You are on page 1of 21

PENGISIAN SIGN IN DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN SAFE

SURGERY DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA II


SIGN IN COMPLETING IN IMPROVING COMPLIANCE
SAFE SURGERY IN PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA UNIT II HOSPITAL

Andri Firman Saputra, Elsye Maria Rosa


Program studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183
Email: elsyemariarosa@yahoo.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Komplikasi dan kematian akibat pembedahan menjadi
salah satu masalah kesehatan global. WHO memperkirakan sedikitnya ada
setengah juta kematian akibat pembedahan yang sebenarnya bisa dicegah.
Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan bedah diantaranya dengan
cara menggunakan Surgical Safety Checklist yang dibuat oleh WHO.
Kepatuhan akan penggunaan checklist ini diantaranya bisa meningkatkan
angka safe surgery, mencegah terjadinya operasi salah sisi ataupun kejadian
nyaris cidera.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan
action research. Populasi penelitian ini adalah semua dokter dan perawat
anestesi. Jumlah sampel 6 orang. Data dikumpulkan dengan cara observasi
lembar Surgical Safety Checklist: Sign In RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Unit II selama 3 siklus observasi.
Hasil dan Pembahasan: Hasil observasi pada siklus pertama hingga ketiga
menunjukkan bahwa seluruh perawat anestesi tidak patuh (100%) dalam
mengisi Surgical Safety Checklist: Sign In. Hasil dari respon setiap siklus dan
wawancara terstruktur dengan dokter anestesi menunjukkan bahwa perawat
masih bingung cara menggunakan checklist, checklist belum menjadi
kebutuhan, budaya patient safety masih minim, kualitas SDM kurang, belum
adanya mekanisme pengawasan dan kurangnya sosialisasi Surgical Safety
Checklist ini yang mempengaruhi ketidakpatuhan perawat untuk mengisi
Sign In.
Kesimpulan dan Saran: Pengisian Sign In di Instalasi Bedah Sentral RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II tidak patuh, karena masih didapatkannya
gelang identitas yang belum dipasang pada pasien yang akan dioperasi dan
pemberian tanda lokasi operasi yang jarang dilakukan. Saran kepada rumah
sakit untuk membuat Standar Operasional Prosedur (SPO),
mensosialisasikan SPO secara berkala, membuat in-house training,
meningkatkan komitmen dokter dan perawat, membuat sistem pengawasan,
membuat sistem reward dan punishment.

Kata Kunci: Sign In, Kepatuhan Safe Surge


1
ABSTRACT

Background: Complications and deaths due to surgery become one of the


global health problems. World Health Organization estimates that at least half
a million deaths due to preventable surgical. An effort to improve the quality of
surgical services including the Surgical Safety Checklist to use made by World
Health Organization. Compliance to use this surgery checklist which is can
increase the number of safe surgery, reduce the wrong site surgery and
nearmiss.
Method: This research is a qualitative action research design. The study
population was all the doctors and nurse anesthetist. Number of samples 6
people. The data is collected by observation sheet Surgical Safety Checklist: Sign
In RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II for 3 cycles of observation.
Result and Discussion: The results of observations on the first to the third
cycle shows that all disobeying nurse anesthetist (100%) the Surgical Safety
Checklist to fill: Sign In. The results of the response every cycle and a structured
interview with the anesthesiologist showed that nurses are still confused how to
use the checklist, the checklist has not been a necessity, the culture of patient
safety is still minimal, lack quality of human resources, lack of supervision and
lack of socialization mechanisms Surgical Safety Checklist noncompliance that
influence nurses Sign In to to fill.
Conclusion: Completing Sign In in the installation of surgery center in PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Hospital is noncompliance, because they
still havent got the identity bracelet mounted on a patient who will be
operating and marking the location of a rare surgery. Advice to hospital are to
create a Standard Operating Procedure (SOP), SOP socialize regularly, make in-
house training, increase the commitment of doctors and nurses, create a
surveillance system, create a system of reward and punishment.

