You are on page 1of 77

Petunjuk : Buatlah jawaban pada buku tulis kuarto dengan tulisan tangan,

jawaban sedapat mungkin singkat, padat, dan jelas


NO SOAL & JAWABAN
6 Sebutkan pembagian radang berdasarkan perlangsungannya, jelaskan masing-
masing!
1. Radang Akut (mendadak)
Yaitu reaksi jaringan yang terjadi segera dan hanya dalam waktu tidak lama
(beberapa jam sampai beberapa hari), disertai tanda radang akut.
Tanda radang akut :
a. Warna kemerahan ( rubor )
Jaringan yang mengalami radang akut tampak merah, karena adanya
pelebaran pembuluh darah yang mengalami kerusakan.
b. Panas ( kalor )
Peningkatan suhu tampak pada bagian tepi / perifer tubuh, seperti kulit,
oleh karena meningkatnya aliran darah ( hiperemia ) melalui daerah tersebut.
c. Bengkak ( tumor )
Pembengkakan sebagai akibat adanya edema (timbunan cairan di dalam
ruang ekstravaskuler).
d. Rasa sakit ( dolor )
Rasa sakit disebabkan oleh regangan jaringan akibat edema maupun
karena penekanan nanah dalam suatu rongga abses.
e. Hilangnya fungsi ( fungsiolesa )
Gerakan yang terjadipada daerah radang akan mengalami hambatan oleh
rasa sakit, atau oleh karena pembengkakan sehingga mengakibatkan
berkurangnya gerak.
2. Radang kronik ( menahun )
Radang kronik dapat terjadi dari radang akut yang tidak mengalami perbaikan
secara sempurna sehingga berkembang menjadi bentuk kronik, atau sejak semula
memang bersifat menahun, disebabkan oleh rangsang menahun / kuman yang
virulensi-nya rendah dengan rangsang menahun. Radang kronik berjalan
berminggu- minggu sampai bertahun tahun.
3. Radang subakut
Sebenarnya merupakan tahapan dari radang akut yang akan menjadi menahun.
*Radang kronik dapat pula berkembang menjadi akut yang dikenal sebagai radang
kronik eksaserbasi akut.
Pemberian nama suatu ardang biasanya berdasarkan jenis organ yang terkena,
ditambah akhiran itis, contoh : dermatitis ( radang pada kulit ), tonsilitis ( radang
pada tonsil ), appendisitis ( radang pada appendiks ). Tetapi ada pula pemberian nama
di luar konsep tersebut, misal : pneumonia (radang paru ).
7 Sebutkan pembagian radang berdasarkan penyebabnya!
- fisik: benda-benda tajam, kekerasan
- kimia: asam, basa, HCl pada lambung yang dapat mengiritasi lambung
- mikroorganismes: agen kuman, parasit, jamur
- termal: suhu, listrik
8 Sebutkan alat-alat standar pemeriksaan rutin telinga!
- LED Head lamp
- Otoscope
- Garpu Tala/ Penatala
- Ear Speculum
- Serumen Hak
- Pneumoscope Siegel (alat untuk menilai gendag telinga)
-Audiometer
9 Sebutkan alat-alat standar pemeriksaan rutin hidung!
- LED Head Lamp
- Spekulum hidung/ nasal spekulum
10 Sebutkan alat-alat standar pemeriksaan rutin tenggorokan!
- LED Head Lamp
- Spatle Tounge
- Laryngeal mirror
- Bunsen burner
11 Sebutkan bagian-bagian dari tulang temporal dewasa!
- Tulang temporal terdiri dari bagian skuamosa, bagian timpani, bagian
mastoid dan pars petrosa.
- Bagian skuamosa os temporal sebagian besar tipis dan cembung kearah luar
sebagai tempat perlengketan muskulus temporalis.
- Bagian timpani berbentuk suatu silinder yang tidak sempurna, bersama-sama
dengan bagian skuama membentuk liang telinga luar bagian tulang.
- Bagian besar os temporal dibentuk oleh bagian mastoid. Bagian mastoid
mengalami pneumatisasi yang luas
- Bagian pars petrosa yang disebut sebagai pyramid petrosa yang berisi labirin
telinga.

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24 Apa fungsi keseimbangan?
Fungsi dari aparatus vestibular dalam menyediakan informasi esensial untuk
mempertahakan ekuilibrium dan untuk mengkoordinasikan pergerakan kepala
dengan pergerakan mata dan postural (Sherwood, 2015)
25 Bagaimana mekanisme mendengar? (Sherwood, 2015)

26 Buatlah bagan sistem keseimbangan! (Sherwood, 2015)


27 Sebutkan tanda dan gejala penyakit/kelainan telinga! (THT UI, 2007)
Keluhan utama telinga dapat berupa :
a. gangguan pendengaran/pekak (tuli)
b. suara berdenging/berdengung (tinitus)
c. rasa pusing yang berputar (vertigo)
d. rasa nyeri di dalam telinga (otalgia)
e. keluar cairan dari telinga (otore)
28 Sebutkan kelainan kongenital pada telinga luar! (THT UI, 2007)
1) fistula preaurikula : apabila terjadi kegagalan penggabungan tuberkel ke satu dan
kedua.
2) mikrotia dan atresia liang telinga : daun telinga bentuknya lebih kecil dan tidak
sempurna, serta tidak terbentuk lubang telinga.
3) telinga camplang/jebang (Bats ear) : daun telinga lebih besar dan lebih menonjol.
29 Apa definisi, gejala dan tanda, serta terapi othematom maupun
pseudohematom! (Ballengers , 2002)
Othematom
Definisi : Akumulasi darah pada ruang subperikondrial akibat trauma, biasanya
trauma tumpul
Gejala dan tanda : pembengkakan di sekitar daun telinga yang berwarna merah-
kehitaman disertai hilangnya garis konka telinga
Terapi : insisi dan drainase adekuat dengan through-and-through suture secured
bolsters, seperti dental rolls
30 Sebutkan definisi, sinonim, penyebab, gejala dan tanda, serta terapi otitis
eksterna sirkumskripta! (THT UI, 2007)
Definisi : radang liang telinga akut, yaitu pada pilosebaseus, akibat infeksi bakteri
Sinonim : furunkel/bisul
Penyebab : Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus
Gejala dan tanda : rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan ukuran bisul, dan
timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula); gangguan
pendengaran apabila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.
Terapi : terapi tergantung keadaan furunkel, bila sudah menjadi abses : diaspirasi
secara steril untuk mengeluarkan nanahnya, lokal diberikan antibiotika dalam bentuk
salep seperti polymixin B atau bacitracin atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam
alkohol); bila dinding furunkel tebal : insisi kemudian dipasang drain untuk
mengalirkan nanahnya; tidak perlu antibiotik sistemik, hanya diberikan obat
simtomatik seperti analgetik dan obat penenang.
31 Sebutkan definisi, sinonim, penyebab, gejala dan tanda serta terapi otitis
eksterna difusa!
Otitis eksterna difus (Buku Ajar IK THT FKUI Edisi Kelima; Buku Ajar Penyakit
THT BOIES)
a. Definisi
Otitis eksterna : radang liang telinga akut maupun kronis
Otitis eksterna difus : otitis eksterna yang biasanya mengenai kulit liang
telinga dua pertiga dalam dimana kulit liang telinga nampak hiperemis dan
edema dengan tidak jelas batasnya, serta tidak terdapat furunkel.
b. Sinonim : Swimmers ear
c. Penyebab : Bakteri Pseudomonas, Staphylococcus albus, E.Coli, Enterobacter
aerogenes, dsb
d. Gejala : Rasa nyeri hebat pada telinga dapat timbul spontan saat membuka
mulut, gangguan pendengaran, kadang-kadang terdapat sekret yang berbau
(sekret tidak mengandung lendir).
e. Tanda
Nyeri tekan tragus
Pembengkakan pada sebagian besar dinding kanalis
Sekret (+)
Pendengaran normal/sedikit berkurang
Dapat ditemukan adenopati regional yang nyeri tekan
f. Terapi
Memasukan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga
Tetes telinga yang sering digunakan ; cortisporin (polimiksin B, neomisin,
hidrokortison), Coli-mycin S (Kolistin, neomisin, hidrokortison), Pyocidin
(Polimiksin B, hidrokortison) VoSol HC (asam asetat non akueus 2%,
hidrokortison), dan Chloromycetin (kloramfenikol)
32 Sebutkan definisi, sinonim, penyebab, gejala dan tanda serta terapi Otitis
Eksterna Maligna! (Buku Ajar THT FKUI Edisi Kelima)
a. Definisi
Tipe akut dari suatu infeksi yang difus di liang telinga luar, peradangan dapat
meluas secara progresif ke lapisan subkutis dan ke organ sekitarnya. Biasanya
terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes melitus.
b. Sinonim
Otitis Eksterna Nekrotikan
c. Penyebab
Pseudomonas aeroginosa
d. Gejala
Rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri hebat dan sekret
yang banyak dan pembengkakan liang telinga. Paresis/paralisis nervus
fasial,disfagi, suara serak.
e. Tanda
Apabila saraf fasial terkena, dapat menimbulkan paresis atau paralisis fasial
Otoskopi : otitis eksterna dengan jaringan granulasi (patognomonik) sepanjang
posteroinferior liang telinga luar pada bonycartilagoneus junction disertai lower
cranial neuropathy (n VII, IX, X, XII), eksudat pada liang telinga, membran
timpani intak.
f. Terapi
Antibiotika dosis tinggi terhadap Pseudomonas aeruginosa dikombinasikan
dengan aminoglikosida diberikan secara parenteral 4-6 minggu. Antibiotik
kombinasi yang sering digunakan kabercillin, ticarcillin, pipercillin dengan
gentamicin, tobramicin, colistimethate atau amikacin
Debridemen radikal
33 Sebutkan definisi, sinonim, penyebab, gejala dan tanda serta terapi Herpes
Zoster Otikus! (Buku Penyakit THT Kepala dan Leher Edisi Kedua;
www.emedicine.com; Diagnosis dan Penatalaksanaan Sindrom Ramsay Hunt FK
UNAND)
a. Definisi
Kumpulan gejala yang terdiri dari neuralgia radikuler, erupsi vesikuler yang
mengenai sebagian telinga luar dan kanalis akustikus eksternus disertai
kelumpuhan nervus VII perifer.
b. Sinonim : Sindrom Ramsay Hunt
c. Penyebab : Virus Varicella Zoster
d. Gejala Prodormal : nyeri kepala, nyeri telinga, lesu, demam, sakit kepala,
mual, muntah. Nyeri dan rasa terbakar pada kulit dan sekitarnya
e. Tanda
Paralisis saraf perifer pada wajah, ruam vesikular eritematosa di telinga (oticus
zoster) atau di dalam mulut, bula di antihelix dan atau lobulus. Lesi berada di
telinga luar dan sekitarnya, berupa vesikel berkelompok di atas daerah yang
eritem
f. Terapi
Konservatif
Kortikosteroid
Anti virus
Tindakan operasi
Dekompresi segmen horizontal dan ganglion genikulatum
34 Sebutkan definisi, sinonim, penyebab, gejala dan tanda serta terapi Miringitis
Bulosa! (Buku Ajar Penyakit THT BOIES; Buku Penyakit THT, Kepala dan Leher
Edisi Kedua; www.emedicine.com; Comprehensive otology)
a. Definisi
Miringitis menunjukan peradangan pada membran timpani. Pada miringitis
hemoragik atau bulosa temuan yang paling nyata adalah pembentukan bula/bleb
pada membran timpani dan dinding kanalis di dekatnya.
Miringitis bulosa merupakan suatu miringitis akut yang ditandai oleh adanya
pembentukan bula pada membran timpani
b. Sinonim ??
c. Penyebab
Mycoplasma pneumonia, Streptococcus pneumonia
d. Gejala
Nyeri pada telinga, gangguan pendengaran, riwayat demam, kemungkinan
riwayat trauma akibat membersihkan telinga atau penetrasi benda asing, keluar
cairan dari telinga
e. Tanda
Otoskopi : membran timpani meradang (tanda inflamasi : hiperemis, deformasi,
reflek cahaya memendek atau bahkan menghilang) dengan satu atau lebih bula,
bulla penuh dengan cairan bening, agak kuning, atau perdarahan, limfadenopati
servikal posterior
f. Terapi
Pembersihan kanalis auditorius eksterna
Irigasi liang telinga untuk membuang debris
Bila ada gangguan sistemik, eritromisin merupakan obat pilihan
Bleb/vesikel dapat dipecahkan dengan jarum halus/pisau miringotomi untuk
menghilangkan nyeri
Pemberian analgetik
35 Apa yang anda ketahui tenteang serumen?
Serumen adalah sekret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada bagian
kartilaginosa liang telinga. Ada dua tipe dasar, basah dan kering. Serumen
diketahui memiliki sifat proteksi. Dapat berfungsi sebagai sarana pengangkut debris
epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membran timpani. Serumen juga
berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisura
pada epidermis. Serumen memiliki efek bakterisidal. Kumpulan serumen yang
berlebihan bukanlah suatu penyakit. Pada sebagian orang serumen dapat mengeras
dan membentuk sumbat yang padat, pada yang lain sejumlah besar serumen dengan
konsistensi seperti mentega dapat menyumbat liang telinga. Serumen biasanya
diangkat dengan sebuah kuret dibawah pengamatan dan paparan yang memadai.
Irigasi dengan air memakai spuit logam khusus juga sering dilakukan (Buku Ajar
Penyakit THT BOIES)
36 Apa yang anda ketahui Kolesteatotis/kolesteatoma eksterna? (Buku Ajar THT
FKUI Edisi Kelima).
Penumpukan deskuamasi epidermis di liang telinga, membentuk gumpalan dan
menimbulkan rasa penuh serta kurang dengar dan terjadi erosi kulit dan bagian
tulang liang telinga. Disertai rasa nyeri hebat akibat peradangan setempat. Erosi
bagian tulang liang telinga dapat sangat progresif memasuki rongga mastoid dan
kavum timpani. Etiologinya belum jelas , sering terjadi pada pasien dengan
penyakit paru kronik, seperti bronkiektasis, juga pada pasien sinusitis.
37 Sebutkan definisi, sinonim, penyebab, gejala dan tanda serta terapi Otitis
Media! (Buku Ajar THT FKUI Edisi Kelima)
a. Definisi
Peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustaschius,
antrum mastoid, dan sel sel mastoid
b. Klasifikasi
Otitis Media Supuratif
o Otitis Media Supuratif Akut (OMA)
o Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
Otitis Media Non Supuratif
o Otitis Media Serosa Akut (Barotrauma)
o Otitis Media Serosa Kronis
c. Komplikasi
Adams dkk (1989) mengemukakan klasifikasi komplikasi:
Telinga tengah : perforasi membran timpani persisten, erosi tulang
pendengaran, paralisis nervus fasialis
Telinga dalam : fistula labirin, labirintis supuratif, tuli saraf (sensorineural)
Ekstra dural : Abses ekstradural, trombosis sinus lateralis, petrosis
SSP : Meningitis, abses otak, hidrosefalus otitis
38 Sebutkan definisi, sinonim, penyebab, pathogenesis, stadium, gejala dan tanda
serta terapi OMA!
39 Sebutkan definisi, pathogenesis, pembagian, gejala, dan tanda serta terapi
OMK !
40 Sebutkan definisi, sinonim, penyebab, tanda, dan gejala aerotitis !

