Professional Documents
Culture Documents
Parepare
manusia. Begitupun dalam praktik jual-beli, satu diantaranya adalah praktik jual
beli barang bekas. Barang bekas telah menjadi permasalahan perekonomian setiap
triliunan karena banyaknya barang bekas dari negara lain yang masuk ke dalam
negeri. Pakaian ilegal ekspor impor itu disinyalir mampu merusak industri tekstil
tanah air selain juga dianggap membawa beberapa bakteri yang dapat
menimbulkan penyakit.
Barang Impor harus dalam keadaan baru, pada pasal 47 ayat 1 Undang-Undang 7
Barang dalam keadaan baru yang kemudian pada ayat 2 berbunyi dalam hal
tertentu Menteri dapat menetapkan Barang yang diimpor dalam keadaan tidak
baru dan dilanjut pada ayat 4 berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan
Barang yang diimpor dalam keadaan tidak baru sebagaimana dimaksud pada ayat
Indonesia. Maraknya perdagangan pakaian bekas impor tidak saja membuat heboh
wilayah daerah ibu kota provinsi, melainkan juga terjadi di beberapa kotamadya
dan kabupaten. Salah satu sentra pasar pakaian bekas yang terkenal khususnya di
Meskipun telah ada aturan yang melarang praktik impor pakaian bekas,
faktanya masih banyak kita jumpai para pedagang pakaian bekas impor di pasar
banyaknya barang pakaian bekas impor yang ditemukan inilah, maka kami
Ibu Rosmiati, S.Ag. yang menjabat sebagai Kepala Seksi Perdagangan dan
terkait masih maraknya praktik jual beli pakaian bekas di Kota Parepare. Berikut
kalau cakar itu sekarang dek tidak ada mi naik di Parepare, maksudnya itu
tidak ada mi (cakar impor : red) masuk melalui kota Parepare. Ada cakar
disini kayaknya dari Sidrap ji. Sudah tidak dibolehkan mi kalau lewat
Parepare Karena ada surat edarannya Menteri Perdagangan.
Parepare bukan lagi barang yang diselundupkan dari pelabuhan Parepare, tetapi
cakar yang dibeli oleh pedagang dari daerah lain, seperti dari Kabupaten Sidrap.
Hal ini terjadi ditengarai karena pengawasan Bea dan Cukai semakin meningkat
sehingga barang yang diselundupkan dari Parepare menjadi sulit untuk masuk.
barang yang dijual diambil dari Sidrap atau Kendari lewat jalur darat, jadi
Impor cakar itu dilarang ya karena berdasarkan surat edaran dari Menteri
Perdagangan, tentang dilarangnya barang diimpor bukan dalam keadaan
baru. Kemudian cakar masih ada di sini, kan ceritanya bukan mi barang
impor ini, karena dia lewat darat semua, dia dari Sidrap, biasa dari Kendari
barang yang diperjualbelikan ini, jadi bukan mi barang impor. Surat
edaran itu barang impor, kan ini tidak diimpor. Makanya tidak ada
tindakan.
Kota Parepare bukan pakaian bekas yang diambil langsung dari importir
melainkan diambil dari pedagang daerah lain. Oleh karenanya dinas perdagangan
cakar di Kota Parepare, karena selama para penjual tersebut mempunyai izin
usaha maka pihak kepolisian tidak dapat melakukan penertiban terhadap pakaian
bekas atau cakar. Meski demikian, Ibu Rosmiati tetap mengakui bahwa cakar
yang beredar adalah cakar yang berasal dari luar negeri. Hanya saja, praktik
masuknya barang bekas di kota ini tidak melalui jalur perdagangan impor tetapi
perdaganganya antarpulau.
Jadi memang iyya, tetap impor, tapikan masuk di Parepare itu bukan mi
impor karena dia perdagangan antarpulau. Misalnya dia dari Nunukan ke
Kendari, kalau di Parepare tidak ada memang mi naik. Jadi biasanya dari
Kendari ke Parepare, dari Sidrap ke Parepare. Jadi tidak adami itu barang
impor langsung ke Parepare. Tapi itu aturannya Menteri Perdagangan
berlaku mi dek, cuma di Parepare begitumi kondisinya sekarang
perdagangan antar pulau ji. Maksudnya imporkan dari Luar Negeri
langsung ke sini. Tapi kan tidak, dia dari Nunukan atau misalkan kah
orang dari Sulawesi Tenggara ambil di Nunukan, baru di bawa mi ke
Parepare misalnya begitu, bukan langsung di Parepare intinya. Dia melalui
daerah-daerah lain baru masuk di Parepare.
