You are on page 1of 16

1.

Peran Pemerintah Kota Parepare Terkait Eksistensi Cakar di Kota

Parepare

Perkembangan zaman membawa perubahan dalam setiap aspek kehidupan

manusia. Begitupun dalam praktik jual-beli, satu diantaranya adalah praktik jual

beli barang bekas. Barang bekas telah menjadi permasalahan perekonomian setiap

negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Indonesia dirugikan mencapai hingga

triliunan karena banyaknya barang bekas dari negara lain yang masuk ke dalam

negeri. Pakaian ilegal ekspor impor itu disinyalir mampu merusak industri tekstil

tanah air selain juga dianggap membawa beberapa bakteri yang dapat

menimbulkan penyakit.

Impor pakaian dalam keadaan bekas telah dilarang dalam Keputusan

Menteri Perdagangan Nomor 28 Tahun 1982 Pasal 3 menyebutkan bahwa Barang-

Barang Impor harus dalam keadaan baru, pada pasal 47 ayat 1 Undang-Undang 7

Tahun 2014 tentang Perdagangan menyebutkan Setiap Importir wajib mengimpor

Barang dalam keadaan baru yang kemudian pada ayat 2 berbunyi dalam hal

tertentu Menteri dapat menetapkan Barang yang diimpor dalam keadaan tidak

baru dan dilanjut pada ayat 4 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan

Barang yang diimpor dalam keadaan tidak baru sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) diatur dengan Peraturan Menteri, kemudian terbitlah Paturan Menteri

Perdagangan Nomor 51 Tahun 2015 tentang Larangan Impor Pakaian Bekas.

Perdagangan pakaian impor bekas ini hampir tersebar di seluruh daerah di

Indonesia. Maraknya perdagangan pakaian bekas impor tidak saja membuat heboh

wilayah daerah ibu kota provinsi, melainkan juga terjadi di beberapa kotamadya
dan kabupaten. Salah satu sentra pasar pakaian bekas yang terkenal khususnya di

daerah Sulawesi Selatan adalah Kotamadya Parepare.

Meskipun telah ada aturan yang melarang praktik impor pakaian bekas,

faktanya masih banyak kita jumpai para pedagang pakaian bekas impor di pasar

maupun ruko-ruko seperti di Pasar Senggol Kota Parepare. Dikarenakan masih

banyaknya barang pakaian bekas impor yang ditemukan inilah, maka kami

melakukan wawancara kepada dinas terkait untuk mempertanyakan pelaksanaan

akan pengawasan dan upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah.

Ibu Rosmiati, S.Ag. yang menjabat sebagai Kepala Seksi Perdagangan dan

Barang Kebutuhan Pokok di Dinas Perdagangan Kota Parepare kami wawancarai

untuk mengkonfirmasi hal ini sekaligus mempertanyakan peran pemerintah Kota

terkait masih maraknya praktik jual beli pakaian bekas di Kota Parepare. Berikut

pernyataan beliau ketika ditanyakan tentang legalitas cakar di kota ini:

kalau cakar itu sekarang dek tidak ada mi naik di Parepare, maksudnya itu
tidak ada mi (cakar impor : red) masuk melalui kota Parepare. Ada cakar
disini kayaknya dari Sidrap ji. Sudah tidak dibolehkan mi kalau lewat
Parepare Karena ada surat edarannya Menteri Perdagangan.

Berdasarkan pernyataan Ibu Rosmiati bahwa cakar yang beredar di Kota

Parepare bukan lagi barang yang diselundupkan dari pelabuhan Parepare, tetapi

cakar yang dibeli oleh pedagang dari daerah lain, seperti dari Kabupaten Sidrap.

Hal ini terjadi ditengarai karena pengawasan Bea dan Cukai semakin meningkat

sehingga barang yang diselundupkan dari Parepare menjadi sulit untuk masuk.