Keywords: Sign In, Compliance Safe Surgery

2
PENDAHULUAN dari setengah anggotanya telah
Patient safety di rumah menyatakan komitmennya
sakit merupakan suatu kebutuhan. terhadap program patient safety.
Patient safety dewasa ini telah Patient safety harus
menjadi isu yang hangat melibatkan sistem operasional dan
diperbincangkan di berbagai proses pelayanan yang
negara. Isu ini berkembang karena meminimalkan kemungkinan
masih banyaknya kejadian tidak terjadinya adverse event / error
diharapkan (KTD) dan kejadian dan memaksimalkan langkah-
nyaris cidera (KNC) masih sering langkah penanganan bila error
terjadi di rumah sakit. KTD dan telah terjadi. Isu patient safety
KNC merupakan kejadian yang merupakan salah satu isu utama
masih cukup tinggi terjadi di dalam pelayanan kesehatan.
rumah sakit. Pada tahun 1999 Patient safety merupakan sesuatu
Institute of Medicine (IOM) yang jauh lebih penting daripada
melaporkan sebanyak 44.000 sekedar efisiensi pelayanan.
sampai 98.000 orang meninggal Berbagai resiko akibat tindakan
setiap tahunnya di rumah sakit medik dapat terjadi sebagai bagian
karena kesalahan medis. utama dari pelaksanaan konsep
Melihat permasalahan patient safety. Di Indonesia,
diatas, WHO pada pertemuan ke- program keselamatan pasien
55 pada bulan Mei 2002 dicanangkan pada tahun 2005, dan
mengeluarkan sebuah resolusi terus berkembang menjadi isu
World Health Assembly 55 utama pelayanan medis di
(WHA55), resolusi ini mendorong Indonesia.
setiap negara anggotanya untuk Di Indonesia patient safety
memberikan perhatian kepada telah diatur dalam UU No. 44
keselamatan pasien. Resolusi ini tahun 2009 pasal 43 tentang
mendapat dukungan yang kuat, rumah sakit, dimana rumah sakit
terbukti pada tahun 2004 lebih wajib menerapkan standar

3
keselamatan pasien (Depkes, sebesar 63,6%, penurunan angka
2009).4 Penerbitan undang- kematian di rumah sakit akibat
undang dan penetapan kebijakan operasi dari 3,7% menjadi 1,4%
meupakan usaha melindungi angka Infeksi Luka Operasi (ILO)
pasien dan mencegah adanya turun dari 11,2% menjadi 6,6%
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan kehilangan darah lebih dari
dan apabila terjadi dipastikan 500 ml turun dari 20,2% menjadi
bahwa terdapat prosedur 13,2%.5
pelaporan, analisa dan aturan WHO menjelaskan bahwa
pemecahan masalah sebagai upaya surgical safety checklist di kamar
menurunkan angka kejadian tidak bedah digunakan melalui 3 tahap,
diinginkan. Kepedulian terhadap masing-masing sesuai dengan alur
patient safety juga diwujudkan waktunya yaitu saat sebelum
dengan pembentukan Komite induksi anestesi (Sign In), sebelum
Keselamatan Pasien Rumah Sakit dilakukan insisi kulit (Time Out)
(KKP-RS) oleh Perhimpunan dan sebelum mengeluarkan pasien
Rumah Sakit Seluruh Indonesia dari kamar operasi (Sign Out).
(PERSI) pada tanggal 1 Juni 2005. Surgical Safety Checklist tersebut
Selanjutnya Gerakan Keselamatan sudah baku dari WHO yang
Pasien Rumah Sakit kemudian merupakan alat komunikasi
dicanangkan oleh Mentri praktis dan sederhana dalam
Kesehatan pada Seminar Nasional memastikan keselamatan pasien
PERSI pada tanggal 21 Agustus dalam tahap preoperatif,
2005, di Jakarta Convention Center. intraoperatif dan paskaoperatif.6
Berdasarkan studi Belum ada data yang lengkap
implementasi, WHO Surgical Safety tentang angka kematian dan
Checklist pasca ujicoba yang komplikasi pembedahan di
dilakukan di delapan rumah sakit Indonesia. Demikian pula belum
yang sama didapatkan penurunan ada data lengkap tentang praktek
komplikasi pada operasi darurat keselamatan pasien (patient

4
safety) pada tindakan pembedahan penerapan surgical safety checklist
di Indonesia. sering terlewat dan juga belum
Berdasarkan survei adanya pelatihan mengenai patient
pendahuluan yang dilakukan di safety di IBS dan penggunaan
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah surgical safety checklist itu sendiri.
Yogyakarta Unit II, didapatkan Berdasarkan latar
bahwa Surgical Safety Checklist belakang yang telah diuraikan di
sudah tersedia di Instalasi Bedah atas, peneliti tertarik untuk
Sentral (IBS), sedangkan melakukan penelitian dengan judul
penggunaannya checklist sendiri Pengisian Sign In Dalam
belum rutin. Berdasarkan Meningkatkan Kepatuhan Safe
wawancara dengan koordinator Surgery di Rumah Sakit PKU
Patient Safety di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II II.
mengatakan bahwa pelaksanaan BAHAN DAN CARA
surgical safety checklist di Instalasi Jenis penelitian ini
Bedah Sentral (IBS) rumah sakit merupakan jenis penelitian
PKU Muhammadiyah Yogyakarta kualitatif dengan rancangan action
Unit II dimulai sejak bulan maret research penerapan pengisian
2013 lalu, surgical safety checklist Surgery Safety Checklist khususnya
yang digunakan mengacu pada kolom Sign In di instalasi bedah
surgical safety checklist buatan sentral RS. PKU Muhammadiyah
WHO. Koordinator surgical safety Yogyakarta Unit II. Dalam
checklist adalah perawat bedah penelitian ini peneliti membaginya
atau anestesi yang mengikuti menjadi 3 siklus (siklus I, II dan
operasi tersebut. Selama III).
penerapan surgical safety checklist
di IBS kendala yang sering terjadi
jika ada operasi yang bersamaan