penadah-penadah untuk mengelabui aparat. Hal ini dilakukan agar barang bisa
Bea dan Cukai. Pakaian bekas atau cakar yang dikirim melalui antar pulau
wilayah NKRI tidak menjadi tanggung jawab Bea dan Cukai. Menurut pihak Bea
dan Cukai Parepare pada awalnya barang yang dikirim melalui antar pulau di
wilayah NKRI tetap menjadi tanggung jawab Bea dan Cukai untuk mengawasi
dan melakukan pemeriksaan. Tetapi saat ini peraturan mulai berubah, Bea
dan Cukai tidak memiliki tugas untuk melakukan pemeriksaan dan pengawasan
yang didapat pemerintah Kota Parepare terkait keberadaan cakar di kota ini, Ibu
Rosmiati menjelaskan ;
menengah dan kebawah baik sebagai penjual maupun sebagai konsumen. Praktik
jual beli ini memberi kesempatan kepada masyarakat yang kurang mampu untuk
memiliki barang atau pakaian luar negeri dengan harga yang murah serta kualias
bagus dan tentu masih layak pakai, oleh karena itu pakaian jenis ini masih jadi
No. Hp : 081342445178
menegakkan aturan ini? Karena kan pernah mi dilarang ini cakar toh bu?
adanya disini, kan ceritanya bukan mi barang impor ini, karena dia lewat
darat semua, dia dari Sidrap, biasa dari Kendari barang yang di
perjualbelikan ini, jadi bukan mi barang impor. Surat edaran itu barang
Parepare
: tidak adami
: Berlaku mi itu dek, karena yang ada sekarang kan bukan impor,
perdagangan antar pulau ji. Yang maksudnya itu di impor dari Luar Negeri
langsungke sini. Tapi kan tidak, dia dari nunukan. Atau misalkan kah
: iye tidak ada ji dek, karena bukan ji impor. Itu saja intinya yang penting
bukanji barang impor dia barang antar pulau. Nah yang dilarang itu di
dulumi terkenal Parepare memang kota cakar kan. Sebelum ada edarannya,
itu saja orang sudah tau mi bahwa ada cakar di Parepare. Kalau masalah
: Dinas Perdagangan ji
Wawancara dengan Bapak Parman (39) yang merupakan asisten Bapak
Salatiga (Depan Kantor Pajak Salatiga) pada hari Kamis, 07 Juli 2016,
tahun dek, eh tapi ini saya gak mau direkam- rekam ya dek. Cukup
ditulis aja.
Berapa modal awal Bapak membuka usaha ini? Dulu itu modalnya
sekitar 200 juta dek, tapi disini saya bukan sebaga pemilik. Saya
hanya ditugasi sebagai kaki tangan Bos saya. Bos saya asli orang
Korea, Jepang. Tapi Bos biasanya order dari Tanah Abang, soalnya
Harga pakaian rata- rata berapa pak? Macem- macem ini dek, dari 5
ribu rupiah sampai ratusan ribu ada semua. Yang nyari baju kaya
gini juga banyak dek, dari anak muda sampai orang tua semua ada.
Pegawai negeri juga ada, jangan dikira mereka itu gak doyan baju
kaya gini dek.
masuk dek.
pak? Wah itu macem- macem, kalo anak muda ya biasanya pada
nyari mernya, kaya anak- anak motor, vespa, anak- anak club itu
biasanya nyari baju yang merk. Ini contohnya merk episk kalo
mereka suruh beli yang masih baru mana mampu. Terus kalo ibu-
ibu biasanya seneng nyari baju bekas gini soalnya harganya murah.
Bapak ambilnya dari sana hitunganya per apa pak? Kita ngambilnya
perbal dek, perbali itu isinya 100 kg. Harganya ya 4 sampai 7 jutaan
lah, tergantung dolar juga sih. Pusing juga sekarang dolar naik terus
ya tinggal kasih uang aja udah diem mereka, terus ntar baju itu di
bawa ke Tanah Abang baru dah dianter ke sini sama sopir sekalin
keneknya. Jangan salah ya dek, usaha ini ada surat izinya. Itu kalo
Kok bisa sih pak ada surat izinya? Wah kalo itu yang bisa jawab
Terus, usaha seperti ini itu ada organisasinya gak sih pak? Setauku
sih gak ada dek, tapi gak tau juga itu urusan Bos.