Lebih lanjut, ketika ditanyakan upaya yang dilakukan pemerintah terkait

masih eksisnya cakar di Kota Parepare, Ibu Rosmiati menegaskan dalam

pernyataanya bahwa cakar yang ada di Parepare merupakan hasil dari


perdagangan dengan kota lain. Tidak ada lagi cakar impor yang beredar, karena

barang yang dijual diambil dari Sidrap atau Kendari lewat jalur darat, jadi

pemerintah tidak mengambil tindakan apapun terhadap pedagang pakaian bekas,

seperti dalam kutipan hasil wawancara berikut :

Impor cakar itu dilarang ya karena berdasarkan surat edaran dari Menteri
Perdagangan, tentang dilarangnya barang diimpor bukan dalam keadaan
baru. Kemudian cakar masih ada di sini, kan ceritanya bukan mi barang
impor ini, karena dia lewat darat semua, dia dari Sidrap, biasa dari Kendari
barang yang diperjualbelikan ini, jadi bukan mi barang impor. Surat
edaran itu barang impor, kan ini tidak diimpor. Makanya tidak ada
tindakan.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa pakaian bekas yang kini ada di

Kota Parepare bukan pakaian bekas yang diambil langsung dari importir

melainkan diambil dari pedagang daerah lain. Oleh karenanya dinas perdagangan

maupun aparat kepolisian tidak memiliki kewenangan untuk turun tangan

melakukan penindakan dan penertiban kepada penjual-penjual pakaian bekas atau

cakar di Kota Parepare, karena selama para penjual tersebut mempunyai izin

usaha maka pihak kepolisian tidak dapat melakukan penertiban terhadap pakaian

bekas atau cakar. Meski demikian, Ibu Rosmiati tetap mengakui bahwa cakar

yang beredar adalah cakar yang berasal dari luar negeri. Hanya saja, praktik

masuknya barang bekas di kota ini tidak melalui jalur perdagangan impor tetapi

perdaganganya antarpulau.

Jadi memang iyya, tetap impor, tapikan masuk di Parepare itu bukan mi
impor karena dia perdagangan antarpulau. Misalnya dia dari Nunukan ke
Kendari, kalau di Parepare tidak ada memang mi naik. Jadi biasanya dari
Kendari ke Parepare, dari Sidrap ke Parepare. Jadi tidak adami itu barang
impor langsung ke Parepare. Tapi itu aturannya Menteri Perdagangan
berlaku mi dek, cuma di Parepare begitumi kondisinya sekarang
perdagangan antar pulau ji. Maksudnya imporkan dari Luar Negeri
langsung ke sini. Tapi kan tidak, dia dari Nunukan atau misalkan kah
orang dari Sulawesi Tenggara ambil di Nunukan, baru di bawa mi ke
Parepare misalnya begitu, bukan langsung di Parepare intinya. Dia melalui
daerah-daerah lain baru masuk di Parepare.

Perdagangan antar pulau merupakan metode yang sering digunakan oleh

penadah-penadah untuk mengelabui aparat. Hal ini dilakukan agar barang bisa

tetap beredar di seluruh wilayah di Indonesia tanpa mendapat pengawasan oleh

Bea dan Cukai. Pakaian bekas atau cakar yang dikirim melalui antar pulau

wilayah NKRI tidak menjadi tanggung jawab Bea dan Cukai. Menurut pihak Bea

dan Cukai Parepare pada awalnya barang yang dikirim melalui antar pulau di

wilayah NKRI tetap menjadi tanggung jawab Bea dan Cukai untuk mengawasi

dan melakukan pemeriksaan. Tetapi saat ini peraturan mulai berubah, Bea

dan Cukai tidak memiliki tugas untuk melakukan pemeriksaan dan pengawasan

tersebut baik melalui pengiriman udara, darat dan laut.