41 Kenapa bayi dan anak lebih sering terkena OMA disbanding dewasa !
42 Sebutkan dengan ringkas N. VII sejak dari porus akustikus internus hingga
foramen stylomastoideum serta sebutkan pula sifat sifat saraf ini !
43 Sebutkan derajat kelumpuhan saraf yang kamu ketahui !
Klasifikasi Klasifikasi Proses
Seddon Sunderland Patologis
Neuropraxia I Gangguan fungsi
Axonotmesis II Kerusakan axon
III Kerusakan axon dan endoneurium
IV Kerusakan axon, endoneurium dan perineurium
Neurotmesis V Kerusakan total
Gradasi fungsi saraf fasialis menurut House-Brackmann
I. Normal
II. Disfungsi Ringan
III. Disfungsi Sedang
IV. Disfungsi Sedang Berat
V. Disfungsi Berat
VI. Paralisis Total
Gradasi Freys fungsi motorik, tonus, sinkinesis dan hemispasme
MENURUT FKUI, 2016 :
Setiap gerakan dari otot yang dipersarafi N facialis dibandingkan kanan dan kiri :
3 = gerakan normal dan simetris
2 = antara 3 dan 1
1 = sedikit gerakan
0 = tidak ada gerakan sama sekali
44 Sebutkan penyebab kelumpuhan N. VII !
(FKUI, 2016)
Kongenital (bersamaan dengan anomali telinga dan tulang pendengaran)
Infeksi (Ramsay Hunt, OMSK)
Tumor (intrakranial, intratemporal, ekstratemporal)
Trauma (fraktur temporal)
Gangguan p darah (trombosis arteri karotis, maksilaris, serebri media)
Idiopatik (Bells Palsy)
45 Sebutkan definisi, penyebab, tanda dan gejala Bells palsy!
Definisi : Bells palsy adalah suatu kelumpuhan saraf fasialisperifer yang bersifat
unilateral, penyebabnya tidak diketahui (idopatik), akut dan tidak disertai oleh
gangguan pendengaran, kelainan neurologi lainnya atau kelainan lokal.
Penyebab :
Kongenital
anomali kongenital (sindroma Moebius)
trauma lahir(fraktur tengkorak, pendarahan intrakanial,
dll )
Didapat
trauma
penyakit tulang tengkorak(osteomielitis)
proses intrakranial(tumor, radang, pendarahan dll)
proses di leher yang menekan daerah prosesus
stilomastoideus
infeksi tempat lain(otitis media, herpes zoster dll)
sindroma paralisis N. Fasialis familial
Tanda dan gejala :
kelumpuhan otototot wajah pada satu sisi yang terjadi secara tiba-tiba beberapa
jam sampai beberapa hari (maksimal 7 hari).
nyeri di sekitar telinga
rasa bengkak atau kaku pada wajah walaupun tidak ada gangguan sensorik.
Hiperakusis
berkurangnya produksi air mata,
hipersalivasi
berubahnya pengecapan
Kelumpuhan saraf fasialis dapat terjadi secara parsial atau komplit. Kelumpuhan
parsial dalam 17 hari dapat berubah menjadi kelumpuhan komplit.
46 Apa yang dijadikan standar pendengaran normal?
Telinga orang normal (golden ear) dimana dapat mendengar suara pada rentang 0
140 db dengan frekuensi 20-20.000 hertz
47 Bagaimana pembagian kurang pendengaran?
A. Berdasarkan tipe (kualitas)
Conductive hearing loss (CHL) / tuli konduksi
Sensory neural hearing loss (SNHL) / tuli sensori
Tuli campuran
B. Berdasarkan derajat (kuantitas) berdasarkan ISO
Normal (0-25db)
Tuli ringan ( 25-40db)
Tuli sedang (40-55 db)
Tuli sedang berat (55-70db)
Tuli berat (70-90 db)
Tuli sangat berat (<90db)
C. Berdasarkan jenis
1. Organik (anatomic)
Sentral
perifer
2. Fungsional (psikogenik)
3. Simulasi
D. Berdasarkan waktu
Kongenital
Akuisita
48 Sebutkan macam-macam uji pendengaran!
A. Tanpa alat
Test suara (bisik)
B. Dengan alat
1. Test garpu tala
Rinne
Weber
Swabach
Bing
Stenger
2. Test audiometri
49 Apa tujuan uji pendengaran?
Menentukan apakah fungsi pendengaran normal atau terjadi kurang
pendengaran
Menentukan jenis gangguan pendengaran
Menentukan derajat gangguan pendengarna
Menentukan jenis rehabilitasi
50 Uraikan dengan singkat tata cara tes bisik serta evaluasinya!
Test bisik dilakukan dengan membisikkan kata-kata yang dikenal penderita dimana
kata-kata itu mengandung huruf lunak dan huruf desis. Lalu diukur berapa meter
jarak penderita dengan pembisiknya sewaktu penderita dapat mengulangi kata-kata
yang dibisikan dengan benar. Pada orang normal dapat mendengar 80% dari kata-
kata yang dibisikkan pada jarak 6 s/d 10 meter. Apabila kurang dari 5 - 6 meter berarti
ada kekurang pendengaran. Apabila penderita tak dapat mendengarkan katakata
dengan huruf lunak, kemungkinan tuli konduksi. Sebaliknya bila tak dapat
mendengar kata-kata dengan huruf desis kemungkinan tuli persepsi.
Apabila dengan suara bisik sudah tidak dapat mendengar dites dengan suara
konversasi atau percakapan biasa. Orang normal dapat mendengar suara konversasi
pada jarak 200 meter
Evaluasi :
a. 6 meter - normal
b. 5 meter - dalam batas normal
c. 4 meter - tuli ringan
d. 3 2 meter - tuli sedang
e. 1 meter atau kurang - tuli berat
51 Apa kelebihan dan kekurangan tes bisik dibanding tes garpu tala?
Cari lgi tambahannya yaa (bukan dari buku soalnya)
Keuntungan :
Tidak membutuhkan alat bantu
Bersifat semi kuantitatif
Kerugian :
Harus berada pada suasana sunyi, dengan nada dan tinggi suara setiap kata
sama
Membutuhkan ruangan yang luas
52 Satu set garpu tala ada berapa buah ? sebutkan frekuensinya dan frekuensi
mana yang paling sering dipakai ?
1 set penala ada 5 buah, frekuensi 128 Hz, 256 Hz, 512 Hz, 1024 Hz, dan 2048 Hz.
Yang sering dipakai 512 Hz. 1024 Hz, dan 2048 Hz.
(FKUI)
53 Uraikan tes rinne dan evaluasinya!
Penala digetarkan, tangkainya diletakkan di processus mastoid pasien, setelah tidak
terdengar penala dipegang di depan telinga kira kira 2,5 cm.
Evaluasi bila masih terdengar, rinne (+), bila tidak terdengar rinne (-).
(FKUI)
54 Uraikan tes weber, sebutkan evaluasinya!
Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala pasien
(vertex, dahi, pangkal hidung, tengah-tengah gigi seri atau di dagu).
Evaluasi
Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut weber
lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke telinga mana bunyi
tersebut terdengar, disebut weber tidak ada lateralisasi.
(FKUI)
55 Jelaskan dengan singkat tes scwabach dan bagaimana evaluasinya!
Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastodi pasien sampai
tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus
mastoid telinga pemeriksa yang pendengaran normal.
Evaluasi bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut schwabach memendek, bila
pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu
dimulai dengan meletakkan penala di procesus mastoid pemeriksa sampai tidak
terdengar, bila pasien masih dapat mendengar disebut scwabach memanjang. Bila
pasien dan pemeriksa sama mendengar disebut scwabach sama dengan pemeriksa.
(FKUI)
56 Apa saja tujuan tes garpu tala?
Tes rinne : untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui
tulang pada telinga yang diperiksa.
Tes weber untuk membandingkan hantaran tulang telinga yang sakit dengan yang
sehat
Tes scwabach untuk membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan
pemeriksa yang pendengaran normal.
(FKUI)
57 Apa tujuan audiometri ?
Untuk mengetahui derajat ketulian dan jenis tuli (tuli konduksi, tuli sensori, atau tuli
campuran) (FKUI)
58 Sebutkan bagian pokok audiometer!
Peralatan : Headphone (tanda merah untuk kanan, biru untuk kiri), witch indikator,
masking.
Nada murni : bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi dinyatakan dalam jumlah
getaran per detik.
Bising : bunyi yang banyak frekuensi (narrow band / spektrum terbatas dan white
noise / spektrum luas)
Frekuensi : nada murni yang dihasilkan oleh getaran suatu benda yang sifatnya
harmonis sederhana. Dinyatakan dalam hertz.
Intensitas bunyi: dinyatakan dalam desibel (dB), dikenal Dbhl (Hearing level), Dbsl
(sensation level) yang sering digunakan dalam audiometer, untuk Dbspl (sound
pressure level) digunakan untuk mengetahui intensitas bunyi yang sesungguhnya).
Ambang dengar : bunyi nada murni terlemah pada frekuensi tertentu yang dapat
didengar orang.
Nilai nol audiometer: intensitas nada murni yang terkecil pada suatu frekuensi tertettu
yang masih didengar orang dewasa muda (18-30 tahun).
Notasi pada audiogram: dipakai grafik AC dan BC . telinga kiri biru, telinga kanan
merah.
(FKUI)
59 Apa beda audiometri nada murni dan audiometri tutur?
Audiometri nada murni adalah metode pemeriksaan pendengaran dengan
menggunakan alat dimana nada yang digunakan telah direkam dalam alat. Sedangkan
Audiometri Tutur mengunakan suara tutur kata-kata yang telah ditentukan.
60 Gambarkan Audiogram nada murni dan audiogram tutur!
Audiogram nada Murni

Audiogram Tutur
??
61 Apakah yang dimaksud Timpanometri?
Timpanometri merupakan pemeriksaan untuk menilai fungsi telinga tengah dengan
mengukur besarnyta tekanan intra timpani tanpa mencoblos membran timpani (non
invasif), serta mendeteksi adanya carina pada telinga tengah, tekanan negatif telinga
tengah, kerusakan tulang-tulang pendegaran, perforasi membran timpani, dan
otosklerosis.

Sumber 59-61:
Suwento R. 2007. Gangguan pendengaran pada bayi dan anak. Dalam seminar
sehari penatalaksanaan gangguan pendengaran dan ketulian. Semarang. h1-12
Kolegium Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala, dan Leher.
Modul Telinga, Gangguan pendegeran Edisi 1.2008 h18-23.
62 Bagaimana cara uji pendengaran pada bayi dan anak?
Dilakukan skrining. Terdapat 2 skrining yang dapat digunakan :
1. Automated Audiotry Brainstem Response (AABR)
Test ini digunakan untuk mengetahui bagiamana saraf-saraf pendengaran merespon
suara. Nada yang lembut dibunyikan melalui earphones yang terpasang pada telinga
bayi/. Lalu terpasang 3 elektroda di kepala bayi untuk mengetahui respon saraf
pendengaran.
2. Otoacoustic Emissions (OAE)
Test ini digunakan untuk memperkirakan gelombang suara yang diproduksi pada
telinga dalam. Prob yang ukurannya kecil diletakan pada lubang telinga bayi yang
digunakan untuk merespon pantuan suara ketika nada dibunyikan pada telinga bayi.
https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/Pages/Purpose-of-
Newborn-Hearing-Screening.aspx
63 Apa itu alat bantu dengan jenis KP apa yang responsif terhadap ADS?

64 Apa definisi , macam, dan indikasi meastoidektomi?


Definisi : Prosedur yang dilakukan untuk menghilangkan sel-sel udara pada mastoid.
Jenis:
Radical mastoidectomy
Canal wall Down Mastoidectomy
Canal Wall Up Mastoidectomy
Cortical Mastoidectomy
Modified Radical Mastoidectomy
Indikasi : Otitis Media Kronik dengan atau tanpa cholesteatoma
Neoplasma, meningomas, Epidermoids.
Cummings CW, Flint PW, Haughey BH, et al. Otolaryngology: Head & Neck
Surgery. 4th ed. St Louis, Mo; Mosby; 2005:30193020.
65 Apa definisi macam dan indikasi Timpanoplastik?
Definisi : Prosedur operasi yang digunakan untuk rekonstruksi dari membran timpani
dan atau tulang - tulang yang terdapat pada telinga tengah.
menurut Horst Ludwig Wullstein terdapat 5 tipe
Tipe 1 : Terkait perbaikan dari membran timpani bisa disebut juga myringoplasty
Tipe 2 : Terkait perbaikan membran timpani dan tulang telinga tengah yang terkena
defek
Tipe 3 : Terkait pengangkatan tulang telinga tengah dan epitimpani bila terjadi defek
yang luas terhadap malleus dan incus. Perbaikan membran timpani tetap dilakukan
kemudian disambungkan langsung dengan Stapes
Tipe 4 : Perbaikan bila stapes dapat digerkan tetapi crura menghilang. Hasil dari tipe
4 ini hanya terdapat tuba eustasius dan hipotimpanum
Tipe 5 : Perbaikan yang berkatian dengan stapes yang tidak dapat bergerak.
Indikasi :
Untuk mengembalikan fungsi dan anatomi tubuh dari telinga tengah.