Mangunsari Salatiga) pada hari Kamis, 07 Juli 2016, pukul 14.00 WIB.
Sudah berapa lama bapak membuka usaha ini? Wah sudah lama
Modal awal untuk membuka usaha ini berapa pak? Lupa ek mbak
Kendala bapak dalam membuka usaha ini apa? Tidak ada sih
mbak, saya buka pake modal sendiri gak utang di bank atau orang.
Biasanya Bapak ambil barang ini dari mana? Ambil dari Bandung
mbak, ntar saya sms atau telfon terus nanti baranya di anter Dakota
ke sini. Maklum mbak orang tua bisanya juga sms sama telfon saja,
Harga perbal biasanya berapa pak? Satu balnya itu 3 sampai 4 juta
3. Wawancara dengan Bapak Azhari (40) yang berjualan pakaian impor bekas
di Pasar Raya II Salatiga, pada hari Kamis, 07 Juli 2016, pukul 15.00 WIB.
beli, kadang 200 ribu samapi 500 ribu kadang juga sepi gak ada
yang beli.
bekas seperti ini? Lha soalnya modalnya gak mahal mbak, saya kalo
suruh buka kios baju baru mana bisa. Mending jualan baju setengah
pakai gini.
mbak, tapi rahasia siapa makelarnya. Saya gak mau kasih tau, ini
4. Wawancara dengan Bapak Martin (59) yang merupakan pemilik Lapak jalan
Sudah berapa lama Bapak membuka usaha ini? Sudah lima tahunan
dek.
Modal awalnya berapa Pak ini? Modalnya 70 juta, itu udah sama
sewa tempat disini. Saya bukanya siang dek, paling jam 1 siang
soalnya gini ini ramenya kalo pas sore. Banyak anak- anak kuliah
pada ke sini nyari baju yang kaya gini ini (menunjuk salah satu
kemeja).
Ow, yang datang tapi gak hanya anak- anak muda aja to pak? Ya
enggak dek, kadang ada Bapak- bapak, Ibu- Ibu. Ni kalo Bapak-
bapak sukanya nyari kaya gini ini ( menunjuk jas), itu mahasiswa
yang cakep- cakep kalo beli kadang samapi 20 baju dek, katanya
mau dijual lagi sama temnenya di kampus. Coba deh ke sini sore,
Harganya berapa ini pak? Ada yang 20 ribu, 25 ribu, 50 ribu, 100
ribu semua ada. Ini barangnya beda sama yang di shoping dek,
jahitanya ini bagus, kainya kalo dipakai juga adem. Jadi harganya
lebih mahalah sama yang disana, kalo sana kan baju- baju dines
Barangnya ini dapet dari mana Pak? Dari Batam ini, Tanjung Balai.
Taukan dek, kalo lihat di TV pasti taulah. Soalnya disana deket sama
oper dulu ke Kediri, biar gak ketahuan petugas. Soalnya ini kan
dilarang dek, nanti saya ambilnya dari Kediri. Biasanya ke sini
Hla nanti kalo ketahuan disini gimana Pak? O, ya enggak to dek kalo
Usaha seperti ini juga ada organisasinya Pak? Jelas ada dek, cuman
Macem- macem dek, hla itu yang disitu barang datang semua, belum
sempat saya rapikan lagi (menunjuk pakaian yang masih ada dalam
karung).
Salatiga (Depan Kantor Pajak Salatiga) pada hari Kamis, 7 Juli 2016, pukul
13.30 WIB.
terkenal- terkenal. Lagian beli kaya gini udah biasa mbak, temen-
Terus ini nanti dicuci lagi dek? Iya to mbak, tinggal dicuci terus
Sudah sering beli pakaian seperti ini ya bu? Iya mbak, soalnya
harganya murah- murah. kalo beli yang ditoko 50 ribu paling dapet
Ibu beli ini untuk siapa? Ini buat anak saya Mbak, saya sering beli
buat keluarga disini. Nanti tinggal dicuci lagi dirumah, kan udah
Diponegoro Salatiga (Depan Kantor Pajak Kota Salatiga) pada hari Kamis,
Kenapa pak kok suka beli pakaian disini? Modelnya bagus- bagus
dek, harganya juga murah. Saya kalo nyari jas juga disini dek,
soalnya kalo yang baru harganya mahal- mahal.
Kok belinya banyak ini Mas? Mau di jual lagi ini Mbak ke temen-