5
Tabel 1. alur jalannya penelitian dalam 3 siklus
Siklus I Siklus II Siklus III
Perencanaan Menilai pengisian Menilai pengisian Menilai pengisian
checklist checklist dan pelatihan checklist
SSC
Aksi Observasi dan - Observasi dan Observasi
wawancara wawancara
- Edukasi surgical
safety checklist,
pengisian lembar
pretest dan posttest,
observasi
Observasi Sebelum operasi Sebelum operasi Sebelum operasi
dimulai dimulai dimulai
Refleksi Jumlah operasi yang Respon dari peserta Jumlah operasi
menggunakan terkait pelaksanaan yang menggunakan
checklist surgical safety checklist checklist.
selama ini

Populasi penelitian ini kedalam bahasa Indonesia. SSC ini


adalah semua dokter anestesi dan dibagi dalam tiga tahapan, sebelum
perawat anestesi yang bekerja di induksi (Sign In), sebelum insisi
instalasi bedah sentral RS. PKU kulit (Time Out), dan sebelum
Muhammadiyah Yogyakarta Unit pasien meninggalkan kamar
II. Dengan sampel penelitian ini operasi (Sign Out). Ketiga fase ini
adalah dokter anestesi yang wajib di isi untuk meningkatkan
berjumlah 4 orang dan 2 orang budaya safe surgery. Dalam 3
perawat anestesi yang bertugas di siklus penelitian ini ada 15 operasi
instalasi bedah sentral RS. PKU yang peneliti nilai. Semua poin
Muhammadiyah Yogyakarta Unit pada checklist ini harus diisi sesuai
II. dengan waktunya misalkan
Instrumen yang digunakan pengisian checklist Sign In
untuk pengambilan data dalam dilakukan sebelum induksi, jika
penelitian ini oleh peneliti adalah tidak maka poin 0 atau sama
1). Surgical Safety Checklist (SSC) dengan tidak dilakukan, jika diisi
WHO yang sudah diterjemahkan mendapatkan poin 1 dan jika tidak

6
mendapatkan poin 0. Ada 10 poin triangulasi metode, triangulasi
yang harus di isi pada SSC; Sign In data atau analisis.
ini, dikatakan patuh jika semua HASIL
poinnya terisi (100%). 2). Lembar RS PKU Muhammadiyah
penilaian pemahaman pretest dan Yogyakarta Unit II merupakan
posttest, soal pretest dan posttest pengembangan dari RS PKU
ini diisi oleh perawat anestesi, Muhammadiyah Yogyakarta, Jl.
pertanyaan pre-posttest ini sama Ahmad Dahlan 20 Yogyakarta.
dan diberikan sebelum dan Sejarah RS PKU Muhammadiyah
sesudah dilakukannya edukasi. Unit II tidak bisa lepas dari sejarah
Terdapat 5 pertanyaan pada berdirinya RS PKU
lembar pretest dan posttest jika Muhammadiyah Yogyakarta, Jl.
benar mendapatkan poin 1 dan Ahmad Dahlan 20 Yogyakarta.
jika salah mendapatkan poin 0. 3). Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Panduan wawancara, wawancara Yogyakarta Unit II yang terletak di
terstruktur ini ditujukan kepada Jl. Wates KM 5,5 ini masih satu
dokter spesialis anestesi, manajemen dengan Rumah Sakit
pertanyaan dalam wawancara ini PKU Muhammadiyah Yogyakarta
seputar penggunaan SSC, yang beralamat di Jl. KH. Dahlan
hambatan dan saran untuk No. 20 Yogyakarta. RS PKU
perbaikan SSC yang sudah ada. Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
Tahapan-tahapan analisis mulai beroperasi pada tanggal 15
data pada penelitian ini adalah: Februari 2009.
organisasi data, koding, analisis Falsafah RS PKU
dan interpretasi. Pada penelitian Muhammadiyah adalah
ini juga dilakukan teknik perwujudan dari amal shalih
pemeriksaan data yang sebagai sarana ibadah yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dilandasi iman dan taqwa kepada
diluar data itu. Triangulasi Allah SWT. Visi dari RS PKU
meliputi triangulasi sumber, Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

7
adalah menjadi rumah sakit Islam professional, cepat, nyaman dan
rujukan terpercaya dengan bermutu.
kualitas pelayanan dan pendidikan Tabel 2. Distribusi Frekuensi
kesehatan yang islami, aman Responden berdasarkan Umur,
Jenis Kelamin, Masa Kerja dan Pendidikan
Karakteristik responden Jumlah responden
Umur
20 30 tahun 2
> 30 tahun 4
Jenis Kelamin
Laki-laki 6
Perempuan 0
Lama Bekerja
1-5 tahun 5
> 5 tahun 1
Pendidikan
D3 2
Spesialis 4