Selanjutnya, ketika informan diberikan pertanyaan terkait keuntungan apa

yang didapat pemerintah Kota Parepare terkait keberadaan cakar di kota ini, Ibu

Rosmiati menjelaskan ;

ya kalau keuntungannya dari Parepare kan ya memang sudah dari dulumi


terkenal Parepare memang kota cakar kan. Sebelum ada edarannya, itu
saja orang sudah tau mi bahwa ada cakar di Parepare. Kalau masalah
retribusi tidak ada keuntungannya Parepare, karena sudah tidak ditarik mi
retribusi dari situ, PAD-nya maksdunya toh, tidak ada mi keuntungannya
dari masalah PAD
Meski demikian, adanya praktik jual beli pakaian bekas tidak bisa kita

pungkiri juga membawa dampak positif utamanya bagi masyarakat kelas

menengah dan kebawah baik sebagai penjual maupun sebagai konsumen. Praktik

jual beli ini memberi kesempatan kepada masyarakat yang kurang mampu untuk

memiliki barang atau pakaian luar negeri dengan harga yang murah serta kualias

bagus dan tentu masih layak pakai, oleh karena itu pakaian jenis ini masih jadi

primadona di kalangan masyarakat kita.


2.

Nama : Rosmiati S.Ag

TTL : Bojo, 6 Septemeber 1971

Alamat : Jalan Brimob No. 19

No. Hp : 081342445178

Jabatan : Kepala Seksi Perdagangan dan Barang Kebutuhan Pokok

1. Upaya apa yang telah dilakukan Pemerintah kota Parepare untuk

menegakkan aturan ini? Karena kan pernah mi dilarang ini cakar toh bu?

tapi masih tetap ji eksis sampai sekarang

: berdasarkan surat edaran dari Menteri Perdagangan, tentang dilarangnya

barang di impor bukian dalam keadaan baru. Kemudian masalah masih

adanya disini, kan ceritanya bukan mi barang impor ini, karena dia lewat

darat semua, dia dari Sidrap, biasa dari Kendari barang yang di

perjualbelikan ini, jadi bukan mi barang impor. Surat edaran itu barang

impor, kan ini tidak di impor

2. Observasiku sebelumnya ini but oh barangnya impor ji


: Tetap impor, tapikan masuk mi di Indonesia bukan mi impor, kan masuk

di Parepare itu bukan mi impor karena dia perdagangan antar pulau.

Misalnya dia dari nunukan ke kendari, kalau di Parepare tidak ada

memang mi naik. Jadi biasanya dari kendari ke Parepare, dari Sidrap ke

Parepare

3. Jadi tidak adami dari pelabuhan langsung di sini di?

: tidak adami

4. Jadi ini maksudnya bu aturannya pernah Pemerintah bu tidak diberlakukan

pi? Atau bagaimana?

: Berlaku mi itu dek, karena yang ada sekarang kan bukan impor,

perdagangan antar pulau ji. Yang maksudnya itu di impor dari Luar Negeri

langsungke sini. Tapi kan tidak, dia dari nunukan. Atau misalkan kah

orang dari Sulawesi Tenggara ambil di Nunukan, baru di bawa mi ke

Parepare misalnya begitu, bukan langsung di Parepare intinya. Dia melalui

daerah-daerah lain baru masuk di Parepare

5. Tapi disini tetap ji tidak ada pencegahannya Pemerintah?

: iye tidak ada ji dek, karena bukan ji impor. Itu saja intinya yang penting

bukanji barang impor dia barang antar pulau. Nah yang dilarang itu di

surat edaran barang impor

6. Adakah keuntuntungannya Kota Parepare atau ada kelebihannya karena

ada I cakar di kota Parepare? Misalkan dari wisatanya atau apanya?

