You are on page 1of 10

TUGAS FARMAKOLOGI II

OLEH :

NAMA : ALFIAH SAHRAENI JULIANTI SALAM

NIM : O111 15 308

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017
1. Jelaskan perbedaan klasifikasi golongan obat oleh Kemenkes dengan
Kementan!
Jawab :
Perbedaan antara klasifikasi golongan obat oleh Kemenkes dengan Kementan
yaitu, oleh Kemenkes menggolongkan obat dalam tujuan pengingkatan
keamanan dan ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri
atas obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika
dan narkotika. Sedangkan oleh Kementan, digolongkan berdasarkan jenis
sediaan dan tingkat bahaya dalam pemakaiannya yang terdiri atas biologik,
farmasetik, premiks, obat alami, obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas.

A. Klasifikasi golongan obat dari Kemenkes


Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
917/Menkes/Per/X /1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI
Nomor 949/Menkes/Per/ VI/2000 penggolongan obat dimaksudkan untuk
peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi.
Penggolongan obat ini terdiri dari : obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib
apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika. (Penggolongan obat menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 917/Menkes/Per/X /1993, 2012) :
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep
dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras, obat
bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI. Contoh : Minyak Kayu
Putih, Tablet Parasetamol, tablet Vitamin C, B Compleks, E dan Obat batuk
hitam.

Gambar 1. Penandaan Obat Bebas


b. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada
pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
- Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya
atau pembuatnya.
- Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan
tanda peringatan. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam,berukuran
panjang 5 cm,lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih
sebagai berikut :

Gambar 2. Peringatan Obat Bebas Terbatas


Penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI
No.2380/A/SK/VI/83 tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa
lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam, seperti terlihat
pada gambar berikut:

Gambar 3. Penandaan Obat Bebas Terbatas


c. Obat Keras
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan/memasukkan
obat-obatan kedalam daftar obat keras, memberikan pengertian obat keras
adalah obat-obat yang ditetapkan sebagai berikut :
- Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan
bahwa obat itu hanya boleh diserahkan denagn resep dokter.
- Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk
dipergunakan secara parenteral.
- Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah
dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan
kesehatan manusia. Contoh : Andrenalinum, antibiotika,
antihistaminika dan lain-lain.
Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan
RI No. 02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat Keras daftar G
adalah Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam
dengan hurup K yang menyentuh garis tepi, seperti yang terlihat pada
gambar berikut:

Gambar 4. Penandaan Obat Keras


d. Obat Wajib Apotek
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker
di apotek tanpa resep dokter. Menurut keputusan mentri kesehatan RI
Nomor 347/Menkes/SK/VIII/1990 yang telah diperbaharui Mentri
Kesehatan Nomor 924/Menkes/Per/X/1993 dikeluarkan dengan
pertimbangan sebagai berikut :
- Pertimbangan utama untuk obat wajib apotek ini sama dengan
pertimbangan obat yang diserahkan tanpa resep dokter, yaitu
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri
guna mengatasi masalah kesehatan, dengan meningkatkan pengobatan
sendiri secara tepat, aman dan rasional.
- Pertimbangan yang kedua untuk meningkatkatkan peran apoteker di
apotek dalam pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi serta
pelayanan obat kepada masyarakat.
- Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang
dibutuhkan untuk pengobatan sendiri. Obat yang termasuk kedalam obat
wajib apotek misalnya : obat saluran cerna (antasida), ranitidine,
clindamicin cream dan lain-lain.
e. Obat Golongan Narkotika
Pengertian narkotika menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
tentang narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam golongan I, II dan
III. Contoh : Tanaman Papaver Somniferum, Tanaman Koka, Tanaman
ganja, Heroina, Morfina, Ovium dan Kodeina.

