Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Nama : Rizqi Nahriyati
NIM : B1A015088
Rombongan : IV
Kelompok :3
Asisten : Afrizal Vikri Avani
Hematology berasal dari bahasa Romawi hemat yang berarti darah dan ology
yang berarti belajar atau mempelajari. Hematology adalah ilmu yang mempelajari
aspek anatomi, fisiolohi, dan patologi darah. Darah adalah cairan yang terkandung
dalam sistem kardiovaskular. Unsur cairan darah adalah plasma dan unsur-unsur
pembentuk darah adalah eritrosit, leukosit, dan trombosit (Nurcholis et al., 2013).
Darah sangat penting bagi organisme, jika kekurangan atau kelebihan sel darah
mengakibatkan tidak normalnya proses fisiologis suatu organisme sehingga
menimbulkan suatu penyakit (Pearce, 1989). Transport oksigen dalam darah
tergantung pada komponen besi dalam pigmen respirasi biasanya haemoglobin.
Haemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang mengikat oksigen
(Kimball, 1998). Fungsi utama darah antara lain oksigenasi jaringan, gizi jaringan,
pemeliharaan keseimbangan asam-basa, dan pembuangan produk limbah
metabolisme dari jaringan. (Nurcholis et al., 2013).
Hematologi mengacu pada studi tentang angka dan morfologi dari komponen-
komponen seluler dari darahsel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit),
dan keping darah (trombosit) dan penggunaan hasil ini dalam diagnosis dan
pemantauan penyakit. Studi Haemtological berguna dalam diagnosis berbagai
penyakit serta investigasi dari tingkat kerusakan darah (Etim, et al., 2014).
Penggunaan metode hematologi cukup efektif untuk mendiagnosa penyakit secara
dini, yaitu dengan memperhatikan nilai-nilai parameter pada darah. (Yanto et al.,
2015).
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui cara pengambilan darah
hewan, mengetahui perbedaan bentuk sel darah pada berbagai hewan, serta cara
melakukan perhitungan sel darah merah, sel darah putih, dan kadar hemoglobin
hewan.
II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan hayem, larutan
Turk, larutan 0,1 N HCl, mencit (Mus musculus).
Alat yang digunakan adalah haemometer, haemositometer, tabung sahli, pipet
kapiler, mikroskop, objek gelas dan kaca penutup, spuit, dan hand counter.
2.2 Cara Kerja
3.1 Hasil
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari aspek anatomi, fisiologi, dan patologi
darah (Nurcholis et al., 2013). Cara pengambilan darah pada hewan uji dilakukan
melalui titik tertentu, yaitu (Dukes, 1995):
1. Darah mencit diambil dengan cara memotong ekornya dan mengambil sampel
darah melalui ekornya.
2. Darah ikan diambil langsung menuju jantung (cor) dengan menggunakan jarum
suntik.
3. Darah pada ayam diambil melalui vena jugularis yang terdapat di bagian sayap.
Cara pengambilan darah tidak dapat dilakukan disembarang tempat
dikarenakan kadar gla darah dan jumlah komponen darah yang berbeda pada tiap
organ. Cara pengambilan darah harus benar dan teliti. Jika salah, maka akan
menghasilkan beberapa kemungkinan, yaitu darah pada hewan uji tersebut
menggumpal sehingga tidak dapat diambil atau hewan uji mengalami pendarahan
yang banyak sehingga mati (Ramesh & Saravanan, 2008).
Praktikum kali ini banyak menggunakan alat-alat yang memang khusus
digunakan untuk perlakuan terhadap darah, yaitu terdapat haemositometer yang
fungsinya untuk menghitung sel darah, baik sel darah putih maupun sel darah merah,
cover glass yang digunakan untuk menutup haemositometer saat melakukan
pengamatan di bawah mikroskop, mikroskop digunakan untuk mengamati jumlah
eritrosit dan leukosit, pipet thoma dan pipa hisap berfungsi untuk pengambilan darah.
Ada dua jenis pipet thoma, yaitu pipet thoma eritrosit dan pipet thoma leukosit.
Haemometer berfungsi untuk menghitng kadar hemoglobin dalam darah. Pipet
digunakan untuk mengambil larutan HCl dan tabung sahli merupakan alat pelengkap
dari haemometer yang digunakan untuk menampung larutan darah saat akan diukur
kadar haemoglobinnya, hand counter untuk menghitung jumlah eritrosit dan leukosit,
spuit digunakan untuk mengambil darah dari hewan uji. Bahan-bahan yang
digunakan antara lain, yaitu darah dari hewan uji (ayam, ikan, dan mencit), larutan
Turk yang digunakan untuk mengencerkan leukosit, larutan Hayem yang digunakan
untuk mengencerkan eritrosit, larutan HCl untuk menimbulkan reaksi dan
menghasilkan warna senyawa hernatin asam yang berwarna coklat pekat pada
hemoglobin, akuades yang digunakan sebagai pengencer dan larutan EDTA untuk
mengencerkan darah yang menggumpal (Aulia, 1998).