Tymapno or myringoplasty .Surgerynet. Retrieved 13 August 2012


66 Sebutkan tulang-tulang pembentuk rongga hidung!
Os vomer
Lamina perpendicularis ossis ethmoidalis
Os maxilla dan os palatum
Lamina kribiformis ossis ethmoidalis
Os sphenoid
67 Sebutkan tulang rawan yang ikut membentuk rongga hidung!
cartilago septum nasi
cartilago nasalis
68 Sebutkan tulang dan tulang rawan pembentuk sekat hidung!
Anterior : cartilago septum nasi
Posterior : Os vomer
Superior : Lamina perpendicularis ossis ethmoidalis
( Sumber : Anatomi Klinik Snell)
Kalau dari BOIES ada tambahan, struktur tulang dan tulang rawan pembentuk
septum nasi disokong di bagian bawahnya oleh krista maksila dan krista palatina
69 Sebutkan pembagian hidung dan rongga hidung!
Hidung atau nasal dibagi menjadi dua yaitu hidung luar (nasus eksternus) dan rongga
hidung (cavum nasi)
Hidung luar berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah:
1. Pangkal hidung
2. Batang hidung (dorsum nasi)
3. Puncak hidung (tip)
4. Ala nasi
5. Kolumela
6. Lubang hidung (nares anterior)

Penyusun hidung luar ada kerangka tulang yaitu :


1. Os nasal
2. Processus frontalis os maxilla
3. Processus nasalis os frontal

Sedangkan untuk tulang rawan yang menyusun hidung luar :


1. 1 pasang kartilago nasalis lateralis superior
2. 1 pasang kartilsgo nasalis lateralis inferior/ kartilago ala mayor
3. tepi anterior kartilago septum

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke


belakang, ditengahnya dipisahkan oleh septum nasi menjadi kavum nasi
dextra dan kavum nasi sinistra.
Kavum nasi terdiri dari :
1. Lubang masuk kavum nasi bagian depan nares anterior
2. Lubang belakang nares posterior/ koana yang menghubungkan kavum
nasi dengan nasofaring.
3. Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi tepat di
belakang nares anterior vestibulum (yang dilapisi oleh kulit yang banyak
kelenjar sebase dan rambut panjang/ vibrise)
4. Bagian dinding kavum nasi
Dinding medial : septum nasi
Dinding lateral : Konka (Concha nasalis superior, media, inferior) dan
meatus ( meatus nasi superior, media, inferior)
Dinding inferior dibentuk oleh os maksila dan os palatum
Dinding superior dibentuk oleh lamina kribiformis
5. Di bagain posterior, atap rongga hidung dibentuk oleh os sphenoid
(SUMBER : THT FKUI)
70 Sebutkan sinus2 pada nasal dan dimana muaranya!
Tempat muara Sinus/ ductus
Recessus sphenoethmoidalis Sinus sphenoidalis
Meatus nasi superior Sinus ethmoidalis posterior
Meatus nasi media Sinus maxillaris
Sinus frontalis
Sinus ethmoidalis anterior
Sinus ethmoidalis media
Meatus nasi inferior Ductus nasolacrimalis
( Sumber : Anatomi Klinik Snell)
71 Sebutkan fungsi hidung!
(Sumber : THT FKUI)
Fungsi respirasi mengatur kondisi udara, penyaring udara, humidifikasi,
penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik local.
Fungsi penghidu karena terdapat mukosa olfaktorius dan reservoir untuk
menampung stimulus penghidu
Fungsi fonetik untuk resonansi suara, membantu proses bicara dan
mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang
Fungsi static dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi
terhadap trauma dan pelindung panas
Refleks nasal mukosa hidung merupakan reseptor reflex yang berhubungan
dengan sal. Cerna, kardiovaskuler dan pernapasan. Iritasi mukosa hidung akan
menyebabkan bersin, rangsang bau menyebabkan sekresi kelenjar air liur, lambung
dan pancreas.
72 Sebutkan gejala dan tanda penyakit kelainan hidung!
Gejala penyakit kelainan hidung secara umum dapat berupa gejala lokal atau
gejala manifestasi jauh. Gejala lokal :
1. Kongesti atau sumbatan hidung
2. Rinore
3. Perdarahan
4. Nyeri
5. Anosmia
6. Sekret post nasal

Tanda penyakit kelainan hidung biasanya ditemukan pada saat pemeriksaan fisik,
seperti :
1. Edema mukosa yang dapat menyebabkan nyeri kepala
2. Massa berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah
digerakkan, tanda yang dapat ditemukan pada penyakit polip hidung saat
pemeriksaan rinoskopi anterior
3. Pada rhinitis alergi, rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna
pucat atau livid disertai secret yang banyak.
4. etc.

(Sumber : BOIES dan THT FKUI)


*mas, mba dan temen2 ini sebenernya saya bingung gejala dan tanda penyakit
kelainan hidung secara umum atau dijabarin semua penyakit hidung satu-satu,
soalnya nomer 73-81 sudah ditanyakan tanda dan gejala per penyakit, jadi buat nomor
72 saya jawab tanda dan gejala secara umum, kalau salah mohon dikoreksi, Btk.
73 Sebutkan beberapa kelainan kongenital pada hidung!
A. Nasal Dermoid
B. Choanal atresia
C. Epignathus
D. Polyrhinia
E. Arhinia
F. Nasal Cleft
G. Proboscis lateralis
H. Encephaloceles
74 Apa gejala dan tanda fraktur os nasal, dengan apa diagnosis pastinya,apa
bahayanya, bagaimana terapinya?
A. Gejala dan tanda
- Bengkak pada hidung atau muka
- Nyeri pada hidung
- Sulit bernapas
- Deformitas dan krepitasi
- Memar pada hidung atau bawah kelopak mata
- Keluar darah dari hidung (epistaksis), rinore CSF
- Riwayat trauma, kecelakaan
- Anosmia
B. Diagnosis pasti
Inspeksi (deformitas, rinoskopi anterior : edema mukosa hidung, deviasi
septum, hematoma septum, bekuan darah, robekan mukosa septum) Palpasi
(krepitasi, nyeri tekan, depresi os nasal). PP : Foto os nasal lateral, foto cranium
AP, foto sinus paranasal posisi Waters, CT Scan tanpa kontras
C. Bahaya fraktur
- Hematom septum nasal : akumulasi darah pada ruang subperikondrial yang
menekan kartilago dibawahnya menyebabkan nekrosis septum irreversible
- Obtruksi jalan napas
- Mengenai lamina cribriformis : predisposisi mengeluarkan CSF yg dpt
menyebabkan meningitis, encepalitis, abses serebri
D. Terapi
1. Konservatif :
- Dekongestan : untuk megurangi edema mukosa
- Vasokontriktor topikal
- Balut tampon
- Antibiotik
- Analgetik
2. Operatif
Reduksi tertutup patah tulang hidung tanpa komplikasi baik dilakukan dengan
anestesi lokal. Untuk patah tulang moderat complexnasal, fraktur terbuka, atau
hematoma septum, konsultasi bedah harus dicari. Sementara itu , patah tulang
hidung dapat dikelola melalui reduksi tertutup, beberapa luka pada akhirnya
mungkin memerlukan reduksi terbuka melalui septorhinoplasty. Ini biasanya
dilakukan pada 6 sampai 12 bulan setelah bekas luka post-trauma melunak.
75 Apa gejala dan tanda khas corpus alineum hidung? (Kalan, 2000)
Anamnesis
Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan
anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba muncul choking (rasa
tercekik), gejala, dan tanda lainnya. Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan
karena kasus aspirasi benda asing sering tidak segera dibawa ke dokter saat
kejadian. Perlu diketahui macam benda atau bahan yang teraspirasi dan telah
berapa lama tersedak benda asing itu.
Pemeriksaan fisis
Pada pemeriksaan fisis hidung, dapat digunakan rhinoskopi anterior. Namun,
kadang-kadang edema dan granulasi mukosa menutupi benda asing tersebut.
Pada beberapa kasus, diperlukan penyemprotan agen vasokonstriktor untuk
memperkecil mukosa pada saat pemeriksaan. Seringkali, tindakan ini
memperjelas penampakan badan asing tersebut. Pada anak-anak kecil dan
kurang kooperatif, kadang diberikan anestesi umum untuk mempermudah
dalam menemukan benda asing. Pemeriksaan fisis di rongga hidung dapat
ditemukan destruksi luas pada mukosa membran, tulang, dan kartilago.
Mukosa hidung menjadi lunak dan mudah berdarah. Selain itu, pada
pemeriksaan tampak pula edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral
dan dapat terjadi ulserasi. Benda asing biasanya tertutupi oleh mukopus,
sehingga disangka sinusitis. Dalam hal demikian, bila akan menghisap
mukopus haruslah hati-hati supaya benda asing tersebut tidak terdorong ke
arah nasofaring yang kemudian dapat masuk ke laring, trakea, dan bronkus.
Pada kasus rhinolith, pemeriksaan fisis kadang ditemukan pada kavum nasi
massa berwarna keabu-abuan yang irregular, di sepanjang dasar rongga
hidung yang bertulang, keras, dan terasa berpasir pada pemeriksaan.
76 Apa yang dimaksud dengan epistaksis, apa penyebab, dan bagaimana
terapinya?
A. Definisi
Epistaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu epistazo, yang artinya perdarahan
dari hidungyang dapat berupa perdarahan anterior dan perdarahan posterior.
Perdarahan dari hidung inidapat terjadi akibat sebab lokal atau sebab umum
(kelainan sistemik).
B. Penyebab
1. Faktor Lokal
Beberapa faktor lokal yang dapat menyebabkan terjadinya epistaksis,
antara lain :
a.Trauma nasal
b. Obat semprot hidung (nasal spray)
c. Kelainan anatomi: adanya spina, krista dan deviasi septum.
d. Tumor intranasal atau sinonasal. Sering ditandai dengan adanya
riwayat epistaksis yang berulang.
e. Iritasi zat kimia, obat-obatan atau narkotika. Seperti dekongestan topikal
dan kokain. Iritasi karena pemakaian oksigen: Continuous Positive
Airway Pressure (CPAP)
f. Kelainan vaskuler seperti kelainan yang dikenal dengan Wageners
granulomatosis (kelainan yang didapat) Infeksi lokal infeksi hidung
dan sinus paranasal, rinitis, sinusitis serta granulomaspesifik,seperti
lupus, sifilis dan lepra dapat menyebabkan epistaksis
2. Sistemik
a. Hipertensi
b. Sindrom Rendu Osler Weber (hereditary hemorrhagic
telangectasia) merupakankelainan bawaan yang diturunkan secara
autosom dominan. Trauma ringan padamukosa hidung akan
menyebabkan perdarahan yang hebat. Hal ini disebabkanoleh
melemahnya gerakan kontraktilitas pembuluh darah serta
terdapatnya fistulaarteriovenous
c. Infeksi sistemik akut Demam berdarah, demam typhoid,
influenza, morbili,demam tifoid.
d. Efek sistemik obat-obatan golongan antikoagulansia (heparin,
warfarin) danantiplatelets (aspirin, clopidogrel).
e. Kegagalan fungsi organ seperti uremia dan sirosis hepatis
f. Hormonal : Seperti kelebihan hormon adrenokortikosteroid atau
hormon mineralokortikoid,pheochromocytoma, hyperthyroidism
atau hypothyroidism, kelebihan hormonpertumbuhan dan
hyperparathyroidism
C. Tatalaksana
Untuk dapat menghentikan pendarahan perlu dicari sumbenrnya
dan penyebabnya, setidaknya dilihat apakah perdarahan dari anterior
atau posterior. Sumber perdarahan dicari untuk membersihkan hidung dari
darah dan bekuan darah dengan bantuan alat penghisap. Kemudian pasang
tampon sementara yaotu kapas yang telah di basahi oleh adrenalin 1/5000
1/10.000 dan pantokain atau lidokain 2% di masukankedalam rongga
hidung untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa nyeri pada
saatdi lakukan tindakan selanjutnya, tampon di biarkan selama 10-15
menit. Setelah terjadi vasokonstriksi biasanya dapat di lihat apakah
perdarahan dari bagian anterior atau posterior hidung.
Perdarahan anterior
- Metode Trotter
- Kauterisasi
- Tampon anterior
Perdarahan Posterior
- Tampon posterior : tampon bellocq, Balloon tamponade, Ligasi arteri
77 Apa definisi, penyebab, gejala dan tanda, diagnosis serta terapi polip nasi?
A. Definisi
Polip hidung adalah masa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam rongga
hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa
B. Gejala
Keluhan utama penderita polip hidung adalah rasa tersumbat dari yang ringan
sampai yang berat, rinore dari yang jernih sampai purulen, hiposmia atau anosmia.
Mungkin disertai bersin-bersin, rasa nyeri di hidung disertai sakit kepala di daerah
frontal. Bila disertai infeksi sekunder mungkin didapati post nasal drip dan rinore
purulen. Gejala sekunder yang dapat timbul adalah bernafas melalui mulut, suara
sengau, halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup. Polip yang besar
kadang-kadang mengganggu pernapasan di malam hari dan menyebabkan
obstructive sleep apnea. Selain itu harus ditanyakan riwayat rinitis alergi, asma,
intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat lainnya serta alergi makanan.5 Polip
hidung hampir selalu bilateral dan jika unilateral perlu dilakukan pemeriksaan
histologi untuk menyingkirkan keganasan atau patologi lain sepeti inverted
papilloma. Polip hidung tidak sensitif terhadap palpasi dan jarang berdarah.
C. Penyebab
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi
alergi pada mukosa hidung
1. Alergi terutama rinitis alergi.
2. Sinusitis kronik.
3. Iritasi.
4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi
konka.
D. Tanda dan Diagnosis
Polip hidung yang masif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga
hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan
rinoskopi anterior terlihat sebagai masa yang berwarna pucat yang berasal dari
meatus media dan mudah digerakkan.1 Pembagian stadium polip menurut Mackay
dan Lund (1997)1,6,7
1. Stadium 1 : Polip masih terbatas di meatus media
2. Stadium 2 : Polip sudah keluar dari meatus media, tampak di rongga
hidung tapi belum memenuhi rongga hidung
3. Stadium 3 : Polip yang masif
E. Terapi
1. Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari,
kemudian dosis diturunkan perlahan-lahan (tappering off).
2. Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5 cc,
tiap 5-7 hari sekali, sampai polipnya hilang.
3. Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan obat untuk
rinitis alergi, sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan pengobatn
kortikosteroid per oral. Efek sistemik obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman.
Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang
sangat masih dipertimbangkan untuk terapi bedah. Dapat dilakukan ekstraksi polip
(polipektomi)
78 Apa definisi, penyebab, gejala dan tanda, diagnosis, serta terapi angiofibroma
nasofaring?
a. Definisi
Angiofibroma nasofaring (angiofibroma nasopharynx/ nasopharyngeal
angiofibroma) adalah suatu tumor jinak nasofaring yang secara histologik jinak
namun secara klinis bersifat ganas karena dapat mendestruksi tulang dan meluas
ke jaringan sekitarnya, seperti ke sinus paranasalis, pipi, mata dan tengkorak
(cranial vault), serta sangat mudah berdarah yang sulit dihentikan.
b. Penyebab
- sex steroid-stimulated hamartomatous tissue yang terletak di turbinate cartilage.
- reseptor seks-hormon muncul pada angiofibroma dengan menggunakan teknik
sensitive immunocytochemical
- faktor pertumbuhan yang memediasi proliferasi agresif sel stromal dan
angiogenesis. Transforming Growth Factor-1 (TGF-1)
c. Tanda dan gejala
1. Obstruksi nasal (80-90%) dan ingus (rhinorrhea). Ini merupakan gejala yang
paling sering, terutama pada permulaan penyakit.
2. Sering mimisan (epistaxis) atau keluar cairan dari hidung yang berwarna
darah (blood-tinged nasal discharge). Mimisan, yang berkisar 45-60% ini,
biasanya satu sisi (unilateral) dan berulang (recurrent).
3. Sakit kepala (25%), khususnya jika sinus paranasal terhalang.
4. Pembengkakan di wajah (facial swelling), kejadiannya sekitar 10-18%.
5. Tuli konduktif (conductive hearing loss) dari obstruksi tuba eustachius.
6. Melihat dobel (diplopia), yang terjadi sekunder terhadap erosi menuju ke
rongga kranial dan tekanan pada kiasma optik.
7. Gejala lainnya yang bisa juga terjadi misalnya: keluar ingus satu sisi
(unilateral rhinorrhea), tidak dapat membau (anosmia), berkurangnya
sensitivitas terhadap bau (hyposmia), recurrent otitis media, nyeri mata (eye
pain), tuli (deafness), nyeri telinga (otalgia), pembengkakan langit-langit
mulut (swelling of the palate), kelainan bentuk pipi (deformity of the
cheek), dan rhinolalia.
d. Diagnosis
1. Tampak massa merah keabu-abuan yang terlihat jelas di faring nasal
posterior; nonencapsulated dan seringkali berlobus (lobulated); dapat tidak
bertangkai (sessile) atau bertangkai (pedunculated). Angka kejadian massa di
hidung (nasal mass) ini mencapai 80%.
2. Mata menonjol (proptosis), langit-langit mulut yang membengkak (a bulging
palate), terdapat massa mukosa pipi intraoral (an intraoral buccal mucosa mass),
massa di pipi (cheek mass), atau pembengkakan zygoma (umumnya disertai
dengan perluasan setempat). Angka kejadian massa di rongga mata (orbital mass)
ini sekitar 15%, sedangkan angka kejadian untuk mata menonjol (proptosis)
sekitar 10-15%.
3. Tanda lainnya termasuk: otitis serosa karena terhalangnya tuba eustachius,
pembengkakan zygomaticus, dan trismus (kejang otot rahang) yang merupakan
tanda bahwa tumor telah menyebar ke fossa infratemporal. Juga terdapat
penurunan penglihatan yang dikarenakan optic nerve tenting, namun hal ini jarang
terjadi. (1, 6)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Biopsi
2. Foto polos
3. CT Scan
4. Angiografi
e. Terapi
1. EMBOLISASI
Tujuan embolisasi pada pembuluh darah tumor supaya tumor menjadi
jaringan parut dan menghentikan perdarahannya. Embolisasi dilakukan dengan
memasukkan suatu zat dalam pembuluh darah untuk membendung aliran darah.
Biasanya agen embolisasi dimasukkan melalui arteri karotis eksterna lalu ke arteri
maksilaris interna.
2. OPERASI
Terjadi pembesaran yang terbatas ke arah lateral. Untuk lesi dengan
pembesaran terbatas ini, operator lain mungkin memilih pendekatan transfacial
melalui lateral rhinotomy dan medial maxillectomy. Teknik midfacial degloving
bisa juga digunakan. Lesi dengan penyebaran yang luas ke luar nasofaring akan
memerlukan kombinasi dari pendekatan-pendekatan pembedahan basis cranii
untuk mendapatkan pembukaan yang cukup untuk mengeluarkan lesi.
3. HORMONAL
4. RADIOTERAPI
79 Apa sinonim, definisi, penyebab, gejala dan tanda, terapi, serta komplikasi
rhinitis akut simplek?
a. Sinonim
Rinitis simpleks disebut juga pilek, salesma, common cold, dan coryza
b. Definisi
Rhinitis akut adalah peradangan pada mukosa hidung yangberlangsung akut(<12
minggu). Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, ataupun iritan. Radang
sering ditemukan karena manifestasi dari rhinitis simpleks (common cold), influenza,
penyakit eksantem (seperti morbili, variola, varicella, pertusis), penyakit spesifik,
serta sekunder dari iritasi lokal atau trauma.
c. Penyebab
Klasifikasi berdasarkan etiologi:
1. Rhinitis Virus
a. Rhinitis simplek (pilek, Selesema, Comman Cold, Coryza)
Rhinitis simplek disebabkan oleh virus. Infeksi biasanya terjadi melalui
droplet di udara. Beberapa jenis virus yang berperan antara lain,
adenovirus, picovirus, dan subgrupnya seperti rhinovirus, coxsakievirus,
dan ECHO. Masa inkubasinya 1-4 hari dan berakhir dalam 2-3 minggu.
b. Rhinitis Influenza
Virus influenza A, Batau C berperan dalam penyakit ini. Tanda dan
gejalanya mirip dengan common cold. Komplikasi berhubungan dengan
infeksi bakteri sering terjadi.
c. Rhinitis Eksantematous
Morbili, varisela, variola, dan pertusis, sering berhubungan dengan
rhinitis, dimana didahului dengan eksantema sekitar 2-3 hari. Infeksi
sekunder dan komplikasi lebih sering dijumpai dan lebih berat.
2. Rhinitis Bakteri
a. Infeksi non spesifik
1. RhinitisBakteri Primer. Infeksi ini tampak pada anak dan biasanya
akibat dari infeksi pneumococcus, streptococcus atau staphylococcus.
Membran putih keabuabuan yang lengket dapat terbentuk di rongga
hidung, dan apabila diangkat dapat menyebabkan
pendarahan/epistaksis.
2. RhinitisBakteri Sekunder merupakan akibat dari infeksi bakteri pada
rhinitis viral akut.
b. Rhinitis Difteri
Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae. Rhinitis difteri
dapat berbentuk akut atau kronik dan bersifat primer pada hidung atau
sekunder pada tenggorokan. Dugaan adanya rhinitis difteri harus
dipikirkan pada penderita dengan riwayat imunisasi yang tidak lengkap.
Penyakit ini semakin jarang ditemukan karena cakupan program imunisasi
yang semakin meningkat.
3. Rhinitis Iritan
Tipe rhinitis akut ini disebabkan oleh paparan debu, asap atau gas yang
bersifat iritatif seperti ammonia, formalin, gas asam dan lain-lain. Selain itu,
dapat juga disebabkan oleh trauma yang mengenai mukosa hidung selama
masa manipulasi intranasal, contohnya pada pengangkatan corpus alienum.
Pada rhinitis iritan terdapat reaksi yang terjadi segera yang disebut dengan
immediate catarrhal reaction bersamaan dengan bersin, rinore, dan hidung
tersumbat. Gejalanya dapat sembuh cepat dengan menghilangkan faktor
penyebab atau dapat menetap selama beberapa hari jika epitel hidung telah
rusak. Pemulihan akan bergantung pada kerusakan epitel dan infeksi yang
terjadi.
D. Gejala dan Tanda
Keluhan
Pasien datang dengan keluhan keluar ingus dari hidung (rinorea), hidung
tersumbat disertai rasa panas dan gatal pada hidung.
- Rhinitis simpleks: gejala berupa rasa panas di daerah belakang hidung pada
awalnya, lalu segera diikuti dengan hidung tersumbat, rinore, dan bersin yang
berulang-ulang. Pasien merasa dingin, dan terdapat demam ringan. Pada infeksi
bakteri ingus menjadi mukopurulen, biasanya diikuti juga dengan gejala sistemik
seperti demam, malaise dan sakit kepala.
- Rhinitis influenza: gejala sistemik umumnya lebih berat disertai sakit pada otot.
- Rhinitis eksantematous: gejala terjadi sebelum tanda karakteristik atau ruam
muncul.
- Rhinitis iritan: gejala berupa ingus yang sangat banyak dan bersin.
- Rhinitis difteria: gejala berupa demam, toksemia, terdapat limfadenitis, dan
mungkin ada paralisis otot pernafasan.
Pemeriksaan Fisik
Dapat ditemukan adanya demam.
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak kavum nasi sempit, terdapat sekret
serous atau mukopurulen dan mukosa udem dan hiperemis.
Pada rhinitis difteri tampak ada ingus yang bercampur darah. Membran keabu-
abuan tampak menutup konka inferior dan kavum nasi bagian bawah,
membrannya lengket dan bila diangkat dapat terjadi perdarahan.
Komplikasi
1. Otitis media akut.
2. Sinusitis paranasalis.
3. Infeksi traktus respiratorius bagian bawah seperti laring, tracheobronchitis,
pneumonia.