Berdasarkan tabel diatas semuanya adalah laki-laki dengan


menunjukkan bahwa responden jumlah 6. Responden terbanyak
mempunyai golongan umur memiliki masa kerja rata-rata 1-5
terbanyak antara 20-30 tahun, tahun dengan jumlah 5. Responden
dengan jumlah 3 dan terbanyak terbanyak berpendidikan spesialis
umur >30 tahun, dengan jumlah 4. anestesi dengan jumlah 4.
Jenis kelamin responden

Gambar 1. Grafik penilaian responden dalam mengisi Sign In


8
Berdasarkan gambar 1. penggunaannya 80%, poin 2-4
bisa dilihat bahwa penggunaan penggunaannya sudah 100%, poin
Surgical Safety Checklist; Sign In 5 penggunaannya 40%, dan pada
pada siklus I masih belum patuh poin 6-10 penggunaannya sudah
karena dari total operasi yang 100%.
dilakukan hanya 40% operasi yang Wawancara terstruktur
menggunakan Sign In. Pada siklus dilakukan oleh peneliti terhadap
II berdasarkan gambar 4.1 dapat dokter spesialis anestesi untuk
dilihat bahwa poin 1-4 pada kolom mengetahui kepatuhan dokter
Sign In sudah dilakukan 100%, anestesi dan perawat anestesi
poin 5 penggunaannya 40%, poin dalam penggunaan Surgical Safety
6-8 sudah dilakukan 100%, poin 9 Checklist khususnya Sign In di
penggunaannya 80% dan poin 10 Instalasi Bedah Sentral RS PKU
penggunaannya sebesar 60%. Pada Muhammadiyah Yogyakarta Unit
siklus III berdasarkan gambar 4.1 II.
bisa dilihat pada poin 1

Tabel 3. Matriks hasil wawancara mendalam dengan dokter spesialis anestesi


tentang penggunaan surgical safety checklist
Responden Penggunaan Surgical Safety Checklist (SSC)
1 - Setiap pasien yang akan dioperasi
- Surgical safety checklist merupakan kebutuhan
2 - Dimulai dari serah terima pasien
- SDM kita masih terbatas dan jumlah operasi belum banyak
- SSC sudah kita pakai
3 - Belum berjalan
4 - Penggunaan belum rutin
Berdasarkan tabel diatas berjalan dengan baik karena SSC
Surgical Safety Checklist (SSC) di masih belum rutin digunakan.
Instalasi Bedah Sentral RS PKU Seharusnya setiap pasien yang
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II akan dioperasi dan dianestesi
sudah dipakai namun belum mulai dari serah terima pasien

9
sudah dilakukan pengisian SSC, padahal dengan jumlah operasi
karena SSC merupakan kebutuhan. yang belum banyak seharusnya
Kendala dalam pengisian SSC ini penggunaan SSC bisa jadi lebih
karena SDM yang masih terbatas, baik.

Tabel 4. Matriks hasil wawancara mendalam dengan dokter spesialis anestesi


tentang patient safety di RS Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
Responden Patient safety
1 - Pernah terjadi kejadian operasi salah sisi dan salah
pemberian obat.
- Lebih aware dalam pemberian obat-obatan.
2 - Operasi belum banyak dan Surgical Safety Checklist wajib
ada
- Jangan sampai salah pasien
3 - Masih perlu pembiasaan
4 - Sudah cukup baik

Berdasarkan kutipan wawancara kamar operasi. Meskipun


tabel diatas, masalah patient safety kenyataan dilapangan hal ini
di RS PKU Yogyakarta Unit II sudah masih perlu pembiasaan agar tidak
cukup baik dilihat dari segi tim terulang lagi kejadian operasi
operasi yang lebih aware dalam salah sisi dan salah pemberian
pemberian obat-obatan, obat pada pasien yang akan di
pencegahan salah pasien operasi operasi.
dan kewajiban adanya SSC di

Tabel 5. Matriks hasil wawancara mendalam dengan dokter spesialis anestesi


tentang hambatan dalam penerapan Surgical Safety Checklist di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
Responden Hambatan dalam penerapan SSC
1 - Belum menjadi kebutuhan
2 - SDM kurang
- SSC kadang tidak di isi
3 - Tidak ada hambatan
4 - Kualitas SDM kurang
10
Adapun hambatan dalam operasi. Akan tetapi ada partisipan
penerapan SSC ini diantaranya yang mengatakan tidak ada
anggapan bahwa SSC belum hambatan dalam penerapan SSC
menjadi kebutuhan, kualitas SDM ini di Instalasi Bedah Sentral RS
yang kurang dan SSC yang PKU Muhammadiyah Yogyakarta
terkadang tidak diisi pada saat Unit II.
Tabel 6. Matriks hasil wawancara dengan dokter anestesi tentang saran
untuk Surgical Safety Checklist
Responden Saran untuk Surgical Safety Checklist
1 - Format sudah sesuai standar internasional
- Harus ada mekanisme pengawasan
- Koordinator shift mengingatkan untuk mengisi SSC
- Mengisi SSC harus baik dan benar
- Budaya patient safety masih minim
2 - Sebelum induksi harus tetap di Sign In
- Sign Out penting untuk evaluasi dan selama ini belum
dikerjakan
3 - Harus diingatkan lagi SSC itu penting dan harus
dibiasakan
- Dirumah sakit lain yang tanda tangan di SSC itu
dokter bedah, anestesi dan perawat
4 - Dibuat mekanisme penilaian dan pengawasan yang
tepat