Darah merupakan sistem transpor yang berfungsi antara lain membawa zat
makanan dari saluran pencernaan menuju jaringan, membawa produk akhir
metabolisme dari sel ke organ ekskresi, serta membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan yang mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit, sebagai alat pertahanan
mikroorganisma yang masuk ke dalam tubuh. Komponen darah terdiri dari plasma
dan unsur-unsur pembentuk darah, yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit (Handayani
et al., 2013).
Plasma darah adalah cairan kompleks yang mengandung io ion dan molekul
organik serta berada dalam keadaan keseimbangan dinamik dengan cairan tubuh lain.
Eritrosit merupakan tipe sel darah yang berjumlah paling banyak dalam darah (Ville
et al., 1984). Eritrosit memiliki bentuk seperti cakram kecil bikonkaf, cekung pada
kedua isinya sehingga apabila dilihat dari samping akan tampak seperti dua buah
bulan sabit yang saling bertolak belakang (Pearce, 1989).
Sel darah merah (eritrosit) berfungsi sebagai pembawa hemoglobin.
Hemoglobin tersebut yang bereaksi dengan oksigen dalam darah untuk membentuk
oksihemoglobin selama respirasi. Jumlah sel darah merah yang berkurang
menyiratkan pengurangan tingkat oksigen yang akan dibawa ke jaringan serta tingkat
oksigen yang kembali ke paru-paru (Etim et al., 2014).
Leukosit memiliki bentuk yang sangat bervariasi sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Leukosit jumlahnya lebih sedikit dari eritrosit, berwarna putih, dan
mempunyai kemampuan gerak yang independent (Soetrisno, 1999). Bentuk sel darah
putih adalah lonjong hingga bulat. Leukosit teridiri dari agranulosit (monosit dan
limfosit) dan granulosit (heterofil, eosinofil, dan basofil). Leukosit memiliki
bermacam-macam fungsi, erat kaitannya untuk menghilangkan benda asing
(termasuk mikroorganisme patogen) (Nurcholis et al., 2013). Hewan dengan sel
darah putih rendah terkena resiko tinggi infeksi penyakit, sementara sel darah putih
dengan jumlah yang tinggi maka mampu menghasilkan antibodi dalam proses
fagositosis dan memiliki resistensi tingkat tinggi terhadap penyakit dan
meningkatkan adaptasi dengan kondisi umum lingkungan dan penyakit lokal.
Keping darah yang terlibat dalam pembekuan darah. Konsentrasi trombosit yang
rendah menunjukkan bahwa proses pembekuan darah akan berkepanjangan yang
mengakibatkan hilangnya darah yang berlebihan dalam kasus cedera (Etim et al.,
2014).
Pengukuran hematologi merupakan pengukuran yang meliputi pengukurab
kadar hemoglobin, perhitungan total eritrosit, penghitungan total leukosit dan
pengukuran hematokrit. Hematokrit adalah istilah yang menunjukkan besarnya
volume sel-sel eritrosit seluruhnya di dalam 100 mm3 darah dan dinyatakan dalam
persen (%). Nilai hematokrit adalah suatu istilah yang artinya prosentase berdasarkan
volume dari darah, yang terdiri dari sel darah merah (Hoffbrand & Pettit, 1987).
Kadar gula darah adalah jumlah gula yang terdapat dalam darah yang berasal dari
karbohidrat dalam makanan dan dapat disimpan dalam bentuk glikogen di dalam hati
dan otot rangka (Joyce, 2007).
Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah sel darah merah (eritrosit) dari sampel
darah ayam, yaitu kelompok 1 dengan hasil 1.195.000 sel/mm3. Jumlah eritrosit pada
ikan terdapat 2 data, yaitu kelompok 2 dengan hasil 510.000 sel/mm3 dan kelompok
4 dengan hasil 690.000 sel/mm3. Jumlah eritrosit pada mencit terdapat 2 data, yaitu
kelompok 3 dengan hasil 1.050.000 sel/mm3 dan kelompok 5 dengan hasil 1.155.000
sel/mm3. Berdasarkan referensi, jumlah sel eritrosit pada tiap-tiap spesies berbeda
satu sama lain (Lagrer, 1997). Kadar eritrosit ayam normal berkisar 2.000.000
3.200.000 sel/mm3 (Handayani et al., 2013). Kadar eritrosit ikan normal berkisar
50.000 3.000.000 sel/mm3 dan kadar eritrosit mencit normal berkisar 4.000.000
sel/mm3 (Apsari & Arta, 2010).
Berdasarkan hasil pengamatan leukosit, jumlah leukosit ayam oleh kelompok 1,
yaitu 37.025 sel/mm3. Jumlah leukosit ikan oleh kelompok 2 adalah 335.600,
sedangkan oleh kelompok 4 adalaj 17.975 sel/mm3. Jumlah leukosit mencit oleh
kelompok 3 dan kelompok 5 adalah 2.300. Berdasarkan referensi, jumlah leukosit
normal pada ayam berkisar antara 16.000-40.000 sel/mm3 (Dukes, 1995). Jumlah
leukosit ikan sebanyak 20.000 150.000 sel/mm3 (Moyle & Cech, 2001). Menurut
Hoffbrand (1987), jumlah leukosit pada mamalia adalah 4.000-11.000 sel/mm3.