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
1. Istirahat yang cukup.
2. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat.
3. Rhinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara spontan setelah
kurang lebih 1 - 2 minggu. Karena itu umumnya terapi yang diberikan lebih bersifat
simptomatik, seperti analgetik, antipiretik, dan nasal dekongestan disertai dengan
istirahat yang cukup. Terapi khusus tidak diperlukan kecuali bila terdapat komplikasi
seperti infeksi sekunder bakteri, maka antibiotik perlu diberikan.
- Antipiretik dapat diberikan parasetamol.
- Dekongestan oral dapat mengurangi sekret hidung yang banyak, membuat pasien
merasa lebih nyaman, seperti pseudoefedrin, fenilpropanolamin, atau fenilefrin.
- Antibiotik diberikan jika terdapat infeksi bakteri, seperti amoxicillin, eritromisin,
cefadroxil.
- Pada rhinitis difteri terapinya meliputi isolasi pasien, penisilin sistemik, dan
antitoksin difteri.
80 Apa definisi, pembagian, gejala dan tanda, diagnosis, dan terapi rinitis alergi?
(BUKU FK UI hal 106)
a. Definisi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang
sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulang
dengan alergen spesifik tersebut
b. Pembagian
Klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO Initiative ARIA
tahun 2011
- Berdasarkan sifat berlangsungnya:
Intermiten (kadang kadang) : bila gejala kurang dari 4 hari/minggu
atau kurang dari 4 minggu
Persisten/menetep : bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4
minggu
- Berdasarkan berat ringannya penyakit
Ringan : bila tidak ditemukan gangguna tidur, gangguan aktivitas
harian, bersantai, berolahraga, belajar, maupun bekerja
Sedang-berat : bila terdapat 1 atau lebih dari gangguan tersebut diatas
c. Gejala dan tanda
- Gejala
1) Bersin
2) Keluar ingus
3) Hidung tersumbat
4) Mata gatal, terkadang keluar air mata yang banyak
- Tanda
1) Bayangan gelap di bawah mata
2) Menggosok-gosok hidung
3) Garis melintang dai daerah hidung
d. Diagnosis
Rinitis alergi ditegakkan berdasarkan :
1) Anamnesis
a) Serangan bersin berulang
b) Rinore (keuar ingus yang encer dan banyak
c) Hidung tersumbat
d) Hisung dan mata gatal
e) Lakrimasi ( keluar air mata )
2) Pemeriksaan fisik
a) Allergic shiner : bayangan gelap di daerah bawah mata yang terjadi
karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung
b) Allergic salute : gerakan menggosok-gososkan punggung tangan ke
hidung karena gatal
c) Allergic crease : garis melintang di daerah nasi bagian sepertiga
bawah, karena menggosok-gososkan punggung tangan ke hidung
e. Penatalaksanaan
1) Menhimdari kontak dengan alergen
2) Medikamentosa
Antihistamin H-1
Agonis adrenergik alfa : sebagai dekongestan hidung. Pemberian topikal
hanya boleh untuk beberapa hari saja
Antikolinergik topikal : untuk mengatasi rinore, contoh :
budesonidflutikoason, dll
Kortikosteroid topikal : diberikan bila keuhan hidung tersumbat tidak
berespon dengan obt lain
3) Operatif :
Konkotomi parsial (pemotongan konka inferior), konkoplasti perlu
dipikirkan konka inferior hpertrofi berat dan tidak bisa mengecil dwngan
ca akauterisasi memakai AgNO3 25% atau triktor asetat
81 Apa definisi, sinonim, penyebab, gejala dan tanda, terapi rinitis vasomotor?
(BUKU FK UI hal 113)
a. Definisi
Rinitis vasomotor adalah suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa
adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubuhan hormonal, dan pajanan obat.
b. Sinonim
Vasomotor catarrh, vasomotor rinorhea, nasal vasomotor instability, atau
non-allergic perennial rhinitis
c. Penyebab
1) Neurogenik (disfungsi sistem otonom)
Akibat ketidakseimbangan impuls saraf otonom di mukosa hidung
yang berupa bertambahnya aktivitas sistem parasimpatis (peningkatan
sekresi hidung dan vasodilatasi, sehingga terjadi kongesti hidung)
2) Neuropeptida
Menignkatnya rangsangan terhadap saraf sensoris serabut C di hidung
peningkatan pelepasan neuropeptide peningkatan permeabilitas
vaskuler dan sekresi kelenjar
3) Nitrit Oksida
Peningkatan NO yang tinggi dan persisten di lapisan epitel hidung
kerusakan/ nekrosis epitel rangsangan non-spesifik berinteraksi ke
sup-epitel peningkatan reaktifitas serabut trigeminal dan
recruitment refleks vaskuler dan kelenjar mukaso hidung
4) Trauma
Kompilkasi trauma hidung melalui mekanisme neurogenik dan/atau
neuropeptida
d. Gejala dan tanda
1) Dicetuskan oleh rangsangan non-spesifik seperti asap rokok, bau yang
menyengat, parfum, minuman beralkohol, makanan pedas, dllyang
pada kedaan normal tidak dirasakan sebagai gangguan bagi individu
tersebut
2) Gejala yang domina : hidung tersumbat bergantian kakan dan kiri
tergantung posisi pasien, rinore yang mukoid atau serosa, jarang
disertai gejala mata
e. Terapi
1) Menghindari stimulus/faktor pencetus
2) Pengobatan simtomatis: dekongestan oral, cuci hidung dengan
larutan fisiologis, kortikosteroid topikal 100-200 mcg, antikolinergik
topikal (ipatropium bromide) untuk kasus rinore berat
3) Operasi
Elektrokauter , konkotomi pasrial konka inferior
4) Neurektomi n.vidianus, komplikasi: sinusitis, diplopia, buta,
gangguan lakrimasi, neuralgia, anestesis infraorbita dan palatum
82 Uraiakan dengan singkat bagaimana tes alergi! (Internet)
a. Tes tusuk kulit - alergen yang ditentukan diterapkan pada lengan dengan pipet,
dan selanjutnya kulit ditusuk dengan jarum. Apabila dalam 20 menit kulit
menunjukkan reaksi kemerahan atau mungkin gatal, maka hasilnya positif.
b. Allergen-specific IgE blood tests (RAST) tes darah ini akan dilakukan
apabila hasil tes tusuk kulit masih meragukan. Sampel darah pasien akan
diambil dan tingkat imunoglobulin (memiliki keterkaitan dengan alergi) akan
diukur di laboratorium. Hasil tes ini bisa memakan waktu hingga satu minggu.
c. Seleksi diet - seleksi dalam diet diterapkan guna memilah-milah makanan apa
yang menyebabkan reaksi alergi. Proses ini biasanya memerlukan waktu
beberapa minggu dan dilakukan dengan menghindari makanan yang
diidentifikasi sebagai penyebab umum alergi. Proses ini hanya boleh dilakukan
di bawah pengawasan medis dan makanan dimakan sudah ditentukan.
d. Uji patch - pengujian ini paling sering dilakukan untuk menyelidiki dermatitis
kontak. Pemicunya yang paling umum, antara lain: wewangian (misalnya
sabun, parfum, lotion), nikel (perhiasan, gesper, koin) dan krom (pada bahan
kulit dan semen bangunan). Tes patch akan diterapkan di kulit dengan strip
perekat, Selanjutnya daerah tersebut akan diperiksa setelah dua atau empat
hari. Hasil positif menunjukan pada lokasi tersebut kulit kemerahan atau lecet.
83 Sebutkan dan uraikan secara singkat tipe-tipe reaksi alergi! (BUKU IPD jilid I)
a. Hipersensitivitas tipe 1 atau reaksi cepat
Hipersensitivitas tipe I atau disebut juga dengan reaksi cepat, reaksi alergi
atau reaksi anafilaksis ini merupakan respon jaringan yang terjadi akibat
adanya ikatan silang antara alergen dan IgE. Waktu reaksi berkisar antara
15-30 menit setelah terpapar antigen. Berikut mekanisme umum dari
reaksi tersebut :
1) Alergen berkaitan silang dengan IgE sel mast dan basofil
2) Pajanan ulang
3) Sel mast dan basofil mengeluarkan amina vasoaktif dan mediator
kimiawi lainnya
4) Timbul manifestasi
b. Hipersensitivitas tipe 2 (reaksi sitotoksik)
Reaksi tipe 2 atau reaksis sitotoksi terjadi karean dibentuk antibodi jenis
igG dan IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel penjamu. Ikata
antigen-antibodi mengaktifkan komplemen dan menimbulkan lisis.
Mekanisme singkat dari reaksi hipersensitivitas tipe II adalah sebagai
berikut :
1) IgG dan IgM berikatan dengan antigen di permukaan sel
2) Fagositosis sel target atau lisis sel target oleh komplemen, ADCC dan
atua antibodi
3) Pengeluaran mediator kimiawi
4) Timbul manifestasi (anemia hemolitik autoimun, eritoblastosis fetalis,
sindrom Good Pasture atau pemvigus vulgaris)
c. Hipersensitivitas tipe 3atau reaksi komples imun
Reaksi terjadi akibat endapan kompleks antigen-antibodi dalam jaringan
atau pembuluh darah. mekanisme reaksi tipe III ini adalah :
1) Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang sulit difagosit
2) Mengaktifkan komplemen
3) Menarik perhatian Neutrofil
4) Pelepasan enzim lisosom
5) Pengeluaran mediator kimiawi
6) Timbul manifestasi, seperti reaksi Arthus, serum sickness, LES, AR,
Glomerulonefritis, dan penumonitis
d. Hipersensitivitas tipe 4 atau reaksi lambat
Hipersensitivitas tipe IV dikenal sebagai hipersensitivitas yang
diperantarai sel atau tipe lambat (delay-tipe). Waktu reaksi lebih dari 4
24 jam setelh tubuh terpajan antigen. Mekanisme reaksi ini secara umum
adalah sebagai berikut :
1) Limfosit T tersensitasi
2) Pelepasan sitokin dan mediator lainnya atau sitotoksik yang
diperantarai oleh sel T langsung
3) Timbul menifestasi (tuberkulosis, dermatitis kontak, dan reaksi
penolakan transplant).
84 Sebutkan sinonim, definisi, penyebab, gejala serta tanda, stadium2 serta terapi
ozeana! (Asnir, Rizalina Arwinati. Rinitis Atrofi, Cermin Dunia
Kedokteran 2004;144: 5 7)
a. Sinonim
Ozena disebut juga rinitis atrofi, rinitis sika, rinitis kering, sindrom
hidung-terbuka, atau ozaena
b. Definisi
Rinitis atrofi adalah penyakit hidung kronik yang ditandai atrofi progresif
mukosa hidung dan tulang penunjangnya disertai pembentukan sekret
yang kental dan tebal yang cepat mengering membentuk krusta,
menyebabkan obstruksi hidung, anosmia, dan mengeluarkan bau busuk.
c. Penyebab
Etiologi rinitis atrofi dibagi menjadi primer dan sekunder. Rinitis atrofi
primer adalah rinitis atrofi yang terjadi pada hidung tanpa kelainan
sebelumnya, sedangkan rinitis atorfi sekunder merupakan komplikasi
dari suatu tindakan atau penyakit. Rinitis atrofi primer adalah bentuk
klasik dari rinitis atrofi dimana penyebab pastinya belum diketahui
namun pada kebanyakan kasus ditemukan klebsiella ozaenae.1
Rinitis atrofi sekunder kebanyakan disebabkan oleh operasi sinus,
radiasi, trauma, penyakit infeksi, dan penyakit granulomatosa atau.
Operasi sinus merupakan penyebab 90% rinitis atrofi sekunder.
d. Gejala dan tanda
Gejala :
1) obstruksi hidung (buntu)
2) sakit kepala
3) epistaksis pada pelepasan krusta
4) bau busuk pada hidung (foeter ex nasi) yang dikeluhkan oleh orang
lain yang ada di sekitarnya. Bau ini tidak diketahui oleh pasien
karena atrofi dari mukosa olfaktoria.
5) Faringitis sikka
6) Penyumbatan yang terjadi karena lepasnya krusta dari nasofaring
masuk ke orofaring.
Tanda :
1) foeter ex nasi
2) krusta dihidung berwarna kuning, hijau, atau hitam
3) pelepasan kusta akan memperlihatkan ulserasi dan perdarahan
mukosa hidung
e. Stadium
Tingkat I : Atrofi mukosa hidung, mukosa tampak kemerahan dan
berlendir, krusta sedikit.
Tingkat II : Atrofi mukosa hidung makin jelas, mukosa makin kering,
warna makin pudar, krusta banyak, keluhan anosmia belum jelas.
Tingkat III : Atrofi berat mukosa dan tulang sehingga konka tampak
sebagai garis, rongga hidung tampak lebar sekali, dapat ditemukan krusta
di nasofaring, terdapat anosmia yang jelas.
f. Terapi
1) Antibiotik spektrum luas sesuai uji resistensi kuman, dengan dosis
adekuat sampai tanda-tanda infeksi hilang. Qizilbash dan Darf
melaporkan hasil yang baik pada pengobatan dengan Rifampicin oral
600 mg 1 x sehari selama 12 minggu.
2) Obat cuci hidung, untuk membersihkan rongga hidung dari krusta dan
sekret dan menghilangkan bau. Antara lain :
a. Betadin solution dalam 100 ml air hangat atau
b. Larutan garam dapur
c. Campuran : ( NaCl + NH4Cl + NaHCO3 aaa 9 + Aqua ad 300 cc 1
sendok makan dicampur 9 sendok makan air hangat)
d. Campuran : (Na bikarbonat 28,4 g + Na diborat 28,4 g + NaCl 56,7
g dicampur 280 ml air hangat )
Larutan dihirup ke dalam rongga hidung dan dikeluarkan lagi dengan
menghembuskan kuat-kuat, air yang masuk ke nasofaring dikeluarkan
melalui mulut, dilakukan dua kali sehari. Pemberian obat simptomatik
pada rinitis atrofi (Ozaena) biasanya dengan pemberian preparat Fe.
3) Obat tetes hidung , setelah krusta diangkat, diberi antara lain : glukosa
25% dalam gliserin untuk membasahi mukosa, estradiol dalam
minyak Arachis 10.000 U / ml, kemisetin anti ozaena solution dan
streptomisin 1 g + NaCl 30 ml. diberikan tiga kali sehari masing-
masing tiga tetes.
4) Vitamin A 3 x 10.000 U selama 2 minggu.
85 Sebutkan penyebab, patogenesis, gejala dan tanda, diagnosis serta terapi
sinusitis maksilaris akut! (Internet)
a. Penyebab
1) Infeksi virus.
Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran
pernafasan bagian atas (misalnya pilek).
2) Bakteri.
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam
keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae).
3) Infeksi jamur.
Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada
penderita gangguan sistem kekebalan.
4) Peradangan menahun pada saluran hidung.
Pada penderita rinitis alergika dan rinitis vasomotor bisa terjadi sinusitis
akut.
5) Penyakit tertentu.
Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem
kekebalan dan penderita kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis
kistik).
b. Patogenesis
Virus Bakteri Jamur