Berdasarkan tabel diatas banyak mengingatkan sebelum pasien di


saran dan masukan untuk SSC ini induksi harus dilakukan Sign In
diantaranya budaya patient safety terlebih dahulu, mengingatkan
yang masih minim padahal format bahwa SSC itu penting dan harus
dari SSC sudah sesuai standar dibiasakan. Saran dari partisipan
internasional atau WHO, sehingga yang lain adalah kolom Sign Out
perlu dibuat mekanisme penilaian yang selama ini belum di kerjakan
dan pengawasan yang tepat, padahal penting untuk evaluasi
misalnya Koordinator Shift dan tanda tangan pada lembar SSC
mengingatkan untuk mengisi SSC itu sebaiknya di lakukan oleh siapa
dengan baik dan benar, karena di rumah sakit lain yang

11
menandatangani SSC adalah Sebaiknya diberikan info tentang
dokter bedah, anestesi dan cara pengisian checklist, dan diberi
perawat sedangkan di RS PKU kolom Ya dan Tidak
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Adapun saran dari
yang menandatangani SSC hanya partisipan setelah diberikan
penanggung jawab kamar operasi. edukasi tentang cara pengisian
Hasil penilaian lembar checklist dan membandingkan
pemahaman pre dan posttest, Surgical Safety Checklist yang
Pretest diberikan sebelum diterapkan di RS PKU
partisipan mendapatkan pelatihan Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
sedangkan posttest diberikan pada dengan Surgical Safety Checklist
saat partisipan sudah South Carolina 2015, yaitu Surgical
mendapatkan pelatihan, adapun Safety Checklist South Carolina
jawaban dari partisipan sebagai 2015 jauh lebih lengkap, tapi
berikut: perlu hadirnya dokter sebaiknya ditambahkan form
anestesi saat akan dilakukan diskusi mengenai rencana
induksi, perlunya mengetahui tindakan pada pasien oleh Tim
riwayat alergi pada pasien yang Operasi (dokter bedah, anestesi
akan di operasi, perlunya dan perawat).
diberikan tanda pada lokasi PEMBAHASAN
operasi, dan yang bertanggung 1. Karakteristik responden
jawab terhadap Surgical Safety Program Patient Safety di
Checklist adalah tim operasi bukan Instalasi Bedah Sentral RS PKU
dokter anestesi ataupun penata Muhammadiyah Yogyakarta
anestesi. Saran dari partisipan Unit II dengan sasaran
untuk Surgical Safety Checklist kepatuhan pengisian kolom
pada saat pretest diantaranya: 1) Sign In pada Surgical Safety
Kurangnya klasifikasi pasien Checklist dalam rangka
pindah ruangan dari ruang meningkatkan kepatuhan safe
resusitasi ke bangsal dan 2)

12
surgery ini belum terlaksana perkembangannya, perawat
dengan baik. biasanya adalah seorang ibu
Dari hasil penelitian yang merawat keluarganya
sebagian besar responden selama sakit dengan perawatan
terbanyak pada umur >30 fisik. Mother instinct yang
tahun. Berdasarkan periode pertama kali melakukan
kehidupan, usia ini menjadi perawatan untuk anaknya,
penting karena pada periode memberikan susu dan
ini struktur kehidupan menjadi menjaganya agar tidak sakit.
lebih tetap dan stabil. Kemudian pada abad ke-16
Kecerdasan yang berhubungan sampai 19, mulai dilakukan
dengan kebudayaan dan hasil perekrutan perempuan-
pelajaran sepanjang hidup perempuan untuk menjadi
yang diperoleh dari perawat dengan dibekali ilmu
pengalaman dan belajar pengetahuan. Pada abad ke-21
semakin kuat. Semakin cukup setelah perang dunia ke dua
umur seseorang, tingkat pendidikan keperawatan mulai
kemampuan dan kekuatan dikembangkan berdasarkan
sesorang akan lebih matang perkembangan ilmu
dalam berpikir dan bekerja. pengetahuan, dan diikuti oleh
Seseorang yang lebih dewasa perempuan dan laki-laki. Oleh
mempunyai kecenderungan karena itu, berdasarkan
akan lebih dipercaya daripada perkembangannya saat ini
orang yang belum cukup tinggi jumlah perawat laki-lakipun
kedewasaannya. Hal ini sebagai tidak kalah dari jumlah
akibat dari pengalaman perawat perempuan.8
kematangan jiwanya.7 Berdasarkan hasil
Dari jumlah responden penelitian terlihat bahwa
penelitian, semuanya berjenis penata anestesi di IBS memiliki
kelamin laki-laki. Pada awal tingkat pendidikan DIII