Gambar 5. Penandaan Obat Narkotika


f. Obat Psikotropika
Pengertian psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
tentang psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku. Contoh : Lisergida, Amphetamin, Codein, Diazepam,
Nitrazepam dan Fenobarbital. Untuk Psikotropika penandaan yang
dipergunakan sama dengan penandaan untuk obat keras, hal ini karena
sebelum diundangkannya UU RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika,
maka obat-obat psikotropika termasuk obat keras, hanya saja karena
efeknya dapat mengakibatkan sidroma ketergantungan sehingga dulu
disebut Obat Keras Tertentu. Sehingga untuk Psikotropika penandaannya :
lingkaran bulat berwarna merah dengan huruf K berwarna hitam yang
menyentuh garis tepi yang berwarna hitam sama seperti penandaan obat
keras.
Sedangkan menurut Permenkes RI No. 949/Menkes/Per/VI/2000. Obat
digolongkan menjadi empat golongan yaitu :
a. Obat bebas (obat OTC : Over The Counter) merupakan obat yang ditandai
dengan lingkaran berwarna hijau dengan tepi lingkaran berwarna hitam.
Obat bebas umumnya berupa suplemen vitamin dan mineral, obat gosok,
beberapa analgetik-antipiretik, dan beberapa antasida. Obat golongan ini
dapat dibeli bebas di Apotek, toko obat dan warung.
b. Obat bebas terbatas, merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran
berwarna biru dengan tepi lingkaran berwarna hitam. Obat ini juga dapat
diperoleh tanpa resep dokter diapotek dan toko obat. Obat-obat yang
umumnya masuk dalam golongan ini antara lain obat batuk, obat influenza,
obat-obat antiseptik dan tetes mata untuk iritasi ringan. Pada kemasan obat
seperti ini biasanya tertera peringatan yang bertanda kotak kecil berdasar
warna gelap atau kotak putih bergaris tepi hitam, dengan tulisan sebagai
berikut :
P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.
P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
P.No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan
c. Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya)
Disebut obat keras karena jika pemakai tidak memperhatikan dosis, aturan
pakai, dan peringatan yang diberikan, dapat menimbulkan efek berbahaya.
Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter
dan hanya bisa diperoleh di Apotek. Dalam kemasannya ditandai dengan
lingkaran merah dengan huruf K ditengahnya. Contoh obat ini adalah
amoksilin, asam mefenamat dan semua obat dalam bentuk injeksi.
d. Obat Narkotika, merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. (UU RI
no. 22 th 1997 tentang Narkotika). Obat ini pada kemasannya dengan
lingkaran yang didalamnya terdapat palang (+) berwarna merah.
Obat narkotika penggunaannya diawasi dengan ketat sehingga obat
golongan narkotika hanya dapat diperoleh di apotek dengan resep dokter
asli (tidak dapat menggunakan copy resep). Dalam bidang kesehatan, obat-
obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan
analgetik/obat penghilang rasa sakit. Contoh obat narkotika adalah :
codipront (obat batuk), MST (analgetik) dan fentanil (obat bius).
e. Obat-obat psikotropika, merupakan Zat atau obat baik ilmiah atau sintesis,
bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selekti pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan prilaku, Ex : alprazolam, diazepam. Mengenai obat-obat
psikotropika ini diatur dalam UU RI Nomor 5 tahun 1997.
Psikotropika dibagi menjadi :
i. Golongan I : sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu
pengetahuan, dilarang diproduksi, dan digunakan untuk pengobatan
contohnya metilen dioksi metamfetamin, Lisergid acid diathylamine
(LSD) dan metamfetamin
ii. Golongan II,III dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan
sudah didaftarkan, contohnya diazepam, fenobarbital, lorazepam dan
klordiazepoksid.
B. Klasifikasi golongan obat dari Kementan
Klasifikasi golongan obat menurut Kementan dapat dibedakan berdasarkan
jenis sediaan dan tingkat bahaya dalam pemakaiannya ((Peraturan Menteri
Pertanian Republik Indonesia Nomor 14/permentan/ pk.350/5/2017 tentang
Klasifikasi Obat Hewan, 2017).
Obat Hewan berdasarkan jenis sediaan dapat digolongkan menjadi:
a. Biologik
Biologik adalah Obat Hewan yang dihasilkan melalui proses biologik pada
Hewan atau jaringan Hewan untuk menimbulkan kekebalan, mendiagnosis
suatu penyakit atau menyembuhkan penyakit melalui proses imunologik,
antara lain berupa vaksin, sera (antisera), hasil rekayasa genetika, dan bahan
diagnostika biologik.
b. Farmasetik
Farmasetik adalah Obat Hewan yang dihasilkan melalui proses nonbiologik,
antara lain vitamin, hormon, enzim, antibiotik, dan kemoterapetik lainnya,
antihistamin, antipiretik, dan anestetik yang dipakai berdasarkan daya kerja
farmakologi.
c. Premiks
Premiks adalah sediaan yang mengandung bahan Obat Hewan yang diolah
menjadi Imbuhan Pakan (Feed Additive) atau Pelengkap Pakan (Feed
Supplement) Hewan yang pemberiannya dicampurkan ke dalam pakan atau
air minum Hewan yang dalam dosis dan penggunaannya harus bermutu,
aman, dan berkhasiat.
d. Obat Alami
Obat Alami adalah bahan atau ramuan bahan alami yang berupa bahan
tumbuhan, bahan Hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran
dari bahan-bahan tersebut yang digunakan sebagai Obat Hewan.
Obat Hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, berdasarkan tingkat
bahaya dalam pemakaian dan akibatnya, diklasifikasikan menjadi:
a. Obat Keras
Obat Keras adalah Obat Hewan yang jika pemberiannya tidak sesuai dengan
ketentuan dapat menimbulkan bahaya bagi Hewan dan/atau manusia yang
mengonsumsi produk Hewan tersebut.
b. Obat Bebas Terbatas
Obat Bebas Terbatas adalah Obat Keras untuk Hewan yang diberlakukan
sebagai Obat Bebas untuk jenis Hewan tertentu dengan ketentuan
disediakan dalam jumlah, aturan dosis, bentuk sediaan dan cara pemberian
tertentu serta diberi tanda peringatan khusus.
c. Obat Bebas adalah Obat Hewan yang dapat dipakai secara bebas oleh setiap
orang pada Hewan.