Menginfeksi ostium sinus & mukosiliar
(KOM)

Oedem

Mukosa yang berhadapan bertemu

Silia tidak dapat bergerak & ostium tersumbat

Tekanan negatif di rongga sinus

Terjadinya transudasi atau penghambatan drainase sinus

Sinusitis
c. Gejala dan tanda
Gejala muncul < 12 minggu:
- Hidung tersumbat
- Pilek
- Nyeri tekan pada wajah
- Penurunan penghidu
d. Diagnosis
Penegakan diagnosis sinusitis secara umum:
1. Kriteria Mayor :
- Sekret nasal yang purulen
- Drenase faring yang purulen
- Purulent Post Nasaldrip
- Batuk
- Foto rontgen (Watersradiograph atau air fluid level) : Penebalan
lebih 50% dari antrum
- Coronal CT Scan : Penebalan atau opaksifikasi dari mukosa sinus
2. Kriteria Minor :
- Sakit kepala - Edem periorbital
- Nyeri di wajah - Sakit gigi
- Nyeri telinga Sakit tenggorok - Nafas berbau
- Bersin-bersin bertambah sering - Demam
- Tes sitologi nasal (smear) : neutrofil dan bakteri
- Ultrasound
Kemungkinan terjadinya sinusitis jika :
Gejala dan tanda : 2 mayor, 1 minor dan 2 kriteria minor

e. Terapi
Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik empirik (2x24 jam).
Antibiotik yang diberikan lini I yakni golongan penisilin atau
kotrimoksazoldan terapi tambahan yakni obat dekongestan oral dan topikal,
mukolitik untuk memperlancar drainase dan analgetik untuk
menghilangkan rasa nyeri.Pada pasien atopi, diberikan antihistamin atau
kortikosteroid topikal. Jika ada perbaikan maka pemberian antibiotik
diteruskan sampai mencukupi 10-14 hari. Pembedahan jarang dilakukan.
86 Sebutkan penyebab, patogenesis, gejala dan tanda, diagnosis serta terapi
sinusitis maksilaris kronis! (BUKU SAKU OP3OS dan jurnal fk unair)
a. Penyebab
1) Asma
2) Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika).
3) Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi maupun pembuangan
lendir.
b. Patogenesis

Siklus patologis rinosinusitis kronik, perubahan pada salah satu faktor akan
mengakibatkan terjadinya proses yang berkelanjutan dengan hasil akhirnya
adalah sinusitis kronik.
c. Gejala dan tanda
1) Pilek berbau, kental, biasanya satu sisi
2) Rasa kering pada tenggorokan, tenggorokan berlendir
3) Batuk Batuk
4) Nyeri kepala jarang ada
5) Badan tidak panas.
d. Diagnosis
1) Anamnesis
- Obstruksi nasal
- Sekret / discharge nasal
- Abnormalitas penciuman
- Nyeri / tekanan fasial. Nyeri tekan tidak terlokalisir
2) Pemeriksaan Fisik
Rinoskopi anterior dapat dilihat kelainan rongga hidung yang
berkaitan dengan sinusitis kronik seperti udem konka, hiperemi, sekret
(nasal drip), krusta, deviasi septum, tumor atau polip.
3) Pemeriksaan Penunjang
Transiluminasi, merupakan pemeriksaan sederhana terutama untuk
menilai kondisi sinus maksila. Pemeriksaan dianggap bermakna bila
terdapat perbedaan transiluminasi antara sinus kanan dan kiri
e. Terapi
1) Jika ditemukan faktor predisposisinya, maka dilakukan tatalaksana
yang sesuai dan diberi terapi tambahan. Jika ada perbaikan maka
pemberian antibiotik mencukupi 10-14 hari.
2) Jika faktor predisposisi tidak ditemukan maka terapi sesuai pada
episode akut lini II + terapi tambahan. Sambil menunggu ada atau
tidaknya perbaikan, diberikan antibiotik alternative 7 hari atau buat
kultur. Jika ada perbaikan diteruskan antibiotik mencukupi 10-14 hari,
jika tidak ada perbaikan, evaluasi kembali dengan pemeriksaan
nasoendoskopi, sinuskopi (jika irigasi 5x tidak membaik). Jika ada
obstruksi kompleks osteomeatal maka dilakukan tindakan bedah yaitu
BSEF atau bedah konvensional. Jika tidak ada obstruksi maka evaluasi
diagnosis.
87 87. Sebutkan sebab2 rinolalia!
Rinolalia terbagi menjadi 2, Rinolalia klausa dan rinolalia aperta dapat disebabkan
oleh beberapa hal, diantaranya yaitu :
a. Rinolalia klausa (hiponasalitas)
Rinolalia klausa dapat disebabkan oleh : FLU (common cold), alergi pada hidung
(nasal allergi), polip hidung (nasal polypi) , adenoid, massa pada nasofaringeal
(nasopharyngeal mass).
b. Rinolalia aperta (hipernasalitas)
Rinolalia aperta dapat disebabkan oleh : Ukuran nasofaring yang besar (large
nasopharynx), post adenoidectomy, fistula oronasal, paralysis of soft palate,
dan sub mucous palate.
Hilger PA. 1997. Hidung: Penyakit Hidung. Dalam: Boeis Buku Ajar Penyakit THT.
Editor: Adams GL. Boeis LR. Higler PA. Edisi keenam. Jakarta: EGC.
88 88. Sebutkan penyebab fetor eks nasi!
Ada beberapa penyakit yang memberikan gejala foetor ex nasi antara lain:
a. Korpus alienum
b. Rinolit
c. Difteri hidung
d. Sinusitis
e. Rinitis atrofi (Ozaena)
f. Nasofaringitis kronis
g. Rinitis kaseosa
Soedarjatni. 1997. Foetor ex nasi. Majalah Cermin Dunia Kedokteran.
89 89. Apa yang dimaksud dengan tampon belloque, SR/SK, NAW, CWL, FESS,
rinotomi lateral, rinoplasti, konkotomi, ethmoidektomi, anstostomi?
a. Tampon belloque
Tampon posterior atau tampon bellocq tersusun atas gulungan kasa yang mana
terdapat 2 ujung. Ujung yang satu diikatkan pada 2 buah benang, sedangkan
ujung yang lain diikatkan pada 1 buah benang. Perbedaan dengan pemasangan
tampon anterior, yaitu pemasangan tampon posterior menggunakan bantuan
kateter karet.

