Professional Documents
Culture Documents
Gejala Anemia
Anemia dapat dikenali dari gejala-gejala berikut ini:
Badan terasa lemas dan cepat lelah.
Kulit terlihat pucat atau kekuningan.
Detak jantung tidak beraturan.
Napas pendek.
Pusing dan berkunang-kunang.
Nyeri dada.
Tangan dan kaki terasa dingin.
Sakit kepala.
Sulit Berkonsentrasi.
Insomnia.
Kaki kram.
Pada awalnya, gejala anemia sering kali tidak disadari oleh
penderita. Gejala anemia akan semakin terasa apabila kondisi
yang diderita semakin memburuk. Konsultasi pada dokter
sebaiknya dilakukan jika seseorang kerap merasakan lelah
tanpa sebab yang jelas.
Penyebab Anemia
Anemia terjadi pada saat tubuh kekurangan sel darah merah
sehat yang mengandung hemoglobin. Terdapat sekitar 400
kondisi yang dapat menyebabkan anemia pada seseorang dan
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
Tubuh tidak cukup memproduksi sel darah merah.
Terjadi perdarahan yang menyebabkan tubuh
kehilangan darah lebih cepat dibanding kemampuan
tubuh untuk memproduksi darah.
Kelainan pada reaksi tubuh dengan menghancurkan
sel darah merah yang sehat.
Berikut ini adalah uraian singkat mengenai jenis-jenis anemia
berdasarkan penyebabnya, di antaranya:
Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini
merupakan yang paling umum terjadi di seluruh dunia.
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan tubuh
mengalami anemia dikarenakan sumsum tulang
membutuhkan zat besi untuk membuat sel darah. Anemia
dapat terjadi pada wanita hamil yang tidak mengonsumsi
suplemen penambah zat besi. Anemia juga dapat terjadi
pada perdarahan menstruasi yang banyak, tukak organ
(luka), kanker, dan penggunaan obat pereda nyeri seperti
aspirin. Gejala-gejala yang umumnya dialami penderita
anemia kekurangan zat besi adalah:
Memiliki nafsu makan terhadap benda-benda
aneh seperti kertas, cat atau es (kondisi ini
dinamakan pica).
Mulut terasa kering dan pecah-pecah di bagian
sudutnya.
Kuku yang melengkung ke atas (koilonychia).
Anemia akibat kekurangan vitamin. Selain
membutuhkan zat besi, tubuh juga membutuhkan vitamin
B12 dan asam folat untuk membuat sel darah merah.
Kekurangan dua unsur nutrisi tersebut dapat
menyebabkan tubuh tidak dapat memproduksi sel darah
merah sehat dalam jumlah cukup sehingga terjadi anemia.
Pada beberapa kasus, terdapat penderita anemia akibat
lambung tidak dapat menyerap vitamin B12 dari makanan
yang dicerna. Kondisi tersebut dinamakan anemia
pernisiosa. Gejala-gejala yang umumnya dialami oleh
penderita anemia kekurangan vitamin B-12 dan asam folat
adalah:
Geli dan rasa menggelenyar di bagian tangan
dan kaki.
Kehilangan kepekaan pada indera peraba.
Sulit berjalan.
Mengalami kekakuan pada kaki dan tangan.
Mengalami demensia.
Anemia akibat penyakit kronis. Sejumlah penyakit
dapat menyebabkan anemia karena terjadinya gangguan
pada proses pembentukan dan penghancuran sel darah
merah. Contoh-contoh penyakit tersebut
adalah HIV/AIDS, kanker, rheumatoid arthritis, penyakit
ginjal, penyakit Crohn, dan penyakit peradangan kronis.
Gejala-gejala yang dapat muncul pada kasus anemia
akibat penyakit kronis di antaranya adalah:
Warna mata dan kulit menjadi kekuningan.
Warna urine yang berubah menjadi merah atau
cokelat.
Borok pada kaki.
Gejala batu empedu.