13
keperawatan dengan jumlah 2 kejenuhan dalam bekerja,
orang, sedangkan untuk dokter sehingga mereka dalam
spesialis anestesi memiliki mengembangkan diri dan
tingkat pendidikan PPDS 1 memberikan pelayanan pasien
(spesialis 1). Tingkat apabila diarahkan pada
pendidikan adalah level atau tanggung jawabnya dalam
tingkat suatu proses yang berperan di program patient
berkaitan dalam safety.
mengembangkan semua aspek Berdasarkan hasil
kepribadian manusia, yang observasi pengisian Surgical
mencakup pengetahuannya, Safety Checklist; Sign In pada
nilai dan sikapnya serta siklus I, didapatkan hasil
ketrampilannya. Makin tinggi pengisian Sign In oleh
pendidikan seseorang makin responden sebesar 40% untuk
banyak pula pengetahuan yang semua poin, dari data tersebut
dimiliki. Pendidikan yang dapat disimpulkan bahwa Safe
kurang akan menghambat Surgery di Instalasi Bedah
perkembangan sikap seseorang Sentral di RS PKU
terhadap nilai-nilai yang baru Muhammadiyah Yogyakarta
diperkenalkan.7 Ada hubungan Unit II ini masih tidak patuh.
yang bermakna antara tingkat 2. Kepatuhan pengisian Sign In
pendidikan dengan kepatuhan Berdasarkan hasil
perawat dalam menerapkan observasi peneliti selama
pedoman patient safety.9 Siklus I ditemukan adanya
Dari hasil penelitian operasi yang dilakukan oleh
didapatkan sebanyak 4 orang dokter operator dan anestesi
sudah bekerja selama 1-5 tanpa terlebih dahulu
tahun. Perawat dengan masa mengkonfirmasi identitas
kerja 1-5 tahun biasanya masih pasien, artinya operator datang
segar dan belum terdapat di kamar operasi setelah pasien

14
di lakukan pembiusan. ditandai tidak pernah
Konfirmasi identitas pasien dilakukan, hal ini tidak
sebelum dilakukan pembiusan dilakukan karena tidak ada
mengurangi resiko kesalahan Standar Prosedur Operasional
operasi pada orang ataupun (SPO) pemberian tanda pada
sisi yang dioperasi. Faktor- sisi yang akan di operasi.
faktor yang mempengaruhi Berdasarkan hasil observasi
kesalahan operasi salah sisi pada Siklus II ini dapat
terletak pada tahapan Sign In, disimpulkan bahwa responden
untuk itu tahapan ini harus masih tidak patuh terhadap
konsisten dijalankan.10 safe surgery di Instalasi Bedah
Berdasarkan hasil Sentral RS PKU
observasi pengisian Surgical Muhammadiyah Yogyakarta
Safety Checklist (SSC) yang Unit II.
telah peneliti lakukan, terjadi Selama peneliti
peningkatan dari siklus I jika melakukan penelitian di RS
dibandingkan dengan siklus II, PKU Muhammadiyah
pada poin 1-4 dan poin 6-8 Yogyakarta Unit II ini belum
sudah 100% di lakukan pada ada kasus salah sisi, salah
fase Sign In, sedangkan pada pasien maupun salah prosedur.
poin 9 masih 80% dan pada Petugas operasi selalu
poin 10 masih 60%. Pada melakukan cross check
Siklus II ini masih terhadap rekam medis pasien
menunjukkan bahwa ada poin dan anggota tim saling
pada Surgical Safety Checklist mengingatkan sehingga
yang jarang dilakukan di kamar kejadian salah sisi, salah pasien
bedah Instalasi Bedah Sentral dan salah prosedur tidak
RS PKU Muhammadiyah terjadi. Hal-hal di atas penting
Yogyakarta Unit II. Poin 5 dilakukan untuk meningkatkan
berupa sisi pembedahan keselamatan pasien dalam