Kucik, CJ. dan Clenney, T. 2005. Management of Epistaxis. Florida. American


Family Physician. 71 (2): 305-311.
b. SR/SK ini mbuh opo maksud singkatannya skala ritcher/surat
keputusan/serial killer
1) Reseksi Submukosa
Pada operasi ini mukoperikondrium dan mukoperiostium kedua sisi
dilepaskan dari tulang rawan dan tulang septum. Bagian tulang atau tulang
rawan dari septum kemudian diangkat, sehingga mukoperikondrium dan
mukoperiosteum sisi kiri dan kanan akan lansung bertemu di garis tengah.
Reseksi submukosa dapat menyebabkan komplikasi seperti terjadinya hidung
pelana (saddle nose) akibat turunnya puncak hidung, oleh karena bagian atas
tulang rawan septum terlalu banyak diangkat.

2) Septoplasti/Reposisi Septum
Septoplasti atau reposisi septum. Pada operasi ini tulang rawan yang bengkok
direposisi. Hanya bagian yang berlebih saja yang dikeluarkan. Dengan cara
operasi ini dapat dicegah komplikasi yang mungkin timbul pada operasi
reseksi submukosa, terjadinya perforasi septum dan hidung pelana.
Adams GL. Boeis LR. Higler PA. 1997. Boeis Buku Ajar Penyakit THT. Edisi
keenam. Jakarta: EGC.
c. NAW
Nasoantral window adalah sebuah antrostomi yang dilakukan dengan cara
membuat lubang antara sinus maksilaris dan anteroinferior hidung. Kemudian
sinus maksilaris di pungsi pada daerah ini dengan menggunakan trokar begkok.
Patel A. Vaughan WCArticle : Surgical Treatment of Chronic Sinusitis
Maxillaris. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/232791-
overview. Accessed August 24th 2012
d. CWL
Caldwell-Luc adalah sebuah antrostomi yang dilakukan melalui fossa kanina
melalui insisi pada sulkus gingivobukal. Dimana pada prosedur ini meliputi
pengangkatan seluruhnya mukosa antrum dan pembukaan jendela nasoantral
melalui meatus inferior.

Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD. Head and Neck Surgery-
Otolaringology.4th ed. USA: Lippincott William and Wilkins.2006
e. FESS
FESS (Functional Endoscopic Sinus Surgery) adalah sebuah prosedur dengan
menggunakan endoskopi nasal ( menggunakan tekonologi lensa Hopkin )
melewati kavum nasi untuk menghindari sayatan pada kulit. Endoskopi ini
memiliki diameter 4mm ( untuk orang dewasa ) dan 2,7 mm ( untuk anak-anak )
dan memiliki sudut yang bervariasi dari 0, 30, 45, 70, 90 dan 120.
Memberikan iluminasi yang baik di dalam kavum nasi dan sinus.
Kennedy DW. Functional endoscopic sinus surgery. Technique. Arch
Otolaryngol 111 (10): 6439. PMID 4038136.1985
f. Rinotomi lateral
Reseksi neoplasma hidung dan sinus paranasal adalah tindakan pembedahan
pengangkatan neoplasma hidung dan sinus paranasal, yaitu maksilektomi medial
rinotomi lateral, reseksi radikal maksila dengan eksenterasi orbita dan sebagian
etmoid, reseksi maksila termasuk dasar orbita dengan mempertahankan bola
mata dan maksilektomi parsial (maksilektomi infrastruktur dan maksilektomi
suprastruktur).
Pemilihan tindakan pembedahan berdasarkan
1) Penilaian terhadap struktur tulang dan jaringan lunak untuk dilakukan reseksi
en bloc
2) Pendekatan harus diren)anakan untuk paparan jaringan yang adekuat
gunamempertahankan fungsi jaringan dan kosmetik apabila memungkinkan
3) Repair direncanakan dengan menggunakan teknik prostetik atau jaringan
lunak untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
g. Rinoplasti
Rinoplasti adalah sebuah prosedur pembentukan hidung dengan membentuk
tulang dan tulang rawan hidung. Dengan rinoplasti, hidung dapat dibentuk lebih
besar atau lebih kecil dengan menambah atau mengurangi tonjolan tulang
hidung; hidung yang lebih lurus atau lebih tipis juga dapat diperoleh dengan
membentuk tulang rawannya.
h. Konkotomi
Konkotomi atau dikenal juga dengan istilah turbinektomi merupakan tindakan
operasi yang dilakukan untuk mengatasi sumbatan atau hambatan dari aliran
udara yang melewati hidung. Sumbatan pada hidung dapat menjadi sumber
infeksi dan diperberat jika adanya bahan alergi atau iritan yang masuk bersama
udara yang dihirup. Pembengkakan hebat pada konka akan menghambat aliran
udara sehingga memerlukan intervensi operatif. konka yang memegang
perananan terpenting adalah konka inferior dan paling sering mengalami
permasalahan.
Operasi ini dapat dilakukan dengan pengangkatan secara partial atau total.
Lapisan dinding yg mandasari konka (mukosa) akan diusahakan agar dapat
dipertahankan semaksimal mungkin sekalipun konka harus diangkat seluruhnya.
Partial atau total bergantung dari kondisi konka dan hambatan yang terjadi.
i. Ethmoidektomi
Ethmoidektomi adalah salah satu jenis operasi sinusitis yang diterapkan pada
bagian etmoid dengan cara mengikis gumpalan lendir yang mengeras di bagian
etmoid atau mengikis jaringan etmoid yang mengalami pertumbuhan abnormal
(tumor)
j. Anstostomi
Antrostomi yaitu membuat hubungan atau lubang di bawah pangkal konka
inferior, sehingga ada hubungan langsung antara sinus maksilaris dengan cavum
nasi agar pengaliran lendir atau sekret menjadi lebih baik.
90 90. Sebutkan persarafan dan pendarahan rongga hidung!
a. Persarafan hidung
1) Saraf motorik
Untuk gerakan otot-otot pernafasan pada hidung luar mendapat persarafan
dari cabang nervus fasialis.
2) Saraf sensoris
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari
nervus etmoidalis anterior, merupakan cabang dari nervus nasosiliaris, yang
berasal dari nervus ophtalmika (N. V-I). rongga hidung lainnya sebagian
besar mendapat persarafan sensoris dari nervus maksila melalui ganglion
sfenopalatina
3) Saraf otonom
Ganglion sfenopalatinum, selain memberikan persarafan sensoris, juga
memberikan persarafan vasomotor atau otonom mukosa hidung. Ganglion ini
menerima serabut parasimpatis dari nervus petrosus profundus. Ganglion
sfenopalatinum terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka
media.
4) Nervus olfaktorius (penciuman)
Nervus olfaktorius turun melalui lamina kribriformis dari permukaan bawah
bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada
mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung
b. Pendarahan hidung
1) Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a.etmoid
anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a.oftalmikus, sedangkan
a.oftalmikus berasal dari a.karotis interna.
2) Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang
a.maksila interna.
3) Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari a.fasialis.
4) Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang
a.sfenopalatina, a.etmoidalisanterior, a.labialis superior dan a.palatina mayor,
yang disebut pleksus kiesselbach. Pleksus kiesselbach letaknya superficial
dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis
5) Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan
berdampingan dengan arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung
bermuara ke vena ophtalmika superior yang berhubungan dengan sinus
kavernosus.

DIKTAT + BLOGSPOT
91 91. Apa yang dimaksud dengan vestibulitis, gejala dan tanda serta terapinya?
a. Definisi
Vestibulitis adalah suatu peradangan atau infeksi pada kulit vestibulum.
Biasanya terjadi karena iritasi dari sekret dari rongga hidung (rinore) akibat
inflamasi mukosa yang menyebabkan hipersekresi sel goblet dan kelenjar
seromusinosa bisa juga akibat trauma.
b. Tanda dan gejala
Gejala gejala yang dapat ditemukan antara lain ditemukan antara lain adanya
rasa nyeri, kemerahan, atau benjolan pada lubang hidung bagian depan. Jika
infeksi menyebar, maka kulit bisa menjadi sangat merah, membengkak, dan
panas. Infeksi yang mengenai sinus kavernosus bisa menyebabkan
pembengkakan atau penonjolan mata, penglihatan ganda, atau penurunan
penglihatan.
c. Penatalaksanaan
1) Non medikamentosa
a) Menghindari kebiasaan mengorek hidung
b) Menjaga higiene
c) Tidak memencet atau melakukan insisi bila ada bisul
2) Medikamentosa
a) Pemberian antibiotik topikal, seperti pemberian salep antibiotik
bacitrasin dan polmiksin B serta antibiotik oral. Antibiotik diberikan
dalam 7-10 hari, dengan pemberian Amoxicilin 500mg, 3x/hari,
Cephalexin 250 500 mg, 4x/hari, atau Eritromisin 250 500 mg,
4x/hari.
b) Insisi dilakukan pada bisul yang besar untuk mengeluarkan isinya.
BLOGSPOT
92 92. Sebutkan sintopi dan skletopi faring!
a. Sintopi
Cavum nasi atau rongga hidung memiliki syntopi sebagai berikut :
1) Di bagian Superior berbatasan dengan sinus frontalis, fossa crania
inferior, sinus sphenoidalis, dan fossa crania media
2) Di bagian Inferior berbatasan dengan cavitas oris yang dipisahkan
oleh palatum durum.
3) Di bagian Anterior berhubungan dengan dunia luar melalui nares
anterior / nosethrill
4) Di bagian Posterior behubungan dengan nasopharynx melalui nares
posterior / aperture posterior / coanae. Coanae memiliki batas2 yakni :
a) Batas medial : os.vomer
b) Batas inferior : lamina horizontalis os. Palatinum
c) Batas lateral : lamina pterygoidea
d) Batas superior : corpus os. Sphenoidale
5) Di sebelah Anterolateral dibatasi oleh nasus externus
6) Di sebelah Posterolateral dibatasi oleh Orbita, sinus maxillaris, sinus
ethmoidales, fossa pterygopalatina, fossa pterygoidea.
b. Skletopi
1) Di bagian atap dibentuk oleh cartilagines nasi, os. Nasale, proc.
nasalis os. Frontalis, lamina et foramina cribosa os. Ethmoidale, dan corpus
os.sphenoidale
2) Di bagian dasar dibentuk oleh processus palatines os.maksillare dan
lamina horizontalis os.palatinum yang membentuk palatum durum yang
memisahkan cavum nasi dengan cavum oris.
3) Dinding medial atau septum nasi dari anterior ke posterior tersusun
atas cartilage septi nasi, lamina perpendicularis os. Ethmoidale dan os.vomer
4) Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh os.nasale, os. Maxilla, os.
Lacrimale, labyrinthus et conchae os. Ethmoidale, concha nasalis inferior, dan
lamina pterygoideus medialis os. Sphenoidale
DIKTAT ANATOMI FK UNDIP
93 93. Sebutkan pembagian faring dan batas masing2 bagian!

a. Syntopi Nasopharynx(Nasofaring)/ Epifaring (Epipharynx)