Keterlambatan perkembangan pada anak-anak.
Anemia aplastik. Anemia aplastik merupakan kondisi
yang langka terjadi namun berbahaya bagi hidup
penderita. Pada anemia aplastik, tubuh tidak mampu
memproduksi sel darah merah dengan optimal. Anemia
aplastik dapat disebabkan oleh infeksi, efek samping obat,
penyakit autoimun, atau paparan zat kimia beracun.
Anemia akibat penyakit sumsum tulang. Beberapa
penyakit seperti leukemia atau mielofibriosis dapat
mengganggu produksi sel darah merah di sumsum tulang
dan menimbulkan anemia. Gejala yang ditimbulkan dapat
bervariasi, dari ringan hingga berbahaya.
Anemia hemolitik. Anemia hemolitik terjadi pada saat
sel darah merah dihancurkan oleh tubuh lebih cepat
dibanding waktu produksinya. Beberapa penyakit dapat
mengganggu proses dan kecepatan penghancuran sel
darah merah. Anemia hemolitik dapat diturunkan secara
genetik atau bisa juga didapat setelah lahir.
Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Anemia ini
bersifat genetis dan disebabkan oleh bentuk hemoglobin
yang tidak normal sehingga menyebabkan sel darah
merah berbentuk seperti bulan sabit, bukan bulat bikonkaf
seperti sel darah merah Sel darah merah berbentuk sabit
memiliki waktu hidup lebih pendek dibanding sel darah
merah normal. Gejala yang dialami oleh penderita anemia
sel sabit adalah:
Kelelahan.
Mudah terkena infeksi.
Nyeri tajam pada bagian sendi, perut, dan
anggota gerak.
Keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak-anak.
Anemia jenis lain, yang disebabkan oleh thalassemia
atau penyakit malaria.
Beberapa fakor risiko yang dapat meningkatkan risiko
munculnya anemia pada diri seseorang adalah:
Kekurangan vitamin dan zat besi. Membiasakan diri
mengonsumsi makanan yang rendah vitamin B12, asam
folat, dan zat besi dapat meningkatkan risiko terkena
anemia.
Gangguan pencernaan pada usus. Beberapa
penyakit seperti penyakit Crohn dan penyakit celiac dapat
menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi di usus
sehingga meningkatkan risiko terkena anemia.
Menstruasi. Umumnya wanita yang masih
mengalami menstruasi memiliki risiko terkena anemia
lebih besar dibandingkan dengan wanita yang sudah
menopause atau pria. Hal tersebut disebabkan oleh
kehilangan darah pada saat terjadinya menstruasi.
Mengandung. Ibu hamil yang tidak mengonsumsi
suplemen asam folat dalam jumlah cukup memiliki risiko
terkena anemia yang lebih tinggi.
Penyakit kronis. Jika seseorang menderita kanker,
gagal ginjal, atau penyakit kronis lainnya, maka risiko
terkena anemia akan meningkat akibat kekurangan sel
darah merah. Luka pada organ dalam yang diiringi
perdarahan juga dapat menyebabkan tubuh kekurangan
zat besi sehingga meningkatkan risiko terjadinya anemia
akibat kekurangan zat besi.
Riwayat anemia di keluarga. Seseorang yang
memiliki anggota keluarga dengan riwayat anemia
bawaan, memiliki risiko tinggi untuk terkena kondisi yang
sama. Umumnya anemia yang diwariskan adalah anemia
sel sabit (sickle cell anemia).
Usia. Penambahan usia akan meningkatkan risiko
seseorang terkena anemia. Anemia karena kekurangan
vitamin B12 dan asam folat lebih umum terjadi pada lansia
di atas 75 tahun.
Faktor lain, seperti infeksi, kelainan darah, penyakit
autoimun, kecanduan alkohol, terkena zat kimia beracun,
dan efek samping dari obat dapat meningkatkan risiko
anemia pada seseorang.