15
prosedur pembedahan.11 pelayanan kesehatan harus
Checklist verifikasi tindakan berfokus pada pasien.13
pembedahan digunakan untuk Riwayat alergi penderita
mencegah terjadinya operasi sangat penting diketahui
salah sisi, salah orang dan karena dapat mempengaruhi
prosedur.12 proses pembedahan.14 Alergi
Pada Siklus III ini diketahui pada saat dokter
didapatkan hasil penggunaan bedah visit ke bangsal. Jika ada,
Checklist Sign In pada poin 1 maka akan di tulis di status
sebesar 80%, poin 2-4 sebesar pasien. Di Instalasi Bedah
100%, poin 5 sebesar 40%, dan Sentral RS PKU
poin 6-10 sebesar 100%. Muhammadiyah Yogyakarta
Berdasarkan data diatas masih Unit II, penata dan dokter
terlihat bahwa responden anestesi selalu menanyakan
masih tidak patuh terhadap riwayat alergi di ruang operasi
safe surgery di Instalasi Bedah sebelum dilakukan induksi
Sentral RS PKU anestesi sehingga riwayat
Muhammadiyah Yogyakarta alergi diketahui di kamar
Unit II. Keselamatan pasien operasi.
merupakan bagian yang 3. Pemahaman dan kesadaran
penting dari mutu pelayanan pentingnya Sign In
yang berorientasi pada Surgical Safety Checklist di
continuous quality kamar operasi digunakan
improvement. Dalam definisi ini melalui 3 tahap, masing-masing
jelas bahwa keselamatan sesuai dengan alur waktu yaitu
dilihat dalam perspektif pasien, sebelum induksi anestesi (Sign
hal ini menjelaskan betapa In), sebelum insisi kulit (Time
pentingnya kita peduli pada Out) dan sebelum
keselamatan pasien dalam mengeluarkan pasien dari
ruang operasi (Sign Out).15

16
Pada fase Sign In sebelum masa kerja yang lebih pendek
induksi anestesi, koordinator petugas bisa saja belum
secara verbal memeriksa mendapatkan sosialisasi terkait
apakah identitas pasien telah penggunaan Surgical Safety
dikonfirmasi, prosedur dan sisi Checklist sehingga hal tersebut
operasi sudah benar, sisi yang dapat berpengaruh terhadap
akan dioperasi telah ditandai, pemahaman dan kepatuhan
persetujuan untuk operasi pengisian Surgical Safety
telah diberikan, pulse oksimetri Checklist: Sign In. Bisa juga
pada pasien berfungsi. meskipun petugas tersebut
Koordinator dengan penata masa kerjanya lama namun
atau dokter anestesi pendidikannya rendah akan
mengkonfirmasi resiko pasien, menyebabkan kinerjanya juga
apakah pasien ada riwayat rendah. Selain itu mungkin
alergi, kesulitan jalan nafas dan sosialisasi tentang penggunaan
resiko kehilangan darah. Surgical Safety Checklist belum
Dari hasil penelitian atau jarang dilakukan sehingga
menunjukkan bahwa perawat anestesi baik dengan
pemahaman dan kesadaran masa kerja yang pendek
pentingnya Sign In masih maupun yang telah lama tidak
kurang dan alasan terbanyak paham terhadap penggunaan
terkait hal tersebut adalah Checklist Sign In.
kurangnya sosialisasi dan SDM Berdasarkan data
yang kurang. Sosialisasi yang penelitian ini pada variabel
kurang dapat dikaitkan dengan usia, perawat yang bekerja di
masa kerja dari perawat. Dari 2 Instalasi Bedah Sentral RS PKU
responden perawat anestesi Muhammadiyah Yogyakarta
semuanya bekerja <5 tahun. Unit II rata-rata berusia <30
Hasil penelitian ini mungkin tahun. Secara teori, umur
disebabkan oleh karena pada berkaitan dengan tingkat

17
kedewasaan dan maturasi, Pengalaman kerja
dalam arti meningkatnya umur menjadi salah satu faktor kunci
akan meningkat pula dalam keselamatan pasien di
kedewasaan atau kematangan rumah sakit. Pengalaman kerja
secara teknis dan psikologis, menunjukkan hubungan yang
serta semakin mampu signifikan terhadap asuhan
melaksanakan tugasnya.16 keperawatan yang aman bagi
Pada variabel pendidikan, pasien. Pengalaman kerja atau
hasil penelitian tidak lama bekerja menjadi faktor
menunjukkan hal yang serupa yang berhubungan secara
dengan kepatuhan safe surgery. signifikan pada kepatuhan safe
Menurut Dewan Pimpinan surgery karena ada
Pusat Persatuan Perawat kecenderungan dimana
Nasional Indonesia (DPP- perawat yang telah bekerja
PPNI), yang dimaksud dengan lama di rumah sakit memiliki
perawat adalah seseorang yang kemampuan lebih baik dalam
telah menyelesaikan melakukan asuhan
pendidikannya pada keperawatan yang aman bagi
pendidikan formal pasien. Dari hasil observasi
keperawatan minimal lulusan yang dilakukan, ditemukan
D3 Keperawatan. Latar bahwa ketidakpatuhan
belakang pendidikan akan pengisian Surgical Safety
mempengaruhi perilaku Checklist selama ini banyak
seseorang dalam pekerjaannya. dilakukan oleh perawat yang
Semakin tinggi pendidikan masih muda dengan
seseorang maka semakin besar pengalaman kerja yang masih
keinginan memanfaatkan terbilang baru.
pengetahuan dan Masalah komunikasi
keterampilannya.16 seperti kegagalan komunikasi
verbal dan non verbal,