Berdasarkan hasil pengamatan, data yang sesuai dengan referensi adalah pengamatan
yang dilakukan oleh kelompok 1 dengan jumlah leukosit ayam 37.025 sel/mm3.
Ketidaksesuaian tersebut disebabkan fluktuasi dalam jumlah leukosit pada tiap
individu cukup besar pada kondisi tertentu, misalnya stress, aktifitas fisiologis, gizi,
umur, bahan organik yang terkandung seperti glukosa, lemak, urea, asam urat,
kondisi lingkungan dan musim juga sangat mempengaruhi jumlah eritrosit dan
leukosit dan lain-lain (Coke et al, 2004).
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, jumlah hemoglobin (Hb) ayam
adalah 7 gr/dl. Jumlah hemoglobin (Hb) pada ikan terdapat 2 data, yaitu pada
kelompok 2 dengan hasil 7,2 gr/dl dan kelompok 4 dengan hasil 4,2 gr/dl. Jumlah
hemoglobin (Hb) pada mencit terdapat 2 data, yaitu kelompok 3 dengan hasil 5 gr/dl
dan kelompok 5 dengan hasil 8,2 gr/dl. Kadar Hb pada ayam sekitar 15-18 gr/dl.
Kadar Hb ikan sebesar 5,05-8,33 gr/dl. Kadar Hb pada mencit sebesar 12,1 12,5
gr/dl (Larimer, 1959). Hasil pengamatan yang sesuai dengan referensi adalah data
pengamatan hemoglobin pada ikan oleh kelompok 2 dengan hasil kadar Hb 7,2 gr/dl,
sedangkan perbedaan data hasil dengan referensi disebabkan karena beberapa faktor
diantaranya cara membuat sampel dan cara pengambilan darah yang kurang tepat.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, nilai hematokrit pada ayam
adalah 30%. Nilai hematokrit pada ikan nilem terdapat 2 data, yaitu oleh kelompok 2
dengan hasil 15%, sedangkan oleh kelompok 4 dengan hasil 17%. Nilai hematokrit
pada mencit terdapat 2 data, yaitu oleh kelompok 3 dengan hasil 24%, sedangkan
oleh kelompok 5 dengan hasil 14,5%. Dari hasil tersebut nilai hematokrit ayam
normal, karena jika kadar hematokritnya diatas 30 menunjukan kandungan
eritrosinya rendah. Purwanto (2006) mengungkapkan bahwa eritrosit yang terlalu
rendah akan menimbulkan terjadinya anemia, sedangkan jika terlalu tinggi
menandakan hewan tersebut dalam keadaan yang stres.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, kadar gula darah pada
kelompok 1 adalah 227 mg/dl, kelompok 2 adalah 224 mg/dl, kelompok 3 adalah 91
mg/dl, kelompok 4 adalah 90 mg/dl, dan kelompok 5 adalah 100mg/dl. Poedjiadi
(1994) menyebutkan bahwa kadar gula darah sewaktu berkisar antara 60 120 mg/dl
dan kadar gula darah puasa : 50 100 mg/dl. Data hasil praktikum menunjukan
bahwa terdapat 2 orang yang memiliki kadar gula darah di atas normal. Hal ini
berarti kedua orang tersebut memiliki kemungkinan terkena penyakit diabetes
melitus. Pada penderita diabetes melitus, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130
mg per 100 ml darah (Poedjiadi, 1994).
IV. KESIMPULAN
Apsari, Ida A. P. & I. M. D. Arta. 2010. Gambaran Darah Ayam Buras yang
Terinfeksi Leucocytozon. Jurnal Veteriner. 11(2): pp. 114-118.
Aulia, D. 1988. Pengaruh Lamanya Penyimpanan Darah dengan Antikoagulan
Tripotassium Ethylene Diamine Tetracetic Acid (K3Edta) dalam Tabung
Vacuette Terhadap Beberapa Parameter Hematologi. Jakarta: Perpustakaan
Pusat UI.
Coke et al. 2004. Hematology and Plasma Biochemistry of Captive Puna Ibis
(Plegadis ridgewayi). Journal of Wildlife Disenses 40(1): pp. 141-144.
Oklahama: Oklahama State University.
Dukes, H. H. 1995. The Phisiology of Domestic Animals. New York: Constock
Publishing Associates.
Etim, N. N., Williams, M. E., Akpabio, U., & Offiong, E. A. 2014. Haemotological
Parameters and Factors Affecting Their Values. Agricultural Science. 2(1):
pp. 37-47.
Handayani, L., Irianti, N., & Yuwono, E. 2013. Pengaruh Pemberian Minyak Ikan
Lemuru terhadap Kadar Eritrosit dan Trombosit pada Ayam Kampung.
Jurnal Ilmiah Peternakan. 1(1): pp. 39-46.
Hoffbrand, A. V. & J. E. Pettit. 1987. Haematologi. Jakarta: ECG.
Joyce, L.K. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta:
Erlangga.