Komplikasi Anemia
Jika tidak ditangani, anemia berisiko menyebabkan beberapa
komplikasi berikut ini:
Kelelahan berat. Tanpa penanganan yang baik,
anemia dapat menimbulkan kelelahan berat pada
penderitanya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Rentan terkena infeksi. Kekurangan zat besi yang
menyebabkan anemia dapat berpengaruh pada
kemampuan sistem imun dalam memerangi berbagai
patogen, sehingga penderita anemia lebih rentan terkena
penyakit infeksi.
Komplikasi dan gangguan kehamilan. Wanita hamil
yang kekurangan asam folat berisiko mengalami
gangguan kehamilan dan perkembangan janin. Selain itu,
anemia juga dapat menyebabkan sang ibu mengalami
depresi pasca kelahiran melahirkan dan gangguan pada
bayi yang dilahirkan, seperti:
Kelahiran prematur sebelum minggu 37.
Berat badan di bawah normal.
Masalah pada kandungan zat besi dalam darah.
Hasil tes kemampuan mental yang kurang
Gangguan jantung. Anemia dapat menyebabkan
detak jantung menjadi tidak beraturan (aritmia) akibat
harus memompa darah lebih keras untuk mengompensasi
kekurangan oksigen dalam darah. Kondisi tersebut dapat
menyebabkan pembesaran jantung atau gagal jantung.
Kematian. Beberapa anemia yang bersifat bawaan,
seperti anemia sel sabit, bisa menjadi serius dan
mengancam hidup penderitanya. Kehilangan darah
dengan tanpa penanganan yang baik dapat menyebabkan
anemia berat dan kematian.
Diagnosis Anemia
Untuk mengetahui apakah seorang pasien mengalami anemia
atau tidak, dokter akan melakukan langkah-langkah diagnosis
sebagai berikut:
Pemeriksaan darah lengkap. Metode penghitungan
sel darah digunakan untuk menghitung jumlah sel darah
merah yang ada di dalam darah. Pada diagnosis anemia,
parameter yang diukur oleh dokter adalah hematokrit dan
hemogloboin dalam darah. Patokan jumlah hematokrit
normal pada orang dewasa berbeda-beda di setiap
laboratorium, akan tetapi umumnya berkisar di 40-52%
untuk pria dan 35-47% untuk wanita. Hemoglobin normal
pada orang dewasa pria berkisar di 14-18 gram/desiliter
dan 12-16 gram/desiliter untuk wanita. Pada pemeriksaan
darah lengkap, dapat juga diperiksa:
Bentuk dan ukuran sel darah. Tes ini bertujuan
untuk melihat struktur sel darah merah guna
menentukan apakah struktur dan warna sel darah
merah tersebut nomal atau tidak, terutama pada
pasien anemia sel sabit.
Kandungan vitamin B12 dan asam folat. Jika
dokter menduga penyebab anemia adalah
kekurangan vitamin B12 dan asam folat, maka dokter
akan memeriksa kandungan kedua zat tersebut
dalam tubuh penderita untuk memastikannya.
Kandungan zat besi dalam darah. Apabila ada
dugaan anemia diakibatkan oleh kekurangan zat
besi, dokter akan melakukan pemeriksaan kadar
protein besi dalam darah yang disebut serum ferritin.
Kadar serum ferritin yang rendah mengindikasikan
bahwa anemia yang diderita disebabkkan oleh
kekurangan zat besi.
Pemeriksaan tambahan lain untuk menentukan
penyebab utama terjadinya anemia. Beberapa kasus
anemia didasari oleh masalah kesehatan tertentu, seperti
luka pada suatu organ, sehingga diharuskan untuk
dilakukannya pemeriksaan guna memastikannya.
Pemeriksaan sumsum tulang dapat dilakukan untuk
menilai fungsi sumsum tulang dalam meregenerasi sel
darah.