Nasopharynx memiliki syntopi :
1) ventral : choanae (nares posterior), menghubungkan pharynx dg
cavum nasi
2) superior : bassis crania
3) belakang : vertebrae cervical yg dipisahkan oleh fascia prevertebrae
dan m. capitis
4) lateral : dinding medial leher
5) inferior : palatum mole
b. Syntopi Oropharynx
Oropharynx memiliki syntopi sbg berikut :
1) superior : nasopharynx (isthmus nasopharynx, palatum mole)
2) ventral : cavum oris propia dg arcus palatopharynx dan uvulae
3) dorsal : Vertebrae Cervical II III
4) Lateral : dinding medial leher
5) Inferior : tepi atas epiglottis, basis linguae
c. Syntopi Laringofaring (Laringopharynx)/ Hipofaring (Hipopharynx)
Laringopharynx memiliki syntopi :
1) Superior : oropharynx (setinggi tepi atas epiglottis)
2) Ventral : tepi belakang epiglottis, additus laryngis
3) Dorsal : vertebrae cervical III VI
4) Lateral : dinding lateral leher
5) Inferior : portae esophagus
Diktat ANATOMI FK UNDIP
94 Sebutkan otot-otot faring!
a. M. Constrictor pharyngis superior
b. M. Constrictor pharyngis media
c. M. Constrictor pharyngis inferior
d. M. Levator pharyngis
(Sobotta)
95 Sebutkan pembuluh darah dan saraf faring!
Pembuluh darah :
a. Pharyngea ascendens
b. Palatina ascendens
c. Thyroidea inferior
d. Vv. Pharyngeae
e. Vv. Meningeae
Saraf :
a. Plexus pharyngealis
b. N. Pharyngeus
c. N. Maxillaris
d. N. Glossopharyngeus
e. N. Vagus
(Sobotta)
96 Sebutkan komponen penyusun cincin waldayer!
a. Tonsila pharingeus
b. Tonsila pallatina
c. Tonsila lingualis
(Sobotta)
97 Sebutkan fungsi faring!
a. Respirasi pada waktu menelan
b. Resonansi suara
c. Artikulasi
(Sherwood)
98 Bagaimana proses menelan?
a. Fase oral
Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang
dilaksanakan oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva
untuk menggiling dan membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran
yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara di sadari.
b. Fase faringeal
Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior
(arkus palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal
ini terjadi :
1) M. Tensor Veli Palatini (N.V) dan M. Levator Veli Palatini (N.IX,
N.X dan N.XI) berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat,
kemudian uvula tertarik keatas dan ke posterior sehingga menutup
daerah nasofaring.
2) M. Genioglosus (N. XII, Servikal 1), M. Ariepiglotika (N. IX, N. X)
M. Krikoaritenoid Lateralis (N. IX, N. X) berkontraksi menyebabkan
aduksi pita suara sehingga laring tertutup.
3) Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena
kontraksi M. Stilohioid, (N.VII), M. Geniohioid, M. Tirohioid (N. XII
dan N. Servikal I).
4) Kontraksi M.Konstriktor Faring Superior (N.IX, N.X, N.XI), M.
Konstriktor Faring Inermedius (N. IX, N. X, N. XI) dan M.
Konstriktor Faring Inferior (N. X, N. XI) menyebabkan faring tertekan
kebawah yang diikuti oleh relaksasi M. Kriko Faring (N. X)
5) Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus
esofagus dan dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus
makanan turun ke bawah dan masuk ke dalam servikal esofagus.
Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk menelan cairan
dan lebih lama bila menelan makanan padat
c. Fase esofageal
Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus
makanan turun lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.
Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :
1) Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang
peristaltik primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot
sirkuler dinding esofagus bagian proksimal. Gelombang peristaltik
pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yang
merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.
2) Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf
pleksus mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot
sirkuler dinding esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnya
secara teratur menuju ke distal esofagus.
(Sherwood)
99 Sebutkan definisi, penyebab dan tanda serta gejala faringitis akut!
Definisi :
Faringitis akut adalah sindroma inflamsi yang terjadi pada faring yang
disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme. Faringitis dapat merupakan
gejala infeksi umum dari saluran nafas bagian atas atau merupakan suatu
infeksi lokal yang spesifik di faring
Penyebab :
Viral
- Rhinovirus (100 types and 1 subtype)
- Coronavirus (3 or more types)
- Adenovirus (types 3, 4,7, 14 and 21)
- Herpes simplex virus (types 1 and 2)
- Parainfluenza virus (types 1-4)
- Influenzavirus (types A and B)
- Coxsackivirus A (types 2, 4-6, 8 and 10)
- Epstein-Barr virus
- Cytomegalovirus
- Human immunodeficiency virus type I
Bacterial
- Streptococcus pyogenes (group A b-hemolytic streptococci)
- Group C b-hemolytic streptococci
- Neisseria gonorrhoeae
- Corynebacterium diphtheria
- Arcanobacterium haemolyticum
Chlamydial
- Chlamydia penumoniae
Tanda dan Gejala :
- Gatal dan kering pada tenggorokkan
- Suhu tubuh naik sampai mencapai 40 0 C
- Rasa lesu dan nyeri disendi
- Tidak nafsu makan (anoreksia)
- Rasa nyeri ditelinga (otalgia)
- Bila laring terkena suara menjadi parau atau serak
- Faring hiperemis, dan menjadi kering
- Jaringan limpoid membengkak
(Permenkes)
100 Sebutkan definisi, penyebab, dan tanda gejala faringitis kronik!
Definisi : Perdangan kronik pada faring
Penyebab : (faktor predisposisi) rinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh
rokok/alkohol/debu, kebiasaan pasien bernapas melalui mulut e.c hidung tersumbat
Tanda Gejala : Faringitis kronik terbagi menjadi 2 bentuk (Hiperplastik & Atrofi)
a. Faringitis Kronik Hiperplastik : awal gejala berupa tenggorokan kering, gatal,
akhirnya batuk berdahak, mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular
b. Faringitis Kronik Atrofi : tenggorokan kering, rasa tebal, dan mulut berbau,
mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak
mukosa kering
(FKUI)
101 Sebutkan definisi, penyebab, dan tanda gejala tonsilitis akut!
Definisi : peradangan akut pada tonsila palatina yang dapat disebabkan oleh bakteri
ataupun virus
Penyebab : Virus (Epstein Barr, Hemofilus Influenzae, coxschakie), Bakteri
(Streptokokus beta hemoliticus grup A, pneumokokus, streptokokus viridan,
streptokokus piogenes)
Tanda Gejala :
a. Viral menyerupai common cold disertai rasa nyeri tenggorok, pada
coxschakie pada rongga mulut tampak luka luka kecil pada palatum dan tonsil
yang sangat nyeri
b. Bakterial nyeri tenggorokan, sulit menelan, demam, (38-40) C, nyeri alih
ke telinga, malaise, tampak bercak putih kekuningan / detritus detritus jelas
(tonsilitis folikularis), detritus menjadi satu membentuk alur (tonsilitis
lakunaris)
(FKUI)
102 Sebutkan definisi, penyebab, dan tanda gejala tonsilitis kronik!
Definisi : Peradangan kronik dari tonsila palatina
Penyebab : (faktor predisposisi) iritasi menahun dari rokok, jenis makanan, higine
mulut buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, pengobatan tonsilitis akut tidak
adekuat. (etilogi) bakteri penyebab sama dengan tonsilitis akut
Tanda Gejala : disfagia, rasa mengganjal di tenggorok, tenggorokan kering, napas
bau, tonsil membesar permukaan tidak rata/ berbenjol-benjol dan kripte melebar,
kripte melebar dan terisi detritus
(FKUI)
103 Apa beda antara tonsilitis akut, tonsilitis akut berulang, tonsilitis kronik,
tonsilitis eksaserbasi akut?
Tonsilitis Akut Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronik Tonsilitis
Berulang Eksaserbasi Akut
Tonsil hiperemis Sama dengan Tonsil Tonsil hiperemis
dan edema gejala tonsilitis membesar/mengecil dan edema
Kripti tidak akut, tetapi tidak hiperemis Kripti melebar
melebar memiliki Kripti melebar Destruitus +
Destruitus +/- riwayat serupa Destruitus + Perlengketan +
Perlengketan sebelumnya. Perlengketan + Pembesaran KGB
(Merupakan +
gejala yang
dialami pertama
kali)
(Campur2)
104 Apa indikasi dan kontraindikasi tonsilektomi?
Indikasi :
a. Obstruksi (sumbatan jalan napas, sleep apneu, gangguan menelan, gangguan
berbicara, cor pulmonale)
b. Infeksi (serangan tonsilitis berulang >3x / tahun walaupun dengan terapi
adekuat, rinitis kronis, sinusitis kronis, peritonsilitis, abses peritonsil,
peningkatan asto, otitis media)
c. Keganasan (hipertrofi lateral/ pembesaran yang tidak normal melebihi T4,
kripte mengecil, tonsil licin, terdapat ulkus)
Kontraindikasi :
a. Gangguan perdarahan
b. Risiko anestesi yang besar atau penyakit berat
c. Anemia
d. Infeksi akut yang berat
(FKUI)
105 Sebutkan pengertian, penyebab, gejala dan tanda serta terapi abses peritonsil!
Pengertian : merupakan penumpukan pus pada ruang peritonsil dan biasanya bersifat
unilateral
Penyebab : komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar
mukus weber di kutub atas tonsil. Kuman penyebab biasanya sama dengan
penyebab tonsilitis, dapat juga kuman aerob/anaerob
Gejala dan Tanda : demam, nyeri kepala, malaise, mual/muntah, odinofagia hebat,
mulut berbau, suara bergumam, nyeri telinga pada sisi sama, trismus e.c spasme
m.pterygoideus interna, palatum mole edem dan menonjol ke depan, tonsil bengkak,
hiperemis, banyak detritus terdorong ke tengah/depan/bawah, uvula bengkak
terdorong ke sisi kontralateral
Terapi :
a. Stadium infiltrasi antibiotik golongan penisilin/klindamisin
b. Simptomatik analgetik/antipiretik
c. Operatif jika terbentuk abses (pungsi daerah abses, lalu di insisi untuk
mengeluarkan nanah), kemudian diberi anjuran operasi tonsilektomi.
(FKUI)
106 Kapan tonsilektomi pada abses peritonsil dapat dilakukan?
Secara umum tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi tenang yaitu 2-3 minggu
setelah drainase abses. Berikut pembagian tonsilektomi pada abses peritonsil
berdasarkan waktunya :
a. Tonsilektomi a chaud dilakukan saat drainase abses
b. Tonsilektomi a tiede dilakukan 3-4 hari setelah drainase abses
c. Tonsilektomi a froid dilakukan 4-6 minggu setelah drainase abses
(FKUI)
107 Sebutkan insidens, penyebab, gejala dan tanda, diagnosis serta terapi NPC!
a. Insidens
Di Indonesia merupakan keganasan terbanyak ke4 setelah kanker payudara,
kanker rahim dan kanker paru. Berdasarkan GLOBOCAN 2012 terdapat
87000 kasus baru muncul setiap tahunnya dan terdapat 51000 kematian akibat
kanker nasofaring. KNF terutama ditemukan pada pria usia produktif dan
60% pasien berusia diantara 25 hingga 60 tahun. Angka kejadian tertinggi di
provinsi cina tenggara yaitu sebesar 40-50 kasus / 100.000 penduduk. Kanker
nasofaring jarang ditemukan di daerah eropa dan amerika utara dengan angka
kejadian sekitar <1/100.000 penduduk.
b. Penyebab
- Infeksi virus Epstein-Barr
- Ras Asia
- Usia 30-50 tahun
- Makanan yang diawetkan
- Jenis kelamin laki laki
- Riwayat keluarga
- Faktor gen HLA
- Merokok dan minuman alkohol
c. Gejala dan tanda
- Gejala nasofaring
Epistaksis dan hidung tersumbat
- Gejala telinga
Tinitus, otalgia, rasa tidak nyaman ditelinga
- Gejala mata dan saraf
Diplopia, neuralgia trigeminal, sindrom Jackson, sindrom unilateral
- Gejala leher dan metastasis
Benjolan di leher
d. Diagnosis
Diagnosis pasti dengan menggunakan hasil pemeriksaan biopsi histopatologi,
yaitu:
- Karsinoma sel squamosa berkeratin
- Karsinoma sel tidak berkeratin
Berdiferensiasi
Tidak berdiferensiasi
- Karsinoma basalooid squamosa
e. Stadium
Untuk penentuan stadium digunakan sistem TNM (UICC 2002):
- TUMOR
Tx : Tumor tidak dapat dinilai
T0 : Tidak ada tumor
Tis : Tumor in situ
T1 : Tumor di orofaring/kavum nasi
T2 : Tumor di parafaring
T3 : Tumor menginvasi struktur tulang dan atau sinus paranasal
T4 : Tumor dengan perluasan intrakranial dan atau terdapat
keterlibatan saraf kranial, fossa infratemporal, hipofaring,
orbita, atau ruang mastikator

- NODUL (Kelenjar Getah Bening Regional)


Nx : Tidak dapat dinilai
N0 : Tidak ada metastasis KGB
N1 : Metastasis unilateral, ukuran 6 cm, diatas fossa supraklavikula
N2 : Metastasis bilateral, ukuran 6 cm, diatas fossa supraklavikula
N3 : Metastasis bilateral, ukuran 6 cm, didalam fossa supraklavikula

- METASTASIS
Mx : Tidak dapat dinilai
M0 : Tidak ada metastasis
M1 : Metastasis jauh
Tis T1 T2 T3 T4
N0 0 I II III IVA
M0 N1 II II III IVA
N2 III III III IVA
N3 IVB IVB IVB IVB
M1 IVC IVC IVC IVC
f. Terapi
- Stadium I : Radioterapi
- Stadium II & III : Kemoradiasi
- Stadium IV dengan N 6 cm : Kemoradiasi
- Stadium IV dengan N 6 cm : Kemoterapi dosis penuh lanjut
kemoradiasi
108 Gambarkan potongan sagital (melalui sekat hidung) hidung, mulut, faring,
laring (sebagai satu kesatuan)!
109 Sebutkan sintopi/skeletopi dan ukuran laring dewasa!
Laring terletak dibawah lidah dan os. Hyoid, diantara pembuluh pembuluh darah
besar leher dan terletak setinggi vertebrae cervicalis keempat, kelima dan keenam.
Bagian atas laring berbatasan dengan : laringofaring
Bagian bawah laring berbatasan dengan : trachea
Bagian depan laring berbatasan dengan : otot otot innfrahyoid
Bagian lateral laring berbatasan dengan : glandula thyroidea
110 Sebutkan rangka penyusun laring!
Laring tersusun atas kartlago laring, membrana laring da lgiamentum:
a. Kartilago laring
Thyroidea
Cricoidea
Corniculata
Cuneiforme
Arytenoidea
Epiglotis
b. Membran laring
Membrana thyrohyoidea
Membrana quadrangularis
c. Ligamentum
Ligamentum cricotracheale
Ligamentum cricothyroideum
111 Sebutkan otot penyusun laring dan fungsinya!
a. Otot Ekstrinsik
berfungsi untuk menarik laring keatas dan kebawah selama proses menelan
- Otot elevator
m. digastricus, m. Stylohyoideus, m. Mylohyoideus, m. Geniohyoideus,
m. Stylopharingeus, m. Salphingopharingeus, m. Palatopharyngeus
- Otot depresor
m. sternothyroideus, m. Sternohyoideus, m. omohyoideus
b. Otot Intrinsik

112 Sebutkan pembuluh darah dan saraf laring!


Vaskularisasi laring:
- Setengah bagian atas: ramus laringeus superior arteri thyroidea superior
- Setengah bagian bawah: ramus laringeus inferior arteri thyroidea inferior

Persarafan laring:
- Saraf sensoris
Diatas plica vocalis: ramus laryngeus internus, cabang dari n. Laryngeus
n, vagus
Dibawah plica vocalis: n. Laryngeus reccurens

- Saraf motorik
Semua otot otot intrinsik laring kecuali m. Cricothyroideus dipersarafi
oleh n. Laryngeus reccurens
Musculus crycothyroideus dipersarafi oleh ramus laryngeus externus dari n.
Laryngeus superior n. Vagus
113 Sebutkan fungsi laring !
Proteksi : merangsang reflex batuk jika terdapat corpus alienum
Respiratory :
Pasif = sebagai jalan napas
Aktif = mengatur lebar rima glotitis
Fonasi : menghasilkan suara plia vocalis
Menelan : selama menelan, laring diangkat dan aditus laringis menutup
114 Bagaimana mekanisme bersuara?
Merupakan proses produksi suara yang dimulai dari perubahan udara dalam traktus
vokalis setelah terjadi ekspirasi, sehingga udara yang keluar ditahan/dihambat oleh
plika vokalis/pita suara. Perubahan periodic pada pita suara akan berlangsung terus
selama tekanan subglotis mencapai besaran tertentu, sehingga dalam peristiwa ini
suatu yang dihasilkan seseorang terjadi karena adanya pelepasan udara secara
periodic sehubungan dengan adanya adduksi dan abduksi serta besaran tekanan
subglotis. Dalam peristiwa fonasi terdapat tiga unsur utama yang harus diperhatikan
yaitu: kenyaringan suara, nada dan kualitas suara seseorang
115 Sebutkan gejala dan tanda penyakit/kelainan laring!
Suara serak
Batuk
disfagia
Sensasi nyer di bagian tenggorokan
Rasa ada sesuatu di tenggorok
Kesulitan bernapas
116 Sebutkan 5 contoh kelainan kongenital laring beserta gejala dan tandanya!
Laringomalasi
Pada stadium awal ditemukan epiglottis lemah, sehingga pasa saat
inspirasi epiglottis tertarik ke bawah dan menutup rima glotis, dengan demikian
bila pasien bernapas, napasnya berbunyi stridor. Stridor ini merupakan gejala
awal, dapat menetap dan mungkin pula hilang timbul. Tanda sumbatan dapat
terlihat dengan adanya retraksi di bagian suprasternal, epigastrium, intercostal,
dan supraklavikular.
Stenosis subglotik
Gejala stenosis sbuglotik adalah stridor, dyspnea, retraksi di
suprasternal, epigastrium, intercostal, dan supraklavikula. Pada stadium lebih
berat akan ditemukan sianosis dan apnea akibat sumbatan jalan napas.
Selaput di laring
Suatu selaput transparan yang tumbuh daerah glotis, supraglotik atau
sublotik. Selaput ini paling banyak tumbuh di daerah glotis (75%). Terdapat
gejala sumbatan laring.
Hemangioma
Biasanya timbul di daerah subglotik. Gejalanya ialah terdapat
hemoptysis dan bila tumor itu besar terdapat juga gejala sumbatan laring.
Fistel langotrakea-esofagal
Kelainan ini terjadi akibat kegagalan penutupan dinding posterior
kartilago krikoid. Terdapat gejala pneumonia oleh karena aspirasi cairan dari
esophagus, dan kadang terdapat gejala sumbatan laring
117 Sebutkan pembagian radang laring!
Laryngitis akut
Laryngitis kronis
Laryngitis kronis spesifik
118 Sebutkan penyakit yang termasuk radang laring akut, sebut pula masing2
penyebab, gejala, dan tanda serta terapinya!
Laryngitis akut
Radang laring akut, pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis. Pada
anak laryngitis akut ini dapat menyebabkan sumbatan jalan napas.