18
miskomunikasi antar staf, antar pelayanan kesehatan, dimana
shift, komunikasi yang tidak pada saat ini pelayanan
terdokumentasi dengan baik, kesehatan harus berfokus pada
merupakan hal yang dapat pasien.13
menimbulkan kesalahan.17 KESIMPULAN
Buruknya komunikasi antara Berdasarkan hasil
dokter dan perawat penelitian dan pembahasan maka
merupakan salah satu dapat ditarik kesimpulan,
penyebab insiden atau kejadian pengisian Surgical Safety Checklist:
yang tidak diharapkan yang Sign In di Instalasi bedah Sentral
dialami oleh pasien yang dapat RS PKU Muhammadiyah
berdampak pada kematian Yogyakarta Unit II tidak patuh.
pasien, terutama di ruangan- Seperti yang sudah dijelaskan pada
ruangan intensif yang bagian pembahasan, masih
menangani kondisi kritis pada didapatkan: 1). Penggunaan SSC
pasien.18 yang belum sesuai dengan standar
Keselamatan pasien yang sudah ditetapkan oleh WHO.
merupakan bagian yang 2). Pemasangan gelang identitas
penting dari mutu pelayanan pada pasien emergency masih
yang berorientasi pada sering belum dilakukan. 3). Banyak
continuous quality operasi yang dilakukan tanpa
improvement. Keselamatan pemberian tanda lokasi operasi
pasien dapat diartikan sebagai oleh dokter operator.
freedom from accidental injury. DAFTAR PUSTAKA
Dalam definisi ini jelas bahwa 1. Putri, Y. (2010) Budaya Patient
keselamatan dilihat dari Safety di Rumah Sakit PKU
perspektif pasien, hal ini Muhammadiyah Bantul. Tesis.
menjelaskan betapa Program Studi Manajemen
pentingnya kita peduli pada Rumah Sakit. Universitas
keselamatan pasien dalam Muhammadiyah Yogyakarta.

19
2. Siagian, E. (2011) Pelaksanaan 8. Taylor, C., Lillis, C., Lemone, P.
Surgical Patient Safety 2005, Fundamental of Nursing,
Terhadap Adverse Events Liipincot William & Wilkin,
Pascaoperasi Bedah Digestif di Philadelphia.
Instalasi Bedah RSUP DR. 9. Anugrahini, C. (2010).
Sardjito Yogyakarta. Tesis. Hubungan faktor individu dan
Universitas Gajah Mada. organisasi dengan kepatuhan
3. Battles JB, Lilford RJ. 2003. perawat dalam menerapkan
Organizing Patient Safety pedoman patient safety di RSAB
Researcher to Identify Risk and Harapan Kita Jakarta. Tesis FIK
Hazards, Qual Saf Heakth Care UI. Tidak dipublikasikan.
12 (Suppl II): ii1 ii7. 10. Clarke, J.R., Jhonston, J., Finley,
4. Depkes RI. 2009. Undang- E.D. (2007) Getting Surgery
undang Republik Indonesia Right. Annals of Surgery, 264(3)
Nomor 44 Tahun 2009 Tentang September, pp. 395-405.
Rumah Sakit, Jakarta: Depkes 11. Verdaasdonk, E.G.G., Stassen,
RI. L.P.S., Widhiasmara, P.P.,
5. Weiser, T.G., Regenbogen, S.E., Dankelman, J. (2009)
Thompson, K.D., Haynes, A.B., Requirements for The Design
Lipsitz, S.R., Berry, W.R., et al. and Implementation of
(2008) An estimation of the Checklist for Surgical
global volume of surgery: a Processes. Surgical Endoscopy,
modeling strategy based on 23(4), pp. 715-26.
available data. Lancet, 12. Cahyono, suharjo. (2008).
372(9633), pp. 139-44. Membangun Budaya
6. WHO, 2009. Forward Keselamatan Pasien dalam
Programme 2008-2009. Praktik Kedokteran (pp. 1-
7. Nursalam. 2011. Manajemen 396). Yogyakarta: Kanisius.
Keperawatan. Salemba Medika. 13. Kohn, Linda T,. Corringan, Janet
Jakarta. M and Donalson, molla S,. 2000.

20
To Err is Human, Building a
Safer Health System. National
Academy Press. Washington
D.C.
14. Schrock, Theodore. (1991).
Ilmu Bedah Edisi 7. Jakarta:
EGC.
15. Haynes, A.B., Weiser, T.G.,
Berry, W.R., et al. (2009) A
Surgical Safety Checklist to
Reduce Morbidity and
Mortality in a Global
Population. The New England
Journal of Medicine, 360(5)
January 29, pp. 491-99.
16. Siagian, S.P. (2006).
Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
17. AHRQ (2003), Publication No.
07-E005. Rockville, MD: Agency
for Healthcare Research and
Quality Maret: 151.
www.ahrq.gov
18. Manojlovich, M. (2007).
Healthy work environment,
nurse-physician
communication, and patients
outcomes. American Journal of
Critical Care vol. 16,pp. 536-43.

21

You might also like