Pada saat melakukan diagnosis, dokter juga akan menanyakan
beberapa hal kepada pasien untuk membantu mengetahui
penyebab utama anemia, yaitu:
Pola makan untuk menentukan apakah pasien
mengonsumsi makanan dengan kandungan zat besi,
vitamin B-12, dan asam folat yang tinggi.
Pengobatan yang sedang dijalani. Beberapa jenis
obat dapat menyebabkan terjadinya perdarahan pada
lambung atau usus, misalnya aspirin atau ibuprofen.
Siklus menstruasi. Jarak menstruasi yang terlalu
dekat, durasi yang panjang dan jumlah perdarahan yang
banyak dapat menyebabkan anemia.
Riwayat dalam keluarga. Untuk mencari informasi
apakah ada anggota keluarga yang mengalami anemia,
perdarahan gastrointestinal, atau kelainan pada darah.
Jadwal donor darah. Dokter akan menanyakan
apakah pasien melakukan donor darah secara rutin.
Jika dokter tidak menemukan penyebab yang pasti setelah
melakukan pengecekan riwayat medis serta gejala anemia
pada pasien, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik. Jenis-
jenis pemeriksaan fisik yang mungkin dilakukan adalah:
Pemeriksaan pada bagian perut untuk memeriksa
apakah ada perdarahan internal pada saluran pencernaan
pada pasien.
Pengecekan gejala-gejala gagal jantung seperti
pembengkakan pada pergelangan kaki. Gagal jantung
memiliki gejala yang mirip dengan anemia
Pemeriksaan rektal (colok dubur) untuk memeriksa
perdarahan atau kelainan pada usus bagian bawah dan
anus.
Pemeriksaan pelvis untuk memeriksa perdarahan
yang menyebabkan anemia saat menstruasi.
Pemeriksaan pelvis tidak akan dilakukan tanpa
persetujuan dari pasien.
Pengobatan Anemia
Pengobatan anemia berbeda-beda tergantung jenis anemia
yang diderita oleh pasien. Prinsip pengobatan anemia adalah
menemukan penyebab utama anemia. Pengobatan terhadap
anemia sebaiknya tidak dilakukan hingga diketahui penyebab
utamanya. Hal ini dikarenakan pengobatan untuk satu jenis
anemia bisa berbahaya untuk anemia jenis lain. Beberapa
contoh pengobatan anemia berdasarkan jenisnya antara lain:
Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini
dapat diatasi dengan mengonsumsi suplemen penambah
zat besi, serta memperbanyak konsumsi makanan yang
kaya zat besi. Selain itu, pasien juga dapat diberikan
vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi. Perlu
diperhatikan bahwa suplemen yang mengandung kalsium
dapat menghambat penyerapan zat besi.Konsultasikan
dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen
penambah zat besi untuk mendapatkan dosis yang tepat.
Kelebihan zat besi pada tubuh dapat berbahaya bagi
pasien karena dapat menimbulkan kelelahan, mual, diare,
sakit kepala, penyakit jantung dan nyeri sendi. Untuk
meringankan efek samping dari konsumsi suplemen zat
besi, pasien dapat mengonsumsi suplemen setelah
makan. Jika efek samping berlanjut segera temui dokter
kembali.
Anemia akibat kekurangan vitamin. Anemia jenis ini
dapat diobati dengan mengonsumsi makanan yang kaya
akan asam folat dan vitamin B12, serta mengonsumsi
suplemen yang mengandung keduanya. Jika tubuh pasien
memiliki gangguan penyerapan asam folat dan vitamin
B12, pengobatan dapat melibatkan injeksi vitamin B12
setiap hari. Setelah itu pasien akan diberikan injeksi
vitamin B12 setiap bulan satu kali yang dapat berlangsung
sepanjang hidup atau tergantung kepada kondisi pasien.
Anemia akibat penyakit kronis. Tidak ada
pengobatan yang spesifik pada jenis ini karena tergantung
pada penyakit yang mendasari terjadinya anemia. Jika
anemia bertambah parah, dokter dapat memberikan
transfusi darah atau injeksi eritropoietin, yaitu suatu
hormon peningkat produksi darah dan penghilang rasa
lelah.