2. Sebutkan efek samping dari penggunaan kloramfenikol!


Jawab :
Efek samping yang paling serius dari kloramfenikol (chloramphenicol)
adalah anemia aplastik, meskipun jarang tetapi secara umum sangat fatal bila
terjadi. kloramfenikol (chloramphenicol) juga menyebabkan tertekannya
sumsum tulang belakang selama pemakaian, dan bisa menyebabkan leukemia
(kanker darah atau kanker sumsum tulang) pada pemakaian dalam jangka waktu
lama. Pemberian secara Intravena bisa menyebabkan sindrom abu-abu pada
bayi baru dilahirkan ataupun bayi prematur. Efek lain kloramfenikol
(chloramphenicol) adalah hipersensitivitas, ruam, urtikaria, mual, muntah,
diare, sakit kepala dan super infeksi. studi pada reproduksi hewan telah
menunjukkan efek buruk pada janin. tidak ada studi yang memadai dan
terkendali dengan baik pada manusia, namun jika potensi manfaat penggunaan
obat lebih tinggi pemberian pada ibu hamil dapat diberikan meski terdapat
potensi resiko (Safitri, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 14/Permentan/Pk.350/5


/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/ X/1993, 2012 tentang


Penggolongan

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000 tentang


Penggolongan Obat

Safitri, Intan Rakhma. 2010. [Skripsi] Analisis Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RumahSakit PKU
Muhammadiyah Surakarta Tahun 2009. Universitas Muhammadiyah
Surakarta : Surakarta.

You might also like