum pertemuan kepala sekolah adalah wakil
resmi dari sekolah yang dipimpinnya.
h. Kepala sekolah harus mampu mengambil keputusan-keputusan
sulit. Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa masalah.
Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari
persoalan dan kesulitan-kesulitan. Dan apabila terjadi kesulitan-
kesulitan, kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat
menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut (Wahjosumidjo, 2002: 97).

13
2. Peran Kepala Sekolah

Dalam menjalankan kepemimpinannya, selain harus tahu dan paham


tugasnya sebagai pemimpin, yang tak kalah penting dari itu
semua adalah seyogyanya kepala sekolah memahami dan mengetahui perannya.
Adapun peran kepala sekolah dalam menjalankan peranannya sebagai manajer
seperti yang diungkapkan oleh Wahjosumidjo (2002:90) adalah:

a. Peranan hubungan antar perseorangan;


b. Peranan informasional;
c. Sebagai pengambil keputusan.
Peranan hubungan antar perseorangan meliputi:
a. Figurehead yang berarti lambang dengan pengertian kepala sekolah
sebagai lambang sekolah;
b. Kepemimpinan (leadership) yang artinya kepala sekolah adalah
pemimpin yang harus mampu menggerakkan seluruh sumber daya yang
ada di sekolah sehingga dapat melahirkan etos kerja dan produktifitas
yang tinggi untuk mencapai tujuan;
c. Penghubung (liasion) yang artinya kepala sekolah menjadi penghubung
antara kepentingan sekolah dengan kepentingan lingkungan di luar
sekolah. Sedangkan secara internal kepala sekolah menjadi perantara
antara guru (pendidik), tenaga kependidikandan peserta didik (siswa).

Peranan informasional meliputi:


a. Kepala sekolah sebagai monitor, artinya kepala sekolah harus selalu
mengadakan pengamatan terhadap lingkungan karena kemungkinan
muncul informasi-informasi baru yang berpengaruh terhadap sekolah
yang dipimpinnya;
b. Kepala sekolah sebagai disseminator, artinya kepala sekolah
bertanggung jawab penuh untuk menyebarluaskan dan membagi-bagi
informasi kepada para guru (pendidik), tenaga kependidikan serta orang
tua siswa;
c. Kepala sekolah sebagai spokesman, artinya kepala sekolah memiliki
tugas menyebarkan informasi kepada lingkungan di luar sekolah yang
dianggap perlu.
Sedangkan yang berkaitan dengan peranan kepala sekolah sebagai pengambil
keputusan meliputi:

14
a. Enterpreneur, artinya kepala sekolah selalu berusaha memperbaiki
penampilan sekolah melalui berbagai macam ide dan gagasan pemikiran
berupa program-program yang baru serta melakukan survey untuk
mempelajari berbagai persoalan yang timbul di lingkungan sekolah;
b. Disturbance handler (orang yang memperhatikan gangguan), artinya kepala
sekolah harus mampu mengantisipasi gangguan yang timbul dengan
memperhatikan situasi dan ketepatan keputusan yang diambil;
c. A Resource Allocater (orang yang menyediakan segala sumber), artinya
kepala sekolah bertanggung jawab untuk menentukan dan meneliti siapa
yang akan memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan dan
harus didelegasikan;
d. A negotiator roles, artinya kepala sekolah harus mampu mengadakan
pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar dalam memenuhi kebutuhan
sekolah.

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan materi yang telah diuraikan dapat disimpulka bahwa :
1. Kata supervisi dapat didefinisikan menurut beberapa kategori. Secara
etimologis, supervisi berasal dari bahasa Inggrissupervision. Super berarti di
atas, sedangkan vision berarti pengelihatan/ melihat.Arti kata supervisi ini
tidak bisa dimaknai secara harafiah sebagai kegiatan melihat orang lain dari
atas, namun lebih kepada makna mengawasi orang lain yang dilakukan oleh
orang yang memiliki jabatan tinggi ke orang yang memiliki jabatan lebih
rendah. Tugas utama supervisor, yaitu Membantu guru mengerti dan
memahami para peserta didik.
2. Berdasarkan beberapa kajian terhadap pengertian dan hakikat supervise
diatas dapat disimpulkan bahwa supervise bertujuan mengembangkan iklim
yang kondusif dan lebigh baik dalam kegiatan mengajar. Dengan kata lain
tujuan supervise pengajaran adalah membantu dan memberikan kemudahan
kepada para guru untuk belajar bagaimana untuk meningkatkan kemampuan
mereka guna mewujudkan tujuan belajar peserta didik.
3. Supervisor hendaknya dapat memilih teknik-teknik supervisi yang
tepat, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.Teknik-teknik tersebut,
antara lain kunjungan dan observasi kelas, pembicaraan individual,
diskusi kelompok, demonstrasi mengajar, dan perpustakaan
profesional.
4. Secara profesional seorang kepala sekolah memiliki tugas-tugas. Kepala
sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah yang
dipimpinnya, segala informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah harus selalu terpantau oleh kepala sekolah, kepala
sekolah bertindak dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang
dilakukan oleh bawahan.
5. Peran kepala sekolah dibagi atas: Peranan hubungan antar perseorangan;
Peranan informasional; dan Sebagai pengambil keputusan.

16

You might also like