Anemia akibat perdarahan. Jika seseorang
mengalami perdarahan dan kehilangan darah dalam
jumlah banyak, pengobatan utama yang harus dilakukan
adalah mencari dan mengobati sumber perdarahan.
Setelah sumber perdarahan diatasi, pasien dapat
diberikan transfusi darah, oksigen, dan suplemen
penambah darah yang mengandung zat besi dan vitamin.
Anemia Aplastik. Pengobatan anemia aplastik dapat
diawali dengan transfusi darah untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah. Jika diperlukan, dapat dilakukan
pencangkokan sumsum tulang apabila sumsum tulang
tidak bisa lagi memproduksi sel darah merah yang sehat.
Anemia akibat penyakit sumsum tulang. Pengobatan
anemia jenis ini dapat bervariasi sesuai dengan penyakit
yang diderita pasien. Pengobatan dapat melibatkan
kemoterapi dan pencangkokan sumsum tulang.
Anemia Hemolitik. Penanganan anemia hemolitik
dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung faktor
penyebabnya. Penanganan bisa dengan menghindari
obat-obatan yang memiliki efek samping hemolisis,
dengan mencari dan mengobati infeksi yg menjadi
penyebab hemolitik, atau dengan imunosupresan untuk
menekan sistem imun yang diduga merusak sel darah.
Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Pengobatan
utama anemia sel sabit adalah dengan mengganti sel
darah merah yang hancur melalui transfusi darah,
suplemen asam folat, dan antibiotik. Pengobatan lainnya
adalah dengan mengonsumsi obat penghilang rasa sakit
serta menambahkan cairan melalui oral maupun intravena
untuk mengurangi nyeri dan menghindari komplikasi.
Pencangkokan sumsum tulang dapat digunakan untuk
mengobati anemia sel sabit pada kondisi tertentu. Obat
untuk kanker hidroksiurea dapat juga digunakan untuk
mengobati anemia sel sabit.
Thalassemia. Thalassemia dapat diobati melalui
transfusi darah, konsumsi suplemen asam folat,
splenektomi untuk mengambil limpa, serta pencangkokan
sel punca darah dan sumsum tulang.
Pencegahan Anemia
Beberapa jenis anemia tidak dapat dihindari, akan tetapi
anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin dan zat besi
dapat dicegah dengan cara mengatur pola makan. Beberapa
makanan yang dapat membantu mencegah anemia antara lain
adalah:
Makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging
sapi, kacang-kacangan, sereal yang diperkaya zat besi,
sayuran berdaun hijau gelap, dan buah kering.
Makanan yang kaya akan asam folat, seperti buah-
buahan, sayuran berdaun hijau gelap, kacang hijau,
kacang merah, kacang tanah, gandum, sereal, pasta, dan
nasi.
Makanan yang kaya akan vitamin B12, seperti
daging, susu, keju, sereal, dan makanan dari kedelai
(tempe atau tahu).
Makanan yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk,
merica, brokoli, tomat, melon, dan stroberi. Makanan-
makanan tersebut dapat membantu penyerapan zat besi.
Jika terdapat kekhawatiran bahwa makanan yang dikonsumsi
tidak mengandung cukup vitamin, disarankan untuk
mengonsumsi multivitamin. Bagi vegetarian, hendaknya
berkonsultasi kepada ahli gizi untuk mengatur pola makan agar
kebutuhan zat besi bagi tubuh tetap tercukupi dengan baik.
Jika pada keluarga terdapat riwayat munculnya penderita
anemia bawaan seperti anemia sel sabit atau thalassemia,
hendakya dikonsultasikan kepada dokter. Konsultasi ini
bertujuan untuk memperkirakan jika terdapat risiko anemia
serupa yang dapat muncul pada anak.