: ya kalau keuntungannya dari Parepare kan ya memang sudah dari

dulumi terkenal Parepare memang kota cakar kan. Sebelum ada edarannya,
itu saja orang sudah tau mi bahwa ada cakar di Parepare. Kalau masalah

retribusi tidak ada keuntungannya Parepare, karena sudah tidak ditarik mi

retribusi dari situ, PADnya maksdunya toh, tidak ada mi keuntungannya

dari nmasalah PAD

7. Dinas-dinas apa saja yang terkait untuk menegakkan aturan cakar?

: Dinas Perdagangan ji
Wawancara dengan Bapak Parman (39) yang merupakan asisten Bapak

Amshar Chaniago di Lapak AULIA AWUL- AWUL jalan Diponegoro

Salatiga (Depan Kantor Pajak Salatiga) pada hari Kamis, 07 Juli 2016,

pukul 13.00 WIB.

Sudah berapa lama bapak membuka usaha ini? Kurang Lebih 6

tahun dek, eh tapi ini saya gak mau direkam- rekam ya dek. Cukup

ditulis aja.

Berapa modal awal Bapak membuka usaha ini? Dulu itu modalnya

sekitar 200 juta dek, tapi disini saya bukan sebaga pemilik. Saya

hanya ditugasi sebagai kaki tangan Bos saya. Bos saya asli orang

Bandung, paling kesini sebulan sekali dek.

Bapak memperoleh barang- barang ini dari mana? Barang jaya

ginikan datengnya dari Malaysia, Singapore, Taiwan, Hongkong,

Korea, Jepang. Tapi Bos biasanya order dari Tanah Abang, soalnya

banyak barang kaya begini disana. Inikan sebenarnya barang ilegal

dek, jadi harus pinter- pinter lihat kondisi.

Maksudnya kondisi apa pak? Barang kayak ginikan lewatnya

pelabuhan masuknya, terus ntar dipelabuhan kita kadang mesti

ngasih tips buat petugas biar enggak ngadu sama atasan.

Harga pakaian rata- rata berapa pak? Macem- macem ini dek, dari 5

ribu rupiah sampai ratusan ribu ada semua. Yang nyari baju kaya

gini juga banyak dek, dari anak muda sampai orang tua semua ada.

Pegawai negeri juga ada, jangan dikira mereka itu gak doyan baju
kaya gini dek.

Penghasilan perbulan berapa pak? Gak tentu, namanya orang dagang

kadang rame kadang sepi. Tapi ya paling enggak 3 sampai 10 juta

masuk dek.

Yang membuat pembeli tertarik membeli pakaian impor bekas apa

pak? Wah itu macem- macem, kalo anak muda ya biasanya pada

nyari mernya, kaya anak- anak motor, vespa, anak- anak club itu

biasanya nyari baju yang merk. Ini contohnya merk episk kalo

mereka suruh beli yang masih baru mana mampu. Terus kalo ibu-

ibu biasanya seneng nyari baju bekas gini soalnya harganya murah.

Bapak ambilnya dari sana hitunganya per apa pak? Kita ngambilnya

perbal dek, perbali itu isinya 100 kg. Harganya ya 4 sampai 7 jutaan

lah, tergantung dolar juga sih. Pusing juga sekarang dolar naik terus

harganya otomatis juga naik.

Mekanisme masuknya ke Kota Salatiga gimana ini pak? Ya itu tadi,

dari Sumatera ke Tanah Abang, ntar di Pelabuhan kucing- kucingan

dulu sama petugas biar gak ketahuan. Kalo petugasnya gampangan

ya tinggal kasih uang aja udah diem mereka, terus ntar baju itu di

bawa ke Tanah Abang baru dah dianter ke sini sama sopir sekalin
keneknya. Jangan salah ya dek, usaha ini ada surat izinya. Itu kalo

pengen lihat ada di sebelah situ.

Kok bisa sih pak ada surat izinya? Wah kalo itu yang bisa jawab

cuma si Bos dek.

Terus, usaha seperti ini itu ada organisasinya gak sih pak? Setauku

sih gak ada dek, tapi gak tau juga itu urusan Bos.