Etiologi
Penyebab radang ini adalah bakteri yang menyebabkan radang local atau virus yang
menyebabkan peradangan sistemik

Gejala dan tanda


Pada laryngitis akut terdapat gejala radang umum, seperti demam, malaise, serta
gejala local, seperti suara parau sampai tidak bersuara sama sekali ( afoni ), dan
nyeri ketika menelan.

Terapi
Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari. Menghirup udara lembab.
Menghindari iritasi pada laring dan faring, pemberian antibiotika, bila terdapat
sumbatan laring dilakukan pemasangan pipa endotrakea atau trakeostomi

Soepardi , E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restuti , R.D 2014. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi VII, FKUI, hal 209-
231.
119 Sebutkan penyakit2 yang termasuk radang laring kronik, sebut pula masing-
masing penyebab, gejala dan tanda serta terapinya!
Radang Laring / Laringitis Kronik dibagi menjadi 2
1. Radang kronik non spesifik : sinusitis kronik, brokitis kronik, dan vocal abuse
a. Sinusitis Kronik
1) Penyebab : Polip Hidung, alergi, septum hidung menyimpang,
trauma wajah, infeksi saluran napas.
2) Gejala : Drainase tebal, debit kuning atau kehijauan dari hidung
atau bawah bagian belakang tenggorokan, penyumbatan
hidung hingga kesulitan bernapas, nyeri di sekitar hidung, pipi,
mata, penurunan kepekaan rasa dan bau
3) Terapi: Antibiotik yang sesuai untuk kuman gram negatif dan
anaerob. Tindakan operatif meliputi :
i. Pembedahan radikal : sinus maksila -> Coldwell-Luc,
sinus etmoid -> Etmoidektomi
ii. Pembedahan tidak radikal : Bedah sinus endoskopik
fungsinal (BSEF)
b. Bronkitis Kronik
1) Penyebab : merokok dan polusi udara
2) Gejala : batuk yang sangat produktif, mukus yang sangat banyak,
dyspnea
3) Terapi : non medikamentosa : berhenti merokok, Medikamentosa
: mukolitik dan ekspektoran, methyxanthines and short acting b-
Adrenergik Receptor Agonists (SABA), long-Acting b-
Adrenergic Receptor Agonists, antikolinergik, glukokortikoid,
phospodiestrease-4 inhibitors, antioksidan, antibiotik
c. Vocal Abuse
2. Radang kronik spesifik : tuberkulosis dan laringitis luetika
a. Tuberculosis
1) Penyebab : infeksi yang disebabkan oleh bakteri, Mycrobacterium
tuberculosis.
2) Gejala : batuk berdahak, mukus banyak, keringat malam,
penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, malaise, lemah,
demam tidak terlalu tinggi, wheezing, nyeri dada
3) Terapi : Kategori 1 = 2HRZE/4HR = Penderita TB Paru BTA
Positive dan TB Ekstra Paru berat 2 bulan : Isoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, Etambutol 4HR = 4 bulan Isoniazid dan Rifampisin.
Kategori 2 = HRZE/5HRE = Penderita kambuh, penderita gagal
terapi, penderita lalai minum obat. Kategori 3 = 2HRZ/4HR.
Kategori 4 = RHZES
b. Laringitis luetika
1) Gejala : suara parau, batuk kronik, disfagia
2) Gambaran klinik : Apabila guma pecah, maka timbul ulkus. Ulkus
ini mempunyai sifat yang khas, yaitu sangat dalam, bertepi dengan
dasar yang keras, berwarna merah tua serta mengeluarjan eksudat
yang berwarna kekuningan. Ulkus tidak nyeri dan menjalar sangat
cepat.
3) Terapi : penisilin dosis tinggi, pengangkatan skuester, bila
terdapat sumbatan laring karena stenosis dilakukan trakeostomi
120 Sebutkan pembagian neoplasma laring!
jinak yaitu chondroma, fibroma, dan lipoma
ganas yaitu carsinoma laring.
121 Sebutkan penyebab, gejala, tanda serta terapi papiloma laring!
Papiloma laring adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada anak-anak, papiloma
laring biasanya terletak di saluran nafas atas yang sering menimbulkan sumbatan
jalan nafas yang dapat menyebabkan kematian.
Etiologi papiloma faring hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi dari
penelitian diduga bahwa virus HPV (Human Papiloma Virus) tipe 6 dan 11 berperan
terhadap terjadinya papiloma laring.
Gejala papiloma laring pada awalnya adalah berupa gangguan fonasi berupa
suara yang serak pada anak, gejala bisa lebih berat sehingga suara tangisan anak dapat
terdengar tidak normal hingga anak tidak bisa bersuara sama sekali. Bila papiloma
sangat berat dapat menyebabkan gangguan pada system pernapasan yaitu batuk,
sesak, ngorok saat menghirup nafas.
Tatalaksana untuk papiloma laring memiliki prinsip yang sama yakni
menghilangkan papiloma dan menghindari kejadian berulang, beberapa terapi yang
dapat digunakan adalah terapi bedah dan terapi medikamentosa. Terapi
medikamentosa seperti anti virus, hormone, steroid, dan podofilin topikal.
122 Sebutkan penyebab, gejala, dan tanda serta terapi ca laring!
Karsinoma Laring adalah suatu keganasan yang terjadi pada organ laring. Karsinoma
sel skuamosa meliputi 95-98% dari semua tumor pada laring dengan derajat
diferensiasi yang berbeda-beda.
Etiologi karsinoma laring antara lain asap rokok, alkohol, karsinogen
lingkungan (asbes, arsen, gas mustar, serbuk nikel, polisiklik hidrokarbon, viral
klorida, nitrosamin), infeksi laring kronik, Human Papiloma Virus (HPV), dan
genetika.
Gejala serak, suara bergumam, dispnea dan stidor, nyeri tenggorokan,
disfagia, batuk dan hemoptisis, dan nyeri tekan laring.
Tatalaksana untuk karsinoma laring secara umum ada 3 jenis penanggulangan
karsinoma laring yaitu pembedahan (laringektomi parsial/total atau diseksi leher
radikal), radiasi, dan sitostatika, ataupun kombinasi, tergantung pada stadium
penyakit dan keadaan umum pasien.
123 Sebutkan sebab suara parau!
Penyebab suara parau adalah batuk secara terus-menerus, iritasi saluran nafas,
kerusakan pada vocal cord, vocal abuse, vocal nodule, polip pita suara, kista pita
suara, kanker pita suara, GERD, gangguan tiroid, stroke, paparan asap rokok,
konsumsi kafein berlebih, konsumsi alkohol berlebih, alergi, Karsinoma Pulmo.
124 Sebutkan indikasi trakeostomi, apa pula kontra indikasinya!
Indikasi Trakeostomi
1. Mengatasi obstruksi laring
2. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran napas bagian atas seperti
daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya stoma maka seluruh
oksigen yang dihirupnya akan masuk ke dalam paru, tidak ada yang tertinggal di
ruang rugi itu. Hal ini berguna pada pasien dengan kerusakan paru, yang kapasititas
vitalnya berkurang.
3. Mempermudah penghisap sekret dari bronkus pada pasien yang tidak dapat
mengeluarkan sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam koma.
4. Untuk memasangkan respirator (alat bantu pernapasan)
5. Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas
untuk bronkoskopi

Kontraindikasi Trakeostomi
1. Infeksi pada tempat pemasangan
2. Gangguan pembekuan darah : hemofili
125 Sebutkan alat2 dan tehnik treakeostomi secara singkat!
Alat : spuit yang berisi analgesia (novokain), pisau (skapel), pinset anatomi, gunting
panjng yang tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam
serta kanul traea yang ukurannya cocok dnegan pasien (referansi : buku UI)
Teknik :
Pasien diposisikan tidur telentang, dengan bahu diganjal oleh bantal sehingga
kepala ekstensi.
Suntikkan obat novokain pada pertengahan krikoid dengan fosa suprasternal
secara infiltrasi.
Buat sayatan vertical di tengah leher mulai dari dibawah krikoid sampai
suprasternal atau jika membuatsayatan vertika, maka buatlah pada pertengahan
jarak antara kartilago krikid dengan fosa suprastrenl atau kira2 2 jari dibawah
krikoid org dewasa. Buat sayatan kira2 5 cm.
Pisahkan jaringan2 yang sudah disayat dengan gunting panjang dan pisahkan
engan pengait kearah lateral sehingga keliatan cincin-cncin tulang rawan berwarn
putih.
Bebaskan ismus, dengan menarik keatas dengan menggunakan pengait. Jika
susah, maka potong ismus dengan mengklem kedua sisi ismus kemudian di
potong tengahnya, jika terdapat perdarahan maka ikat perdarahannya.
Jika sudah keliatan, lakuka aspirasi dengan cara memasukkan jarum diantara
cincin trakea, jika tepat maka nanti akan terasa ringan jika ditarik.
Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam
Pasang kanul trakea dan fiksasi dengan menggunakan tali dibeakang leher pasien.
Tutup dengan kasa.
126 Apa yang dimaksud dengan laringoskop direk?
Pemeriksaan laring secara langsung dengan menggunakan teleskop atau
monitor video.
127 Apa yang dimaksud dnegan bronkoskopi, apa indikasinya?
Bronkoskopi adalah tindakan medis yang bertujuan untuk melakukan
visualisasi trakea dan bronkus, melalui bronkoskop, yang berfungsi dalam prosedur
diagnostik dan terapi penyakit paru.
Indikasi :
- menegakkan dx : hemoptisis, batuk kronik, mengi, kelinan radiologic,
kelainan ekstra torakal.
- Tindakan terapi : benda asing, menghisap secret yang ada di bronkus,
penyumbatan bronkus oleh secret kental, menyemprotkan obat kedalam
lumen bronkus pada kasus bronkiektasis setelah secret dihisap keluar,
melebarkan brnkus (businase), mengeluarkan tumor jinak endobronkial.
128 Apa yang dimaksud dengan esofaguskopi, apa indikasinya indiksinya?
Esofaguskopi adalah pemeriksaan lumen esophagus secara angsung dengan
menggunakan alat esofagoskop. Tujuan tindahakan ini adalah untuk meliht lumen
esophagus, keadaan dinding atau mukosa esophagus seta bentuk lumen esophagus.
Bila diperlukan untuk mengabil bahan px sitologi dan biopsy tumor.
Indikasi :
diagnostic :
o untuk mengevaluasi keluhan disfagia, odinofagia, nyeri di
dada, rasa panas didada dan pedarahan yang menetap.
o Mengevaluasi perjalanna enyakit atau kelainan esophagus
antara lain esofagitis, luka bakar korosif, akalasia, spasme
difus esophagus dan tumor esophagus
o Mengealuasi kelainan speerti divertukulm, varises, stenosis,
kelainan mukosa esophagus, dan hiatus hernia
o Mengvaluasi pasien pasca oprasi esophagus, mencari sumber
perdarahan, kemungkinan penyebab disfagia, menilai tanda2
tumor ganas.
Terapi :
o Dilatasi striktur esophagus
o Mengeluarkan benda asing
o Skleroterapi untuk varises esophagus
o Koagulasi diatermi
o Pemasangan prosthesis esofaguus
o Miotomi endoskopik
129 Apa yang dimaksud laringektomi?
Laringektomi adalah prosedur bedah untuk mengangkat laring atau kotak
suara. Jenis laringektomi yang dibutuhkan pasien akan ditentukan berdasarkan
kondisinya. Ada dua jenis, yaitu laringektomi Tergantung pada kondisinya, pasien
mungkin memerlukan laringektomi total (seluruh bagian laring diangkat) atau
laringektomi parsial (hanya sebagian laring yang diangkat).
130 Apa penyebab, gejala, tanda serta terapi duktus/kista tireoglosus?
Kista duktus tiroglosus adalah suatu kantung berisi cairan yang terdapat saat
lahir pada garis tengah leher. Suatu kista tiroglosus adalah malformasi kongenital
(suatu defek lahir). Hal ini terjadi akibat penutupan yang tidak komplit dari suatu
segmen duktus tiroglossus, suatu struktur seperti tabung yang normalnya menutup
saat perkembangan embrio. Juga disebut kista duktus tiroglossus atau kista
tirolingual.
Gejala :
Massa bulat, licin, kecil di bagian depan tengah leher
Pembukaan kecil di kulit dekat massa, dengan drainase mucus dari kista
Sulit bernafas atau menelan
Lembek dan kemerahan
Terapi : insisi dan drainase, aspirasi perkutan, eksisi sederhana, reseksi dan injeksi
dengan bahan sklerotik.
131 Sebutkan keuntungan dan kerugian trakoetomi disbanding intubasi!
Keuntungan :
bersifat permanen jika dibandingkan dengan intubasi, karena intubasi
dianjurkan hanya boleh kurang dari 6 hri pemakaian.
Mengeluarkan sekret jauh lebih mudah lewat suatu pipa trakeostomi, dan
kemungkinan terjadinya obstruksi pipa lebih kecil.
Pasien sangat sulit menelan dengan adanya pipa endotrakea.
Membersihkan pipa endotrakea pada posisinya sulit dan untuk mengganti
pipa diperlukan laringoskopi berulang.
Intubasi lama endolaring menimbulkan ulserasi mukosa yang akhirnya dapat
menjadi granuloma, adhesi dan stenosis laring.
Trakeostomi kurang menyebabkan rangsangan refleks batuk, yang
mungkin penting pada pasien dengan kelainan saraf dan pasca bedah.
Dengan trakeostomi pasien yang sadar dapat berbicara.
Kerugian :
Filtrasi udara tidak sempurna
Humidifikasi kurang sempurna
Sering menimbulkan jaringan parut di leher

*Salah kurangnya silakan dicari atau ditanyakan ke pemegang soal masing - masing ya

*Semangat menulis!

You might also like