Anemia juga dapat muncul sebagai komplikasi dari penyakit
malaria. Jika akan bepergian ke tempat yang umum ditemukan
penyakit malaria, konsultasikan ke dokter terkait obat pencegah
malaria. Pencegahan dapat juga dilakukan dengan cara
menghindari gigitan nyamuk, misalnya menggunakan kelambu,
obat anti nyamuk, atau insektisida.
Pengertian Kanker Darah
Kanker darah atau leukemia adalah kanker yang menyerang
sel-sel darah putih. Sel darah putih merupakan sel darah yang
berfungsi melindungi tubuh terhadap benda asing atau
penyakit. Sel darah putih ini dihasilkan oleh sumsum tulang
belakang.
Pengobatan Hemofilia
Penanganan hemofilia dikelompokkan menjadi dua, yaitu
penanganan untuk mencegah timbulnya perdarahan
(profilaksis) dan penanganan pada saat terjadi perdarahan (on-
demand).
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, penderita biasanya
diberikan suntikan faktor pembekuan darah. Suntikan yang
diberikan untuk penderita hemofilia A adalah octocog alfa yang
dirancang untuk mengontrol faktor pembekuan VIII
(8). Pemberian suntikan ini dianjurkan tiap 48 jam. Efek
samping yang mungkin timbul, di antaranya adalah gatal, ruam
kulit, serta nyeri dan kemerahan pada area yang disuntik.
Sementara itu, penderita hemofiilia B dengan kekurangan
faktor pembekuan IX (9) akan mendapat suntikan nonacog alfa.
Penyuntikan obat ini biasanya dilakukan 2 kali dalam
seminggu. Efek samping yang mungkin timbul berupa mual,
pembengkakan pada area yang disuntik, pusing, dan rasa
tidak nyaman. Suntikan untuk mencegah perdarahan ini
biasanya diberikan seumur hidup, dan perkembangan kondisi
pasien yang akan terus dipantau melalui jadwal pemeriksaan
rutin.
Tujuan penanganan yang kedua adalah untuk menghentikan
terjadinya perdarahan secara berkepanjangan. Dalam hal ini,
obat yang diberikan pada saat terjadinya perdarahan hampir
sama seperti obat yang diberikan untuk mencegah
perdarahan Untuk menghentikan perdarahan pada kasus
hemofilia A, dokter akan memberikan suntikan octocog alfa
atau desmepressin. Sedangkan untuk kasus hemofilia B,
dokter akan memberikan suntikan nonacog alfa. Penderita
yang mendapat suntikan ini harus melakukan pemeriksaan
kadar inhibitor secara teratur, karena obat faktor pembekuan
darah terkadang dapat memicu pembentukan antibodi
sehingga obat menjadi kurang efektif.
Komplikasi Hemofilia
Sejumlah komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit
hemofilia adalah:
Kerusakan sendi yang berpotensi merusak jaringan halus
sendi atau tulang rawan dan lapisan tipis di dalam sendi
(synovium).
Perdarahan internal. Perdarahan ini dapat terjadi di dalam
otot dan menyebabkan tungkai membengkak.
Infeksi. Penderita hemofilia berisiko mengalami infeksi,
terutama jika melakukan transfusi darah.
Pencegahan Perdarahan pada Penderita Hemofilia
Jika Anda terdiagnosis menderita hemofilia, beberapa upaya
yang dapat dilakukan guna mencegah perdarahan adalah:
Menjaga kebersihan gigi agar terhindar dari penyakit gigi dan
gusi yang dapat menyebabkan perdarahan.
Menghindari olahraga yang melibatkan kontak fisik. Lakukan
olahraga yang direkomendasikan oleh dokter guna
menguatkan otot dan sendi.
Melindungi diri dari luka. Misalnya adalah dengan
menggunakan helm atau sabuk pengaman ketika
Menghindari penggunaan obat pengencer darah yang dapat
menghambat pembekuan darah.
Menghindari obat nyeri yang berpotensi meningkatkan
perdarahan.