2. Wawancara dengan Bapak Sugiyanto (57) yang merupakan pemilik Lapak

BERKAH FASHION jalan Bangau No. 16 Salatiga (Depan Puskesmas

Mangunsari Salatiga) pada hari Kamis, 07 Juli 2016, pukul 14.00 WIB.

Sudah berapa lama bapak membuka usaha ini? Wah sudah lama

mbak, kurang lebih 15 tahunan sampai sekarang.

Modal awal untuk membuka usaha ini berapa pak? Lupa ek mbak

modalnya berapa, soalnya udah lama banget ini.

Kendala bapak dalam membuka usaha ini apa? Tidak ada sih

mbak, saya buka pake modal sendiri gak utang di bank atau orang.

jadi ya kendala tidak ada.

Biasanya Bapak ambil barang ini dari mana? Ambil dari Bandung

mbak, ntar saya sms atau telfon terus nanti baranya di anter Dakota

ke sini. Maklum mbak orang tua bisanya juga sms sama telfon saja,

kalo pakai hp yang kaya jaman sekarang gak bisa saya.

Harga perbal biasanya berapa pak? Satu balnya itu 3 sampai 4 juta

mbak, tergantung mintanya kita apa.

Keuntungan perbulan berapa Pak? Gak mesti mbak, kadang rame


kadang juga sepi soalnya.

3. Wawancara dengan Bapak Azhari (40) yang berjualan pakaian impor bekas

di Pasar Raya II Salatiga, pada hari Kamis, 07 Juli 2016, pukul 15.00 WIB.

Sudah berapa lama Bapak membuka usaha ini? Sudah 3 tahunan

mbak. Baru aja kok ini usahanya,

Penghasilan Bapak berapa perharinya? Wah itu ya tergantung yang

beli, kadang 200 ribu samapi 500 ribu kadang juga sepi gak ada

yang beli.

Mengapa Bapak lebih memilih membuka usaha jual beli pakaian

bekas seperti ini? Lha soalnya modalnya gak mahal mbak, saya kalo

suruh buka kios baju baru mana bisa. Mending jualan baju setengah

pakai gini.

Darimana Bapak memperoleh pakaian bekas ini? Dari Makelar

mbak, tapi rahasia siapa makelarnya. Saya gak mau kasih tau, ini

juga saya belinya perkarung mbk. Harganya 2juta sampai 4 juta.

4. Wawancara dengan Bapak Martin (59) yang merupakan pemilik Lapak jalan

veteran Salatiga (Depan RSUD Salatiga) pada hari Sabtu, 27 Agustus

2016, pukul 14.00 WIB.

Sudah berapa lama Bapak membuka usaha ini? Sudah lima tahunan
dek.

Modal awalnya berapa Pak ini? Modalnya 70 juta, itu udah sama

sewa tempat disini. Saya bukanya siang dek, paling jam 1 siang

soalnya gini ini ramenya kalo pas sore. Banyak anak- anak kuliah

pada ke sini nyari baju yang kaya gini ini (menunjuk salah satu

kemeja).

Ow, yang datang tapi gak hanya anak- anak muda aja to pak? Ya

enggak dek, kadang ada Bapak- bapak, Ibu- Ibu. Ni kalo Bapak-

bapak sukanya nyari kaya gini ini ( menunjuk jas), itu mahasiswa

yang cakep- cakep kalo beli kadang samapi 20 baju dek, katanya

mau dijual lagi sama temnenya di kampus. Coba deh ke sini sore,

mesti ntar ketemu mahasiswa cakep- cakep nyari baju disini.

Harganya berapa ini pak? Ada yang 20 ribu, 25 ribu, 50 ribu, 100

ribu semua ada. Ini barangnya beda sama yang di shoping dek,

jahitanya ini bagus, kainya kalo dipakai juga adem. Jadi harganya

lebih mahalah sama yang disana, kalo sana kan baju- baju dines

yang udah gak dipakai.

Barangnya ini dapet dari mana Pak? Dari Batam ini, Tanjung Balai.

Taukan dek, kalo lihat di TV pasti taulah. Soalnya disana deket sama

Malaysia dek, ini kan barang dari Malaysia, Singapore, Taiwan,

Korea, sama Jepang.

Terus, masuknya ke Jawa gimana Pak? Ya ntar kan barangnya di

oper dulu ke Kediri, biar gak ketahuan petugas. Soalnya ini kan
dilarang dek, nanti saya ambilnya dari Kediri. Biasanya ke sini

diamter sama paket dek.

Hla nanti kalo ketahuan disini gimana Pak? O, ya enggak to dek kalo

udah sampai sini aman. Soalnya banyak tengkulaknya disini, terus

gak cuma di Salatiga aja ini. Di Boyolali, Solo, Semarang juga

banyak yang jual baju bekas kaya gini.

Usaha seperti ini juga ada organisasinya Pak? Jelas ada dek, cuman

itu rahasia. Ketuanya ada, tapi itu privasi dek.

Harga perbalnya berapa ini Pak? Harganya 4 juta, 5 juta, 7 juta.

Macem- macem dek, hla itu yang disitu barang datang semua, belum

sempat saya rapikan lagi (menunjuk pakaian yang masih ada dalam

karung).

WAWANCARA DENGAN PEMBELI PAKAIAN IMPOR

BEKAS DI KOTA SALATIGA


1. Wawancara dengan Bambang (17), tempat wawancara Jalan Diponegoro

Salatiga (Depan Kantor Pajak Salatiga) pada hari Kamis, 7 Juli 2016, pukul

13.30 WIB.

Kenapa kok seneng beli pakaian bekas Mas? Soalnya harganya

murah mbak, maklum anak sekolah. Terus ini merknya juga

terkenal- terkenal. Lagian beli kaya gini udah biasa mbak, temen-

temenku juga banyak kok yang beli.

Terus ini nanti dicuci lagi dek? Iya to mbak, tinggal dicuci terus

dikasih pewangi kan udah kaya baru lagi.

2. Wawancara dengan Maryati (45), tempat wawancara di Jalan Muwardi

Salatiga pada hari Kamis, 7 Juli 2016, pukul 14.45 WIB.

Sudah sering beli pakaian seperti ini ya bu? Iya mbak, soalnya

harganya murah- murah. kalo beli yang ditoko 50 ribu paling dapet

1 tapi kalo disini dapet macem- macem mbak.

Ibu beli ini untuk siapa? Ini buat anak saya Mbak, saya sering beli

buat keluarga disini. Nanti tinggal dicuci lagi dirumah, kan udah

kaya baru lagi Mbak.

3. Wawancara dengan Mbah Sapto (60), tempat wawancara di Jalan

Diponegoro Salatiga (Depan Kantor Pajak Kota Salatiga) pada hari Kamis,

7 Juli 2016 pukul 13.30 WIB.

Kenapa pak kok suka beli pakaian disini? Modelnya bagus- bagus

dek, harganya juga murah. Saya kalo nyari jas juga disini dek,
soalnya kalo yang baru harganya mahal- mahal.

4. Wawancara dengan Wahyu (20) yang merupakan pembeli, tempat

wawancara di Jalan Veteran Salatiga (Depan RSUD Kota Salatiga) pada

hari, Sabtu 27 Agustus 2016 pukul 14.00 WIB.

Kenapa kok sering beli pakaian disini Mas? Modeknya bagus-

bagus ini mbak. Merknya juga terkenal, terus kualitasnya juga

masih bagus ini.

Kok belinya banyak ini Mas? Mau di jual lagi ini Mbak ke temen-

temen dikampus. Kan lumayan hasilnya.

You might also like